• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI YANG BERKARAKTER. Oleh Setyaningsih STHD Klaten Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI YANG BERKARAKTER. Oleh Setyaningsih STHD Klaten Jawa Tengah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI YANG BERKARAKTER Oleh

Setyaningsih

STHD Klaten Jawa Tengah Abstrak

Karakter merupakan nilai fundamental yang tidak dapat dilepaskan dalam pembentukan kepribadianindividu. Karakter yang terbentuk sempurna dapatmewujudkan kualitas sumber daya manusiayang berpotensi dalam mencapai sebuah kemajuan. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang mewajibkan adanya pembentukan karakter sejak dini. Pendidikan agama Hindu merupakan upaya untuk melahirkan peserta didik yang cerdas baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Dalam pelaksanaan keagamaan, tidak bisa terlepas dari Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattva, Susila dan Upacara, apabila dipahami, dihayatidan dilaksanakan akan menjadikan umat agama Hindu yang dapat membentuk karakter manusia diantaranya Tri Kaya parisudha, Catur Vidya, Catur Marga dan Catur Asrama. Oleh karena itu revitalisasi dalam pendidikan Agama Hindu di sekolah harus diupayakan demi tujuan yang membentuk generasi muda yang berkarakter. Revitalisasi pendidikan Hindu pada masa lalu dalam pendidikan Hindu dewasa ini bukan berarti mengadopsi segala-galanya atau kembali pada pada masa lalu. Revitalisasi yang dimaksudkan di sini adalah dengan mengasimilasi dan akomodasi sistem pendidikan pada masa lalu dalam pendidikan Hindu kontemporer. Dalam pengertian perlu adanya adaptasi sistem pendidikan agama Hindu pada masa lalu dengan konteks kontemporer tanpa harus meningalkan atau merubah esensi dasar dari sistem pendidikan Hindu tersebut.

Kata kunci : Revitalisasi, Pendidikan Agama Hindu, Karakter I. Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan manusia dapat berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam dunia ini. Pendidikan berarti perbuatan mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan badan batin dan sebagainya (Elmubarok, 2009:1). Setiap orang akan menerima suatu pendidikan yang diperoleh dari sejak lahir sampai akhir hayatnya. Hanya dengan pendidikan yang baik manusia mengetahui hak dan kewajibannya sebagai individu, masyarakat dan mahluk Tuhan (Syarifuddin, 2008:2). Pernyataan tersebut menunjukan bahwa pendidikan sangat diperlukan dalam membantu manusia sebagai mahluk individu, social dan mahluk Tuhan dalam melaksanakan kewajibannya sehingga kehidupannya menjadi terarah dan menjadi baik serta mengalami suatu kemajuan ke arah yang positif tentunya.

(2)

Dalam suatu pendidikan terdapat berbagai macam aspek yang menjadi suatu sistem atau struktur dan fungsi masing-masing. Setiap pendidikan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai yang merupakan suatu harapan dan cita-cita. Dengan adanya suatu tujuan pendidikan akan menjadi terarah dan terprogram. Sistem atau sistem pendidikan yang dilaksanakan dalam suatu pendidikan sangat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Masing-masing jenis pendidikan memiliki sistem atau sistem yang berbeda-beda. Baik dalam jenis pendidikan informal ataupun formal dan non formal. Apa yang ada dalam dunia pendidikan tentunya memiliki suatu hubungan yang erat dengan kodisi masyarakat. Kedua-duanya merupakan suatu cerminan dari masing-masing. Ketika dalam dunia pendidikan kurang bagus itu pula yang ada dalam suatu masyarakat demikian pula sebaliknya bagaimana kondisi suatu masyarakat juga mencerminkan bagaimana pendidikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli sosial yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki relasi dengan kondisi masyarakat.

Apabila dilihat kenyataan masyarakat dewasa ini khususnya, maka sangat jelas tercermin suatu pendidikan yang belum mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan seperti yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Perubahan yang diharapkan dari instansi pendidikan untuk membentuk manusia yang beradap masih jauh dari harapan. Dalam masyarakat dewasa ini banyak sekali terjadi suatu prilaku yang menyimpang seperti korupsi dimana-mana, tindak kejahatan, dan kesejahteraan yang tidak seimbang. Tindakan-tindakan tersebut mencerminkan suatu yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Dimana tujuan pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu untuk memanusiakan manusia. Pendidikan diselengarakan untuk membebaskan manusia dari berbagai persoalan Hidup yang melingkupinya. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya bagi masa yang akan datang (UU No.2 Tahun 1989, dalam Sanjaya , 2011: 45-46)

