• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Awalnya perkebunan kelapa sawit berkembang di daerah Sumatera Utara, Nanggro Aceh Darusalam dan Kalimantan. Namun sekarang perkebunan kelapa sawit telah berkembang ke berbagai daerah, hingga ke Papua (Sunarko,2014 ).

Klasifikasi dan penyebaran kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami tanaman tersebut. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasi untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Iyung Pahan,2014).

Taksonomi tanaman kelapa sawit adalah : Sub Divisi : Spermatophyta Divisi : Mangnoliophyta Kelas : Angyospermae

Ordo : Monokotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut palmae) Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

(2)

5 2.2 Morfologi Kelapa Sawit

Dari pemahaman klasifikasi tanaman kelapa sawit diatas sebaiknya perlu dipahami juga morfologi tanaman kelapa sawit yang terlihat pada fase pembibitan sebagai berikut :

2.2.1 Biji

Menurut Rustam dkk, (2011), biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman. Perkecambahan bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan 50%.

Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

a. Dura (D), memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15 – 17 %.

b. Tenera (T), memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal dan rendemen minyak 21 – 23 %.

c. Pisifera (P), memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil, dan rendemen minyak.

Gambar 2.1 Biji Tanaman Kelapa Sawit Sumber: Dokumentasi Pribadi

(3)

6 2.2.2 Akar

Tanama kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan tumbuh ke bawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan akar kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier, dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju kelapisan atas atau ketempat yang banyak mengandung unsur hara. Disamping itu akan tumbuh pula akar nafas yang timbul diatas permukaan air tanah atau di dalam tanah dengan aerasi baik. Akar kuartener berfungsi sebagai penyerap makanan, jika tidak terdapat akar – akar rambut. Fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara (Tim Penulis PS, 2015).

Gambar 2.2 Akar Tanaman Kelapa Sawit Sumber: Dokumentasi Pribadi

(4)

7 2.2.3 Batang ( Caulis )

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, sehingga batangnya tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara 20 – 75 cm atau tergantung pada keadaan lingkungan. Selama beberapa tahun, minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira – kira 45 cm / tahun, tetapi dalam kondisi lingkungan yang sesuai dapat mencapai 100 cm / tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah 15 – 18 m, sedangkan di alam mencapai 30 m. karena tanaman yang terlalu tinggi akan menyulitkan pemetikan buahnya, maka perkebunan kelapa sawit mengkehendaki tanaman yang pertambahan tinggi batangnya kecil (Tim Penulis PS, 2015)

Menurut Iyun Pahan, (2014) Batang memiliki fungsi utama, yaitu : a. Sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah.

b. Sebagai system pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah.

c. Sebagai organ penimbunan zat makanan.

Gambar 2.3 Batang Tanaman Kelapa Sawit Sumber: Jurnal

(5)

8 2.2.4 Daun (Folium)

Daun pada tanaman kelapa sawit terdiri atas pangkal pelepah daun, yaitu bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun, tangkai daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya dapat mencapai 9 meter, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang berada di tengah pelepah daun merupakan helai daun yang terpanjang. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal, pelepah daunnya berjumlah 40 – 60 buah. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang tumbuh sehat dan segar kelihatan berwarna hijau tua. Dari bagian daun ini, belum banyak yang dapat dimanfaatkan. Hanya sebagian kecil dari lidinya dimanfaatkan untuk dibuat sapu (Tim Penulis PS, 2015).

Gambar 2.4 Daun Tanaman Kelapa Sawit Sumber: Dokumentasi Pribadi

(6)

9 2.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan factor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit., disamping factor-faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi (ir. Heri Harianto, 2011).

Menurut Sulistyo DH, dkk (2010). Kelapa sawit (Elaeis quinensis Jack) adalah tanaman yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan seperti yang ada dibawah ini :

2.3.1 Curah Hujan

Tanaman kelapa sawit mengkehendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 2.000 – 3.000 mm per tahun. Dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetative lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk pun relative lebih sedikit (Ir. Heri Hartanto, 2011).

2.3.2 Suhu

Perbedaan suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi buah. Curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum itu berkisar antara 29–30 ̊C. beberapa faktaor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, maka akan terjadi kenaikan suhu. Suhu akan berpengaruhi terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa

(7)

10

sawit yang ditanam pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut akan terlambat berbunga 1 tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah (Tim Penulis PS, 2015).

