• Tidak ada hasil yang ditemukan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

         

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah,

memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk

kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama

penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat

yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work

non-commercially, as long as you credit the origin creator

and license it on your new creations under the identical

terms.

(2)

LAMPIRAN WAWANCARA

Informan Pertama : Bapak Sudiyono (Kepala Sekolah SMA)

Lokasi Wawancara : Kantor Kepala Sekolah SMA Pada Tanggal : 22 November 2013

Pukul : 11.15

1. Pagi pak, saya udah abis dari kantor Bu Gusti duluan tadi soalnya katanya bapak lagi di kantor yayasan.

Jawab : ya silahkan mba, silahkan masuk, iya tadi ngomongin ulangan umum tanggal 9 nanti. Silahkan..silahkan..

2. Oke, mulai ya pak, menurut bapak, apa yang membedakan sekolah ini dengan Sekolah berkebutuhan khusus lain?

Jawab : saya akan berangkat dari..kalo ditanya apa sih yang membedakan sekolah kebutuhan khusus lainnya dengan yang di Budi Waluyo ya, nah, yang jelas, satu : kalo di BW adalah sekolah reguler yang menggunakan kurikulum pemerintah, jadi resmi, sebenernya sekolah umum, hanya saja, BW ini mengelola anak – anak yang berkebutuhan khusus. Jadi tidak resmi SLB yang kurikulumnya memang berkebutuhan khusus , dan juga tidak resmi sekolah regular. Seperti sekarang ini untuk kelas 11 dan 12 ini kan menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) sedangkan untuk kelas 10 karena sudah dikeluarkannya kurikulum 2013, maka kelas 10 sekarang sudah menggunakan kurikulum 2013. Sama dengan sekolah - sekolah umum / negeri lainnya, 70, 82, 46, dan sebagainya yang ada disini. Kalo swasta al azhar, tarakanita, lab school, nah tetapi tanda kutip anak2 yang bersekolah disini adalah anak - anak yang berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan belajar sehingga sejak awal dari situlah BW langsung memposisikan tidak umumnya seperti sekolah regular lain tapi kita mengkhususkan kita mengelola anak2 yang berkebutuhan

(3)

khusus utamanya Slow Learner ini. Intinya begini, istilahnya rumahnya sekolah reguler, dalemnya anak - anak yang berkebutuhan khusus. Kurikulum yang dipakai tetap kurikulum pemerintah. Itu bedanya.

3. Menurut bapak, apa pentingnya komunikasi dalam sebuah proses belajar mengajar?

Jawab : Oh iya..komunikasi..bagaimana anak menjadi tau kalo kita ga menggunakan komunikasi yang baik, dia memahami apa yang kita sampaikan, itu pasti dan ingat menurut saya pribadi ya mba ya, kan saya juga ngajar, walaupun disini saya berstatus sebagai kepala sekolah kan tugas utama kepala sekolah itu kan mengajar, tugas tambahannya kepala sekolah. Jadi tugas pokoknya mengajar tambahannya kepala sekolah. Nah apa pentingnya komunikasi? Nah ternyata menurut saya, saya kebetulan mengajar pelajaran yang ga enak loh mba. Fisika saya ngajar. Abstrak. Termasuk saya dulu, ah mungkin karma saya waktu saya sekolah mah saya benci banget saya jengkel banget dengan guru fisika karena susah menurut saya tapi ternyata saya yaa mudah2an sih bukan karma tapi hikmahnya aja buat saya, kuliah saya ambil itu dan akhirnya saya mengajar mata pelajaran fisika dan kimia. Saya sadar itu, apa ternyata? Anak senang dulu. Begitu anak senang, walaupun susah dia akan tetep ngikutin. Darimana? Ya komunikasi. Apa bahasanya? Kita buat seneng, contoh ya mba saya gambarkan tentang kimia, mungkin selama ini mereka minum seven up, cola, fanta, mereka gatau bahwa di dalam itu tuh ada unsur - unsur kimia kan. Ada karbon, dan sebagainya sehingga dia seneng dulu darimana? Komunikasi yang indah. Kalo misalnya komunikasi gini : “kalian jangan coba-coba minum - minuman ini, ini, ini. kan sudah serem dulu. Itu kan komunikasi, bahasa itu kan.. kalo bahasa saja sudah horor, jangankan dia ikutin pelajaran, sudah kabur duluan. Jadi apa sih pentingnya komunikasi? Oh sangat penting. Anak akan menjadi senang kalo kita cara penyampaiannya, brati kalo cara

(4)

penyampaian kan komunikasi ya. Kalo komunikasi indah, menyenangkan, anak akan mikir “oh ternyata kimia tuh enak ya untuk dipelajari, fisika itu ternyata ga susah ya”. Itu. Dan saya pernah dapet apa ya pas workshop gitu ternyata istilah bahasa komunikasi mungkin menurut pemahaman saya itu saya sebut bahasa ya bu. Ternyata ada istilah yang dimaksud dengan bahasa tuh bukan hanya pada pelajaran bahasa indonesia loh, ternyata juga ada bahasa matematika, ada bahasa kima, fisika, artinya apa? Dalam menyampaikan matematika itu membutuhkan bahasa yang bagaimana caranya menyampaikan materi pelajaran matematika sehingga anak lebih mudah mengerti sehingga menjadi senang. Jadi ternyata guru matematika juga harus belajar komunikasi bukan serta merta belajar bahasa indonesia yang sastra, tulisan bukan itu maksudnya. Cara penyampaian lah singkatnya. Berarti ujungnya komunikasi kan? Ambil contoh lagi mba, saya ngajar fisika, saya ambil masalah tentang massa.. massa jenis, volume, brati kan mereka harus ngerti matematik dulu dong. Betapa susahnya, matematik aja udah susah tapi supaya mereka tertarik dulu saya contohkan dengan berbagai benda. Nah selama ini kan orang bilang “ini beratnya berapa?” ternyata salah harusnya massanya berapa? Karena kalo berat, massa itu dipengaruhi gravitasi bumi. Jadi saya menyampaikan juga mba hal tersebut ke mereka. Itu salah satu cara untuk menarik mereka untuk mengerti. Padahal saya sebenarnya tujuannya akan menuju kepada teori massa jenis. Jadi saya bilang ke mereka misalnya “Nak, selama ini kalo kalian ke pasar misalnya mau beli telur, ngomongnya apa? Beratnya berapa kan? Salah. Harusnya massanya berapa?” Nah dengan komunikasi dan cerita- cerita seperti itu akan membuat mereka tertarik kan, kita jangan menuju kepada dia ngerti dulu yang penting dia seneng dulu. Karena sudah tertarik tinggal kita bawa ke materi pelajaran, soal bisa atau ga kan namanya belajar, pelan-pelan, dan masing-masing anak memiliki kemampuan yang

(5)

berbeda. Itu masalah kalo ditanya seberapa penting komunikasi.. oh sangat penting.

4. Jika menurut bapak komunikasi penting dalam proses belajar mengajar, apakah bapak memiliki strategi komunikasi tersendiri kepada para siswa dalam proses belajar mengajar? Jika ya, strategi apa yang bapak lakukan, mengapa bapak melakukan strategi tersebut dan bagaimana bapak menjalankannya ?

Jawab : gini, kebetulan saya kalo dibaca strategi mau ga mau saya harus mengacu pada kondisi anak-anak saya disini. Karna gini, masing-masing anak saya tidak bisa menggunakan satu jenis komunikasi. Mungkin saat saya menyampaikan begini-begini kepada si A, dia nyambung, paham, tapi yang sebelahnya engga. Jadi strateginya apa? Oooo si A ini modelnya gini, dengan cara memancing, bertanya, atau kita kasih, kita lempar ke dia, dia menanggapi, dari dia menanggapi kita tahu ooo ternyata kalo sama si A nih saya harus ngomongnya begini nih, maap nih, ada yang menggunakan bahasa resmi atau bahasa indonesia yang baik kadang, tapi ada juga yang kadang ga soalnya dia terbiasa pake bahasa komunikasinya sehari-hari dirumah sehingga mohon maaf nih saya suka gini nih harusnya ga boleh tapi saya harus lakukan itu kepada si A, saya gunakan bahasa gaul contoh : “lo kan suka ini nih..blablabla”, dia lebih nyambung mba. Tapi ada juga yang memang “kok elu pak?” Nah, ga boleh kan, sekali lagi mohon maaf “memang sih seharusnya bapak ga boleh ngomong begitu, tapi kan temen kamu yang itu seperti itu orangnya”, trs si anak yang tadinya ngmg begitu bilang “ooo iya ya dia seperti itu ya pak”. Dia jadi saling mengomentari temannya. Jadi strateginya gitu jadi maap memang ngomong strategi kan berkaitan dengan metoda kan sehingga sekali lagi metoda pembelajaran yang kita belajar di buku-buku maupun di bangku kuliah, metode wawancara, diskusi, kerja kelompok, itu ga bisa kita terapkan saat pelajaran satu persatu. Akan tetapi dalam satu pelajaran bisa semua

(6)

metode kita lakukan. Kalo misalnya kita ngomong “nak hari ini kita belajar pake diskusi ya”, ga jalan, paling 10 menit pertama doang jalan selebihnya ya mohon maaf karna segi kemampuan yang berbeda . misalnya saya suruh anak ukur volume balok, kadang kan ngukur pake penggarisnya itu aja masih ga bener kan, ga mulai dari 0 mereka, jadi mestti diarahin, sehingga saat itu juga kita bisa diskusi, saat itu juga kita bisa praktek langsung, semua jalan.jadi saya katakan disini, kalo bicara strategi semua strategi dipake .

5. Apakah sebelum bapak berkomunikasi dengan para siswa, bapak mengamati dulu sikap, sifat dan tingkah laku mereka? Jika iya, pengamatan yang bapak lakukan biasanya seperti apa dan lewat apa? Misalnya lewat profile tertulis atau bagaimana?

