• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN GOING CONCERN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TIA NOVIRA SUCIPTO

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the factors (company's financial condition, audit opinion of previous year, company growth, firm size, auditor's reputation, and leverage) influence disclosure of going concern of company at various industry sector listed in Indonesia Stock Exchange. Population used in this research is all industry sector miscellaneous industry which listed in Bursa Efek Indonesia (BEI). From 120 companies as a population taken sample of 75 companies determined by purposive sampling method.

The criteria used in the sample determination are the various industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange as of 1 January 2012-2015 and do not issue the financial statements as of 31 December 2012-2015 continuously. The method of analysis used is logistic regression. The results showed that simultaneous independent variables significantly influence the disclosure of going concern company.

While the partial audit opinion of the previous year has a significant effect on the disclosure of going concern, while other variables (corporate financial condition, company growth, firm size, auditor reputation, and leverage) have no significant effect on going concern disclosure. The granting of an opinion audit with the disclosure of going concern is given to companies that are in jeopardy of their financial condition, but can still operate in the future. So the users of financial statements, especially investors or stock buyers do not doubt the existence of the company. Providing an audit opinion with the disclosure of this going concern opinion can also spur the company to improve its financial quality.

Keywords: Going concern, company's financial condition, audit opinion of previous year, company growth, company size.

Pendahuluan

Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan besar di Amerika, seperti Enron dan WorldCom. Kasus seperti ini sangat memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor merupakan pihak yang paling rentan tanggungjawabnya dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu yang pantas tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP Seksi 241, 2001). Weiss (2002), menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al., 2003). Fakta ini memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan yang dinyatakan mendapat opini wajar tanpa pengecualian bisa berhenti beroperasi.

Reputasi sebuah kantor akuntan publik dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Auditor harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan klien. Pengungkapan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukkan dalam Laporan Auditor Independen. Auditor bertanggung jawab mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah.

Istilah going concern disebut juga sebagai kontinuitas yang merupakan asumsi bahwa suatu bisnis akan berlanjut dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

(2)

2

Going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Auditor harus bertanggungjawab atas going concern yang dikeluarkan tersebut, karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Going concern yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern. Semakin terganggu kondisi suatu perusahaan atau semakin memburuknya kondisi perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, maka auditor tidak pernah mengeluarkan going concern, Mckeown et.al. (1991).

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonomi dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno et.al., 2006).

Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Altman (1968), dalam Petronela (2004), mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan going concern. Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan.

Setyarno et.al. (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan going concern akan mempertimbangkan going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkaan Going Concern Perusahaan pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dengan mengambil judul ini diharapkan nantinya peneliti mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang going concern suatu perusahaan serta dapat juga menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas keuangan dalam sebuah perusahaan.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, dimana purposive sampling adalah penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu dan sudah tersedia rencana sebelumnya biasanya predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan khas yang dicari.

Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2012-2015 2. Tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember dari tahun 2012-2015 secara kontiniu.

Pengungkapan going concern

Pengungkapan going concern adalah opini audit dengan pengungkapan going concern yang diberikan oleh auditor tentang kelangsungan hidup suatu entitas atau badan usaha. kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Istilah going concern disebut juga sebagai kontinuitas yang merupakan asumsi bahwa suatu bisnis akan berlanjut dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern (Ramadhany, 2004). Semakin

(3)

3

terganggu kondisi suatu perusahaan atau semakin memburuknya kondisi perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima asumsi going concern.

Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, maka auditor tidak pernah mengeluarkan asumsi going concern. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit).

Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah (Petronela, 2004).

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya berdasarkan penelitian Nogler (1995, dalam Carcello dan Neal (2000), memberikan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini dengan pengungkapan going concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh keuangan yang signifikan untuk memperolah asumsi bersih pada tahun berikutnya. Jika tidak mengalami peningkatan keuangan, maka pengeluaran going concern dapat diberikan kembali. Ramadhany (2004), dalam penelitian analisis faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di BEJ. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern.

Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan, laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi (Weston dan Bringham, 1993). Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik (opini tanpa pengungkapan going- concern) akan lebih besar. Altman (1968), dalam Petronela (2004), mengemukakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang negatif mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini dengan pengungkapan going concern, maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini dengan pengungkapan going concern.

