• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Penentuan Pola Resistivitas Struktur Lapisan Tanah dengan Metode Geolistrik dan Perbandingannya dengan Pengukuran Suseptibilitas Menggunakan Metode

Geomagnet

Siti Qomariyah1, Siti Zulaikah2, Burhan Indriawan3

1 Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang

2Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang

3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Alamat E-mail : qomanis@yahoo.com

Abstrak

Geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang dapat digunakan untuk mendeteksi batuan tiap lapisan dan banyak diterapkan dalam geologi teknik. Dalam metode geolistrik biasanya peneliti tidak pasti dalam menentukan kandungan apa yang terdapat pada lapisan tanah tersebut dikarenakan nilai resistivitas yang dimiliki tiap material mempunyai bentangan nilai yang besar hampir sama. Karena itu dalam melakukan pengukuran metode listrik perlu dilakukan perbandingan dengan penelitian lain yang dapat mendukung hasil pengukuran.Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode geolistrik dan menggunakan pembanding metode geomagnet serta hasil pencocokan dengan profil sekuensi tanah oleh Rosanti (2012). Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik pada line 1, resistivitas yang diperoleh berkisar antara 8,81-3194.5 Ωm dengan error sebesar 52%. Pada line 2, nilai resistivitas yang diperoleh berkisar antara 37.78- 1827.09 Ωm dengan error sebesar 50.8%. Pada line 3, nilai resistivitas yang diperoleh berkisar antara 25.16-1521.1 Ωm dengan error sebesar 49.3%. Berdasarkan hasil pengukuran geomagnet diperoleh nilai suseptibilitas yang berkisar antara -0,03853 sampai dengan 0,2608. Berdasarkan hasil perbandingan kedua metode tersebut diduga material penyusun utamanya adalah lempung, pasir, batu pasir, dan gamping. Hasil pengukuran tersebut sesuai dengan profil sekuensi tanahnya. Hasil perbandingan grafik hubungan antara resistivitas dan kedalaman dengan grafik hubungan antara suseptibilitas dan kedalaman kedua grafik tersebut mempunyai pola yang cenderung sama, hal ini dikarenakan kandungan mineral yang terdapat pada masing-masing lapisan tanah tersebut.

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet

I. Pendahuluan

Geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang dapat digunakan untuk mendeteksi batuan tiap lapisan dan banyak diterapkan dalam geologi teknik. Menurut Broto (2008), metode ini bisa digunakan untuk memperkirakan kedalaman batuan dasar (bedrock) untuk membangun fondasi suatu bangunan. Geolistrik juga digunakan untuk mengetahui adanya bidang gelincir yang dapat menyebabkan longsor, biasanya pada lapisan tanah yang terdapat bidang gelincir terdapat kontras resistivitas antara bidang gelincir itu sendiri dengan lapisan tanah diatasnya. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akuifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan yang mengandung air tanah dalam jumlah besar. Bisa juga diaplikasikan dalam eksplorasi panas bumi (geothermal) bawah permukaan.

Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode geolistrik hasil yang diperoleh berupa harga resistivitas tiap titik datum.

Berdasarkan nilai ini kemudian dicocokkan dengan nilai resistivitas material yang ada di bumi seperti tabel resistivitas milik Telford (1990). Karena dalam metode geolistrik biasanya peneliti tidak pasti dalam menentukan kandungan apa yang terdapat pada lapisan tanah tersebut dikarenakan nilai resistivitas yang dimiliki tiap material mempunyai bentangan nilai yang hampir sama.

Karena itu dalam melakukan pengukuran metode listrik perlu dilakukan penelitian lain yang dapat mendukung hasil pengukuran tersebut misalnya seperti pengukuran suseptibilitas secara langsung atau pengukuran geomagnet, karena dalam pengukuran ini diperoleh harga suseptibilitas batuan tiap lapisan. Sehingga karakter batuan yang ingin diketahui lebih rinci dan dugaan batuan pada lapisan tanah tersebut dapat lebih valid.

II. Kajian Pustaka

Geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika, di mana prinsip kerja metode tersebut adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan). Metode geofisika tersebut di antaranya adalah metode potensial diri, metode arus telurik, magnetotelurik, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), dan resistivitas (tahanan jenis) [11].