Jawab : nah, salah satu rekrutmen anak-anak di BW selain tes tertulis juga ada wawancara atau interview. Karena gini, kalo lewat tertulis doang kita ga akan pernah tau sikap dan pribadi si anak. Karna yang namanya tertulis kan dia hanya menjawab a, b, c,d tapi kalo dengan interview kan kita bisa coba liat dia juga seluruhnya. Dia ngomong, dia nulis misalnya namanya siapa nak? Tulis.. selain dia ucapin kan dia nulis, dari tulisannya kita bisa baca. Lalu coba hitungan, kali bagi tambah kurang ajalah ga usah jauh-jauh oooo dari segi matematiknya seperti ini, kemudian dari sikap. Kita bisa ngomong anak ini hiper, anak ini pendiam, tertutup, itu dari situ. Jadi pengamatan kita jelas, dari awal rekrutmen sudah diamati. Dari situ tujuannya untuk proses belajar dia di kelas. Dari data-data, lewat pengamatan, semua masuk mba termasuk tatap muka pertama, kedua tuh kalo yang tadi kan baru individu, kalo masuk kelas kan ada berapa anak tuh.. nah dari situ kita bisa nentuin oo kalo sama si A mesti begini, dengan si B mesti begini. Jadi guru disini memang harus tahu persis satu persatu sikap anak . kalo ga, ga akan kena, kenapa? Kalo kita ga ngerti sikap, perilaku, modelnya anak satu persatu, kita ga akan kena. Contohnya, si Imat, punya masalah, saya selesaikan dengan cara sperti ini, tetapi ada

(7)

temannya yang tidak bisa saya selesaikan dengan cara seperti ini. Tetapi terkadang kita juga harus tegas dan konsisten. misalnya pak mau keluar pak, kita bilang ga, selesaikan dulu ya belajarnya selama belajar dengan bapak ga ada keluar ya nak, bisa kok mba.

6. Apakah bapak membeda – bedakan strategi komunikasi yang bapak lakukan antara siswa satu dengan yang lainnya? Jika ya, apa alasannya dan contoh nyata nya bagaimana?

Jawab : kalo ditanya berangkat dari apakah membeda-bedakan, kita berniat tidak membedakan. Tetapi menjadi harus berbeda karna si anak. Kan saya bilang tadi bukan anak belajar kepada guru saja, tapi yang bener ya menurut saya, menurut pengalaman saya nih mba, kan saya belajar dari mulai saya mengajar tahun 92 tuh saya belajar dari tahun ke tahun sampai sekarang ini ternyata keliru kalo anak belajar sama guru saja. maksudnya gini, misalnya saya mau ngajar nih fisika listrik statis, apa yang saya ajarkan anak harus ikut apa kata saya. Itu menurut saya dia belajar pada guru. Ga bisa, anak kita ga bisa. Si A si B kan punya karakter beda2. Kalo dia harus ikutin saya ga kena. Tapi yang bener menurut saya nih, justru guru yang harus belajar kepada anak, menyesuaikan. Maksudnya gini, oh ternyata si A punya kemampuan yang lambaaat sekali sementara si B sudah lebih cepat. Coba mba bisa bayangkan. Yang satu begitu lambatnya yang satu lebih cepat. Sementara saya harus nuruti dengan yang lambat, si yang cepet tadi sudah entah kemana-mana. Dikasih soal nih satu soal. Yang lambat tadi baru nulis satu baris, sementara yang lebih cepat mungkin sudah selesai mengerjakannya. Anak-anak tipe seperti ini kalo dikasi ga kerjaan lagi bisa muter kemana-mana, bisa menganggu. Nah berarti kan kita butuh komunikasi yang berbeda-beda, bukan bermaksud membedakan, tapi akhirnya harus berbeda karna kondisi anak. Sehingga apa, saya misalnya ngomong “nak, kamu udah selesai?” “Sudah pak”, “nah kalo begitu lihat halaman sekian coba tulis lagi, kalo kamu bisa kamu kerjakan, kalo ga bisa tunggu nanti sama-sama

(8)

ya”. Dengan bahasa saya tadi kan dia mengerti, ooo ada perintah dari bapak nih, saya tulis. Sementara tadi yang lebih lambat mah boro-boro, untuk soal yang tadi aja belum selesai. Untuk yang seperti ini jangan cuma kita tungguin aja, tapi kita deketin ayo nak tulis, pelan-pelan ya, bisa kok. ternyata dengan seperti itu memacu dia untuk selesai. Jadi harus sering-sering diingatkan untuk anak yang seperti ini.

7. Ketika strategi komunikasi telah bapak lakukan kepada para siswa dalam proses belajar mengajar, pernah tidak strategi komunikasi yang bapak lakukan tidak berhasil atau tidak tersampaikan, contohnya? Jika pernah, apa yang bapak lakukan? Apakah bapak merubah strategi tersebut atau tidak? Jika ya apa alasannya dan jika tidak apa alasannya?

Jawab : ada mba, kalo saya bilang istilahnya tuh ga nyambung. Saya maksudnya mau nyampaikan ini tapi yang ditangkap oleh anak lain lagi. Nah itu yang kalo menurut saya ga berhasil. Contoh : saya bermaksud membicarakan masalah massa jenis dengan memakai cerita saya membeli gula yang ada di warung beratnya 1 kilo. Orang sehari-hari cenderung ga nyebut massa tapi nyebutnya berat, saya mengarah kesana arah tujuannya. Saya bilang “nak, pernah ga kalian pergi ke pasar atau ke warung beli gula, telur atau apa..kan itu salah nak kalo nyebutnya berat, harusnya massa”, nah kita ngomongin itu ternyata dia nangkepnya, atau apa yang ada di pikirannya bukan masalah ngomongin berat telurnya, dia malah ngomongin masalah warungnya. “Ooo warungnya dimana pak? Di warung bisa beli ini ya?” Gitu.. nah itu kan ga nyambung, ga berhasil dong. Maksud saya, saya akan ngomongin tentang massa, tapi ternyata dia cenderung ngomongin ke warungnya tadi. Lah gimana caranya? Ga bisa langsung ngomong “bapak ga ngomongin itu nak” ga bisa. Jadi cara ngomongnya harus “oh ya, kalo ke warung memang bisa beli ini itu, bener nak, tapi bapak maksudnya ga begitu nak, bapak mau ngomong kan kita belajar tentang berat nih tentang massa, yang bapak maksud kan tadi ngomong

(9)

ada telur, ada gula, nah yang ditanya berat atau massa nak”. Kita kembalikan ke arah itu mba. Ke apa yang akan kita mau tuju.

8. Apa aja sih biasanya yang menjadi masalah anak slow learner utamanya yang dapat diselesaikan via komunikasi?

Jawab : beragam ya mba, gini, ada yang ga pede, ga semangat, kurang bisa beradaptasi secara sosial, emosinya ga stabil, ada juga yang hiper seperti yang saya katakan tadi lebih cepet dalam belajarnya. Nih contohnya, lagi diem-diem belajar tiba-tiba dia teriak-teriak, dorong meja, tutup telinga, ternyata setelah dia tenang, setelah dia bisa diajak ngobrol ternyata pikiran dia saat itu dia sedang terbayang orang tuanya yang sedang bertengkar hebat. Atau ada juga contoh yang emosional begini, sebenernya temannya ga bermaksud ngeledek. Misalnya dia nih ngefans banget sama boyband korea. Kan lagi musim nih ya sekarang. Eh, sebenernya si A dan si B lagi cerita tentang boyband korea, artis idolanya, tapi tiba-tiba si C teriak “ itu kan pacar akuu” teriak deh dia, emosi, nangis. Kelas dua SMA tuh mba. Lalu ada juga yang memang dieeeemmm sekali. Kalo ga di gong nih, ga jalan. Saya ngomong “kok kalo temennya tersenyum, ketawa, kok kamu ga ketawa? Ketawa dong”. baru deh dia ketawa hehee.. memang beragam mba, memang kalo anak yang tertutup lebih sulit ya. Kalo yang ga pede juga ada. Banyak mba. Nih contoh lagi ya saya nanganin sendiri. Dia berangkat dari trauma tentang sekolah, sebenernya saya ga menyalahkan siapapun waktu itu dia IQ nya lumayan, cukup bagus untuk ukuran anak slow ya, tapi entah kenapa gurunya waktu itu di sekolah lama nya, pada saat negur membuat dia tersinggung, sehingga dia ga mau sekolah, semakin dipaksa semakin ga mau sekolah, panas dingin. Dia juga trauma gara-gara disekolahnya dia jadi bahan bully-an atau bahan ejekan temen-temen sekolahnya. Jadi dia denger kata2 “sekolah” saja dia sudah panas dingin. Dua anak yang saya alami seperti ini dalam kurun waktu yang berbeda. Waktu itu saya sarankan kepada eyangnya dan mamanya untuk datang ajak anaknya kesini, ga usah bilang

(10)

sekolah dulu.. ajak jalan-jalan seperti biasa aja. Ga usah turun, brenti aja di depan gerbang. Dia akan melihat ooo ada anak sekolah keluar masuk. Ooo ini brati sekolah. Jadi kaya observasi dia. Sehari, dua hari, tiga hari, ajak turun kalo dia memang mau turun. Jangan ke kelas, ke kita dulu. Pancing-pancing aja dulu, memang biasa ga mudah, suliiiit sekali mba mengembalikan PD, nah kan itu PD kan masalahnya. Dia ga PD lagi untuk bergaul dengan guru dan teman-temannya karena dia takut mba. Takut hal yang sama keulang lagi. Sulit sekali. Awalnya masih ditemenin eyangnya, sehari kemudian masuk diajak ngobrol sama guru BK nya, sama saya juga ganti-gantian. Trus kita pancing mang ga pengin sekolah? Kalo misalnya dia sudah tertarik “pengen pak”.. boleh tuh liat – liat kelas aja dulu. Butuh waktu mba, wktu itu sampe 3 bulan. Memang kalo udah mengalami traumatis, untuk mengembalikan PD nya itu betapa sulitnya ternyata. Tapii kalo sudah PD nya muncul, suka dibilang kurang ajar sama orang2. Sebenernya sih engga gitu mba, itu kan perkembangan. Itu kan product kita dari yang tadinya awalnya dia ga PD misalnya, sekarang dia uda lebih berani kan untuk mulai berteman, menjalin hubungan sosial. Ibaratnya kan perkembangan yang luar biasa itu kan karena susah sekali membangun hal tersebut.

