• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 2002). keadaan sebelum hamil selama 6 minggu (Saifudin, A.B 2002).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 2002). keadaan sebelum hamil selama 6 minggu (Saifudin, A.B 2002)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Masa nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2002).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil selama 6 minggu (Saifudin, A.B 2002).

b. Periode nifas

Menurut Rustam Mochtar nifas dibagi menjadi 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan,

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lama 6 – 8 minggu,

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

(2)

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan atau tahunan.

c. Perubahan – perubahan 1) Perubahan fisik

Terjadi pada uterus yaitu uterus-uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi. Tabel 2.1

Involusi TFU Berat uterus

Bayi lahir Uri lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Setinggi pusat 2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simfisis Tidak teraba diatas simfisis Bertambah kecil Sebesar normal 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram

Bekas Implantasi uri yaitu placenta mengecil karena kontraksi dan menonjol kekavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

(3)

Rasa sakit ini disebut after pains, disebabkan kontraksi rahim. Biasanya rasa sakit ini berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Ada beberapa tahap atau proses lochia yaitu :

a) Lochia Rubra yaitu berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban. Sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochia sanguinolenta yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Lochia ini terjadi keluar pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.

c) Lochia Serosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Terjadi pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.

d) Lochia alba yaitu cairan putih, terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan.

e) Lochia purulenta yaitu terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

Servik terjadi perubahan setelah persalinan bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak. Kadang – kadang terdapat perlukaan, perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk

(4)

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

2) Perubahan Psikologi

Gangguan psikologis yang sering terjadi pada masa nifas meliputi :

a) Post partum blues adalah merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi ditandai dengan cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak percaya diri, sensitif, mudah tersinggung dan merasa kurang menyayangi bayinya.

b) Post partum syndrome (pps) adalah merupakan kesedihan dan kemurungan yang biasa bertahan dua sampai satu tahun, Depresi post partum adalah ibu yang merasakan kesedihan kebebasan, interaksi sosial, dan kemandiriannya berkurang. 2. Perawatan Pasca Persalinan

(5)

a. Mobilisasi karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring – miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan – jalan, hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka – luka.

b. Diet makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan – makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur – sayuran dan buah – buahan.

c. Miksi hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang – kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katererisasi.

d. Defekasi buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksons per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan payudara (mammae) telah dimulai sejak wanita hamil supaya punting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan

(6)

dengan cara pembalutan mammae sampai tertekan. Pemberian obat esterogen seperti tablet lynoral. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya. f. Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan – perubahan pada kelenjar mammae yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar – kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah,keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum bewarna kuning – kuning susu, hipervasularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena – vena berdilatasi sehingga tampak jelas

g. Perawatan luka perineum.

Perawatan luka persalinan selengkapnya akan dijelaskan lebih lanjut pada penjelasan

3. Luka Perineum a. Pengertian

Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan lahir baik maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan janin (Wiknjosastro, 2005). Ruptura perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mochtar, 2002). Robekan jalan lahir adalah luka atau robekan jaringan yang tidak teratur (Depkes RI 2004).

(7)

b. Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : 1) Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002).

2) Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 2003).

Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).

(8)

c. Etiologi

1) Penyebab Maternal

a) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, b) Pasien tidak mampu berhenti mengejan,

c) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan,

d) Edema dan kerapuhan pada perineum. 2) Faktor Janin

a) Bayi besar,

b) Posisi kepala yang abnormal, c) Kelahiran bokong,

d) Ekstraksi forcep yang sukar e) Distosia bahu.

d. Klasifikasi laserasi perineum menurut Wiknjosastro, (2005). 1) Robekan derajat 1

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya. Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri penjahitan tidak diperlukan jika tidak perdarahan dan menyatu dengan baik.

2) Robekan derajat 2

Meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah

(9)

dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan – jaringan dibawahnya. 3) Robekan derajat 3

Meliputi mucosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot spingterani eksternal. Pada robekan partialis denyut ketiga yang robek hanyalah spingter pada robekan yang total spingter recti terpotong dan laserasi meluas sehingga dinding anterior rectum dengan jarak yang bervariasi. Keadaan ini disebut dengan robekan derajat keempat.

Perbaikan pada robekan tingkat tiga harus dilakukan dengan teliti mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit kemudian pada muskulus spingter ani eksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti diuraikan untuk robekan perineum derajat dua. Untuk mendapatkan hasil yang baik harus diberikan terapi pada robekan perineum total dan perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna.

e. Perawatan luka perineum

Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca salin dan masih menjalani rawat inap di rumah sakit (Wiknjosastro, 2005).