Penyelidikan geolistrik dilakukan atas dasar sifat fisika batuan terhadap arus listrik, dimana setiap batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya umur batuan, kandungan elektrolit, kepadatan batuan, jumlah mineral yang dikandungnya, porositas,

permeabilitas dan lain sebagainya [6]

(2)

Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Beda potensial yang terjadi di ukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur [5].

(Umumnya, metode resistivitas ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal, sekitar 100 m [9].

Resistivitas (tahanan jenis) merupakan suatu besaran yang menunjukkan tingkat hambatan terhadap arus listrik dari suatu bahan [1]. Pada penelitian ini konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi dipole-dipole. Sehingga menurut gambar konfigurasi dipole-dipole dapat dilihat bahwa faktor geometrinya dapat ditentukan berdasarkan gambar berikut.

Gb 1. Jarak Konfigurasi dipole-dipole [1]

besarnya faktor geometri pada konfigurasi dipole- dipole tersebut adalah

Kdd = π an ( 1 + n ) ( 2 + n) Menurut Telford (1990) secara umum berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu

1.Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm.

2.Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm.

3.Isolator : ρ > 107 Ωm.

Suseptibilitas magnetik adalah respon suatu bahan terhadap medan eksternal yang diberikan, suseptibilitas magnetik dapat diukur apabila ada medan magnet luar. Hubungan antara medan luar (H) dan magnetisasi (M) dapat dinyatakan dengan persamaan.

M = χm . H

Dimana konstanta χm merupakan suseptibilitas magnetik [7].

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk survey pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, gas bumi dan penyelidikan batuan mineral. Metode magnetik bekerja berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat dibawah permukaan bumi.

Daerah pujon merupakan daerah dengan tanah yang berupa bukit dan lembah dimana

pembentukan tanah tersebut terbentuk secara alami yang dipengaruhi oleh faktor alam seperti iklim, bahan induk, makhluk hidup, faktor waktu, dan topografi dari daerah tersebut. Di daerah pujon, kota Malang, Jawa timur tepatnya desa Pandensari koordinat 070 51 LS, 1120 29 BT, elevasi 6 meter sebelumnya telah di teliti tentang salah satu keunikan geologi yaitu fenomena sekuensi tanah (urutan pengendapan/pertumbuhan). Dimana pada

sebagian tanah yang dikeruk untuk dibangun sebuah bangunan, tampak susunan tanahnya berlapis-lapis dengan perbedaan warna yang mencolok [7].

Gb 2. Peta lokasi dan Profil sekuensi tanah di desa Pandensari, Pujon, Malang [7]

III. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole dengan menggunakan alat Geolistrik OYO McOhm. Pengambilan data geolistrik dilakukan pada tanggal 2 Juni 013 di desa Pandensari, Pujon, kota Malang. Kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan hasil pengukuran struktur lapisan tanah menggunakan metode geomagnet, Dimana pengambilan data geomagnet dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penulis hanya menggunakan hasilnya saja. Selain itu, pada daerah pengambilan data tersebut sebelumnya juga telah dilakukan pengukuran suseptibilitas secara langsung yang dilakukan olehRosanti (2012) . Dari hasil interpretasi data mneggunakan metode geolistrik dan metode geomagnet kemudian dicocokkan dengan sekuensi tanah yang berada di desa Pandensari, Pujon, kota Malang. Berikut ini merupakan prosedur pengambilan data geolsitrik yang dilakukan peneliti.

Prosedur Pengambilan Data Geolistrik 1. Mengukur panjang lintasan yang akan

digunakan untuk pengukuran dengan

menggunakan meteran serta menentukan letak titik-titik tiap elektroda (C1, C2, P1, dan P2).

2. Menyusun elektroda sesuai dengan set alat konfigurasi dipole-dipole. Dimana posisi elektroda secara berurutan yaitu C2, C1, P1, dan P2.

3. Menghubungkan geolistrik OYO Mcohm dengan masing-masing elektroda dengan menggunakan kabel yang tersedia.

4. Mengaktifkan geolistrik OYO Mcohm dengan menekan tombol ON pada bagian belakang alat dan mengatur berapa besar arus yang akan diinjeksikan ke dalam bumi (tanah).

