• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI NUNUKAN

PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN BUPATI NUNUKAN NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI JENIS PREMIUM DAN SOLAR DI KABUPATEN NUNUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak bagi masyarakat untuk keperluan usaha pertanian, usaha mikro, usaha perikanan, transportasi dan pelayanan umum, Pemerintah telah memberi Subsidi BBM Jenis Premium dan Solar;

b. bahwa penyaluran dan pendistribusian BBM bersubsidi perlu ditertibkan dan dilakukan pengawasan agar tepat sasaran kepada masyarakat pengguna sesuai dengan peruntukannya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati Nunukan tentang Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi Jenis Premium dan Minyak Solar Di Kabupaten Nunukan;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3896) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

4. Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4466);

(2)

5. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoenesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5589);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4996);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu;

10. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 41);

11. Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Pendistribusian dan Harga Jual BBM (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 399);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 15 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Nunukan Tahun 2008 Nomor 15 Seri D Nomor 04);

(3)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI NUNUKAN TENTANG PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI JENIS PREMIUM DAN SOLAR DI KABUPATEN NUNUKAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati, ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Nunukan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan.

3. Bupati adalah Bupati Nunukan.

4. Daerah Remot adalah daerah yang keberadaannya jauh dari titik serah (APMS, SPBU dan SPBB) dengan melihat aspek keekonomian dan aspek geografis.

5. PT. Pertamina (Persero) adalah badan usaha yang ditunjuk oleh pemerintah, yang mempunyai wewenang pengelolaan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri.

6. Camat adalah Camat setempat dalam wilayah Kabupaten Nunukan.

7. Instansi terkait adalah instansi baik instansi vertikal maupun SKPD terkait dalam penanganan penyaluran Bahan Bakar Minyak.

8. Bahan Bakar Minyak Jenis Tertentu atau yang disebut BBM Bersubsidi adalah bahan bakar minyak yang terdiri dari Premium dan Solar yang mendapat subsidi dari Pemerintah.

9. Penyaluran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha yang memiliki izin untuk menyalurkan BBM kepada masyarakat.

10. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum yang selanjutnya disingkat SPBU adalah pelaku usaha yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

11. Agen Penyalur Minyak dan Solar selanjutnya disingkat APMS adalah pelaku usaha yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

12. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker yang selanjutnya disingkat SPBB adalah pelaku usaha yang menyalurkan premium dan minyak solar dari Depot langsung kepada konsumen tertentu (diperairan) dengan alokasi yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero).

13. Koordinator Konsumen Pengguna adalah orang perorangan atau badan yang mengkoordinir Subkoordinator dan/atau Konsumen Pengguna BBM Subsidi, yang telah mendapat surat penunjukan dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(4)

14. SubKoordinator Konsumen Pengguna adalah orang perorangan atau badan yang berada di wilayah Kabupaten Nunukan khususnya di daratan Kalimantan yang ditunjuk Bupati atau Pejabat yang ditunjuk yang mengkoordinir secara langsung ke konsumen pengguna BBM Subsidi di wilayah Kabupaten Nunukan khususnya di daratan Kalimantan;

15. Konsumen pengguna adalah pemakai langsung BBM Subsidi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Harga Jual Eceran Jenis BBM Tertentu dan Konsumen Pengguna Tertentu.

16. Tempat Koordinator atau Subkoordinator Konsumen adalah tempat penampungan sementara yang harus dimiliki oleh koordinator atau subkoordinator konsumen pengguna sebelum BBM Bersubsidi didistribusikan kepada konsumen pengguna.

17. Harga Eceran Tertinggi (HET) adalah harga eceran BBM Subsidi yang ditetapkan oleh Pemerintah (Harga Pertamina).

18. Harga Konsumen adalah Harga BBM Subsidi yang ditentukan oleh Pemerintah (Harga Pertamina) ditambah Jasa Angkut.

19. Orang adalah orang perorangan atau badan.

20. Tim Koordinasi Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pendistribusian BBM Bersubsidi adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati untuk melaksanakan tugas pengkoordinasian, pembinaan, pengawasan dan perumus kebijakan tentang pengendalian dan pendistribusian BBM Bersubsidi dan Non Subsidi di Kabupaten Nunukan.

21. Dinas adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggungjawab di bidang Pertambangan dan energi.

22. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang Pertambangan dan energi.