Karakter merupakan nilai fundamental yang tidak dapat dilepaskan dalam pembentukan kepribadian individu. Karakter yang terbentuk sempurna dapat mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang berpotensi dalam mencapai sebuah kemajuan. Itu berarti karakter harus dipahami oleh seluruh masyarakat utamanya bagi generasi muda. Hal ini sejalan dengan isi dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang mewajibkan adanya pembentukan karakter sejak dini. Menurut Mustari, (2012:3) terdapat lima komponen sosial yang dapat digunakan sebagai media pembentukan karakter meliputi keluarga, diri sendiri, pemerintah, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai pemegang peranan pembentukan karakter primer, harus dilakukan secara terintegritas dan berkesinambungan. Salah satu usaha yang dilakukan sekolah adalah dengan mengintegrasikan nilai karakter ke dalam setiap mata pelajaran di kelas. Salah satu contoh dari implementasi ini adalah pembelajaran agama Hindu yang dikenal sebagai ilmu yang lebih mengarahkan kepada kepribadian yang religius dan berbudi pekerti luhur.

(3)

hati, empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa dasar cinta kasih (Dantes, 2008:5). Kondisi semacam tersebut sebenarnya telah diterapkan dalam pendidikan Hindu dengan sistem Gurukula. Akan tetapi, persoalan yang penting dalam pendidikan Hindu kontemporer adalah sama dengan pendidikan secara umum di Indonesia yaitu kualitasnya rendah. Hal ini terlihat dari bagaimana kondisi masyarakat Hindu pada umumnya dewasa ini. Rendahnya kualitas pendidikan tentunya implikasi dari sistem pendidikan yang kurang tepat. Padahal apabila ditinjau dari sejarah pendidikan Hindu pada masa Veda pendidikan Hindu telah terbukti berhasil dalam memanusiakan manusia. Hal ini terlihat dalam bagaimana uamt Hindu yang telah mendapatkan pendidikan tersebut terbukti telah banyak menjadi manusia yang sesunguhnya sehingga konsep memanusiakan manusia terjadi. Dengan demikian tampaknya adanya suatu kesenjangan yang terjadi antara pengalaman pendidikan Hindu masa lalu dengan pendidikan kontemporer sehingga perlu dikaji persoalan-persoalan dari kesenjangan tersebut seperti bagaimanakah sistem pendidikan Veda? Bagaimana sesungguhnya pendidikan Hindu kontemporer? Bagaimana revitalisasi sistem pendidikan Hindu di sekolah?

II. Sistem Pendidikan Hindu, Pendidikan Hindu Kotemporer Berorientasi ke Barat, dan Revitalisasi Sistem Pendidikan Hindu dalam pendidikan Hindu Kontemporer

2.1 Sistem Pendidikan Hindu

Agama Hindu sebagai agama yang tertua di dunia memiliki istilah-istilah mengenai pendidikan yaitu adhyayana, prabodha, siksha, Upanayana, vinaya (Dwivedi, 1994:2). Hindu telah memiliki suatu sistem

pendidikan yang khas. Hal tersebut diketahui dari berbagai bentuk lembaga pendidikan yang telah ada pada jaman Veda. Pendidikan tersebut sering disebut Pendidikan Veda dengan bentuk Gurukula (Jayapalan, 2005:4-5).

Veda sebagai suatu Wahyu yang diterima oleh para maharsi pada jaman

dulu pada awalnya ditradisikan melalui suatu tradisi parampara secara lisan sampai pada akhirnya ditulis. Setelah ditulispun ajaran Veda terus diajarkan melalui suatu bentuk pendidikan. Tujuan pendidikan Hindu pada umumnya untuk mengembangkan potensi manusia dalam kehidupan spiritual (individual) dan sosial budaya. Tujuan kehidupan spiritual (individual) adalah karakter moral yang baik dan moksa. Tujuan dalam kehidupan sosial budaya berupa kemampuan melaksanakan dimensi manusia sebagai mahluk sosial dan berbudaya sesuai dengan konteknya. Pendidikan tersebut bersifat Varnasrama Dharma yaitu pendidikan yang didasarkan pada Varna dan Asramayang ada dalam Hindu atau pendidikan yang berdasarkan kewajiban hidup antara profesi dan tingkatan hidup (Ngurah, dkk, 2006:110). Varna disini berarti potensi yang menonjol dalam diri berupa minat dan bakat yang mendasari dari pekerjaan seseorang dan Asramaberarti tahapan hidup.