2.3.3 Tanah

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut dan pasang surut. Potensi pengembangan kelapa sawit di lahan gambut (orgnik) relative baik. Pasalnya luas lahan gambut sangat melimpah di Kalimantan dan Papua (17 – 27 juta hektar). Sifat fisik tanah gambut diantaranya selalu tergenang air, dekomposisi bahan organik lambat, kosistensi lepas, kepadatan masa rendah dan bersifat seperti spon (menyerap dan menahan air dalam jumlah besar), (Rustam, dkk, 2011).

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial, atau Regoso). Meskipun demikian kemampuan produksi kelapa sawit pada masing – masing tanah tidaklah sama (Tim Penulis PS, 2015).

Dalam praktek evaluasi lahan kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang ditemukan. Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit pada tanah mineral akan disajikan pada table berikut ini :

(8)

11

Table 2.1 Kriteria Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral.

NO. Karakteristik Lahan

Intensitas Faktor Pembatas Simbol Tanpa(0) S1 Ringan (1) S2 Sedang(2) S3 Berat(3) N 1. Curah Hujan. (mm) H 1.7500-3.000 1.750 - 3.000 > 3.000 1.500 - 1.250 <1.250 2. Bulan Kering. (bln) K <1 1 – 2 2 – 3 >3 3. Ketinggian diatas permukaan laut. I 0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400 4. Bentuk wilayah kemiringan. (%) W Datar, Berombak. <8 Berombak, Bergelomb ang. 8- 15 Bergelomba ng, Berbukit. 15 –30 Berbukit, Bergunung. >30 5. Batuan di permukaan dan di dalam tanah. (%- volume) B < 3 3 – 15 15 - 40 > 40 6. Kedalaman Efektif. S > 100 100 – 75 75 – 50 < 50 7. Tekstur Tanah. T Lempug

berdebu; Lempug liat berpasir; Lempug liat; Lempung berliat. Liat; Liat berpasir; Lempug berpasir; Lempung. Pasir berlempug; Debu. Liat berat; Pasir.

8. Kelas Drainase. D Baik ; Sedang.

Agak terhambat, Agak cepat.

Cepat ;

Terhamat. Sangat cepat; Sangat terhambat; Tergenang. 9. Kemasaman (pH). A 5,0 - 6,0 4,0 - 5,0 6,0 -7,0 3,5 - 4,0 6,5- 7,0 <3,5 >7,0

(9)

12 2.4 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan adalah kegiatan untuk mempersiapkan bahan tanam, persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit hingga siap untuk ditanam yang dilaksanakan dalam satu tahap atau lebih. Tahapan tumbuh adalah berkecambah, tumbuh, dan berkembang yang diistilahkan dengan kegiatan perkecambahan, penyemaian, dan pembibitan (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Tahap pembibitan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas (Hartono, 2011).

Tabel 2.2 Standard Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Umur Bulan Jumlah Pelepah (Helai) Tinggi Bibit (Cm) Diameter Batang (Cm) 3 3,5 20,0 1,3 4 4,5 25,0 1,5 5 5,5 32,0 1,7 6 8,5 35,9 1,8 7 10,5 52,2 2,7 8 11,5 64,3 3,6 9 13,5 88,3 4,5 10 15,5 101,9 5,5 11 16,5 114,1 5,8 12 18,5 126,0 6,0

(10)

13 2.4.1 Pre Nursery

Pembibitan awal (Pre Nursery) merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit (Germinated seeds) ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya, bibit tersebut akan dipindahkan ke pembibitan utama (Main Nursery).

Pembibitan (Pre Nursery) dilakukan 2 - 3 bulan, sedangkan pembibitan (Main Nursery) selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12 Bulan (3 bulan di (Pre Nursery) dan 9-11 bulan di (Main Nursery). Beberapa pertimbangan yang harus terintegrasikan dalam rencana pembibitan, diantaranya biaya pembibitan (Pre Nursery) dan (Main Nursery), transportasi menuju lokasi, kemudahan komunikasi, dan pembuatan jalan control.

2.4.2 Main Nursery

Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam. Bibit ini harus sudah siap ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis, seperti halnyua harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Letak lokasi main nursery dekat dengan area yang akan di tanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit.

2.5 Unsur Hara Tanaman

Tanah merupakan media penting untuk mendukung kehidupan di muka bumi. Tanah memiliki ciri yang khas dikarenakan kemampuannya untuk menyediakan ruang tumbuh, air, udara, hara serta ruang untuk saling berinteraksi antara berbagai organisme tanah yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan.