5. Menginjeksikan arus ke dalam tanah melalui elektroda yang telah ditancapkan dengan cara menekan tombol ENTER pada alat geolistrik OYO Mcohm.

6. Mencatat arus listrik yang mengalir (I) dan potensial diri (V).

(3)

7. Memvariasi letak dan spasi masing-masing elektroda sesuai konfigurasi dipole-dipole.

8. Dari hasil I dan V dapat diketahui variasi tahanan jenis masing-masing lapisan titik ukur.

9. Mengolah data menggunakan software Res2dinv.

Setelah memperoleh data yang berupa nilai arus (I) dan beda potensial (V), maka selanjutnya akan mengolahnya seperti berikut.

1. Menghitung nilai K yaitu factor geometri susunan elektroda dengan persamaan

 

n n



n

a

Kdd  1 2 untuk konfigurasi dipole-dipole. Dan nilai resistivitas semu dengan persamaan

I Kdd V

dd

dengan menggunakan

Microsoft Excel. Kemudian mengolah data menggunakan software Res2dinv.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil inversi data geolistrik menggunakan software Res2dinv, nantinya akan diketahui besarnya resistivitas tiap lapian tanah.

IV.1. Hasil Penelitian

1. Analisis pada lintasan 1 data geolistrik Dari hasil data yang diperoleh dari penelitian tersebut kemudian diolah menggunakan software Res2dinv untuk memperoleh informasi terkait susunan lapisan tanah yang berada di daerah tersebut. Berikut merupakan hasil data lintasan 1 yang diolah dengan Res2dinv.

Gb 3. Res2dinv Penampang Hasil Inversi 2-D di Pujon (Line 1)

Berdasarkan gambar pada lintasan pertama hasil inversi 2-D di atas, kemudian disimpan data nilai resistivitas yang diperoleh dengan format .xyz.

Sehingga dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pada kedalaman 0.513 m sampai dengan 1.59 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 28.04 Ωm sampai dengan 287.51 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

2. Pada kedalaman 1.59 m sampai dengan 2.77 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 27.33 Ωm sampai dengan 230.65 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

3. Pada kedalaman 2.77 m sampai dengan 4.08 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 8.81 Ωm sampai dengan 168.6 Ωm, yang diduga mengandung lempung dan pasir.

4. Pada kedalaman 4.08 m sampai dengan 5.51 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 10.81 Ωm sampai dengan 213.44 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

5. Pada kedalaman 5.51 m sampai dengan 7.09 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 101.59 Ωm sampai dengan 2174.4 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir, dan gamping.

6. Pada kedalaman 7.09 m sampai dengan 8.82 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 684.46 Ωm sampai dengan 2938.8 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir dan gamping.

7. Pada kedalaman 8.82 m sampai dengan 10.73 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 2539 Ωm sampai dengan 3160.4 Ωm, yang diduga mengandung batu pasir dan gamping.

8. Pada kedalaman 10.73 m sampai dengan 12.8 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 3148 Ωm sampai dengan 3194.5 Ωm, yang diduga mengandung batu pasir dan gamping.

Berdasarkan hasil inversi, kemudian dibuat grafik hubungan antara kedalaman dan resistivitas seperti berikut.

Gb 4. Grafik hubungan antara resistivitas dan kedalaman pada line 1

2. Analisis pada lintasan 2 data geolistrik Dari hasil data yang diperoleh dari penelitian tersebut kemudian diolah menggunakan software Res2dinv untuk memperoleh informasi terkait susunan lapisan tanah yang berada di daerah tersebut. Berikut merupakan hasil data lintasan 2 yang diolah dengan Res2dinv.

(4)

Gb 5. Res2dinv Penampang Hasil Inversi 2-D di Pujon (Line 2)

Berdasarkan gambar pada lintasan pertama hasil inversi 2-D di atas, kemudian disimpan data nilai resistivitas yang diperoleh dengan format .xyz.

Sehingga dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pada kedalaman 0.513 m sampai dengan 1.59 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 37.78 Ωm sampai dengan 262.7 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

2. Pada kedalaman 1.59 m sampai dengan 2.77 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 45.23 Ωm sampai dengan 257.46 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

3. Pada kedalaman 2.77 m sampai dengan 4.08 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 79.58 Ωm sampai dengan 310.99 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

4. Pada kedalaman 4.08 m sampai dengan 5.51 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 87.31 Ωm sampai dengan 629.91 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir, batu pasir dan gamping.