Hindu menyakini bahwa manusia lahir ke dunia telah membawa bakat dan minat masing-masing. Mengenai Varna ini dijelaskan oleh Sri

(4)

Konsep Varna dalam vanAsrama Dharma di sini sangat berbeda dari kasta atau wamsa, walaupun dinyatakan bahwa wamsa dan kasta awalnya bersumber dari Varna (Titib, 1996:388). Dengan demikian pendidikan yang berdasarkan Varna tidak berarti sama dengan berdasarkan kasta atau wamsa. Akan tetapi, hal tersebut mengalami suatu pergeseran dalam masyarakat, sehingga ada pendidikan berdasarkan kasta atau wamsa (kelahiran atau keturunan). Pendidikan yang berdasarkan Varna adalah berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki seorang yang akan melakukan suatu pendidikan. Varna dalam ajaran agama Hindu ada dibedakan menjadi empat, yaitu Brahmana, Ksatrya, Vaisya dan Sudra. Varna Brahmana merupakan suatu bakat dan minat pada kerohaniwan. Ksatrya merupakan sifat dan bakat pada kegiatan atau yang berhubungan dengan kesatria,

Vaisya merupakan bakat dan minat pada pekerjaan yang berkaitan dengan

ekonomi seperti perdagangan, pengusaha, dan yang lainnya. Sudra merupakan bakat dan minat pada pekerjaan dengan tenaga.

Keempat Varna tersebut adalah diciptakan oleh Tuhan. Keempat Varna tersebut merupakan suatu sistem dalam dunia dan juga dalam kehidupan manusia, sehingga terjadi suatu keseimbangan dan keselarasan dalam dunia. Masing-masing Varna tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Hubungan yang terjadi dalam masing-masing Varnatersebut disebutkan bahwa Brahmana lahir dari kepala, ksatrya dari lengan, Vaisya dari perut dan Sudra dari kaki (Titib, 2003:283). Sebagai suatu sistem kerjasama yang baik perlu terjadi demi kelangsungan hidup di dunia ini. salah satu mengalami gangguan maka akan mengakibatkan gangguan pada yang lainnya. Kepala tidak berfungsi maka semua bagian yang lainnya juga akan terganggu. Jadi antara Brahmana, ksatrya, Vaisya, dan Sudra merupakan satu-kesatuan yang saling menunjang antara yang satu dengan yang lainnya. Pengunaan Varna dalam pendidikan Hindu pada masa lalu merupakan suatu usaha supaya mengali pontensi yang dimiliki masing-masing.

Hal tersebut selaras dengan yang dinyatakan sebagai pendidikan untuk memanusiakan manusia. Hal itu berarti mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri manusia. Kemampuan atau potensi yang ada tersebut tentunya berhubungan dengan bakat dan minat. Bakat dan minat yang terdapat dalam diri manusia merupakan suatu potensi. Potensi inilah sebenarnya yang perlu dikembangkan dalam pendidikan. Hal ini tampaknya yang dilakukan dalam pendidikan Hindu tempo dulu pendidikan yang mempertimbangkan bakat dan minat manusia. Cara yang dilakukan pada masa lalu adalah hidup bersama menjadi bagian dari keluarga guru selama beberapa waktu, sehingga guru dapat melihat bakat dan minat yang merupakan potensi dari manusia. Dengan demikian, selanjutnya guru mengarahkan untuk menempuh pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat tersebut. setiap orang tentu memiliki tiga aspek

Varna dalam dirinya. Pada masa pendidikan Hindu jaman dulu setiap orang

diarahkan untuk menekuni dan mengembangkan potensi tersebut dalam dirinya. Manusia yang memiliki bakat ksatrya dia akan dididik menjadi ksatrya, Brahmana akan dididik menjadi Brahmana dan seterusnya.

