Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa Indonesia
1. Cikal bakal ejaan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang ditetapkan pada tahun 1901. Pada tahun inilah Ch. A. van Ophuijsen membuat ejaan resmi bahasa Melayu yang dimuat dalam Kitab Logat Melajoe.
Ejaan van Ophuijsen: boekoe, ma’lum, tjukup, tida’, dsb.
2. Sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi
nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat) didirikan pemerintah pada tahun 1908. Badan
penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka pada tahun
1917. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel seperti
Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, dll.
Perkembangan Bahasa Indonesia
3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari beberapa daerah, seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, dll., berkumpul.
Peristiwa ini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Salah satu butir dalam Sumpah Pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada saat inilah bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa persatuan.
4. Sebuah angkatan sastrawan muda yang dipelopori oleh
Sutan Takdir Alisyahbana, Sanusi Pane, Armijn Pane, dll.,
berusaha melawan kebijakan yang dibuat oleh badan
penerbit yang sudah ada, yaitu Balai Pustaka. Kelompok
sastrawan ini dikenal dengan nama Pujangga Baru. Nama
Pujangga Baru berasal dari nama sebuah majalah yang
terbit pada tahun 1933.
Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kongres Bahasa Indonesia I dilakukan di Solo pada 25-27 Juni 1938. Hasil kongres ini secara umum menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
6. Kemerdekaan Indonesia juga menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Hal ini
sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang
Dasar RI 1945 Pasal 36. Undang-Undang Dasar 1945
ini ditandatangani sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945 .
Perkembangan Bahasa Indonesia
1. Ejaan bahasa Melayu buatan van Ophuijsen pada tahun 1901 sudah tidak dipakai dalam kaidah bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan pada tanggal 19 Maret 1947 telah diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen. Jadi, ejaan van Ophuijsen sudah berlaku selama 46 tahun sebelum diganti Ejaan Republik.
Ejaan Republik: buku, maklum, cukup, tidak, dsb.
7. Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang
pertama diterbitkan. Kamus ini dibuat oleh
Poerwadarminto. Dalam kamus itu tercatat jumlah
lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000.
Perkembangan Bahasa Indonesia
9 Kongres Bahasa Indonesia II dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1954 di Medan. Hasil kongres mengamanatkan untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10 Melalui pidato kenegaraan H. M. Soeharto selaku Presiden
Republik Indonesia di hadapan sidang DPR pada tanggal
16 Agustus 1972, Ejaan Republik yang dikenal juga sebagai
Ejaan Soewandi diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD). Selain itu, peresmian Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Perkembangan Bahasa Indonesia
11. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
12. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat 1.000 kata baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.
13. Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober s.d. 3 November 1978. Kongres ini
bersamaan dengan 50 tahun Sumpah Pemuda. Selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia, hasil kongres ini juga memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Perkembangan Bahasa Indonesia
14. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Kongres Bahasa Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada 21—26 November 1983. Hasil kongres menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan. Semua warga negara Indonesia agar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
15. Kongres Bahasa Indonesia V dihadiri oleh kira-kira tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan
Australia. Kongres ini dilakukan di Jakarta pada 28
Oktober s.d. 3 November 1988. Kongres ini juga
mempersembahkan karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa berupa Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Perkembangan Bahasa Indonesia
16. Kongres Bahasa Indonesia VI dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1993. Kongres ini pun tetap dilaksanakan di ibu kota, Jakarta dan belum pernah dilaksanakan di daerah-daerah yang lain. Hasil kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa statusnya ditingkatkan menjadi Lembaga Bahasa Indonesia. Selain itu, juga mengusulkan agar Undang- Undang Bahasa Indonesia disusun.
17. Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan 26-30 Oktober 1998 masih di Jakarta. Hasil kongres mengusulkan agar dibentuk Badan Pertimbangan Bahasa.
Badan ini memiliki anggota dari tokoh masyarakat dan
pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan
sastra.