5. Pada kedalaman 5.51 m sampai dengan 7.09 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 98.43 Ωm sampai dengan 3803 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir, batu pasir, dan gamping.

6. Pada kedalaman 7.09 m sampai dengan 8.82 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 109.98 Ωm sampai dengan 3890.7 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir dan gamping.

7. Pada kedalaman 8.82 m sampai dengan 10.73 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 159.11 Ωm sampai dengan 3504.4 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir dan gamping.

8. Pada kedalaman 10.73 m sampai dengan 12.8 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 201.53 Ωm sampai dengan 1333.4 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir dan gamping.

Berdasarkan hasil inversi, kemudian dibuat grafik hubungan antara kedalaman dan resistivitas seperti berikut.

Gb 6. Grafik hubungan antara resistivitas dan kedalaman pada line 2

3. Analisis pada lintasan 3 data geolistrik Dari hasil data yang diperoleh dari

penelitian tersebut kemudian diolah menggunakan software Res2dinv untuk memperoleh informasi terkait susunan lapisan tanah yang berada di daerah tersebut. Berikut merupakan hasil data lintasan 3 yang diolah dengan Res2dinv.

Gb 7. Res2dinv Penampang Hasil Inversi 2-D di Pujon (Line 3)

Berdasarkan gambar pada lintasan pertama hasil inversi 2-D di atas, kemudian disimpan data nilai resistivitas yang diperoleh dengan format .xyz.

Sehingga dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pada kedalaman 0.513 m sampai dengan 1.59 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 25.16 Ωm sampai dengan 446.96 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

2. Pada kedalaman 1.59 m sampai dengan 2.77 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 25.31 Ωm sampai dengan 499.98 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

3. Pada kedalaman 2.77 m sampai dengan 4.08 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 22.39 Ωm sampai dengan 294.95 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir dan batu pasir.

4. Pada kedalaman 4.08 m sampai dengan 5.51 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 27.91 Ωm sampai dengan 252.78 Ωm, yang diduga mengandung lempung, pasir, dan batu pasir.

5. Pada kedalaman 5.51 m sampai dengan 7.09 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 229.65 Ωm sampai dengan 248.25 Ωm, yang diduga mengandung pasir dan batu pasir.

(5)

6. Pada kedalaman 7.09 m sampai dengan 8.82 m diperoleh nilai resistivitas yang berkisar antara 331.05 Ωm sampai dengan 1521.1 Ωm, yang diduga mengandung pasir, batu pasir, dan gamping.

Berdasarkan hasil inversi, kemudian dibuat grafik hubungan antara kedalaman dan resistivitas seperti berikut.

Gb 8. Grafik hubungan antara resistivitas dan kedalaman pada line 3

4. Hasil interpretasi data geomagnet

Berdasarkan data geomagnet yang sebelumnya telah dilakukan penelitian di tempat yang sama, diperoleh data suseptibilitas magnetiknya seperti berikut.

1. Pada kedalaman 0 sampai dengan 2 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar -0,03853, yang termasuk tergolong benda diamagnetik karena nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif.

2. Pada kedalaman 2,5 sampai dengan 6,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,106933, yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai

suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir.

3. Pada kedalaman 7 sampai dengan 7,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,2608 yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung lempung.

Berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya, kemudian dibuat grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kedalamannya seperti berikut.

Gb 9. Grafik hubungan antara suseptibilitas dan kedalaman data geomagnet

5. Perbandingan Pola Resisitivitas dan Suseptibilitas

Untuk mengetahui hasil pengukuran nilai resistivitas dan perbandingannya dengan hasil pengukuran suseptibilitas maka dibuat grafik hubungan antara nilai resistivitas dan suseptibilitas terhadap kedalaman. Berikut ini disajikan grafik perbandingan antara grafik hubungan resistivitas dan kedalaman, grafik hubungan antara

suseptibilitas dan kedalaman yang diperoleh dari data geomagnet dan profil tanah yang diteliti.