Dengan menggunakan hara, tanaman dapat melakukan kegiatan metabolismenya. Kegiatan metabolisme akan berjalan dengan baik apabila unsur-unsur hara dalam tanah

(11)

14

tersedia dengan cukup. Tanaman yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakan gejala pada suatu organ tertentu. Undur hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan tanaman dan terdapat dalam jumlah besar dibandingkan dengan unsur hara mikro. Walaupun unsur hara mikro pada suatu areal tempat tumbuh tanaman ketersediannya dalam jumlah kecil, namun keberadaannya dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman.

2.5.1 Jenis-Jenis Hara Esensial

Unsur hara esensial adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, yang fungsinya dalam tanaman tidak bias digantikan oleh unsur lain. Berdasarkan jumlah kebutuhannya terhadap tanaman, unsur hara esensial dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro . unsur hara makro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar seperti unsur hara berikut :

A. Pupuk NPK

Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, pupuk tersiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk (Sabiham dkk,1989).pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman. Contoh pupuk majemuk antara lain NP, NK, dan NPK.

Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung unsur hara makro yang penting bagi tanaman yaitu: 16%N (Nitrogen), 16% P2O5 (Phospate), 16%K2O (Kalium), 0,5%MGO (Magnesium), dan 6%CAO (Kalsium). Karena kandungan tersebut pupuk ini dikenal dengan pupuk NPK 16-16-16.

(12)

15

Menurut Novizan (2007), pupuk NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara berlahan-lahan. Pupuk NPK Mutiara berbentuk padat, memiliki warna kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara. Pupuk NPK Mutiara memiliki beberapa keunggulan antara lain yang sifatnya lambat larut sehingga dapat mengurangi terjadinya kehilangan unsur hara akibat pencucian, penguapan, dan penjerapan oleh koloid tanah. Selain itu, pupuk NPK Mutiara memiliki kandungan hara yang seimbang, lebih efisien dalam pengaplikasian, dan sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan di simpan dan tidak menggumpal.

B. Pupuk Urea

Menurut Marsono (2002), peran utama Nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Kecuali itu nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organiklainnya.

Urea termasuk pupuk yang hidroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembapan 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karena itu ia mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah kadar hara N-nya yang tinggi. Dimana kandungan hara N dalam Urea sebesar 46% (Lingga, 2018).

(13)

16 C. Pupuk TSP

Tanah yang kekurangan zat fospor akan berpengaruh bagi tanaman. Gejala yang Nampak ialah warna daun seluruhnya berubah menjadi kelewat tua, dan sering nampak mengkilap kemerahan. Pada tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat-laun berubah menjadi kuning. Kalau toh tanamannya kelak berubah maka,buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek, dan lekas pula matang. Sehingga perlu pengaplikasian pupuk yang mengandung unsur fosfor (P) (Lingga, 2018).

Pupuk P mudah larut dalam air dan agak sedikit hidroskopis. Kandungan unsur P dalam pupuk sebesar 14-20%. Pupuk P sangat cocok dicampur dengan pupuk ZA, karena amoniaknya akan terikat. Pada waktu pengaplikasian pupuk harus dibenamkan agar dapat mencapai perakaran tanaman (Marsono,2002).

2.5.2 Hubungan Unsur Hara Sinergis

Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Nitrogen merupakan anasir penting dalam pembentukan klorofil, protoplasma, protein dan asam-asam nukleat. Unsur ini merupakan peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup (Brady dan Weil, 2002). Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer energi (ATP dan nucleoprotein), untuk sistem informasi genetik (DNA dan RNA), untuk membran sel (Fosfolipid), dan fosfoprotein (Lambers etal, 2008).

Unsur nitrogen dan posfor merupakan dua unsur hara makro yang bersinergis. Dimana kedua unsur hara mempunyai hubungan yang koorperatif, dan mutualistik. Kedua unsur hara akan berassosiasi sehingga lebih berhasil mengdegradasi senyawa kimia. Nitrogen

(14)

17

pada tanaman berfungsi pada pembentukan protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme. Nitrogen menyusun senyawa organik penting misalnya asam amino, protein dan asam nukleat. Posfor merupakan bagian penting dalam proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat sebagai fungsi regulator pembentukan inti sel. Sehingga kedua unsur hara dapat bersimbiosis dan dapat saling mengikat unsur hara (Goh dan Hardter, 2010).