Perkembangan Bahasa Indonesia
18. Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan 14—17 Oktober 2003 di Jakarta. Banyaknya negara yang membuka studi mengenai Indonesia mendorong panitia mengagendakan pembuatan bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia untuk para penutur asing. Hal ini dibuktikan dengan adanya 35 negara yang telah memiliki pusat studi tentang Indonesia di perguruan tinggi. Agar para penutur asing itu bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dibutuhkan pedoman buku ajar.
Selian itu, akan dikembangkan Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI). UKBI tidak hanya ditujukan bagi para
warga asing yang akan bekerja di Indonesia, tetapi juga
warga Indonesia sendiri.
Perkembangan Bahasa Indonesia
19. Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada 28—
31 Okober 2008 di Jakarta.
Hasil kongres ini menyatakan bahwa bentuk- bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku.
Bentukan bahasa dari berbagai variasi, misalnya
berdasarkan dialek geografi, dialek sosial, register
(digunakan oleh profesi tertentu, misalnya dokter,
pengacara, dsb.) dapat diperoleh siswa dalam
berbagai pemakaian bahasa di masyarakat.
USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan-ejaan ini bahasa Indonesia mengalami beberapa usaha untuk penyempurnaan. Perkembangan ejaan ini diawali dari cikal bakal ejaan bahasa Indonesia yang berasal dari Kitab Logat Melayu, yaitu ejaan van Ophuijsen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
van Ophuijsen merupakan tokoh yang telah merancang ejaan ini.
van Ophuijsen tidak sendirian, ia dibantu oleh Engku Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Usaha ini tidaklah sia-sia karena ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901. Ciri- ciri dari ejaan ini, yaitu
huruf j, misalnya jang, pajah, sajang, dsb.
huruf oe, misalkan goeroe, itoe, oemoer, dsb.
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, misalkan
ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.
USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA
2. Ejaan Soewandi
Ejaan Republik (Soewandi) dipilih pemerintah Indonesia di masa-masa awal kemerdekaan untuk menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi resmi menggantikan ejaan van Ophuijsen pada tanggal 19 Maret 1947. Sistem ejaan Suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk bahasa Indonesia yang merupakaan bentuk penyederhanaan (satu fonem satu huruf ) Ejaan van Ophuijsen. Ciri-ciri ejaan ini, yaitu
huruf oe diganti dengan u, misalkan guru, itu, umur, dsb.
bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak, rakjat, dsb.
kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, misalkan kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an
awalan di- dan kata depan di ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya, misalkan dipasar, dipukul, dibaca
USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA
3. Ejaan Melindo
Melindo merupakan kepanjangan dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo ini dikenal pada akhir tahun 1959. Peresmian ejaan ini batal karena faktor perkembangan politik pada tahun-tahun berikutnya.
Ejaan dengan nama Melayu-Indonesia ini tentu tidak hanya berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga kawasan Melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan yang paling lama penggunaannya. Lebih dari 40 tahun ejaan ini dipertahankan. Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu almarhum Presiden Soeharto. Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972
5. EYD berdasarkan Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009.
6.
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) Permendikbud N0. 50 Tahun 2015
Bahasa Indonesia Dewasa Ini
Bahasa Indonesia
Dewasa ini Perkembangan
Perkembangan
Bahasa Indonesia dewasa ini makin diminati oleh masyarakat internasional. Bukti perkembangan bahasa Indonesia di masyarakat internasional sebagai berikut.
1. Termasuk ke dalam 10 besar bahasa yang paling banyak penuturnya.
2. Pusat-pusat kajian bahasa Indonesia tersebar di seluruh dunia.
3. Digunakan sebagai bahasa resmi di beberapa negara Asia Tenggara.
4. Banyak diminati oleh masyarakat internasional.
5. Merupakan mata pelajaran pilihan di berbagai negara
eropa
Landasan hukum Penggunaan, Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa Indonesia
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Pasal 25 – 40 aturan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia
Pasal 41 – 43 aturan mengenai Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa Indonesia