BAB II

PERUNTUKAN BBM BERSUBSIDI Pasal 2

(1) BBM bersubsidi diperuntukkan bagi masyarakat yang berhak untuk keperluan Usaha Pertanian, Usaha Mikro, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum.

(2) BBM bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan industri, kendaraan transportasi komoditi dan ekspor.

(5)

BAB III

PENYALURAN BBM BERSUBSIDI Bagian Kesatu

Konsumen Pengguna Pasal 3

(1) Konsumen Pengguna adalah masyarakat yang berhak menggunakan BBM Bersubsidi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.

(2) Konsumen Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Usaha Perikanan;

b. Usaha Pertanian;

c. Usaha Mikro;

d. Transportasi; dan e. Pelayanan Umum.

(3) Konsumen Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam membeli BBM Subsidi wajib memperoleh Surat Rekomendasi Pembelian BBM Jenis Tertentu yang dikeluarkan oleh SKPD yang ditunjuk oleh Bupati dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua

Koordinator dan Subkoordinator Konsumen Pengguna Pasal 4

(1) Koordinator Konsumen Pengguna mengkoordinir pembelian BBM Bersubsidi oleh Subkoordinator dan/atau konsumen pengguna dari APMS, SPBU dan SPBB guna mempermudah pendistribusian.

(2) Subkoordinator Konsumen Pengguna mengkoordinir pembelian BBM Bersubsidi oleh konsumen pengguna dari Koordinator guna mempermudah pendistribusian.

(3) Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam melakukan aktivitasnya wajib memiliki Surat Penunjukkan sebagai Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi yang diterbitkan oleh Bupati Nunukan atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Surat Penunjukkan sebagai Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna dapat diperoleh setelah mengajukan Permohonan sebagai Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna kepada Bupati Nunukan melalui Kepala Dinas dengan melengkapi persyaratan.

(6)

(5) Persyaratan pengajuan sebagai Koordinator Konsumen pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah :

a. memiliki lokasi dan tempat dengan memperhatikan faktor keamanan lingkungan tempat kegiatannya;

b. Daftar Konsumen Pengguna dan/atau Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat setempat dengan melampirkan foto copy KTP konsumen pengguna atau subkoordinator;

c. Rekomendasi sebagai Koordinator Konsumen Pengguna dari Camat;

d. Denah Lokasi/tempat koordinator Konsumen Pengguna BBM Subsidi yang disetujui tetangga dan diketahui oleh RT, Lurah/Kepala Desa dan Camat;

e. Surat kesediaan dari APMS, SPBU atau SPBB perihal kesediaan menyalurkan kuota BBM Subsidi Kepada Koordinator;

f. Surat kesediaan menyalurkan BBM Subsidi ke Subkoordinator dan/atau Konsumen Pengguna;

g. Ijin Gangguan dan Surat Ijin Domisili dari SKPD yang berwenang;

h. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL); dan

i. Surat Pernyataan Bersedia Mentaati Ketentuan Peraturan perundang-undangan.

(6) Persyaratan pengajuan sebagai Subkoordinator Konsumen pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah :

a. memiliki lokasi dan tempat dengan memperhatikan faktor keamanan lingkungan tempat kegiatannya;

b. Daftar Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat setempat dengan melampirkan foto copy KTP konsumen pengguna;

c. Rekomendasi sebagai Subkoordinator Konsumen Pengguna dari Camat;

d. Denah Lokasi / tempat subkoordinator BBM Subsidi yang disetujui tetangga dan diketahui oleh RT, Lurah/Kepala Desa dan Camat;

e. Surat kesediaan dari Koordinator perihal kesediaan menyalurkan kuota BBM Subsidi Kepada Subkordinator;

f. Surat kesediaan menyalurkan BBM Subsidi ke Konsumen Pengguna;

g. Surat Ijin Gangguan dan Surat Ijin Domisili dari SKPD yang berwenang;

(7)

h. Surat Pernyataan Kesanggupan Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL); dan

i. Surat Pernyataan Bersedia Mentaati Ketentuan Peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Tempat Koordinator dan Subkoordinator Konsumen Pengguna Pasal 5

(1) Tempat Koordinator atau Subkoordinator Konsumen pengguna BBM Bersubsidi dapat diberikan rekomendasi dari Pemerintah Desa dan Camat Setempat dengan mengacu pada aspek kebutuhan, kondisi wilayah, dan letak geografis suatu wilayah.