Menurut Halminton perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva

(10)

dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Setiady, 2006).

f. Lingkup Perawatan

Menurut Feerer lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung (pembalut) lochea (Setiady, 2006).

Sedangkan menurut Hamilton, lingkup perawatan perineum adalah Mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau (Setiady, 2006).

g. Waktu Perawatan

Menurut Feerer waktu perawatan perineum adalah 1) Saat mandi

Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut demikian pula pada perineum ibu untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

(11)

2) Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3) Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

h. Tujuan perawatan luka perineum 1) Mencegah iritasi dan infeksi 2) Meningkatkan rasa nyaman ibu 3) Mengurangi rasa nyeri.

i. Alat-alat yang digunakan untuk perawatan luka perineum 1) Kapas.

2) Air Dekonstaminasi Tingkat Tinggi 3) Betadine

4) Kassa steril 5) Pembalut bersih

6) Celana dalam yang bersih

(12)

j. Cara kerja

1) Melakukan cuci tangan.

2) Mengatur posisi ibu yang nyaman jika di tempat tidur posisi semi fowler / fowler, lutut ditekuk.

3) Membuka baju bagian bawah.

4) Membersihkan paha bagian atas dan keringkan (kiri dan kanan). 5) Bersihkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri

menarik lipatan ke atas, tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan vulva. Usap dari perineum ke arah atas, ulangi pada sisi yang berlawanan.

6) Regangkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan kiri. Tangan kanan yang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan (pubis) ke lubang tempat buang air besar (anus) dengan satu kali usapan gunakan kapas yang berbeda. Area yang dibersihkan yaitu lipatan bagian dalam (labia minora, kriteria dan oripicium vagina).

7) Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan. 8) Merubah posisi dengan posisi miring.

9) Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada bersihkan dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) dengan satu ucapan ulangi dengan kapas yang berbeda sampai bersih.

(13)

11) Celupkan pada kasa steril ke dalam larutan betadine, peras dan tempelkan di daerah perineum (bila ada jahitan) atau bila ada salep dioleskan.

12) Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian dirapikan.

13) Pakai pakaian dalam. 14) Cuci tangan.

k. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan luka perineum 1) Untuk mengurangi rasa sakit saat buang air besar yaitu ibu

dianjurkan banyak mengkonsumsi serat seperti buah-buahan dan sayur

2) Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus hindarkan banyak bergerak pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum, ibu harus banyak duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan membuat otot perineum tergeser

3) Hindari penggunaan obat – obat tradisional pada perineum

4) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali perhari.

5) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan. Ibu harus kembali lebih awal jika gejala-gejala seperti demam mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah luka menjadi nyeri.

(14)

6) Menasehati pasien untuk membersihkan daerah perineum setiap hari. Periksa daerah jahitan untuk tanda-tanda perdagangan atau pembengkakan, bila resiko infeksi besar (misalnya pada robekan tingkat 3 dan 4 atau penjahitan tidak sepenuhnya steril), berikan amoksilin 3 x 500 mg/hari (Depkes RI, 1999).

7) Memberikan antibiotika (ampisilin 2 gram dan metranidazol 1 gram peroral). Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas (Saifudin,A.B, 2002).

l. Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

1) Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.

2) Obat-obatan yaitu steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal, antikoagulan dapat menyebabkan hemoragi, antibiotik spektrum luas / spesifik efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.

3) Keturunan sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi

(15)

insulin dapat dihambat sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

4) Sarana prasarana merupakan kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

5) Budaya dan Keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum misalnya kebiasaan makan telur, ikan dan daging ayam akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

m. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :

Infeksi merupakan kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

Komplikasi merupakan munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

Menurut Suwiyoga kematian ibu post partum apabila penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya

(16)

kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Setiady, 2006).

n. Infeksi luka perineum

Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada diperineum sehingga memilih tidak membersihkannya padahal dalam keadaan luka perineum rentang didatangi kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala – gejala infeksi yang dapat diamati adalah : 1) Suhu tubuh tinggi melebihi 37,50C.

2) Menggigil, pusing dan mual. 3) Keputihan.

4) Keluar cairan seperti nanah dari vagina.

5) Cairan yang keluar disertai bau yang menyengat. 6) Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri. 7) Terasa nyeri diperut.

8) Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya seminggu sesudah melahirkan perdarahan mulai berkurang tiba-tiba darah kembali keluar banyak sekali.

4. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

(17)

manusia, yakni : indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007)

b. Pentingnya Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran

(18)

dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2007) c. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kanker leher rahim. 2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

(19)

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam Penghitungan-penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk Menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

(20)

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007)

d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

(21)

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. (Notoatmodjo, 2007)

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:

1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

2) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.

