• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

2013

(2)

2

APBN/

APBD

KEMENTERIAN/

LEMBAGA NEGARA

KEGIATAN OPERASIONAL

PAJAK

(3)

DIKELOLA

Melalui suatu kegiatan

(4)

Daftar (NPWP);

Hitung – Potput – Setor;

Lapor

(5)

Kas Negara

Pajak Pusat

(6)

LAPOR

Kantor Pelayanan Pajak

(7)

dihitung dari tanggal jatuh

tempo pembayaran s.d. tanggal pembayaran.

dikenakan

sanksi

administrasi

(8)

berupa sebesar:

Rp 500.000,-  untuk SPT Masa PPN

Rp 100.000,-  untuk SPT Masa lainnya

Rp1.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh WP Badan Rp100.000,-  untuk SPT Tahunan PPh WP OP

dikenai sanksi administrasi

(9)

Objek Penjelasan

PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan

PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu &

sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)

PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian barang

PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21

PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.

PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak

Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu (kuitansi, kontrak)

BENDAHARA PEMERINTAH

MELAKSANAKAN KEWAJIBAN

PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS DANA YANG BERASAL DARI APBN/APBD

WAJIB

(10)

Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi

sehubungan dengan pekerjaan

jabatan jasa & kegiatan

(11)

Pegawai

Penerima uang pesangon, pensiun

atau uang manfaat pensiun, THT, JHT,

termasuk ahli warisnya

Bukan pegawai :

Tenaga ahli

Seniman/pekerja seni, pembawa acara

Olahragawan

Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan

moderator Pengarang, peneliti,

penerjemah

Pemberi jasa dalam segala bidang

Agen iklan

Pengawas dan pengelola proyek

Pembawa pesanan/yang menemukan

langganan/perantara Petugas penjaja barang

dagangan

Petugas dinas luar asuransi Distributor MLM, Direct Selling

Peserta kegiatan

Peserta perlombaan Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan

kerja

Peserta/anggota kepanitiaan Peserta pendidikan, pelatihan

dan magang

Peserta kegiatan lainnya

(12)

14

PPh Pasal 22

(13)

15

 DITJEN ANGGARAN

 BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT/DAERAH

 BENDAHARA BEA & CUKAI

MEMUNGUT PPh PASAL 22

YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN ATAS PEMBELIAN BARANG

Keputusan Menkeu No.392/KMk.03/2001 jo. Permenkeu No.154/PMK.03/2010

(14)

DEFINISI DAN OBJEK PPh ps. 22

 Impor Barang

 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJA, bendaharawan pemerintah pusat/daerah.

 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh BUMN/D yang dananya dari belanja negara/daerah.

 Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan bakar jenis Pertamax, Pertamax Super dan gas.

 Dan lain-lain ditentukan dengan UU.

Pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.

(15)

BUKAN OBJEK PPh PASAL 22

 Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak tidak terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22.

 Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk.

 Impor sementara jika akan di ekspor kembali.

 Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.2.000.000 dan tdk meru- pakan pembayaran yang terpecah-pecah.

 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan benda pos.

 Atas impor emas batangan yg akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan emas untuk tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.

 Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN.

 Re-impor barang-barang yg telah diekspor utk tujuan perbaikan, penger- jaan dan pengujian.

(16)

TARIF PPh PASAL 22

Importir yang memiliki API (angka pengenal importir); tarif 2.5%

PPh pasal 22 = 2.5% x Nilai Impor

Importir yang tidak memiliki API, tarif 7.5%

PPh pasal 22 = 7.5% x Nilai Impor

Barang impor yang tidak dikuasai; tarif 7.5% dari harga jual lelangPPh pasal 22 = 7.5% x Harga Jual Lelang

Atas pembelian barang yang dananya dari APBN/D; tarif 1.5%

PPh pasal 22 = 1.5% x Pembelian dalam negeri

Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU swasta; tarif 0.3%

PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan

Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU Pertamina; tarif 0.25%

PPh pasal 22 = 0.25% x Penjualan

Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, pelumas; tarif 0.3%

PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan

(17)