(5)

yang disebut dengan Catur Asrama. Pendidikan juga dilihat dalam tingkatan kehidupan masing-masing tersebut. Pada masa brahmacari merupakan awal jenjang kehidupan dimana manusia fokus untuk mengejar dan belajar mengenai suatu pengetahuan (Titib, 1996:392). Brahmacari mulai dari dalam keluarga selanjutnya setelah berusia 12 tahun dilanjutkan kepada suatu lembaga pengetahuan dalam bentuk Gurukula. Gurukula sendiri berarti hidup dalam keluarga guru. Jenjang untuk fokus menuntut ilmu selama 25 tahun . Setelah itu dilanjutkan dengan grhasta atau masa membina rumah tangga. Dalam masa berumah tangga manusia didik mengenai pelaksanaan Dharma dan yadnya. Pada masa ini manusia belajar menjadi bagian dari masyarakat yang sebenarnya. Oleh karena itu, pada masa ini dia menjadi suatu suatu bagian dalam kelompok masyarakat. Di sini dia belajat melaksanakan tugas tanggung jawab sebagai warga masyarakat sesuai dengan struktur yang ada. Dia diwajibkan melakukan yadnya atau suatu persembahan suci baik yang dalam jenis dewa, pitra, rsi, manusia, dan juga bhuta yadnya (Titib, 2003:293-294). Selanjutnya wanaprasta masa mulai meninggalkan atau mengurangi keterikatan dengan benda atau objek duniawi. Dalam masa ini pendidikan bermaksud untuk memberikan suatu pembelajaran mengenai makna kehidupan. Seseorang mulai mencari sesuatu kesucian dan kebenaran dalam hidup dengan cara melakukan yang berhubungan dengan pencarian Tuhan melalui tanda-danda yang jaman dulu dilakukan dengan mengasingkan diri ke hutan melakukan tapa brata . Selanjutnya tingkatan yang terakhir adalahBhiksuka atau sanyasin yaitu melepaskan diri secara total tanpa keterikatan kepada dunia. Pada masa ini dia belajar untuk melakukan pelepasan keterikatan secara total, sehingga segala hidupnya hanya untuk mencapai kebebasan atau moksa.

Sistem pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan seperti bentuk Gurukula dalam pendidikan Veda adalah mengedepankan suatu pendekatan kekeluargaan. Dimana peran seorang guru adalah sebagai orang tua dan murid adalah sebagai putra (Jayapalan, 2005:6). Dalam pendidikan semacam itu guru akan memberikan pengetahuan dan keteladanan kepada siswa seperti tidak ubahnya seorang ayah kepada anaknya. Guru menyayangi siswa, demikian pula siswa menghormati dan melayani guru. Pendidikan dalam suatu lembaga merupakan suatu kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Dimana dalam keluarga dianggap telah tidak mampu lagi untuk memberikan pengetahuan yang lebih jauh dan luas, maka selanjutnya anak dikirim atau diserahkan pada seoarang guru dalam bentuk lembaga Gurukula. Pada saat anak diserahkan atau akan mengikuti pendidikan, maka terlebih dulu dilakukan suatu

Upacara yang disebut dengan Upanayana. Selanjutnya setelah Upacara

tersebut dilaksanakan siswa tersebut resmi menjadi siswa dan akan memperoleh pendidikan oleh guru berupa diberikan suatu pengetahuan. Dalam kondisi pendidikan Gurukula, guru sangat serius mendidik siswa dengan menerapkan disiplin yang ketat. Dalam sistem pendidikanGurukula disiplin sangat ditekankan oleh guru. Hal itu mengingat untuk membentuk suatu struktur dalam diri anak supaya terbiasa dengan kehidupan yang berdisiplin.

(6)

Disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan

Veda dalam bentuk Gurukula . Siswa memiliki disiplin yang harus

dilakukan dalam kehidupan sebagai siswa. Disiplin tersebut berupa ketaatan terhadap aturan dan tata tertib Gurukula. Aturan dan tata tertib dalam Gurukula harus ditaati oleh siswa karena guru benar-benar akan menegakan aturan tersebut. Apabila dilanggar, maka akan mendapatkan sanksi yang tegas dari guru. Dengan adanya penegakan disiplin seperti itu siswa selalu berusaha mentaatinya. Hal tersebut berlangsung selama masa pendidikan sistem Gurukula berlangsung. Pendidikan dengan sistem Gurukula, siswa akan terdidik untuk disiplin dalam menuntut ilmu maupun dalam kehidupan sehari-harinya dalam Gurukula, sehingga setelah siswa selesai pendidikan, kebiasaan hidup disiplin akan selalu terbawa dalam kehidupannya dalam masyarakat.