Gb 10.a) Grafik hubungan antara resistivitas dan kedalaman. b) Grafik hubungan antara suseptibilitas dan

kedalaman. c) Lapisan tanah tiap meter [7].

Pada grafik hubungan antara nilai resistivitas dan kedalaman pada gambar 4.8a, data nilai resistivitas yang dipakai adalah data resistivitas pada line 1, karena pada line ini juga yang digunakan untuk data suseptibilitas magnetik.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik 4.8a dan 4.8b hampir mempunyai pola yang sama (mirip). Pada kedua grafik tersebut

cenderung linier terhadap kedalaman, dimana semakin besar kedalamannya, nilai resitivitas dan suseptibilitasnya juga semakin besar. Berdasarkan kedua data tersebut pula diperoleh dugaan kandungan struktur lapisan tanah yang hampir sama, dimana kandungan utama pada lapisan tanah tersebut secara berurutan adalah lempung, pasir, batu pasir dan gamping. Penentuan kandungan lapisan tanah tersebut juga dicocokkan dengan gambar hasil pengerukan lapisan tanah di daerah tersebut.

Penentuan kandungan lapisan tanah tidak bisa hanya menggunakan satu metode saja, karena jika hanya digunakan satu metode hasil yang ingin diketahui tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Misalnya saja pada lapisan tanah dengan

kedalaman tertentu besar resistivitasnya adalah 100 Ωm, tanpa adanya pembanding peneliti tidak dapat menentukan kandungan apa yang terdapat pada lapisan tanah tersebut, karena berdasarkan tabel harga resistivitas yang telah diketahui seperti tabel resistivitas [9], ada banyak material dengan nilai resistivitas sebesar 100 Ωm. Namun karena adanya pembanding seperti hasil dari metode geomagnet

(6)

dan singkapan lain yakni dari hasil pengerukan pada lapisan tanah tersebut seperti penelitian harga suseptibilitas secara langsung yang dilakukan oleh Rosanti (2012), sehingga diketahui material apa saja yang terkandung pada lapisan

tanah tersebut.

IV. 2. Pembahasan

Hasil pengukuran lapisan tanah dengan menggunakan metode geolistrik diperoleh nilai resistivitas yang bervariasi dan secara rinci. Pada penelitian ini nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran geolistrik mempunyai rentang nilai resistivitas yang berkisar antara 8,81 Ωm sampai dengan 3194.5 Ωm, dengan tiap lapisan

mempunyai nilai yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mineral yang terkandung pada tiap lapisan tanah tersebut.

Pada grafik hubungan antara nilai resistivitas dan suseptibilitas terhadap kedalaman mempunyai pola yang hampir sama, dimana berdasarkan kedalamannya pula pada lapisan tanah yang diukur diperoleh nilai resistivitas dan suseptibilitas yang semakin besar ketika kedalamannya semakin besar.

Berdasarkan interpretasi yang telah dilakukan, material yang terkandung pada tiap lapisan tanah berdasarkan susunannya adalah lempung, pasir, batu pasir, dan batu gamping. Hasil ini merupakan dugaan yang sesuai dengan profil sekuensi tanah.

Menurut Wibowo (2003), lempung atau tanah liat merupakan material yang banyak mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO), sedangkan batu kapur atau gamping adalah bahan alam yang kaya akan kalsium karbonat (CaCO3) dan mengandung senyawa kalsium oksida (CaO). Berdasarkan kandungan mineral tersebut dapat diketahui nilai suseptibilitas mineral yang dicocokkan dengan tabel

suseptibilitas bornstein (1986). Pada lempung kandungan mineral utamanya adalah silika oksida diketahui nilai suseptibilitasnya adalah -29,6. 10-6 cm3 mol-1, sedangkan pada gamping kandungan mineral utamanya adalah kalsium karbonat nilai suseptibilitasnya adalah -38,2.10-6 cm3 mol-1. Harga suseptibilitas pada mineral tersebut menunjukkan nilai yang berbeda dengan yang ditunjukkan oleh grafik hubungan antara suseptibilitas dan kedalaman, karena pada lempung juga masih terkandung mineral lain yang harga

suseptibilitasnya juga bervariasi seperti aluminium oksida (Al2O3) = -37.10-6 cm3 mol-1, besi oksida (Fe2O3) =7200.10-6 cm3 mol-1 dan magnesium oksida (MgO) = -10,2.10-6 cm3 mol-1.