(2) Apabila PT. Pertamina (Persero) akan membangun lagi titik serah berupa APMS, SPBU dan SPBB baru, maka Tempat Koordinator atau Subkoordinator Konsumen pengguna BBM Bersubsidi yang telah ada di dekat titik serah baru tersebut akan dievaluasi kembali dengan mempertimbangkan efektif tidaknya proses pendistribusian.

(3) Jarak antara Tempat Koordonator atau Subkoordinator BBM Bersubsidi dengan Tempat Koordinator atau Subkoordinator BBM Bersubsidi yang lainnya dalam satu kecamatan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan dengan mengacu pada tahapan evaluasi asas manfaat, keekonomian dan keefektifan pendistribusian kepada konsumen.

Bagian Keempat

Penyaluran BBM Bersubsidi Pasal 6

(1) Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat di lokasi / daerah tertentu, maka APMS, SPBU, dan SPBB dapat menyalurkan kepada konsumen pengguna melalui Koordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi.

(2) Penyaluran BBM Bersubsidi dari APMS, SPBU dan SPBB ke Konsumen Pengguna melalui Koordinator Konsumen Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah memperoleh Surat Pengantar Penyaluran dari Dinas.

(3) Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat khususnya di Daerah Kabupaten Nunukan yang berada di Kecamatan Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis dan Lumbis Ogong.

Lumbis Ogong, Koordinator dapat menyalurkan kepada konsumen pengguna melalui Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi.

(4) Pendistribusian BBM Bersubsidi dari Koordinator ke Konsumen Pengguna melalui Subkoordinator Konsumen Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah memperoleh Surat Pengantar Pendistribusian dari Camat setempat.

(8)

BAB IV

HARGA BBM BERSUBSIDI Bagian Kesatu

Harga Jual Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Konsumen Pasal 7

(1) Harga Jual BBM Bersubsidi di APMS, SPBU dan SPBB harus sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Harga Konsumen adalah Harga Eceran Tertinggi (HET) BBM Bersubsidi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah ditambah Jasa Angkut yang besarannya ditetapkan berdasarkan jarak tempuh dari APMS, SPBU dan SPBB ke Tempat Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna.

(3) Penetapan Harga Konsumen BBM Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4) Setiap orang yang telah ditunjuk sebagai Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna wajib mengikuti ketentuan Harga Konsumen yang telah ditetapkan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Harga Konsumen sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sewaktu-waktu dapat berubah mengikuti Ketentuan Harga dari Pemerintah.

Bagian Kedua Kuota BBM Bersubsidi

Pasal 8

(1) Kuota atau jatah BBM Bersubsidi di APMS, SPBU dan SPBB adalah sebagaimana yang ditetapkan oleh BPH Migas dan PT Pertamina (Persero).

(2) Alokasi penyaluran BBM Bersubsidi kepada Konsumen Pengguna melalui Koordinator dan Subkoordinator Konsumen Pengguna dapat diberikan berdasarkan daftar konsumen pengguna maksimal sesuai dengan jumlah kebutuhan.

(3) Kuota Penyaluran BBM Bersubsidi melalui Koordinator dan Subkoordinator konsumen pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan ketersediaan BBM Subsidi pada APMS, SPBU dan SPBB.

(9)

BAB V

KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 9

(1) Kewajiban Koordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi adalah : a. memiliki lokasi dan tempat dengan memperhatikan faktor

keamanan lingkungan tempat kegiatannya;

b. menyalurkan jatah BBM Bersubsidi kepada subkoordinator dan/atau konsumen pengguna sesuai kuota yang diberi dari APMS, SPBB atau SPBU;

c. membuat laporan penyaluran BBM (Premium dan Minyak Solar) setiap bulannya kepada Pihak Pengelola APMS, SPBU atau SPBB

tempat pengambilan BBM dan ditembuskan kepada Bupati cq. Kepala Dinas dan Camat Setempat.

d. mengajukan permohonan perpanjangan Surat Penunjukkan sebagai Koordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi paling lambat 3 bulan sebelum surat penunjukkan berakhir, kepada Bupati Cq. Kepala Dinas;

e. menjaga stabilitas pendistribusian BBM bersubsidi dengan tidak menjual BBM bersubsidi kepada konsumen pengguna diluar dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; dan

f. melakukan pengawasan langsung pendistribusian alokasi BBM bersubsidinya kepada Subkoordinator dan/atau konsumen pengguna.