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan, McKeown et. al. (1991), mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit dengan pengungkapan going concern pada perusahan besar. Mutchler, et. al.

(1997) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit dengan pengungkapan going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.

Reputasi Auditor

Reputasi auditor sebuah kantor akuntan publik dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Auditor harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai kelangsungan hidup (going concern) perusahaan klien.

Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukkan dalam opini auditnya pada saat opini audit itu diterbitkan. Auditor bertanggung jawab mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Craswell et al. (1995), dalam Fanny dan Saputra (2005), menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor

(4)

4

tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Auditor yang memiliki reputasi dan nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern demi menjaga reputasi mereka.

Leverage

Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepada kreditor. Rasio leverage diukur dengan menggunakan rasio debt to total assets.

Rasio leverage yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern.

Pembahasan

1. Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksi dengan current ratio, mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,572 adalah lebih besar dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 0,093 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6,050.

Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara kondisi keuangan perusahaan terhadap pengungkapan going concern. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arga dan Linda (2007), yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara kondisi perusahaan terhadap pengungkapan going concern, karena semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini dengan pengungkapan going concern. Hal ini dikarenakan auditor hanya akan memberikan opini dengan pengungkapan going concern jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.

2. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel opini audit tahun sebelumnya, mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 34,227 lebih besar dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6,050. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1

diterima atau hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara opini audit sebelumnya terhadap pengungkapan going concern.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini dengan pengungkapan going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan kesimpulan Mutchler (1985) yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini dengan pengungkapan going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari Nogler (1995) yang menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini dengan pengungkapan going concern. Perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka penerbitan opini dengan pengungkapan going concern dapat diberikan kembali.

3. Pengaruh pertumbuhan laba perusahaan terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel pertumbuhan Laba perusahaan yang diproksi dengan persentase pertumbuhan laba, mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,504 adalah lebih besar dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 0,926 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6,050. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan going concern.

(5)

5

Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan laba bersihnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal itu berarti bahwa rasio pertumbuhan laba tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit dengan pengungkapan going concern.

4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel ukuran perusahaan yang diproksi dengan persentase total aset, mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,315 adalah lebih besar dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 1,009 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6,050.

Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan going concern.

Berbeda dengan penelitian Mutchler (1985) yang menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Lain hal lagi dengan McKeown et. al. (1991), mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan besar. Mutchler et. al. (1997), dalam penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar. Memberikan bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.

5. Pengaruh reputasi auditor terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel reputasi auditor diproksikan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,665 adalah lebih besar dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 0,187 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6.050. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara reputasi auditor terhadap pengungkapan going concern.

Hasil penelitian ini tidak mendukung logika teori deep pocket (teori yang menyatakan bahwa auditor besar menarik biaya premi karena kekayaan mereka yang lebih besar dapat mengurangi eksposur klien dengan cara litigasi yaitu dengan bentuk penanganan klien dalam hal beracara di pengadilan baik itu perkara perdata maupun pidana, termasuk didalamnya mendampingi klien dalam pemeriksaan pada Kepolisian, Kejaksaan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil maupun di Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pengadilan dan reputasi yang meramalkan hubungan positif antara skala auditor dan kualitas audit yang dikemukakan oleh DeAngelo (1981). DeAngelo (1981) menyatakan bahwa auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor berskala kecil, termasuk dalam mendeteksi dan melaporkan masalah going concern kliennya. Penemuan empiris dalam penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Mutchler (1997) yang menemukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar (Big Six) lebih cenderung untuk mengeluarkan opini dengan pengungkapan going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor berskala kecil (non-Big Six).

Tetapi hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Messier (1983) dan penelitian Chewning (1989). Hasil temuan Messier (1983) menemukan bukti bahwa partner bukan Big- Eight (auditor skala kecil) memiliki materialitas yang rendah dibanding partner Big-Eight, yaitu mereka lebih berkeinginan mengungkapkan masalah yang ada termasuk masalah going concern. Sedangkan Chewning (1989) menemukan bukti bahwa auditor non Big-Six cenderung lebih banyak mengeluarkan modifikasi konsistensi going concern daripada auditor Big Six.