2.2 Sistem Pendidikan Hindu Kontemporer Berorientasi ke Barat Pendidikan Hindu kontemporer di Indonesia khususnya sangatlah berbeda dengan pendidikan Hindu yang telah ada pada jaman dulu. Berbagai macam alasan yang membuat atau membentuk pendidikan Hindu menjadi seperti itu. Hal ini tentunya tidak bisa lepas dari peran negara. Dimana pendidikan merupakan suatu hal yang diatur oleh negara. Hal ini menyebabkan berbagai macam sistem harus mengikuti ketentuan dari yang ada di negara. Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan barat. Demikian pula tampaknya pendidikan Hindu di Indonesia bersistemkan pendidikan barat, walaupun dewasa ini mulai muncul sistem-sistem pendidikan yang terus dikembangkan, tetapi tetap berkiblat ke barat. Berkiblat ke barat maksudnya bahwa sistem dan kurikulum selalu mengacu negara-negara maju di barat. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana sistem pendidikan agama Hindu, baik di sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan agama Hindu dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dewasa ini masih kurang menerapkan atau mengadopsi pola dan nilai-nilai pendidikan Hindu pada masa lalu. Pola-pola yang diadopsi, baik dari input siswa, proses, metode pembelajaran, muatan kurikulum, suasana akademik, dan lain-lainnya.

Metode yang digunakan dalam pendidikan Hindu selalu mengikuti metode secara umum. Pendidikan Hindu dalam konteks kotemporer mengunakan metode non kekeluargaan. Hal ini menyebabkan interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran yakni guru adalah sebagai guru itu sendiri dan siswa adalah sebagai siswa itu sendiri. Hubungan guru dan siswa tanpa dilandasi adanya rasa kekeluargaan, akan tetapi hanya sekedar hubungan si pencari pengetahuan dan yang memberi pengetahuan tidak lebih. Siswa berhubungan dengan guru sekedar mendapatkan haknya yaitu belajar dari guru. Sementara guru hanya sebatas melaksanakan kewajiban yaitu mengajar (Ibrahim dan Syaodih S., 2003:11). Pengajaran yang dilakukan guru terkadang hanya untuk mendapatkan haknya berupa gajih. Sistem penerimaan siswa dewasa ini hanya sangat berbeda yaitu dilakukan berdasarkan kepentingan bukan berdasarkan bakat dan minat yang sesungguhnya. Di mana siswa memiliki kepentingan untuk masa depan

(7)

pendidikan didasari atas pilihan rasional dari siswa. Pilihan rasional berupa adanya keuntungan yang didapat siswa dengan bersekolah di sekolah pilihannya (Haryanto, 2012:198) dari dengan sekolah di sekolah tersebut dan sekolah berdasarkan kepentingan mendapatkan mahasiswa. Hal semacam ini terus berlangsung sehingga potensi yang dikembangkan bukanlah potensi dari masing-masing siswa akan tetapi hanya sekedar untuk mendapatkan suatu peluang pekerjaan yang dicari.

Dengan adanya semacam itu tidak heran apabila kulaitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ditamatkan dalam suatu sekolah agama Hindu dewasa ini tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh banyak yang memilih jurusan pendidikan agama Hindu bukan karena minat dan bakat siswa dalam hal menjadi pendidik tetapi lebih karena peluang lebih banyak dari pada jurusan yang lainnya. Oleh karena itu, apa yang siswa lakukan dalam proses pembelajaran tentunya tidak maksimal karena minat dan bakatnya bukan pada jurusan pendidikan. Hal ini mengakibatkan kualitas SDM dari mereka tidak maksimal. Selanjutnaya metode pembelajaran kecenderunganya hanya pada sampai belajar pengetahuan tetapi sangat minim dalam hal belajar untuk melakukan terlebih lagi untuk menjadi sesuai dengan tujuan pendidikan Hindu. Hal ini terlihat dalam metode pengajaran yang diterapkan oleh pengajar dalam pendidikan agama Hindu kecenderungan hanya menyentuh pada ranah kognitif saja. Bukti-bukti yang menunjukan hal tersebut seperti dapat dilihat dalam para alumnus yang telah selesai mendapatkan pendidikan Hindu tersebut.

2.3 Revitalisasi Sistem Pendidikan Hindu di Sekolah

Sistem pendidikan Hindu yang ada saat ini belumlah ideal sebagai pendidikan Hindu yang sesungguhnya menekankan pencapaian anak yang sarjana dan suputra. Sarjana berarti orang yang mengetahui atau orang yang mengerti dan memahami pengetahuan (Titib, 1996:440). Sarjana bukan hanya sebagai orang yang berpengetahuan, karena jika hanya sebagai orang berpengetahuan saja, hal itu sangat bertentangan dengan ajaran karma. Berpengetahuan saja berarti hanya memiliki pengetahuan dalam tingkat teori-teori saja, tanpa mengetahui bagaimana prakteknya. Jika mengerti dan memahami pengetahuan berarti seseorang memiliki pengetahuan dan mengetahui cara mempraktekannya.