9. Nah berarti dapat saya katakan bahwa masalah utama anak- anak slow learner ini adalah konsep diri yang negatif ya pak, nah berdasarkan pengalaman bapak, faktor – faktor apa saja sih yang dapat menyebabkan siswa memiliki konsep diri yang demikian?

Jawab : yang saya dapet pengalaman dari sini, sebetulnya mereka ini sama kok kaya anak normal lainnya, mereka diterima di sekolah neegeri biasa, tapi karna ini mereka memiliki fisik yang mungkin sedikit kurang normal (kontet atau apalah) serta kemampuan berpikir yang lebih lambat dari yang lainnya. Kan biasanya anak slow learner obrolan temennya uda kemana-mana tapi di dia kan dia belom nyambung-nyambung. Dari situlah dia jadi bulan-bulanan

(11)

temen-temennya, jadi obyek. Buat disuruh-suruh lah di sekolah, ngambilin ini itu, jadi bahan mainan, tertawaan, ledekan, atau bahkan juga pemerasan. Misalnya : “lo besok bawa ini yaa”. Bisa juga mba dari lingkungan keluarganya loh. Misalnya adiknya atau kakaknya yang suka mojokin dia. Kalo kaya gitu kita tanya dulu dia anak ke berapa dirumah, tolong ibu bilangin kakak atau adiknya untuk membantu dia. Memang biasanya adiknya atau kakaknya akan protes. Tapi ya coba deh dikasi pengertian, ya Insya Allah lama-lama ngerti kok. Tapi kalo disini, saling ejek, saling ledek bukan dalam arti menghina ya, tapi dalam arti ya memang kenakalan anak aja. Ya karena memang sudah maaf ya nih mba ya nyebutnya “komunitasnya” lah. Hahahaa.. pokonya faktornya utamanya itu dari temen2 sekolahnya yang dulu, lingkungan sekitar dia kaya tetangga, anak2 temen mainnya dirumah, sama keluarga ya tapi keluarga biasa sih udah nerima. Cuma dalam beberapa kasus ada yang kaya saya sebut tadi.

10. Anak slow learner biasanya memiliki konsep diri yang cenderung negatif karena kondisi dan pengalaman yang mereka alami, seperti kurang PD, emosi serta tingkah laku mereka yang sering tidak stabil (sangat sensitif). Nah sebagai kepala sekolah, strategi komunikasi seperti apa yang bapak lakukan dalam mengubah atau membentuk konsep diri mereka menjadi lebih baik? apakah misalnya bapak melakukan pendekatan khusus dulu dengan mereka atau bagaimana?

Jawab : kalo disini kita memang harus berangkat dari bahwa lingkup kekeluargaan disini. Terus terang disini antara anak, guru, komite orang tua tuh seperti keluarga aja. Kita bukan lagi seperti guru dengan siswa. Kita udah jadi kaya orang tuanya aja. Ya temen, ya orang tua. Dari situ akan lebih mudah, jadi dengan sentuhan-sentuhan seperti temen, seperti orang tua, itu yang tadinya punya prilaku-perilaku yang kurang bagus, yang tadinya sangat rendah diri, kecil hati,dan sebagainya, nah contoh ada tuh yang namanya Emir , Emir itu mba

(12)

dengan Bu Gusti dan Bu Sri itu mungkin maksudnya sayang, dia ingin dekat, cuma apa saking gemesnya, jadi kalo dia genggam tangan tuh kenceeeeng banget. Sampe luka-luka, tapi sih sebenernya maksud dia cuma ingin deket. Terus ngomong pake kata – kata kasar. Kita harus gunakan bahasa ga boleh nih ya ngomong kata-kata kasar seperti “anjing”. Kan di kelas nih kan Insya Allah ga mungkin dia denger kata – kata speerti itu, oo ternyata kalo di pasar, mall dia sering denger kata-kata itu. Kita bilangin itu ga boleh, itu nama binatang nak. Nah lalu kalo misalnya masalah PD dan tertutup, banyak loh mba murid disini yang mengalami masalah itu. Contoh, ada tuh namanya Khanza, udah kelas tiga SMA sekarang anaknya. Dia itu ya mba, orang tertutuup sekali, pendiaam sekali, tadinya kita pihak sekolah engga tau kenapa dia begitu, namun kita deketin pelan – pelan, ajak ngobrol terus mba, walaupun dia ga ngejawab nih, biarin, kita ajak ngobrol terus, samapai suatu saat mungkin dia udah ngerasa nyaman sama kita, pelan – pelan kita ajak ngobrol, kita tanya, kenapa sih kamu selama ini diem aja, gini..gini..gini, ternyata apa mba? Ternyata dia itu diem karna dia takut. Takut kalo temen-temennya engga mau main sama dia kaya di sekolah dia yang lama. Jadi rendah diri mba, pengalaman dia itu jadi gimana ya.. jadi ngebuat dia kecil hati untuk bertemen, berbaur dengan temen – temennya di sekolah ini, sekolah barunya ini. Wah yaudah, kita kasih pengertian, “oooh ga kok nak, sini, main ya sama temen-temen, temen-temen baik kok, ga mungkin gangguin kamu. Tuh liat tuh” nah dengan cara seperti itu, kita bisa meyakinkan dia bahwa apa yang sebenarnya ada di pikiran dia tentang teman-temannya tuh belom tentu bener kaya apa yang ada di pikirannya sebelum dia nyoba. Setelah beberapa bulan dia mengalami perkembangan terus seperti itu, orangtuanya telpon ke sekolah, mungkin karna orang tuanya sibuk kali ya jadi cuma sempet telfon aja ke sekolah, orang tuanya bersyukur sekali sejak sekolah disini tiap pulang sekolah sekarang dia uda bisa cerita – cerita sama orang tuanya, sama mba nya. lebih ceria lah.

(13)

Pokonya, kita deketin dulu pasti, kita tanya kenapa sih kamu bisa begitu, tanya pelan-pelan aja dulu. Kalo udah baru kita bilangin, kita ajak ngobrol. Gitu mba. Dengan sistem begitu banyak perkembangan.

11. Bagaimana cara bapak membuat siswa tertarik dan membangun kepercayaan terhadap bapak untuk menceritakan atau terbuka tentang diri mereka?

Jawab : pertama kan kita pas ngajar dikelas, kita perhatiin kenapa sih anak ini cenderung pendiem, pertama pendekatan yang jelas, pendekatan apakah kita berperilaku sebagai orang tua atau guru. Kita deketin, pancing-pancing dia, biasanya kalo dia uda deket sama kita mba, bukan kita yang dateng. Malah dia yang akan dateng nyari kita, kalo sudah seneng, “kayanya saya dapet tempat nih di bapak ini”, nah, dateng dia, curhat, begini begitu, ibaratnya mba kalo uda ketangkep yaudah gampang.

12. Nah, strategi komunikasi yang bapak lakukan dalam membangun konsep diri mereka tersebut biasanya seringkali bapak lakukan perindividual dengan siswa ataukah sering bapak lakukan dengan beberapa orang siswa (komunikasi kelompok kecil) sekaligus? Mana yang lebih sering bapak lakukan? Jika perindividual mengapa? Jika kelompok mengapa?

Jawab : gini ya, karna kita ini guru, kalo tatap muka tuh hampir sering terjadi ya, contoh : pagi2 aja kalo masuk sekolah sering sapa, sebelum masuk aja kita datang, mereka salaman, “pagi pak, gimana? Apa kabar? Uda nyampe?” nah pulang “loh belum dijemput? Yauda tunggu dalem ya”. Tapi komunikasi yang kita lakukan juga bisa kok kita sampaikan pas upacara, di kelas. Bisa mba. Jadi dua2nya kita lakukan mba. Semua kita lakukan kok mba. Kena semuanya. Mau individual, kelompok kecil, semua mba.

13. Selain melalui ucapan (bahasa verbal), apakah bapak juga menggunakan perilaku non verbal seperti misalnya senyuman, usapan, belaian, dan lainnya untuk membuat konsep diri mereka

(14)

menjadi lebih baik? jika ya, perilaku non verbal seperti apa yang pernah dan cenderung sering bapak lakukan? Mengapa bapak sering memakai bahasa non verbal tersebut kepada siswa? Apakah ada efek yang berbeda pada diri siswa ketika memakai bahasa non verbal yang biasa bapak lakukan dengan bahasa nonverbal lainnya?

Jawab : nah gini, kan ada istilah pembelajaran pembiasaan. Yaitu dateng melakukan sapaan, salaman, sentuhan, sehingga terbiasa melakukan hal-hal yang baik. karena anak-anak seperti ini cenderung harus dengan contoh konkret ketimbang ucapan-ucapan aja. Saya biasa sih gunakan senyuman ya, salaman juga, tepukan pundak pundak juga biasanya saya gnakan untuk membuat mereka tuh ngerasa seneng, hangat, deket sama kita, untuk menjadikan kita tuh sebagai teman mereka. Untuk bisa membuat mereka punya semangat untuk terus belajar lagi, PD lagi, perilaku yang lebih baik. macem-macem mba. Tapi yang paling sering saya gunakan ya senyuman. Soalnya ketika saya tersenyum otomatis mereka akan ngerasa oooh bapak ini baik nih sama saya, mukanya ga seremin, saya dengerin deh apa kata dia. Dia bakalan terus mau belajar mba soalnya ngerasa dia punya temen yang terus ngedukung dia.

14. Strategi komunikasi yang bapak lakukan dalam membangun konsep diri para siswa ini bapak lakukan hanya di sekolah atau bapak lakukan juga di luar sekolah? Mengapa?