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada dua kondisi yang saling berhubungan, yaitu keadaan tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara di dalam tanah. Pemberian pupuk N dan P yang diaplikasikan secara langsung tidak berpotensi antagonisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman. dimana unsur N yang tersedia tidak begitu banyak diserap oleh tanaman karena kurangnya energi akibat P belum tersedia walaupun sudah diaplikasikan. Oleh karena itu pemberian pupuk N dan P dapat diaplikasikan secara bersamaan . Mengapa demikian, karena sifat sinergis unsur hara berpengaruh atas interaksi penyerapan unsur hara pupuk. dimana unsur hara N dan P yang sifatnya sinergis dapat saling mengikat unsur hara. Apabila unsur hara N sudah cukup di dalam tanah maka akan mengikat unsur hara P dan demikian sebaliknya apabila unsur hara P cukup didalam tanah maka akan mengikat unsur hara N (Lumbangaol, 2011).

Kekurangan unsur hara N dan P adalah masalah yang umum pada hampir semua jenis tanah, secara umum petani memberikan pupuk N dan P secara bersamaan untuk dapat menghasilkan produk optimum dari pertaniannya, dimana jumlah yang diberikan untuk kedua unsur tersebut berbeda-beda sesuai dosis anjuran yang mereka ketahui. Karena diketahui sifat kedua unsur hara yang mudah larut dalam air sehingga unsur hara N dan P diaplikasikan dalam waktu yang bersamaan, karena pupuk N-P dapat saling mengikat

(15)

18

unsur hara. Apabila diaplikasikan secara bersamaan dalam dosis yang besar maka dapat menaikkan PH di dalam tanah sehingga dapat mematikan mikroorganisme yang memproduksi enzim urease (Wijaya dan Wahyuni,2007)

2.5.3 Gejala Defisiensi Daun

Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak.

Gambar 2.5 Gejala Defisiensi Daun Sumber: Dokumentasi Pribadi

Nitrogen yang diserap oleh tanaman dirombak menjadi asam amino, yang dalam metabolisme selanjutnya membentuk protein dan asam nukleat. Selain itu, N menjadi bagian integral dari klorofil dan merupakan komponen utama tanaman yang menyerap cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Barber dan Pilbeam,2007). Gejala

(16)

19

defisiensi N terlihat pertama kali pada daun-daun tua, yaitu daun berwarna hijau pucat, dan kemudian menjadi kuning pucatatau kuning cerah (klorosis), dan selanjutnya daun mengalami nekrosis (Goh dan Hardter 2003).

Fosfor adalah unsur hara esensial dalam reaksi biokimia termasuk fotosintesis dan respirasi. Fospor merupakan komponen utama dari adenosine difosfat (ADP) dan adenosine trifosfat (ATP) digunakan untuk mensuplai energy dalam reaksi biokimia pada tumbuhan. Fosfor adalah komponen structural fosfolipid, asam nukleat, koenzim. Defisiensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar terhadap pucuk lebih besar yang disebabkan oleh proporsi asimilat untuk pertumbuhan akar yang dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan pucuk (Goh dan Hardter 2003).

Gambar

Gambar 2.3 Batang Tanaman Kelapa Sawit  Sumber: Jurnal
Table 2.1 Kriteria Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral.
Tabel 2.2 Standard Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit  Umur  Bulan  Jumlah Pelepah (Helai)  Tinggi Bibit (Cm)  Diameter Batang (Cm)  3  3,5  20,0  1,3  4  4,5  25,0  1,5  5  5,5  32,0  1,7  6  8,5  35,9  1,8  7  10,5  52,2  2,7  8  11,5  64,3  3,6  9  13,5  88
Gambar 2.5 Gejala Defisiensi Daun  Sumber: Dokumentasi Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

xylostella L., dan penurunan aktivitas kelenjar pencernaan yang ditunjukkan dengan intensitas warna pada sekret sel goblet setelah didedahkan berbagai konsentrasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh cara budidaya organik dan non-organik padi terhadap mutu gabah, mutu giling, mutu tanak dan kandungan nutrisi

Penyakit ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis (TBC). Kuman ini dapat menyerang tulang sehingga tulang menjadi lemah dan bernanah. Akibat penyakit ini penderita merasakan sakit

(1) Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 untuk kepentingan lain harus mematuhi persyaratan teknis jalan dan pedoman

12 Elemen penting dari pemasaran produk adalah pencarian saluran distribusi yang tepat, apabila saluran distribusi yang dipilih sesuai dengan konsep bisnis yang ditetapkan hal

Komunitas burung di Kabungolor dan Kabalob, dimana tipe hutannya merupakan hutan primer dan sekunder tua, memiliki jumlah jenis dan indeks keanekaragaman yang tinggi

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan berafiliasi adalah suatu kebutuhan untuk membentuk hubungan sosial secara hangat,

Dengan demikian ketika pimpinan atau manajemen organisasi meminta informasi dari bawahan atau pada saat pimpinan mendapatkan feedback dari bawahan berkaitan segala