3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

(22)

2) Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.

5) Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain- lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak

(23)

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.

6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

5. Penyuluhan a. Pengertian

Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Wood (dalam Effendy, 1998) pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahaan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

(24)

b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (1998) tujuan penyuluhan kesehatan yaitu :

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3) Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseoranganan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

c. Proses Pendidikan Kesehatan

Menurut Effendy (1998) di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni:

1) Masukan (input)

Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

2) Proses

Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain

(25)

subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (output)

Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. d. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (1998) sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

1) Individu

Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.

2) Keluarga

Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah :

a) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular

b) Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.

c) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk.

(26)

e) Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga.

3) Kelompok

Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas. 4) Masyarakat

a) Masyarakat binaan puskesmas b) Masyarakat nelayan

c) Masyarakat pedesaan

d) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.

e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak dan sebagainya.

e. Materi

Menurut Effendy (1998) pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.

Materi yang disampaikan sebaiknya :

(27)

2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran.

3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran.

4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. f. Metode penyuluhan kesehatan.

Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.

Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu : 1) Metode Didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah :

(28)

b) Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio, televisi)

2) Metode Sokratik

Menurut Effendy (1998) pada metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan disatu pihak dengan yang menerima pesan di lain pihak (two way metod). Yang termasuk dalam metode ini adalah :

a) Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, dan sebagainya.

b) Tidak langsung: penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi (Effendy, 1998).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepda suatu perubahan-perubahan perilaku atau inovasi.

2) Metode Pendidikan Kelompok

(29)

sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidiakan.

3) Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

g. Alat Bantu Penyuluhan Kesehatan 1) Pengertian

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran.

2) Manfaat

a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan b) Mencapai sasaran yang lebih banyak

(30)

c) Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima pada orang lain.

e) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.

f) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik. h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

3) Macam-macam alat bantu pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003) pada garis besar hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu :

a) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.

b) Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. c) Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat

(31)

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya, yaitu:

a) Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor. b) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri,

dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya. 4) Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

a) Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain : (1). Individu atau kelompok.

(2). Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.

(3). Bahasa yang mereka gunakan. (4). Adat istiadat serta kebiasaan. (5). Minat dan perhatian.

(6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

b) Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga : (1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan

kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan sebagainya.

(32)

besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis.

(3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan sebagainya.

c) Alat-alat bantu/peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh:

(1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2). Kader kesehatan.

(3). Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. (4). Pamong desa.

h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan

Menurut Effendy (1998) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.

1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan

b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran

d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing.

e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.

(33)

2) Faktor Sasaran

a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan.

b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah.

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3) Faktor Proses dalam Penyuluhan

a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.

b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak

sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan.

d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang dapat mempermudah pemahaman sasaran.

e) Metode yang digunakan kurang tepat.

(34)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum. Sumber :: Notoatmodjo, 2003 Paparan informasi petugas Interverensi pendidikan kesehatan, penyuluhan

Paparan info keluarga

Latar belakang pendidikan

Sumber info lain

Media Proses terjadinya pengetahuan : 1. Kesadaran 2. Merasa tertarik 3. Menimbang – nimbang 4. Mencoba 5. Melakukan Pengetahuan

(35)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian perbedaan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum sebelum dan sesudah penyuluhan

D. Hipotesis

Ada perbedaan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum sebelum dan sesudah diberi penyuluhan .

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori penelitian pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum

Referensi

Dokumen terkait

Menurut sistem klasifikasi tanah modifikasi Dudal-Soepraptohardjo dalam Hardjowigeno (1994): Latosol adalah tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi (lebih atau sama

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga Belas

•• Pemanasan dan pendinginan lebih cepat ( Pemanasan dan pendinginan lebih cepat (tidak tidak ada penghalang panas oleh pengemas.. ada penghalang panas oleh pengemas)) ••

Selagi dalam tampilan aktivitas, terus tekan jari Anda pada layar atau pada tombol tengah untuk membuka pengaturan tujuan

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah dan inayah-Nya jualah, penulis dapat

Para pelawat ke Hutan Simpanan Bukit Timah boleh meneroka kawasan itu dengan memilih salah satu jejak yang paling sesuai mengikut kemampuan mereka.. Terdapat empat jejak yang

Tidak ada ketentuan dalam undang‐undang yang berlaku di wilayah hukum yang menjadi tempat dari bagian Proyek mana pun bahwa setiap orang (termasuk instansi atau lembaga

Hubungan antara “open society” terhadap terbentuknya Masyarakat sipil yaitu “open society” atau masyarakat terbuka yang cenderung bersifat bebas, transparan serta