Jawab : lebih banyak cenderung karna kita belajar ya di dalam sekolah ya, tapi sering juga mba kita lakukan di luar sekolah. Contoh nih sering banget saya alami, si A nelpon tengah malem, kadang-kadang kita lagi apa, tapi harus kita layani, kan membangun komunikasi, entah itu mereka cuma cerita doang, curhat, mereka sedih lah, kesepian lah. Atau gini “pak, besok senin masih sekolah ya pak? Pake seragam ini kan pak?” harusnya dia ga usah nanya uda tau sebenernya. Tapi mungkin dia lagi sedih, sepi, pengen curhat, pengen ngobrol, kesepian

(15)

gara-gara ga ada yang ngobrol sama dia, nah akhirnya telpon, komunikasi seperti itu ya akhirnya kita lakukan juga. Tapi begini, kita ingatkan, nak sudah malem, besok pagi aja ya. Memang, komunikasi itu perlu. Ga bisa kita omelin dia pas dia telpon, dia takut nanti, trauma nanti, nanti dia jadi ngerasa kita ga suka sama dia, ga seneng sama dia. Tambah negatif lagi nanti konsep dirinya. Jadi kita harus ngomong pelan-pelan sama mereka, berikan pengertian. Jadi kapan saja mau di dalem mau diluar sekolah kita lakukan sebenernya.

15. Apakah ada perubahan dalam diri siswa setelah bapak menerapkan strategi komunikasi tersebut kepada mereka? Jika ya, perubahan yang seperti apa yang biasanya terjadi pada konsep diri mereka?

Jawab : ada mba, banyak. contoh, ada yang namanya Rio, awal dia dateng dia anaknya pendieeem gitu. Setelah diperhatikan, ternyata dia ada keraguan, malu untuk menyapa gurunya terlebih dulu. Kalo begitu, kita coba sapa duluan “eh gimana mas rio?udah nyampe? Brangkat dari rumah jem berapa?” dari situ dia bisa mikir dan merasa wah berarti guru saya ramah ya, baik ya, mulai besok dia ga ada ragu-ragu nyapa guru duluan, termasuk ada yang namanya Gwentine itu dia kadang suka susah-susah gampang. Ga mudah untuk komunikasi dengan dia, tapi sekalinya dia udah ngerasa udah dapet temen curhatnya, udah, dia critain semua, PD dia nyeritain semuanya.

16. Pernah ga bapak mengalami kendala dalam menerapkan strategi komunikasi ini? Jika ya, apa saja kesulitan atau kendala – kendala yang bapak hadapi dalam membangun konsep diri siswa tersebut? lalu bagaimana bapak mengatasi kendala – kendala tersebut?

Jawab : gini ya, banyak kendalanya, salah satunya siswa tertutup. Lebih mudah dan lebih cepet kita membangun konsep diri pada anak yang hiper, yang banyak ngomong, dibandingkan anak yang tertutup, pendiam. Kenapa? Karna yang tertutup tuh bener-bener harus pelan-pelan. Ngajak dia komunikasi aja ga semudah itu, paling pada

(16)

awal-awal komunikasi tuh paling mereka cuma jawab seperlunya aja loh. Ketimbang anak yang banyak ngomong, kan tinggal kita arahkan aja kan kalo anak yang seperti itu. Kalao anak yang tertutup, ya kita cari tau dulu apa yang membuat dia bisa tertutup, oooo berarti dia tertutup misalnya karna masalah ucapan yang dilakukan oleh gurunya saat dia di sekolah biasa, berarti saya harus membalik dan menggunakan kata-kata yang berlawanan dari gurunya yang dulu itu. Dulu dia itu mungkin diomongin gurunya “ooo masa kamu gini aja ga bisa, bodoh sekali kamu”. Nah berarti kita harus lawan, kita balikan mba. “waaah baguuus, pinter ya, tapi bapak mau nanya nih kok nilai yang matematikanya dapet 5? Memang gimana kamu belajarnya nak?” dia akan cerita kan..saya belajarnya gini, gini, gini pak.”ooo berarti kalo misalnya belajarnya lebih giat, bisa lebih dapet nilai lebih tinggi lagi ya”.. nah artinya apa? Yang kita perlukan disini adalah selain pendekatan untuk mengatasi kendala-kendala ini kita juga butuh mengatakan kata-kata sanjungan yang membuat anak akan terus semangat untuk berusaha. Dia menjadi trauma karna kalimat ini, berati sekarang harus kita balik. Kendala selanjutnya adalah, mereka merasa rendah diri, bodoh mba, karna begini dalam pembagian rapot ya biasanya nilai-nilai mereka selain pelajaran eksak tuh bagus-bagus mba 9, 8 7, tapi kalo uda menyangkut eksak ya matematika, fisika, kimia, jelek banget mba ya 5, 4, 3 nah orang tua biasanya salah komunikasinya. Biasanya orang tua justru pada nanya “ini kok dapet segini sih??????” sehingga banyak mba disini yang ketika saya ngajarin mereka, saya komunikasi sama mereka, mereka tuh jadi males mba untuk belajar lagi, mereka udah putus asa duluan, jadi cepet nyerah karna mikirnya nih “pasti saya ga bisa, toh nilai rapot saya juga jelek semua di pelajaran hitungan”, kalo uda kaya gini biasanya saya bilang misal “wuiiih agamanya 8 ya, wuuh bahasanya bagus ya nak dapet 9, eh matematika brapa nih? 4 ? Emang susah ya nak? Terus emang cara belajarnya gimana?” jadi bukan justice mba, “seandainya

(17)

kamu belajarnya lebih giat, pasti bakal dapet lebih bagus dari angka sekarang ini loh, bisa dapet 6, atau 7 loh”. Jadi gitu mba, jadi anak ga merasa dijatuhkan, dia akan merasa lebih semangat dan terus mau belajar dan mencoba. Anak ga merasa berpikir “udah tau saya ga bisa, mama marahin saya lagi”. Jadi dia tidak ada rasa sedikitpun untuk berpikir kalo dia itu bodoh, merasa cepat putus asa, dan cuma akan pasrah aja mba.

17. Apakah kendala – kendala dalam penerapan strategi komunikasi ini hanya berasal dari para siswa saja? Apakah kendala tersebut ada yang justru berasal dari para gurunya? Jika ya, seperti apa contohnya dan bagaimana bapak mengatasinya ?

Jawab : oke gini, jangan dibilang semua guru pasti pinter loh, engga, kan guru tuh banyak macem. Ada guru yang cuma bisa ngajar doang, tapi ada juga guru yang bisa ngajar sekaligus bimbing, ngasuh, momong siswa. Entah karena ketidakmampuan si guru dalam berkomunikasi atau bagaimana, tapi di kelas bawaannya pengen marah terus, ngomel teruus, menciptakan suasana ga nyaman lah di kelas tuh ada kok mba.Cuma ya saya ga bisa sebut namanya ya. Biasanya saya ngatasinnya gini, kan kita sering ya mba ya rapat-rapat antar guru, rapat kenaikan kelas, rapat tahun ajaran baru,rapat evaluasi akhir semester, rapat-rapat guru lah disini intinya. Nah, disini, dalam rapat ini biasanya saya akan ngomong secara umum kepada semua guru-guru saya secara keseluruhan. Tidak individual. Jadi saya ga nunjuk ya mba. Karena kalo individual, dia jadi ngerasa kalo dia tuh bener-bener dihakimi, malu dan akhirnya malah berargumen dia. Bilang aja di rapat, ini ada beberapa masukan-masukan dari para orang tua murid, dari anak, bahwa ada guru yang dalam mengajar dia tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan tapi justru dia banyak mengkritiki anak. Nah Insya Allah, kan kita ini kan orang dewasa ya mba ya, uda bisa mikir dong, uda ngerti dong harusnya. Ya mudah-mudahan sih ngerti maksudnya oooh ini tuh untuk saya loh. Gitu mba. Lalu juga

(18)

biasanya kalo untuk guru senior juga lebih susah dibilanginnya, karna dia merasa uda lebih lama ngajar disini kan jadi dia kadang sesukanya dia aja walalupun udah saya bahas istilahnya di rapat.

18. Apakah ada program pembelajaran disini yang dapat membentuk konsep diri mereka menjadi lebih baik? misalnya pembelajaran “character building”? jika ada, bagaimana implementasinya?

Jawab : nah, kalo untuk pembelajaran seperti itu disini sih paling ada namanya pembelajaran pengembangan diri , bukan pengembangan karakter. Jadi pembelajaran yang tujuannya mengembangkan diri mereka selain secara akademik. seperti karate untuk anak laki-laki, lalu tari untuk anak perempuan. Yang ngajarin juga guru-guru disini. Tujuannya apa? Ya itu tadi membuat atau membentuk anak supaya di jadi PD, lebih merasa oh saya tuh walaupun saya ga mampu dalam berpikir hal-hal yang rumit, tapi saya bisa dan berani untuk menunjukkan hal lain yang lebih saya kuasai dan saya senangi. Gitu loh mba. Bukan berarti karate hanya untuk anak lelaki dan menari hanya untuk yang perempuan, ada juga loh yang perempuan ikut karate. Biarin aja, kalo memang dia senengnya disitu ya gapapa, biar dia lebih berani kan berarti itu.

19. Lebih efektif manakah dalam membentuk konsep diri siswa ? program pembelajaran tersebut ataukah lebih efektif KAP yang dilakukan guru?

Jawab : kalo ditanya efektif mana ya memang pasti ke praktek. Karna kalo kita cuma ngomong aja ga ada contoh konkret, ga bisa mba. Ga ngerti. Jadi past lebih efektif komunikasi yang saya lakukan dengan siswa langsung ya.

20. Jika ada pembelajaran seperti demikan, apakah pembelajaran tersebut hanya ada untuk para siswa? Apakah ada pembelajaran sejenis (character building) yang dikhususkan untuk para gurunya? Jika ya, apa saja dan apa tujuannya?

(19)

Jawab : kalo disekolah ini sih belum ada mba untuk pembelajaran seperti itu untuk gurunya. Paling kalo pelatihan untuk guru ya cuma kaya pelatihan-pelatihan komputer doang sih adanya ya biar guru ga gaptek-gaptek amat lah.. itu juga ga tiap minggu, cuma ya kalo ada waktu aja. Cuma untuk latih guru mengisi nilai sama bikin soal dengan komputer misalnya.

21. Oh oke deh pak, itu aja sih pak yang mau saya tanyain, nanti kalau misalnya saya ada butuh nanya-nanya informasi lagi, boleh ya pak?