19

TARIF 1,5%

DARI HARGA/NILAI PEMBELIAN BARANG

PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS

PENYERAHAN BARANG OLEH REKANAN

JIKA REKANAN TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI

(18)

20

WAJIB PAJAK REKANAN

KPP MELALUI KPPN KPP SBG LAMPIRAN SPT

MASA BENDAHARA

KANTOR PENERIMA PEMBAYARAN

(BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO) PEMUNGUT PPh PSL 22

LEMBAR KE-1

LEMBAR KE-2 LEMBAR KE-3

LEMBAR KE-4

LEMBAR KE-5

(19)

21

DIPUNGUT PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN

DISETOR PADA HARI YANG SAMA

KE BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO

DIISI OLEH DAN ATAS NAMA REKANAN

PPh PASAL 22

SSP

DITANDATANGANI OLEH BENDAHARA

(20)

22

PELAPORAN PPh PASAL 22

SPT MASA

F.1.1.32.02

KE KPP/KP2KP

SELAMBAT-LAMBATNYA 14 HARI SETELAH

BULAN TAKWIM BERAKHIR

JIKA JATUH PADA HARI LIBUR

PADA HARI KERJA BERIKUTNYA

(21)

23

PPh Pasal 23

(22)

24

BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT BENDAHARA PEMERINTAH DAERAH

BADAN

YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN ATAS OBJEK PPh Pasal 23

Peraturan Menkeu No.244/PMK.03/2008

(23)

25

HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh. 21

SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN:

• JASA TEKNIK;

• JASA MANAJEMEN;

• JASA KONSULTAN HUKUM,

• JASA KONSULTAN PAJAK,

• JASA LAIN SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG PPh PSL 21 YANG BERASAL DARI MODAL :

• DEVIDEN

• BUNGA

• ROYALTI

(24)

26

SEWA DAN

JASA LAINNYA

TARIF 15 %

DASAR PEMOTONGAN HADIAH DAN

PENGHARGAAN, DEVIDEN, BUNGA

DAN ROYALTI

TARIF 2 %

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI

JUMLAH BRUTO

(25)

27

BUKTI PEMOTONGAN

DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN PENGHASILAN OLEH BENDAHARA & BADAN

UNTUK REKANAN

LAMPIRAN SPT MASA PPh PASAL 23/26

ARSIP

BENDAHARA/BADAN

(26)

28

JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM BUKTI PEMOTONGAN

SELAMA SATU BULAN TAKWIM

DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU

KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN SSP

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT

TERUTANGNYA PAJAK

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR, MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA

HARI KERJA BERIKUTNYA

(27)

29

MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR SPT MASA PPh PSL 23/26 (F.1.1.32.03)

RANGKAP 2

* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26

* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26

* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

LAMPIRAN

KE KPP/

KP2KP

SELAMBAT-LAMBATNYA 20 HARI SETELAH

BULAN TAKWIM BERAKHIR

JIKA JATUH PD HARI LIBUR PD HARI KERJA

BERIKUTNYA

(28)

30

PPh Pasal 4 ayat (2)

(29)

Bunga deposito

dan tabungan-tabungan lainnya (20% x Bruto).

Penghasilan dari

transaksi saham

dan

sekuritas

lain dibursa efek (0.1%xBruto  kecuali transaksi saham pendiri

0.6%xBruto)

Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan (5% x Bruto).

Penghasilan tertentu lainnya.

Diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Jasa Konstruksi

(30)

 Penghasilan yg diterima Orang Pribadi/Badan dari transaksi penjualan saham atau sekuritas lain di bursa efek:

– Untuk transaksi semua jenis saham = 0.1% x Bruto.

– Untuk transaksi saham pendiri = 0.6% x Bruto.

 Penghasilan bunga deposito, tabungan, giro, SBI, obligasi dan

penghasilan bunga deposito dari simpanan di luar negeri = 20% x Bruto.

 Penghasilan WP OP dari investor atas penyerahan bangunan

dengan kontrak BOT (Build, Operate and Transfer) = 5% x Bruto.