Sebagai contoh jika seorang guru dinyatakan berpengetahuan tentang guru berarti dia hanya memiliki pengetahuan tentang guru hanya pada tataran teori saja. Sedangkan apabila seseorang adalah guru yang mengerti dan memahami pengetahuan tentang guru, maka seseorang tersebut mengetahui sekaligus mampu menerapkannya sebagai seorang guru. Banyak bukti yang ditemukan dari hasil proses belajar mengajar dalam pendidikan agama Hindu tidak sesuai dengan tujuan dari pendidikan Hindu tersebut. Hal tersebut menandakan adanya suatu sistem pendidikan Hindu yang kurang baik dalam pendidikan Hindu kotemporer. Masalah seperti ini tentu tidak dapat dibiarkan terus terjadi. Perlu adanya suatu sistem atau sistem pendidikan yang relevan dengan pendidikan agama Hindu sehingga menghasilkan suatu hasil yang benar-benar sesuai dengan harapan.

(8)

Seperti telah dijelaskan di atas Hindu secara umum memiliki suatu sistem pendidikan yang telah diterapkan pada masa lalu. Pendidikan Hindu masa lalu telah melahirkan orang-orang yang besar dan berdedikasi tinggi. Pengalaman masa lalu bukan berarti tidak dapat dijadikan sebagai suatu contoh yang perlu ditiru dan dikembangkan dalam konteks kontemporer. Sistem pendidikan Hindu masa lalu dapat dibangkitkan kembali atau direvitalisasi kembali terlebih pada pendidikan Hindu kontemporer. Memang selama ini segala sesuatunya berorientasi pada negara maju yaitu negara-negara barat, sehingga banyak ditiru dan menjadi suatu teladan dalam berbagai aspek termasuk pendidikan agama Hindu. Akan tetapi, dewasa ini peluang telah ada dimana arus balik sebagai suatu tanggapan terhadap pandangan orientalisme yang menganggap timur termasuk Indonesia adalah negara yang tidak maju, kolot, dan sebagainya telah terjadi. Berbagai macam arus balik telah muncul seperti mengenai teori-teori mulai muncul teori-teori dari timur. Bahkan sumbangan Hindu bagi perkembangan ilmu di berbagai bidang dalam dunia ini sangat besar. Banyak apa yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebenarnya telah ada sejak lama dalam ajaran Hindu. Sebagai contoh teori quantum dewasa ini. prinsip-prinsip dasar dari teori quantum telah ada dalam ajaran agama Hindu yaitu dalam tantraisme jauh sebelum teori quantum tersebut ditemukan. Selain itu, masih banyak lagi yang terinpirasi dari ajaran Hindu. Adanya hal seperti itu menunjukan bahwa pendidikan Hindu pada masa lalu telah memberikan suatu pengetahuan dan melahirkan suatu yang besar bagi dunia. Oleh karena itu, banyak dewasa ini para ahli dan tokoh ilmu dunia memberikan penghormatan terhadap Hindu.

Revitalisasi pendidikan Hindu pada masa lalu dalam pendidikan Hindu dewasa ini bukan berarti mengadopsi segala-galanya atau kembali pada pada masa lalu. Revitalisasi yang dimaksudkan di sini adalah dengan mengasimilasi dan akomodasi sistem pendidikan pada masa lalu dalam pendidikan Hindu kontemporer. Dalam pengertian perlu adanya adaptasi sistem pendidikan agama Hindu pada masa lalu dengan konteks kontemporer tanpa harus meningalkan atau merubah esensi dasar dari sistem pendidikan Hindu tersebut.

Seperti dijelaskan di atas bahwa pendidikan Hindu pada masa lalu menekankan pada pengembangan potensi yang ada dalam diri manusia. Untuk mengetahuai potensi siswa tersebut, maka siswa tersebut harus hidup dengan guru dalam beberapa waktu sehingga sampai akhirnya guru mengetahui potensi dalam diri siswa dengan demikian guru akan mengarahkan dengan menerima siswa yang memiliki bakan dan minat atau Varna yang sesuai dengan pendidikan yang akan guru ajarkan dan mengembalikan siswa tersebut kepada orang tuanya untuk dilanjutkan pada pendidikan yang lain sesuai dengan potensinya.