Jawab : oh boleh, silahkan mba silahkan, kami sangat terbuka untuk masalah pendidikan. Ini kan namanya kita membantu anak didik Indonesia juga. Membukakan jalan, silahkan aja mba

22. Oke pak, terima kasih banyak ya, maaf merepotkan.

(20)

Informan Kedua : Ibu Gusti Leni (Guru Bimbingan Konseling) Lokasi Wawancara : Kantor Bimbingan Konseling (BK)

Pada tanggal : 22 November 2013

Pukul : 10.15

1. Pagi bu, katanya pak Yono lagi ke yayasan jadi wawancara ibu dulu ya, mulai ya bu, menurut Ibu, apa pentingnya komunikasi dalam sebuah proses belajar mengajar dan mengapa hal tersebut penting ?

Jawab : nah, kalo tanpa komunikasi kita tidak bisa menyampaikan masalah sama anak, atau anak tidak mengerti apa sih yang disampaikan. Jadi pasti setiap kita ngajar pasti ada proses komunikasi dimanapun dan kapanpun pasti ada apapun bentuknya pasti ada. Jadi kita sangat sangat perlu sekali komunikasi. Biar anak apa yang kita sampaikan tuh dia ngerti.

2. Jika menurut ibu komunikasi penting dalam proses belajar mengajar, apakah ibu memiliki strategi komunikasi tersendiri kepada para siswa dalam proses belajar mengajar? Jika ya, apa strateginya, mengapa ibu melakukan strategi tersebut dan bagaimana cara ibu menjalankannya?

Jawab : Pasti. Pasti mba. Setiap individu disini, anaknya dalam satu kelas ada sepuluh, pasti caranya juga ada sepuluh anak. Karena gini, proses belajar mengajar disini pertama kita gunakan secara klasikal, setelah itu baru individual. Jadi kita nyamperin anak – anak, dimana sih dia tidak mengerti dengan materi yang kita ajarkan. Jadi tidak secara klasikal aja, mungkin di sekolah umum mengajarnya hanya secara klasikal. Tetapi disini, kita gabungkan. Tidak bisa klasikal aja, tidak bisa individual saja. jadi kita melihat dimana kesulitan anak-anak, makanya kita perlu melihat individual.

(21)

3. Apakah sebelum ibu berkomunikasi dengan para siswa, ibu mengamati dulu sikap, sifat dan tingkah laku mereka? Jika iya, pengamatan yang ibu lakukan biasanya seperti apa dan lewat apa? Misalnya lewat profile tertulis atau bagaimana?

Jawab : Pasti. Biasanya kita memulai pelajaran kita menanyakan dulu gimana kesiapan dia. Dari sana kita bisa melihat dia bener – bener siap atau dia lagi ada masalah. Kelihatan dari ekspresi anak-anak disini. Maaf, keliatan. Dia punya masalah dirumah atau masalah di sekolah pasti keliatan. Tapi kalo untuk anak umum, pada usia anak SMA, pasti tidak kelihatan, karna maaf dia sudah bisa menentukan ooh saya ini disekolah, jadi saya bersikap sebagaimana layaknya disekolah, oooh ni saya dirumah, saya bersikap ya seperti dirumah. Nah kalo anak sini tidak, masalah rumah kadang dia bawa ke sekolah,masalah sekolah dia bawa kerumah. Seperti itu. Jadi kita akan melihat anak ini seperti apa atau bagaimana. Nah kalo kita sudah bisa menentukan ooh ini anaknya seperti ini, dia hari ini lagi semangat nih datang ke sekolah, lanjutkan saja, tetapi kalo tidak, ya sudah, kita selesaikan dulu masalahnya. Kita bawa keluar, yang lain kita kasih pelajaran aja biasa. Kalo dia tidak bisa mengungkapkan dengan kata – kata karna misalnya dia malu atau bagaimana, kita kasih kertas selembar, kita tulis “apa masalahnya?” nanti dia akan tulis, mengarang dia nanti disana, walaupun tulisan dia kadang-kadang ngelantur kemana-mana cuma kita fokuskan masalahnya apa. Kadang – kadang masalah sepele aja mba, masalah uang jajan lupa dikasih atau apa. Jadi gini ya mba, sekedar mba punya bayangan aja, disini tuh anak-anaknya walaupun usianya udah 17 tahun, tetapi pola pikirnya masih dibawah itu. Misalnya anak SMA tingkah lakunya masih seperti SMP gitu. Tidak seusianya dia.

4. Apakah ibu membeda – bedakan strategi komunikasi yang ibu lakukan antara siswa satu dengan yang lainnya? Jika ya, apa alasannya dan contoh nyata nya bagaimana?

(22)

Jawab : Ya. Kita membedakan. Karna apa? Satu, kebutuhan anak itu. Misalnya yang satu cepat. Misalnya mba, mba menangkap yang saya berikan cepat, satunya engga. Pasti beda dong caranya, kalimatnya, bahasanya yang kita gunakan pasti beda. Tetapi, semua yang kita ajarkan sama. Intinya sama. Yang si A bisa, yang si B harus bisa juga. Walaupun cara menyampaikan berbeda-beda. Tapi tujuannya ya satu.

5. Ketika strategi komunikasi telah ibu lakukan kepada para siswa dalam proses belajar mengajar, pernah tidak strategi komunikasi yang ibu lakukan tidak berhasil atau tidak tersampaikan, contohnya? Jika pernah, apa yang ibu lakukan? Apakah ibu merubah strategi tersebut atau tidak? Jika ya mengapa, jika tidak juga mengapa alasannya?

Jawab : Pasti ada. Pasti ada mba. Contohnya misalnya, kita maksudnya kemana, anak jawabannya apa. Atau kita perintahkan apa, dia kemana. Pasti ada, dan maaf, anak disini kan kategorinya slow, jadi kita harus berulang –ulang. Maksudnya kita kesana, kesana nak, harus kita ulang lagi ke-sa-na. Jadi kita harus mempertegas, ga bisa sekali dia ngerti. Jadi kita ada ya salah komunikasi juga ada, sering. Jika cara itu ga berhasil, pasti kita ubah strateginya. Kita ajak secara langsung. Nih maksud ibu tuh kesini nak, ajak dia, bener-bener konkret, harus nyata kita mencontohkan kepada dia. Oooh ni seperti ini. Misal lagi, “kamu bayangin ga bentuk buah apel tuh begini” dia bayangin tuh ga bisa, harus ada barangnya. Oooh ini toh apel. Rasanya apa. Baru dia bisa. Gitu.

6. Apa aja sih bu biasanya yang menjadi masalah anak slow learner utamanya yang dapat diselesaikan via komunikasi?

Jawab : nah kalo disini masalah utamanya kebanyakan adalah kurang PD dan kurang bisa beradaptasi mba. Ada juga yang suka kesel sama diri sendiri karna dia ga bisa-bisa sama materi yang diajarkan, akhirnya dia nangis, putus asa deh. Maksudnya gini, sebenernya beragam sih mba. Banyak. Kalo lingkungan, dia ga bisa langsung

(23)

beradaptasi. Malu dia, takut, takut mungkin dia akan diapakan sama lingkungannya gitu. Dia akan pelajari dulu biasanya. Ooo gini.. butuh waktu yang agak lama biasanya. Kalo kita kan orang normal langsung ya, kalo dia engga dia kan amati dulu.

7. Berati dapat saya katakan, masalah utamanya berarti konsep diri yang cenderung negatif ya bu. Berdasarkan pengalaman ibu nih, apa saja sih yang dapat menyebabkan siswa memiliki konsep diri yang demikian?

Jawab : ya begini, banyak yang menyebabkan mereka menjadi seperti itu ya mba, maaf ya mereka kan mungkin dulu di sekolahnya mereka saat di sekolah biasa kan mereka sedikit berbeda ya dari teman – temannya. Karna dia lamban belajar ya makanya mungkin mereka sering dibilang aneh, bodoh, ga nyambung – nyambung otak nya atau yang lainnya. Sehingga mereka sering diisengin temen-temennya, kalo ada kegiatan apa juga ga diikutsertakan, ga diajak gabung, sehingga mereka ngerasa kalo mereka tuh dijauhi, ga dianggep, bukan siapa-siapa, mereka tuh lebih rendah dari anak-anak lainnya gitu loh mba. Padahal mereka mungkin pengen gabung dengan anak – anak lainnya untuk ikut acara atau tim sekolah. Kan sering ya anak-anak seperti ini kalo ada kegiatan apaaa gitu ga diikutsertakan sama guru dan teman-temannya karna dianggap ga mampu, padahal sebetulnya harusnya mereka dikasih andil walaupun kecil dan mudah sekali, diajak gabung “ayo sama kita” gitu.. kalo kaya gitu mereka kan bakal ngerasa dong “asiik, saya diajak gabung nih sama temen-temen saya, sama guru-guru saya, saya ga dianggep beda”. Dengan begitu walaupun tugasnya kecil ya mba tapi mereka seneng, mereka bisa ngerjain dengan sepenuh hati mereka kan. Nah lalu, sebab mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik ya karna itu juga sebenernya gitu loh mba. Jadi takut mereka ketemu sama orang baru. “ah jangan-jangan ntar ga diajak main juga sama kaya temen-temen atau lingkungan yang dulu”. Biasanya mereka seperti itu sebabnya.

(24)

8. Anak slow learner biasanya memiliki konsep diri yang cenderung negatif karena kondisi yang mereka alami, seperti kurang PD, emosi serta tingkah laku mereka yang sering tidak stabil (sangat sensitif). Nah sebagai guru, strategi komunikasi seperti apa yang ibu lakukan dalam mengubah atau membentuk konsep diri mereka menjadi lebih baik? apakah misalnya ibu melakukan pendekatan khusus dulu dengan mereka atau bagaimana?