(6)

6

6. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan going concern

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16 variabel leverage diproksikan dengan persentase debt to total assets, mempunyai Asymptotic Significance (Sig.) sebesar 0,849 adalah lebih besar dari 0,05 (α) dan nilai Wald Statistic 0,036 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 6,050. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α=0,05 antara leverage terhadap pengungkapan going concern.

Rasio leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern perusahaan. Penyebabnya adalah karena rasio leverage hanya melihat pengaruh penggunaan hutang terhadap laba. Sementara pertumbuhan laba tidak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel-variabel bebas (kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan leverage) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan going concern perusahaan.

2. Secara parsial opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan going concern, sedangkan variabel lain (kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan leverage) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan going concern. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arga dan Sentosa (2007), Eko, Indira dan Faisal (2006), dan Solikah (2007), yaitu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini dengan pengungkapan going concern perusahaan. Namun berbeda pada kondisi keuangan perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arga dan Sentosa (2007), Eko, Indira dan Faisal (2006), dan Solikah (2007), kondisi keuangan yang diproksikan dengan empat model prediksi kebangkrutan (The Zmijeski Model, The Altman Model, Revised Altman Model, dan Springate Model) mempunyai pengaruh terhadap penerimaaan opini audit dengan pengungkapan going concern. Sementara pada penelitian ini, kondisi keuangan yang diproksikan dengan current ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan pengungkapan going concern pada opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Nogler (1995) yang menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini audit dengan pengungkapan going concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka penerbitan opini audit dengan pengungkapan going concern dapat diberikan kembali.

4. Disimpulkan bahwa pemberian opini audit dengan pengungkapan going concern ini diberikan pada perusahaan yang terancam kondisi keuangannya, namun tetap bisa beroperasi di masa yang akan datang (berkelanjutan/going concern). Sehingga para pengguna laporan keuangan terutama investor ataupun pembeli saham tidak ragu akan keberadaan perusahaan tersebut. Pemberian opini audit dengan pengungkapan opini going concern ini juga dapat memacu perusahaan agar dapat meningkatkan kualitas keuangannya.

Saran

Adapun Saran kepada peneliti lanjutan adalah:

1. Agar dapat menambah jumlah sampel perusahaan yang diteliti dan bidang perusahaan yang akan diteliti, jadi bukan hanya sektor aneka industri saja.

2. Agar variabel pertumbuhan perusahaan sebaiknya menggunakan alternatif pengukuran lain selain laba, seperti arus kas operasi bersih yang mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut pada kenyataannya.

(7)

7

3. Dapat menambahkan variabel independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan pengungkapan going concern, misalnya lama perikatan audit.

Daftar Pustaka

Arens, Alvin A, dan James K Lobbecke, 2002. Auditing : Pendekatan Terpadu (Judul Asli :Auditing : An Integrated Approach) Edisi Revisi, Jilid I. Penerjemah Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.

Arifin, Johar, 2008. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.

Boynton, William C, Johnson, Raymond.N, Kell, Walter. G, 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta.

Erlangga.

Carcello, J.V. and Nea, T.L., 2000. Audit Committe Composition and Auditor Reporting The Accounting Review. Volume 75 No. 4 hal 453-467.

Djalal Nachrowi, Nachrowi. Dan Usman, Hardius, 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Edisi Revisi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Gavious, I. (2007), Alternative perspectives to deal with auditors’ agency problem, Critical Perspectives on Accounting 18, 451-467

Ghozali, Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Healy, P. & Lys, T. (1986). Auditor Changes Following Big Eight Takeovers of Non Big Eight Firms.

Journal of Accounting and Public Policy (Winter), 251-265

Hani, Clearly., dan Mukhlasin, 2003. Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221-1233.

http://id.wikipedia.org/wiki/Auditor_Empat_Besar#Big_8_.28sampai_1989.29 6 maret 2011 jam 01:37

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behaviour, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3 (4), 305-360

Joanna, L.H. (1994). The Effect of Experience on Concensus of Going Concern Judgments. Behavioral Research in Accounting, 6, 160-172

Kuncoro, M., 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Erlangga, Jakarta.