 Penghasilan transaksi pengalihan hak atas tanah/bangunan=

5%xBruto.

 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran DN = 1.2% x Bruto.

 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri = 2.64% x Bruto.

 Penghasilan perusahaan penerbangan dlm negeri berdasarkan

perjanjian kontrak (charter) = 1.8% x Bruto (bersifat tidak final)

(31)

Instansi X (NPWP : 00.123.456.7-115.000) melakukan pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (pembangunan gedung) yang dilakukan oleh PT.

Konstruksi (NPWP : 02.777.777.7-115.000) pengusaha yang memiliki

kualifikasi sebagai usaha kecil dengan nilai Jasa sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 02 Juli 2011. Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi X atas jasa tersebut adalah :

Nilai Kontrak Rp 500.000.000

PPN Rp 50.000.000

Total tagihan dari rekanan (PT. Konstruksi) Rp 550.000.000

PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong :

Tarif X Nilai Jasa : 2% X Rp 500.000.000 Rp 10.000.000 PPN dipungut : 10% X Rp 500.000.000 Rp 50.000.000 Total PPN dan PPh dipungut/dipotong Rp 60.000.000

Dibayar kepada rekanan (total tagihan dari rekanan – total PPN dan PPh dipungut/dipotong) = Rp 550.000.000 - Rp 60.000.000 = Rp 490.000.000

(32)

34

PPN

(33)

35

(Sejak 1 Januari 2004) KMK No. 563/KMK.03/2003

BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT/DAERAH

BENDAHARA

KPPN

(34)

36

PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PAJAK YANG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI

BARANG DAN JASA

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

(PPn BM)

PAJAK YANG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI BARANG

YG BERDSRKAN KMK TERGOLONG BRG MEWAH

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA BERLAKU PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN

DI DALAM

DAERAH PABEAN

(35)

37

(36)

38

HARGA JUAL

HARGA PENGGANTI

NILAI IMPOR

NILAI EKSPOR

NILAI LAIN

YANG DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN

SEBAGAI DASAR

PENGHITUNGAN PPN

YANG TERUTANG

(37)

39

PENYERAHAN

BKP YANG BERDASARKAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH

PABRIKAN

OLEH

(38)

40

PPN PPn BM

10 %

10, 20 30, 40 50, 200

5% 10%

15% 200%

SERENDAH- RENDAHNYA

SETINGGI- TINGINYA

EKSPOR

PPN 0 %

(39)

41

SAAT PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA KEPADA PKP REKANAN

PEMUNGUTAN PPN DAN PPn BM

PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM

DASAR PEMUNGUTAN

TERUTANG PPn BM 20%

CONTOH

TIDAK TERUTANG PPn BM

PPN YG DIPUNGUT 10/110

YG DIPUNGUT

• PPN 10/130

• PPn BM 20/130

DASAR PEMUNGUTAN

(40)

SSP FAKTUR PAJAK

1 2

3

BENDAHARA

ARSIP PKP REKANAN KPP

DIISI OLEH DAN ATAS NAMA

REKANAN

DITANDATANGI OLEH

BENDAHARAWAN

DICAP OLEH BENDAHARA DISETOR TGL ... DAN DITANDATANGANI BENDAHARA

(41)

43 SELAMBAT-LAMBATNYA

TANGGAL 7 BULAN TAKWIM BERIKUTNYA SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR DALAM HAL TGL 7

BERTEPATAN DENGAN HARI LIBUR, MAKA PENYETORAN DILAKUKAN

PADA HARI KERJA BERIKUTNYA

BANK PERSEPSI/

KANTOR POS DAN GIRO DISETOR

SSP 1

2 3

4 5

PKP REKANAN

KPP MELALUI BANK/POS LAMPIRAN SPT MASA PPN BANK PERSEPSI/POS & GIRO ARSIP BENDAHARA

(42)

44

PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT OLEH BENDAHARA

KPP DENGAN DILAMPIRI FP LEMBAR KE-3

ATASAN BENDAHARA)*

ARSIP BENDAHARA*)