Jawab : Oh pasti mba, kalo dari saya pribadi saya gunakan pendekatan khusus dulu dengan mereka. Dengan sentuhan, kata-kata khusus pasti perlu. Karena apa? Dia percaya dulu sama kita. Kalo uda percaya , sudah bisa terbuka semuanya. Apapun kejadian yang dialami pasti sampai kesini. Pasti cerita. Kalo dia udah cerita yaudah mba baru kita selesaikan. Bisa dengan saya pribadi atau bisa juga dengan diskusi. Kalo untuk diskusi biasanya saya gunakan untuk anak yang memiliki kemampuan adaptasi yang kurang mba. Susah untuk menjalin pertemnanan. nah, dengan begini kan mereka bisa belajar berkomunikasi tuh dengan teman bagaimana, dengan guru bagaimana kan. Ya kita kan harapannya supaya buat mereka menjadi lebih baik aja. Supaya mereka bisa memandang kalo diri mereka juga bernilai, berharga juga gitu sama dengan anak-anak normal lainnya.

9. Bagaimana cara ibu untuk membuat siswa tertarik dan membangun kepercayaan terhadap ibu untuk menceritakan atau terbuka tentang diri mereka?

Jawab : caranya ya itu tadi, kita deket dulu sama mereka. Gini mba, kalo kita udah deket nih sama mereka, mereka udah ngerasa kita tuh temen mereka yang bisa mereka ceritain, apappuuun yang terjadi, ga usah kita minta, dia pasti cerita sama kita. Pasti itu mba. Kita harus berusaha dulu nih, ya jadi temennya, ya jadi orang tuanya juga, ya juga jadi gurunya juga, wah semua lengkap mba peran yang kita jalanin. Udah kaya bengkel kita mba. Hahahaaa..

(25)

10. Nah, strategi komunikasi yang ibu lakukan dalam membangun konsep diri mereka tersebut biasanya seringkali ibu lakukan perindividual dengan siswa ataukah sering ibu lakukan dengan beberapa orang siswa (komunikasi kelompok kecil) sekaligus? Mana yang lebih sering ibu lakukan? Jika perindividual mengapa? Jika kelompok mengapa?

Jawab : semuanya dilakukan. Pertama kali misalnya kita secara kelompok. Kelompok besar dulu dibagi menjadi kelompok kecil, dipersempit lagi menjadi perindividual. Kita lihat, kalo di kelompok besar dia ga punya masalah, dibagi lagi jadi ke kelompok kecil, ga ada yang bermasalah, atau ada yang bermasalah, kita tarik siapa nih yang bermasalah. Kita selesaikan masalahnya secara individual. Karna maaf, kalo kita selesaikan secara kelompok, masalahnya ya masalah kelompok. Tidak bisa kita selesaikan masalah pribadi di kelompok. Kecuali masalahnya umum . tapi kalo masalah dia pribadi kita ajak ke kelompok, kan ada kode etiknya ya.

11. Selain melalui ucapan (bahasa verbal), apakah ibu juga menggunakan perilaku non verbal seperti misalnya senyuman, usapan, belaian, untuk membuat konsep diri mereka menjadi lebih baik? jika ya, perilaku non verbal seperti apa yang pernah dan cenderung sering ibu lakukan? Mengapa ibu sering memakai bahasa non verbal tersebut kepada siswa? Apakah ada efek yang berbeda pada diri siswa ketika memakai bahasa non verbal yang biasa ibu lakukan dengan bahasa nonverbal lainnya?

Jawab : Ohhh ya pasti sekali mba. Pasti. Kita biasanya senyuum, sentuhan, rangkulan yang tentunya disesuaikan dengan kode etik ya, bukan rangkulan yang gimanaa ya soalnya maaf anak-anak SMA ini kan udah puber, dia udah ngerti ini batasan rangkulan temen, oo ini batasan rangkulan guru pada siswa, ya rangkulan semestinya aja lah yang biasa dilakukan guru ke muridnya untuk menyemangati mereka, menghibur mereka, memotivasi mereka, biar dia ngerasa ooo ini

(26)

bener-bener orang tua saya juga nih, ooo ini guru saya. Kalo kita cuma pake kata – kata atau verbal aja, dia ga akan ngerti “nih apa sih maksudnya?” pasti kita pake. Contoh, kita datang pagi – pagi, kita ga senyum, nanya loh mereka “ibu ga senyum? Kenapa ibu ga senyum?” dia balik nanya ke kita, karna kita sering gini bilang ke mereka “kalo orang dateng itu pake ekspresi dong, senyum dong, selamat pagi, selamat siang, assalamualaikum”. Giliran kita dateng, dia balikin lagi kalo kita ga senyum “ibu punya masalah?apa masalah ibu? Kok ibu ga senyum? Senyum dong bu”. Biasanya saya akan jawab “loh kamu ga senyum, makanya ibu ga senyum” jadi ini juga sebagai cara ya mba melatih mereka untuk memiliki sikap yang baik untuk selalu tersenyum kepada orang lain. Karna kalo kita senyum, orang lain juga akan nantinya senyum kan ke kita.

12. Strategi komunikasi yang ibu lakukan dalam membangun konsep diri para siswa ini ibu lakukan hanya di sekolah atau ibu lakukan juga di luar sekolah? Mengapa?

Jawab : di luar dan di dalam mba. Karna kalo di dalam kan kita lebih cenderung formal ya, kalo diluar menempatkan diri ya “saya” bukan “ibu” kalo ga “aku”. Nah dia akan cerita misal “bu, aku ga bisa belajar nih, temen aku ada yang gini, gini, gini” saya jawab “kenapa? Temen kamu emang ngapain kamu? Aku bisa kok” atau “ga kok, kamu ga seperti itu, menurut aku kamu pinter, bagus banget nilainya, belajarnya lebih rajin aja lagi supaya bisa dapet nilai lebih bagus besok pas ulangan lagi”. jadi bahasa dia yang kita ajak. Kita lakukan gini mba karna biar dia tuh ngerasa kalo kita nih bener-bener ada di lingkungan dia. Kalo misalnya kita ada jarak, maaf, anak-anak ga bisa terbuka sama kita, apapun itu masalahnya dia ga akan terbuka. Otomatis kalo dia ga terbuka kan susah ya, kita ga bisa membantu membangun konsep diri mereka jadi lebih baik juga kan jadinya. Apa masalahnya aja kita ga tau.

(27)

13. Apakah ada perubahan dalam diri siswa setelah ibu menerapkan strategi komunikasi tersebut kepada mereka? Jika ya, perubahan yang seperti apa yang biasanya terjadi pada konsep diri mereka?

Jawab : nah, oke, pasti ada perubahannya mba. Tapi tidak semudah membalikan telapak tangan. Contoh, ada anak sini dulu trauma dengan sekolah, pindahan dari sekolah umum, kesini trauma, waaah di sekolah umum dia jadi bahan apa itu namanya, bahan..bahan ejekan, bahan atau obyek guru dan teman-temannya lah. Mungkin guru sekolah umum kan ga biasa ya dengan adanya anak seperti ini, jadi kesel kali mereka ngajarinnya kok ga bisa-bisa. Sehingga apa, dia liat pagar sekolah aja takut, dua bulan tiga bulan saya jemput dia di mobil, masuk ke kelas, pagi besok begitu lagi sampai 3 bulan, udah nyaman dikelas, 4 bulan, 5 bulan sudah tidak saya lakukan, kesininya lama-lama PD mba anaknya. Jadi biasanya di sekolah umum dia tidak PD mungkin karna hal yang saya bilang tadi, disini biasanya paling lama dua bulan, tiga bulan, atau ada yang seminggu atau ada yang sehari, soalnya maaf, kata dia sudah “habitatnya” saya disini. Karna maaf lagi, dia liat ooo berarti kemampuan saya disini. Cuma dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.

14. Pernah ga ibu mengalami kendala dalam menerapkan strategi komunikasi ini? Jika ya, apa saja kesulitan atau kendala – kendala yang ibu hadapi dalam membangun konsep diri siswa tersebut? misalnya ada siswa tertutup, merendahkan diri sendiri, atau siswa yang bagaimana? lalu bagaimana ibu mengatasi kendala – kendala tersebut?

Jawab : pernah mba, banyak siswa yang rendah diri tuh banyak karna misalnya hal – hal sepele aja sebenernya karna nilai ulangan mereka jelek, sehingga biasanya kita bilang ke mereka buat belajar lagi, mereka ga mau, udah putus asa duluan mereka. Udah nganggepnya ulangan berikutnya pasti juga ga bisa. Biasanya saya ngomong di kelas “ini kenapa sih ya ada yang nilainya 8, tapi kita ga sebutin ya

(28)

namanya, ini ada loh nilainya yang 8, ada juga yang 5”. Ntar pada nanya “siapa bu?”, “ada deh, rahasia ibu”, trus saya tanya“emang pada gimana sih cara belajarnya? Coba diliat apa catatannya rapih, tulisannya rapih ga”, ga bisa kita nunjuk “ini si A nilai 8 ya, kamu kok Cuma dapet 5????” ga bisa mba, udah putus asa karna dapet nilai jelek, nambah bikin putus asa lagi kalo gitu caranya. Jadi carany kita bilang nih, si A dapet nilai 8, kenapa dia bisa dapet nilai 8? Oooo catetan dia rapih, tulisan dia rapih, PR, latihan dikerjakan, jadi kita kasih itu kita harapkan menjadi contoh dan motivasi bagi anak-anak yang memang rendah nilainya untuk menjadi sama seperti temannya yang punya nilai 8 ini dengan cara catatannya dirapihkan, tulisannya dibagusin.

15. Apakah kendala – kendala dalam penerapan strategi komunikasi ini hanya berasal dari para siswa saja? Apakah kendala tersebut ada yang justru berasal dari ibu sendiri ? Jika ya, seperti apa contohnya ?

Jawaban : kalo saya sendiri sih ga ada ya mba kayanya, soalnya kan saya psikolog ya lulusannya, tapi mungkin guru yang lain ada, mungkin entah karna gurunya lagi ada masalah, atau lagi apa kan gatau juga ya. Tapi kalo dari saya sendiri sih sebisa mungkin saya tetap kapanpun dan dimanapun saya selalu berusaha ngertiin anak, layanin anak, perhatiin, jadi mereka juga ngerasa mereka tidak dijauhi ya, tidak dicuekkan begitu saja gitu loh.