(2) Kewajiban Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi adalah :

a. memiliki lokasi dan tempat dengan memperhatikan faktor keamanan lingkungan tempat kegiatannya;

b. menyalurkan jatah BBM Bersubsidi kepada konsumen pengguna sesuai kuota yang diberi dari Koordinator Konsumen Pengguna;

c. membuat laporan penyaluran BBM (Premium dan Minyak Solar) setiap bulannya kepada Koordinator dan ditembuskan kepada Bupati Cq. Kepala Dinas serta Camat Setempat.

d. Mengajukan permohonan perpanjangan Surat Penunjukkan sebagai Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi paling lambat 3 bulan sebelum surat penunjukkan berakhir, kepada Bupati Cq. Kepala Dinas;

e. Menjaga stabilitas pendistribusian BBM bersubsidi dengan tidak menjual BBM bersubsidi kepada konsumen pengguna diluar dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; dan

f. Melakukan pengawasan langsung pendistribusian alokasi BBM bersubsidinya kepada konsumen pengguna.

(10)

(3) Koordinator dan Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi dilarang :

a. menjual BBM Bersubsidi kepada penjual bensin botolan/eceran (bentol);

b. menjual BBM Bersubsidi kepada konsumen yang tergolong dalam kegiatan industri, kendaraan angkut komoditi industri dan ekspor, perusahaan kayu, perusahaan tambang, perusahaan perkebunan, kontraktor dan/atau sejenisnya;

c. Melakukan penimbunan BBM Bersubsidi; dan

d. menetapkan harga BBM (Premium dan Minyak Solar) tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

BAB VI SANKSI Pasal 10

(1) Koordinator atau Subkoordinator yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, maka akan diberikan sanksi administrasi berupa:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis; dan/atau

c. Pencabutan Surat penunjukan Sebagai koordinator atau Subkoordinator.

(2) Bagi Koordinator atau Subkoordinator Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi yang melakukan penjualan BBM subsidi selain dari Konsumen Pengguna BBM subsidi, maka Surat penunjukan Sebagai koordinator atau Subkoordinator dicabut.

BAB VII

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 11

(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini dilaksanakan oleh Bupati.

(2) Untuk kelancaran pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk Tim Koordinasi Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian BBM Bersubsidi yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap pendistribusian dan penyaluran BBM Bersubsidi dan dilaksanakan secara terus menerus dan wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan kepada Bupati.

(11)

BAB VIII PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nunukan.

Ditetapkan di Nunukan

pada tanggal 23 Februari 2015 BUPATI NUNUKAN,

ttd

BASRI

Diundangakan di Nunukan pada tanggal 24 Februari 2015

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NUNUKAN,

ttd

TOMMY HARUN

BERITA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2015 NOMOR 6

Referensi

Dokumen terkait

Peneltian ini adalah penelitian kuantitatf yang menggunakan data primer: 1) Pendapatan (Y) adalah jumlah pertambahan kas yang diperoleh pengusaha UMKM berbasis Kuliner di

Kebutuhan mencari variasi (variety seeking) adalah suatu hal yang dimiliki oleh sebagian konsumen.Menurut Peter dan Olson (2010:76), pencarian variasi merupakan

Rasul Paulus memberikan panduan atau syarat sebagai Penilik Jemaat (Penatua/pemimpin jemaat) yang berfungsi seperti Gembala Sidang: Tidak bercacat artinya tidak ada

Tabel Reflectance Factors for Surface Color Tabel influences on thermal comfort zone Tabel Antropometri. Gambar effective

Menguasan materi, struktur, konsep dan pola pikir Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan Menguraikan pengertian sikap dan perilaku kerja keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Pengontrolan running text menggunakan voice ini menggunakan jaringan Bluetooth untuk mengkomunikasikan perangkat android ke arduino, user hanya perlu membuka Aplikasi

Dari hasil pengamatan, faktor penyebab utama kematian anak prasapih adalah kurangnya sifat keibuan, yang disusul dengan sebab lain yaitu lahir lemah, kanibalisme