Sistem perekrutan siswa semacam ini dapat dilakukan dalam setiap lembaga pendidikan agama Hindu dalam menerima calon siswa dengan memasukan sistem tersebut dalam orientasi sekolah. Orientasi sekolah yang selama ini hanya digunakan untuk pengenalan sekolah oleh siswa baru digunakan sebagai media untuk pengenalan bakat dan minat siswa oleh lembaga, sehingga nantinya dapat diarahkan kepada jurusan yang ada di

(9)

tahunnya menerima mahasiswa pada empat jurusan yaitu pendidikan agama Hindu, Penerangan, Hukum, dan Filsafat. Untuk menentukan atau jurusan mana calon mahasiswa dimasukan disesuaikan dengan bakat dan minat calon mahasiswa yang dilihat melalui media orientasi kampus. Hal ini sangat penting mengingat kecenderungan manusia akan senang dan semangat serta sungguh-sunguh dalam melakukan sesuatu apabila sesuatu itu adalah menjadi suatu kesenangannya. Kesenangan mahasiswa tentunya sesuai dengan Varna atau bakat dan minat yang dimiliki.

Apabila mahasiswa masuk suatu program sesuai dengan potensi yang ada merupakan modal awal dalam keberhasilan dalam pendidikan selain faktor yang lainnya. Dalam proses pendidikan kontemporer tampak hubungan antara siswa dan guru sepertinnya hanya terbatas pada kewajiban dan hak sebagai siswa dan guru tidak lebih. Hubungan semacam itu dalam pendidikan dapat dinyatakan kurang ideal karena tidak terjalin hubungan yang erat antara keduanya. Ketika haknya telah diterima dan kewajiban telah dilaksanakan, maka hubungan tersebut tidak menutup kemungkinan terputus. Berbeda halnya dengan pendidikan jaman Veda dimana hubungan guru dan siswa akan tetap terjalin sampai seorang siwa selesai mendapatkan pendidikan. Hal itu terlihat seorang siswa selalu akan menghormati gurunya dimanapun mereka berada baik ketika bertemu ataupun jauh sekalipun. Bahkan ketika guru telah meninggal siswa tetap menghormatinya dengan bhakti. Guru dalam pendidikan Hindu merupakan sebagai figur yang diharapkan dan mampu memberikan yang terbaik bagi siswa. Hubungan itu terjalin benar-benar seperti antara anak dan orang tua. Nilai-nilai hubungan semacam ini dapat direvitalisasi dalam proses pendidikan Hindu kontemporer.

Prinsip dasar proses pendidikan dilakukan dengan suatu relasi yang terjalin dimana guru atau pengajar berperan selayaknya orang tua dari siswa. Dengan adanya peran guru sebagai orang tua tentunya guru akan berusaha memberikan pengajaran dan teladan bagi siswanya. Demikian pula siswa yang diberlakukan seperti anak sendiri akan lebih mudah untuk berinteraksi serta mentaati petunjuk dan pengetahuan yang diberikan oleh guru. Cara pengajaran pendidikan Hindu jaman dulu yang kecenderungan memberikan suatu pengalaman dengan perpaduan dan keseimbangan antara teori dan praktek (Sharma dan Sharma, 2004:5-6). Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Mookerji (2003:1) bahwa ―… Vedic education is

tobe studied as an integral part of vedic thought and life.‖ Dengan

demikian, siswa akan mendapatkan pengetahuan dengan membangun pengetahuannya sendiri dari pengetahuan yang telah dimiliki dengan konteks yang ada pada saat realitas dalam prakteknya. Hal itu sesuai dengan pernyataan Dr. R.K Mukerjee (dalam amala, Anupama, dan Rao, 2006:39) ―that the objective of education was not merely reading, but the

subjective assimilation of knowledge and experience”. Sistem pengajaran

yang dilakukan tersebut bila dihubungkan dengan dewasa ini lebih mirip dengan konstruktivisme.