16. Oke deh bu, itu aja sih yang mau saya tanyain, terima kasih banyak ya bu

(29)

Informan Ketiga : Ibu Sri Subekti (Guru Kelas dan Guru Matematika)

Lokasi Wawancara : Ruang Tata Usaha SMA Budi Waluyo

Pada tanggal : 25 November 2013

Pukul : 09.55

1. Menurut Ibu, apa pentingnya komunikasi antara guru dan murid di sekolah atau dalam sebuah proses belajar mengajar?

Jawab : sebenernya komunikasi itu kan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya, nah, kalo kita ga ada komunikasinya, terutama anak, maka dia otomatis dia untuk PD nya atau untuk percaya dirinya engga ada lah atau berkurang gitu. Karena kebetulan ada anak saya yang memang kalo dia tidak dipancing untuk komunikasi, maka dia diem aja. Jadi, antara guru dan murid itu salah satunya harus ada yang proaktif. Nah disini, karna kita berkebutuhan khusus, maka gurulah yang harus bisa proaktif atau berkomunikasi dengan lebih baik kepada murid. Ada banyak disini yang nanya, jawab seperlunya, ditanya lagi jawab seperlunya lagi, ga bakal dia kalo ditanya “apa kabarnya?” jawabnya cuma “baik”, kalo kita yang komunikasinya lancar kan kalo ditanya begitu kita jawab juga ya “ibu gimana juga kabarnya? Sehat?” gitu kan? Kalo dia engga, makanya apa? Komunikasi penting untuk membangun semuanya itu. Ya membangun percaya diri, semangat, motivasi, seeeeemuanya.

2. Jika menurut ibu komunikasi penting dalam proses belajar mengajar, apakah ibu memiliki strategi komunikasi tersendiri kepada para siswa dalam proses belajar mengajar? Jika ya, strategi apa yang ibu lakukan, mengapa ibu melakukan strategi tersebut dan bagaimana ibu menjalankannya ?

Jawab : kalo saya, karna saya itu kan kalo disini kan satu kelas paling sepuluh ya, paling banyak. Maka sepuluh anak itu akan saya hampiri

(30)

satu – satu. Saya akan bertanya kalo pelajaran saya tuh dikiranya sulit, saya akan tanya “mana yang susah?”, kalo pas dia diem aja, saya ga akan nanya lagi pelajaran, saya akan nanya misalnya “gimana kabarnya hari ini?” pokoknya keluarlah dulu dari pelajaran. Karna kalo saya mengajar, saya pengen anak itu suka dulu dengan saya.

3. Apakah sebelum ibu berkomunikasi dengan para siswa, ibu mengamati dulu sikap, sifat dan tingkah laku mereka? Jika iya, pengamatan yang ibu lakukan biasanya seperti apa dan lewat apa? Misalnya lewat profile tertulis atau bagaimana?

Jawab :dari keseharian. karna dari keseharian itu kan kebetulan saya tiap hari disini, kadang – kadang kalo memang sudah deket, dia lah yang keruangan saya, pagi – pagi juga ada aja yang kesini, dan seringkali ya maaf ya mba, ada anak yang suka bicara ngelantur, karena dia komunikasinya kurang tapi pengen komunikasi, otomatis apapun yang terjadi dia kan pengen ngomong, ya dia akan kesini, walaupun ga jelas ya saya kira – kira aja ooooh mungkin inimaksudnya dia, dia pengen cerita yang seperti ini, saya menduga-duga sendiri. Lalu juga dari keseharian mereka itu, saya kan juga perhatiin ya ooo ada anak yang selalu sendiri, ooo ada anak yang baik nih bergaul sama temen-temennya, ada yang seperti ini, seperti itu, nah jadi pengamatan yang saya lakukan justru banyak dari keseharian perilaku mereka aja sih mba. Nah setelah saya tau sifat mereka masing – masing seperti apa, apa yang menjadi masalah dalam diri mereka satu persatu, nantinya kan saya bisa menyesuaikan komunikasi yang akan saya pakai kepada mereka masing-masing tuh seperti apa. Misalnya setelah saya amati oh dia pendiam anaknya, kenapa dia bisa pendiam, saya cari tau dulu, nah berarti cara komunikasi saya, ga bisa saya ajak dia berkomunikasi dengan langsung gabung ke temen – temennya, tapi berdua dulu sama saya, pelan – pelan nanti lama-lama baru kalo kira – kira dia udah bisa diajak ngomong, baru saya ajak

(31)

gabung sama temen-temennya, memang ga mudah mba. Tergantung anaknya.

4. Apakah ibu membeda – bedakan strategi komunikasi yang ibu lakukan antara siswa satu dengan yang lainnya? Jika ya, apa alasannya dan contoh nyata nya bagaimana?

Jawab : betul. Karena ya itu tadi ,kita adalah sekolah kebutuhan khusus. Gini mba, di sekolah umum aja, masing – masing anak punya karakter beda – beda. Ya mungkin kalo di sekolah umum walaupun karakter beda – beda, tapi kan muridnya pada ngerti oooooh ini saya disekolah, engga boleh yang gimana – gimana kan. Nah, kalo disini, mohon maaf, anak – anaknya kan kategorinya slow, umurnya berapa, tapi pola pikirnya juga masih sering kaya anak dibawah usianya. Jadi, karakternya udah bukannya beda – beda lagi mba, udah sangat harus dibedakan cara komunikasinya antara satu dengan yang lain. Ga bisa dipukul rata semua harus dengerin saya, atau bagaimanaa gitu. Ga bisa. Saya harus menyesuaikan cara komunikasi saya antara satu anak dengan anak lainnya. Karna misalnya satu anak tuh dia hiper, enak dong kita komunikasi sama dia, dia cerita semuanya sama kita, malah dia yang kadang lebih bawel, tetapi banyak juga anak yang kurang bisa berbaur, kurang bisa beradaptasi dengan temannya, kecil hati, banyak mba. Nah untuk anak – anak yang seperti ini kan kita harus bener- bener deketin dia dulu. Kalo dia udah ngerasa kita baik sama dia, dia baru bisa komunikasi kan sama kita. Baru mau dengerin apa kata kita gitu kan.

5. Ketika strategi komunikasi telah ibu lakukan kepada para siswa, pernah tidak strategi komunikasi yang ibu lakukan tidak berhasil atau tidak tersampaikan, contohnya? Jika pernah, apa yang ibu lakukan? Apakah ibu merubah strategi tersebut atau tidak? Jika ya apa alasannya dan jika tidak apa alasannya?

Jawab : ada, contohnya gini , seperti yang saya katakan tadi, ada anak yang memang sangat diam. Jadi walaupun sudah saya pancing sesering

(32)

mungkin di kelas, tetap saja diam. Tetep tidak ada bicaranya. Kita tanya yang lain tetep aja dia diam. Ada. Otomatis kan dia hidunya juga sendiri. Kita temenin, kita ajak ngomong, juga dia diem. Ada yang seperti itu mba. Sampe saya beliin jajanan, bedua aja tuh padahal, dia dieeem aja. Engga mau jawab apa yang saya tanyain ke dia, entah itu tentang pelajaran lah, tentang keluarganya, tentang dirinya sendiri juga dia engga mau ngomong. Nah kalo sudah seperti itu, gimana coba saya mau ngajarin dia, gimana coba saya tau dia lagi sedih, ada masalah, kecewa mungkin ya atau lagi kenapaa gitu, gimana kita tau mba sebagai guru kalo dia ga ngomong ke kita. Saya mau jadi temen dia aja susah istilahnya gitu loh mba. Nah, gimana caranya? Ya tetep ajak ngomong dia, walaupun nih ya mba ya, walopun susaaah sekali, udah kaya ngomong sama tembok saya sama dia. Tetep mba, tetep kita obrolin terus. Ga, ga saya ubah strateginya. Tetep saya ajak ngobrol tiap hari, sesering mungkin tuh saya ajak ngobrol terus. Memang kalopun dijawab cuma dijawab seperlunya, tapi ya gapapa.

6. Apa aja sih biasanya yang menjadi masalah anak slow learner utamanya yang dapat diselesaikan via komunikasi?

Jawab :masalah utama yaa..hmmm.. kalo saya bilang sih disini terutama untuk anak pindahan ya dari sekolah lain, umumnya mereka itu awalnya kurang bisa bergaul mba. Karena biasanya sih kalo anak pindahan, mereka seperti itu karena dulu di sekolah yang lama sering sekali “dijatuhkan” secara sengaja maupun ga disengaja oleh gurunya atau oleh teman – temannya. Kan kalo anak yang seperti ini, yang slow seperti ini kan daya tangkapnya lambat ya mba. Jadi biasanya sih karna dulu gurunya suka marahin dia karna mungkin ga bisa – bisa ngikutin pelajaran dengan baik, gurunya kesel, cape ngajarinnya, bebel lah istilahnya, trus kan namanya manusia ya mba, kata – kata kurang pantas suka kadang diucapkan kalo lagi kesel kan. Nah jadi seperti itu, mungkin karna itu dia ngerasa udah cape sekolah jadinya, sekolah toh ntar saya juga ga bisa ikutin pelajaran, dimarahin lagi nanti sama ibu