*) DALAM HAL PEMUNGUT PPN/PPn BM ADALAH BENDAHARA

PEMERINTAH PUSAT, LEMBAR KE-2 ADALAH ARSIP BENDAHARA

SELAMBAT-LAMBATNYA

AKHIR BULAN BERIKUTNYA SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR

DALAM HAL AKHIR BULAN BERIKUTNYA SETELAH MASA PAJAK BERAKHIRJATUH

PADA HARI LIBUR PELAPORAN DILAKUKAN PADA HARI KERJA

BERIKUTNYA

(43)

45 TDK MELEBIHI DARI JML Rp 1.000.000,00 TERMASUK PPN DAN/ATAU

PPn BM DAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YG TDK DIPECAH-PECAH

BBM DAN NON-BBM YG PENYERAHANNYA DILAKUKAN OLEH PERTAMINA

ATAS JASA ANGKUTAN UDARA YG DISERAHKAN OLEH PERUSAHAAN PENERBANGAN

ATAS PENYERAHAN BKP/JKP YG MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, MENDAPAT FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT DAN ATAU DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

UNTUK PEMBEBASAN TANAH, KECUALI PEMBAYARAN ATAS

PENYERAHAN TANAH OLEH REAL ESTATE ATAU INDUSTRIAL ESTATE

UNTUK PENYERAHAN BKP/JKP YG MEMPEROLEH FASILITAS PPN TDK DIPUNGUT

DALAM HAL PEMBAYARAN

(44)

46

HARGA JUAL Rp 800.000,00

PPN= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00 PPn BM=20 % X Rp 800.000 Rp 160.000,00 HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM Rp 1.040.000,00

HARGA JUAL Rp 800.000,00

PPN= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00 PPn BM= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00 HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM Rp 960.000,00

CONTOH

Rp 1.040.000,- > Rp 1.000.000,- DIPUNGUT PPN/PPn BM

Rp 960.000,- Rp 1.000.000,- TIDAK DIPUNGUT PPN/PPn BM

PPN/PPn BM TERUTANG DISETOR SENDIRI

OLEH PKP DIPUNGUT PPN/PPn BM :

- PENYERAHAN OLEH BKN PKP - DENGAN PO/SPK

B A

(45)

Bea Meterai

(46)

Dokumen menyangkut dengan

kontrak/perjanjian dikenakan Bea

Meterai dengan tarif Rp 6.000,00 (enam

ribu rupiah).

(47)

Sampai dengan Rp250.000,- Tidak dikenakan bea meterai

Rp250.000,- s.d. Rp1.000.000,- Bea meterai Rp3.000,-

Di atas Rp1.000.000,- Bea meterai Rp6.000,-

(48)
(49)

Materi sosialisasi ini dapat diunduh di

www.kp2kppacitan.blogspot.com

Contact Person :

Andika Darma Saputra

KP2KP Pacitan, Jln Cut Mutia No 4 Pacitan Telepon Kantor : 0357 – 881209

Handphone : 081 333 500 200

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik tanaman dalam taman kota, untuk mengetahui tingkat pencemaran debu di udara di bandingkan dengan BML, mengetahui efektifitas

Infeksi KGMMV pada kultivar melon yang diuji menun- jukkan gejala lokal berupa klorotik pada daun yang diinokulasi virus dilanjutkan dengan gejala sistemik berupa penyebaran virus

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua jenis rumput uji membutuhkan perlakuan unsur makro NPK lengkap untuk mendapatkan hasil dengan komponen

Peserta didik diminta untuk bekerja secara berkelompok untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalah yang yang telah diberikan baik melalui sumber internal

Sehingga dengan mengetahui dan menemukan jawaban dari kasus konversi agama tersebut dapat memberikan manfaat bagi para tokoh agama dan masyarakat pada umumnya agar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis batik pada masyarakat Jawa Ku- na.Kemudian, dianalisis juga tentang apakah melalui keberadaan batik itu

Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2018), jurnal penyesuaian terdiri dari dua metode yaitu metode accrual dan deferral. Metode accrual merupakan metode yang mengakui beban

 Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.  Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu/penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu.  Impor Barang Kena