III. Penutup

(10)

yang notabenenya adalah ahli dalam pengetahuan dan memiliki tingkat spiritual yang tinggi dengan tanpa keterikatan pada duniawi. Dengan demikian sistem pendidikan yang para maharsi lakukan pada masa lampau sesungguhnya adalah sistem pendidikan yang ideal bagi bukan hanya umat Hindu tetapi juga pendidikan dunia pada umumnya. Hal itu karena apa yang dilakukan oleh para maharsi adalah untuk kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat nantinya. Sistem pendidikan Hindu adalah berbasis keluarga yaitu pendidikan yang mengunakan sistem pendekatan keluarga yaitu antara anak dan orang tua. Siswa sebagai anak dan guru sebagai orang tua. Dengan demikian, proses pendidikan akan dapat benar-benar terlaksana dengan baik. Guru sebagai orang tua tentunya akan mendidik anak dengan sebaik-baiknya dengan pengetahuan yang bermanfaat dan mengarah pada keberhasilan yang sepenuhnya. Di sisi lain anak akan menerima dengan baik karena guru adalah orang tuanya.

Pendidikan Hindu kontemporer jelas apabila dilihat dari sistem yang dilakukan dewasa ini sangat jauh menyimpang dari sistem pendidikan Hindu tersebut di atas. Sistem pendidikan Hindu kontemporer sama seperti halnya pendidikan secara umum mengarah pada globalisasi pendidikan barat. Sistem – sistem ini terlihat dalam kurikulum, guru, metode belajar, metode mengajar dan lainnya.

Revitalisasi sistem pendidikan Hindu perlu dilakukan guna kemajuan pendidikan dan umat Hindu ke depan. Revitalisasi yang dimaksud bukan mengadobsi atau berarti kembali pada masa lalu, tetapi mengadaftasikan dan mengasimilasikan pendidikan Hindu pada pendidikan Hindu kontemporer. Esensi tetap pendidikan Hindu tetapi kemasannya adalah pendidikan kontemporer.

IV Daftar Pustaka

Dantes, Nyoman. 2008. ―Perspektif dan Kebijakan pendidikan Menghadapi Tantangan Global‖. Makalah di sampaikan dalam seminar Akademik Jurusan PGSD (S1) FIP-Undiksha

Haryanto, Sindung. 2012.Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Posmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Ilyasin, H.M. 2011. Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat & Timur.Ar-Ruzz Media

Jayapalan, N.2005.History of Education in India.New Delhi: Nice Printing Press.

Mookerji, Radha Kumud.2003. Ancient Indian Education: Brahmanical and

Buddhist. Delhi:Shri Jainendra Press

Ngainun Naim & Achmad Sauqi. 2010. Pendidikan Multikultur : Konsep & Aplikasi . Ar-Ruzz Media.

Ngurah, I Gusti, I Gede Sura, I Gede Badjrayasa, Indra Sukarno, I Wayan Mitra Astawa, dan Sujailanto.2006. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Suirabaya: Paramita

Sanjaya, Putu.2011.Filsafat Pendidikan Agama Hindu. Surabaya: Paramita Sudarsana, I. K. (2015, May). Peran Pendidikan Non Formal dalam

Pemberdayaan Perempuan. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-0-0, pp. 135-139). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada

(11)

Syarifuddin.2008. Effektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Rineka Cipta. Titib, I Made.1996. Veda Sabda Suci: Pedoman Praktis Kehidupan.

Surabaya: Paramita

Titib, I Made.2003. Purana: Sumber Ajaran Hindu Koprehensip. Jakarta: Pustaka Mitra Jaya

Zaim Elmubarok.2009. Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung Yang Terputus dan Menyatukan Yang Tercerai. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena solidaritas masyarakat Indonesia ini terekam dalam hasil survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center bulan Juni 2020, proporsi pengeluaran untuk donasi

dari nomor 3 sampai nomor 6.KEGUNAAN-Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata-Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah

6.1 Modul elasti č nosti kompozita titana i magnezija .... Podjela zubija prema periodu nicanja [7] ... Podjela zubiju prema morfološkim karakteristikama [7] ... Oblici č eljusti

[r]

Berdasarkan hasil uji komparasi para metric uji t- berpasangan pada kelompok satu yang diberikan pelati- han lari akselerasi didapatkan rerata kecepatan lari 100

Bumi merupakan salah satu planet yang bergerak mengitari Matahari. Pergerakan Bumi mengitari Matahari disebut dengan revolusi Bumi. Dalam revolusinya, posisi Bumi

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui adanya keberadaan serangga dalam ruangan koleksi perpustakaan. Keberadaan serangga pada ruangan

TUK 1, NIC pada tujuan Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan domain 3: perilaku kelas S: pendididkan kesehatan dengan 4 intervensi, yang pertama :pendidikan kesehatan