LaSalle, R.E. & Anandarajan, A. (1996). Auditor View on the Type of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties. Accounting Horizons, 10, 51-72

Lubis, Ade Fatma., dan Syahputra, Adi., 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Penerbit Waty Grafika, Medan.

McKeown, J. Mutchler, J., dan Hopwood W., 1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the audit Opinion of Bankrupt Companies. Auditing : A Journal Practice & Theory. Supplement. 1- 13.

74

(8)

8

Mutchler, J., 1985. A Multivariate Analysis of the Going Concern Opinion Decision. Journal of Accounting Research Autumn.

Mutchler, J., 1984. “Auditors Perceptions of the Going Concern Opinion Decision” Auditing : Journal Practice & Theory.

Mutchler, J. F., W. Hopwood, and J.C. McKeown., 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Autumn.

Nawari, 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.

Nogler, G.E. 1995. “The Resolution of Auditor Going Concern Opinions.” Auditing : A Journal of Practice &

Theory. Fall. Pp. 54-73

Palmrose, Z. (1984). The Demand for Quality Differentiated Audit Services in an Agency Cost Setting: An Empirical Investigation. 1984 Auditing Research Symposium, 229-252

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.

Petronela, T., 2004. Perkembangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 47-55

Purba, Marisi P, 2006. Company Going Concern. www.google.co.id

Ramadhany, Alexander, 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta.

Jurnal Maksi Volume 4.

Rudyawan, AP, Badera, I Dewa Nyoman, 2008. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi & Bisnis Volume 4, 2 Juli 2009. 129-138.

Santosa, Arga Fajar. dan Wedari, L.K., 2007. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI Volume 11 No. 2, Desember 2007 : 141-158.

Sartono, dan R. Agus., 1997. Manajemen Keuangan, Edisi 3. BPFE Yogyakarta.

Setiawan, Santy, 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume V No. 1, Mei 2006. 59-67.

Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira., dan Faisal, 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 1-25.

Situmorang, Syafrizal H, Muda, Iskandar, Dalimunthe, Doli M Ja’far, Fadli, Syarif, Fauzi, 2010. Analisis Data Untuk Riset Manajemen Dan Bisnis. USU Press, Medan.

Solikah, Badingatus, 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Maksi, Vol.4.

Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta. Bandung.

(9)

9

Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going Concern Judgements: An Experimental Test of The Self-fulfilling Prophecy and Forecast Accuracy. http://www.ssrn.com Umar, Husein, 2003, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada.

Venuti, E.K. (2004). The Going Concern Assumption Revisited: Assessing a Company’s Future Viability.

The CPA Journal, 74, 5, 40-43

Watts, R. & Zimmerman, J. (1986). Positive Accounting Theory. New York, NY: Prentice Hall.

Weston, J.Fred dan Eugene F.Brigham, 1993. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi ke-9.

Jakarta : Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian ini merupakan seluruh manajer perusahaan manufaktur skala besar dan sedang di kota Semarang yang berjumlah 278 perusahaan sedangkan yang

Sedangkan untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi agen pengikat silang terhadap derajat ikat silang yang terjadi pada polimer PNVP, dapat dilihat berdasarkan gel

Penelitian ini adalah penelitian expost facto dengan rancangan Analytical Cross Sectional Study, yang dilakukan melalui dua tahapan yaitu penelitian di lapangan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun sistem informasi akademik di SDN Leweung Datar guna menanggulangi permasalahan bagi pihak sekolah dalam proses

Berdasarkan draf laporan yang telah diparaf kasubbag umum & keuangan dan Sekretaris menandatangani laporan SAIBA tersebut untuk kemudian diteruskan kepada petugas

Untuk menerjemahkan kepada program, rencana kerja dan kegiatan, basis kebijakan nasional yang menjadi referensi rencana kerja USAID APIK, diantaranya yang paling penting

Mengetahui inventarisasi jenis tumbuhan pada ekosistem hutan yang meliputi kerapatan, frekuensi, Indeks Nilai Penting (INP), indeks keragaman, dan pola distribusi jenis tumbuhan

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik Gelombang di Wilayah Abrasi Sepanjang Pantai Kecamatan