(33)

guru. Gitu dia mikirnya. Terus temen – temennya kan juga suka ya kalo ada anak seperti ini di sekolah umum biasanya sering dijailin ya sama temen-temennya. Iseng kan, anak – anak namanya juga. Tapi diisengin doang, kalo main ga diajak. Naaaah, itu satu contoh tuh mba, atau masalah lainnya tuh anak – anaknya sensitiiiif sekali, cepat sekali emosinya naik. Temen ada salah dikit, langsung deh marah – marah, ga seneng dia kalo diejek sedikit aja padahal mah maksudnya mungkin temennya ga maksud gitu. atau mungkin misalnya, walaupun nih mba ya maaf, anak – anak kita seperti ini tapi kan mereka juga manusia kan, mereka juga punya hati, bisa jatuh cinta, cuma mungkin memang kalo orang – orang kaya kita kan bisa nahan ya, malu lah atau apaa, kalo dia mah engga mba. Ga malu – malu mereka. tapi dari situlah mereka sangat sensitif, maunya menang sendiri juga kadang. Misalnya kalo saya suka sama mba, mba ga boleh bergaul dengan yang lain, nanti dia bisa wuuuh marah, emosinya meledak – ledak langsung, berantem, nangis-nangis, merasa kalo mba ga suka sama dia. Ga usahlah gitu, misalnya aja saya laki, mba perempuan, saya ngomong saya suka sama mba, tapi seharian ini mba diem aja ga nanggepin saya, padahal kita ga ngapa-ngapain ya, saya marah loh, kenapa mba diem aja ama saya, kalo perlu saya nangis, pokonya dia taunya kalo dia suka, itu udah punya dia, orang lain mau deketin aja, marah dia, apalagi kalo cewenya nangepin atau ngobrol sama orang laen misalnya, waaaahhh, pikiran dia saat itu adalah mba benci sama dia, mba ga suka sama dia, mba tuh jahat sama dia, soalnya mba ga mau ngobrol sama dia. padahal mah mungkin maksudnya ga begitu. Ga cuma terjadi antara lawan jenis aja mba, sama temen mainnya biasa kalo misalnya yang satu nyapa yang satu melengos aja, marah dia, sedih, ngadu dia ke guru “si itu tuh bu tadi aku sapa ga mau jawab dia, emang aku salah apa ya bu? Dia marah kali ya sama aku”. Maksud temennya mungkin ga gitu, mungkin temennya waktu dia sapa dia ga sadar apa pikirannya lagi kemanaa kan, kadang saya suka ketawa

(34)

aja.Ada yang begitu. Banyak..Sangat sensitif mba, sangat. Makanya kami sebagai guru juga kadang harus hati – hati dalam bicara. Jangan sampai ada ucapan dari kita nih yang bisa nyakitin dia sedikiiiit saja. jangan sampe. Kalo dia udah ngerasa tersakitin yaudah deh, down lagi anaknya. Susah lagi kan bangun semuanya dari awal lagi kalo gitu. Kalo bisa ngomongin yang bagus – bagus aja lah. hahaha

7. Nah berarti dapat saya katakan bahwa masalah uatama anak- anak slow learner ini adalah konsep diri yang negatif ya bu, nah berdasarkan pengalaman ibu, faktor – faktor apa saja sih yang dapat menyebabkan siswa memiliki konsep diri yang demikian?

Jawab :ya, kalo anak – anak kami itu kan mba, dia dulunya mungkin sekolah yang tidak pada tempatnya, gitu seperti yang saya bilang tadi, dia sering jadi bahan ejekan. Itu satu hal yang bikin dia kadang – kadang down nya tuh sreepppp...luar biasa sekali jatohnya. Lalu kedua, maaf ya mba anak – anak kami disini kan rata – rata anak satu-satunya atau anak paling kecil gitu ya, dan kebetulan rata-rata disini semua rata-rata ya mba, anak dari keluarga berada lah, dengan fasilitas sendiri – sendiri. otomatis dia asik lah dikamarnya sendiri, sementara bapak ibunya bekerja, bibinya masak, supirnya kemanaa, asiklah dia dengan kesendiriannya itu. Otomatis kan kalo dia sendiri kan dia engga mau diganggu dong. Dia jadi punya dunia sendiri, hal itulah yang juga membuat dia jadi kurang bisa bergaul, kurang bisa bersosialisasi, karna dia udah asik mba sama dunianya sendiri dimana disitu dia tidak akan dijauhi, dikucilkan maaf ya, atau diejek dibandingkan kalo dia main sama manusia hidup yang normal. Kalo untuk keluarga ya, mungkin orang tuanya ga gitu ya, ga mungkin lah orang tua ngejauhin anaknya sendiri. Tapi kalau sodaranya, kaya misalnya adiknya atau kakaknya, atau saudara – saudaranya yang lain kan mungkin awalnya ga bisa nerima kadang. “ih kok kakak aku beda? Ih kok adik aku begini ya, aneh, ga sama denganku” kan kadang juga suka gitu mba. Jadi komunikasi dengan kakak atau adiknya juga mungkin kurang di

(35)

rumah. Sendiri – sendiri lah. Itu juga bisa jadi penyebab dia di sekolah jadi pendiem, malu untuk menjalin pertemanan dengan orang yang nyata. Gitu. karna menurut dia kalo dia coba untuk ngomong, untuk bertemen, orang ga akan mau temenan sama dia. mendingan dia main game atau hal – hal lainnya. Itu kan di pikirannya ya mba ya. Atau mungkin juga dari lingkungan – lingkungan sekitarnya kaya tetangga contohnya, kalo misalnya setel musik suara keras – keras dimarahin tetangga, dikata-katain, dihina-hina, udah, jadi ngerasa tambah ga disenengin aja deh dia jadinya. Kadang orang tua kan juga suka cerita ya ke kita masalah – masalah anaknya dirumah, jadi sedikit banyak kita juga tau lah kira – kira apa yang terjadi dengan dia di luar sekolah.

8. Anak slow learner biasanya memiliki konsep diri yang cenderung negatif karena kondisi dan pengalaman yang mereka alami, seperti kurang PD, emosi serta tingkah laku mereka yang sering tidak stabil (sangat sensitif). Nah sebagai guru, strategi komunikasi seperti apa yang ibu lakukan dalam mengubah atau membentuk konsep diri mereka menjadi lebih baik? apakah misalnya ibu melakukan pendekatan khusus dulu dengan mereka atau bagaimana?

Jawab :kalo saya iya, saya berangkat dimulai dengan pendekatan khusus dulu dengan mereka masing – masing anak ya secara individu. Pasti mba. Saya deketin dulu, saya tanya “kenapa sih?”. Saya lakukan itu biasanya maaf ya, tidak dengan teman – temannya. Jadi cuma berdua aja mba seringnya karena kalo ada temen – temennya mungkin dia malu, atau dia ga mau cerita akhirnya, kadang – kadang juga saya jauh dari guru – guru lainnya. Jadi cukup saya dengan dia aja. Saya tanya pelan – pelan “kenapa sih kamu ga mau maju ke depan kalo di kelas disuruh nyanyi atau ngerjain soal misalnya”, “kenapa sih kamu diem aja”, “kenapa sih tadi kamu teriak-teriak? Temennya ada yang ngeledekin kamu? Apa kenapa?”, “kenapa sih kamu ga mau main sama temen-temen” gitu mba, jadi cukup saya dan dia aja dulu yang

(36)

ngomong. Kalo dia udah mulai mau cerita, “iya bu, aku takut maju ke depan kelas tadi, soalnya aku ga bisa” ya pelan – pelan kita ngomongin “loh? Kata siapa kamu ga bisa? Kamu kan biasanya hebat, nilai – nilainya bagus-bagus, kenapa ga maju aja tadi? Bagus loh, dapet nilai tambahan. Nanti nilainya tambah gede. Gapapa, maju aja nak, nanti kalo ada disuruh maju lagi sama ibu, maju aja ya, nanti yang maju mau salah atau bener kan tetep ibu kasih nilai bagus loh”. Seperti itu mba. Jadi apa ya, anak – anak seperti ini, karna mereka cenderung rendah diri, kita harus bangun kepercayaan diri mereka dalam segala hal. Mau itu bener apa salah yang dia kerjain, pokonya yang penting PD dulu, kalo udah PD kan kita tinggal arahin mana yang boleh dikerjain mana yang ga boleh dikerjain. Atau kalo misalnya dia ngerjain sesuatu tetapi salah, saya ga akan omelin anak. Tapi saya bilang “wuaaaah bagus ya hasilnya, tapi ini agak keliru nak naro nya, mestinya disini.” Gitu, atau kadang anak bilang pagi –pagi “ bu, saya udah buat pr, tapi saya ga ngerti bu, gapapa ya bu ya kalo salah bu ya”. Saya akan bilang “ooh ga papa, yang penting kan udah kerjain, udah pinter itu berarti”. Saya sering bilang kadang saya tidak butuh akademiknya lah gitu yang penting dia mau berusaha, dia mau ngerjainnya, mau salah mau bener dia ngerjain tugasnya, itu kan udah satu bentuk tanggung jawab yang luar biasa yang dia udah bisa, gitu kan dan itu yang sampai saat ini saya bangun terus.

9. Bagaimana cara ibu membuat siswa tertarik dan membangun kepercayaan terhadap ibu untuk menceritakan atau terbuka tentang diri mereka?

Jawab : saya gini mba, maaf ya walaupun dia cerita menurut saya tidak pantas di usianya, tetep saya ladenin. Saya tetep memperlakukan dia di usianya. “kamu kan sudah dewasa” jadi saya berkomunikasinya sama dia ya kalo dia itu udah dewasa, udah sesuai dengan usia dia. jadi saya tidak pernah memperlakukan anak karena misalnya dia ga bisa, saya memperlakukan dia kaya anak SD, gitu engga mba. Walaupun

Referensi

Dokumen terkait

pengujian hipotesis daya tahan jantung paru (X 1 ) dan daya tahan otot tungkai (X 2 ) terhadap kemampuan tendangan sabit (Y) pada Atlet Putra Pencak Silat UKM Unsyiah

karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan merupakan hasil belajar. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran penting. Keberhasilan

Kertas ini mengkaji corak kemeruapan harga saham sektor ekonomi di Bursa Malaysia, di samping mengenal pasti sektor yang meruap secara berkelangsungan bagi tempoh masa sebelum,

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa spesies burung rangkong (Bucerotidae) yang terdapat di pegunungan Gugop Kemukiman Pulo Breuh Selatan Kecamatan Pulo Aceh

1) Dalam Pelaksanaannya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau sudah menjalankan kewenangannya, sebagaimana kewenanganya yang diatur dalam pasal 8 Undang-Undang

Bu nedenle kredi aynı tarihte (14/12/2014) kapatıldığında ilgili ayda tahakkuk eden peşin komisyon tutarı olan 1.268,81 TL ve geri kalan sekiz aya ilişkin itfa edilmemiş

dengan menawarkan sejumlah kemudahan. Ditambah dengan pembeli digital Indonesia diperkirakan mencapai 31,6 juta pembeli pada tahun 2018, angka ini meningkat dari

Dari Gambar 1 tampak baik simulasi pada data suhu udara maupun data kecepatan angin memiliki rataan yang lebih mendekati data setelah menggunakan algoritma Filter