Selain itu ketidakcocokan suseptibilitas mineral dengan grafik hubungan antara suseptibilitas dan kedalaman pada metode geomagnet juga

dipengaruhi oleh medan luar dan struktur bumi itu sendiri.

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada line 1, resistivitas yang diperoleh berkisar antara 8,81 - 3194.5 Ωm dengan error sebesar 52%. Pada line 2, nilai resistivitas yang diperoleh berkisar antara 37.78 - 1827.09 Ωm dengan error sebesar 50.8%. Pada line 3, nilai resistivitas yang diperoleh berkisar antara 25.16 - 1521.1 Ωm dengan error sebesar 49.3%.

Diduga material penyusunnya adalah lempung, pasir, batu pasir, dan gamping. Hasil ini merupakan dugaan yang sesuai dengan profil sekuensi tanah.

2. Hasil perbandingan grafik hubungan antara resistivitas dan suseptibilitas terhadap kedalaman kedua grafik tersebut mempunyai pola yang cenderung sama, dimana semakin besar kedalamannya, nilai resistivitas dan suseptibilitasnya juga semakin besar.

V.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebaiknya pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan geolistrik perlu digunakan pembanding agar diketahui dengan pasti nilai resistivitas yang diperoleh merupakan nilai resistivitas material apa, karena jika tidak ada pembanding akan sulit untuk menentukan material yang terkandung pada lapisan tanah tersebut. Salah satu metode yang disarankan dan dapat digunakan untuk mengukur lapisan tanah adalah metode gravity.

VI. Daftar Rujukan

[1] Andriyani, Satuti, Ari Handono Ramelan &

Sutarno. 2010. Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-dipole Digunakan untuk Penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah pada Kawasan Karst di Pacitan, Jawa Timur. Jurnal EKOSAINS, (Online), II (1): 46-54,

(http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/ekosain s/article/download/7/8), diakses 8 Maret 2013.

[2] Bornstein, Landolt. 1987. Numerical data and functional relationship in cience and

technology, new series, II/16, Diamagnetic susceptibility, Springer Verlag, Heidelberg.

[3] Broto, Sudaryo & Rohima Sera Afifah. 2008.

Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger. Teknik, 29 (2): 120-128.

[4] Goetomo Software. 2007. Res2dinv ver. 3.56 Rapid 2-D Resistivity & IP Inversion Using the Least-Squares Methods. Wenner (α,β,γ), dipole-dipole, inline pole-pole, pole-dipole, equatorial dipole-dipole, offset pole-dipole, Wenner-Schlumberger, gradient and non- conventional arrays On land, underwater and cross-borehole surveys. Geoelectrical Imaging 2D & 3D. Malaysia: Penang. (Online), (www.geoelectrical.com).

(7)

[5] Maganti, Dharmateja.2008. Subsurface Investigations Using High Resolution

Resistivity. Tesis tidak diterbitkan. Texas: Civil Engineering The University of Texas at Arlington.

[6] Mardiana, Undang. 2006. Nilai Tahanan Jenis Batuan Daerah Mata Air Desa Saba

Kecamatan Blah Batuh Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Bandung: FMIPA UNPAD.

[7] Rosanti, Dian Farida. 2012. Korelasi antara Suseptibilitas Magnetik dengan Unsur Logam Berat pada Sekuensi Tanah di Pujon, Malang.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

[8] Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : Departemen Teknik Geofisika Bandung.

[9] Telford, W.M, Geldart L.P. & Sheriff R.E.

1990. Applied Geophysics.Second Edition.Cambridge University Press. Dari Bookfi.org, (Online), (http://www.bookfi.org), diakses 31 maret 2013.

[10] Wibowo, Ari dan Edhi Wahjuni Setyowati.

2003. Buku Diktat Teknologi Beton. Malang:

Fakultas Teknik UB.

[11] Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik untuk Menentukan Letak dan Kedalaman Akuifer Air Tanah. Skripsi tidak diterbitkan.

Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903 • 269 tanggal 3 Maret 1986 tentang penyempurnaan Bentuk dan Susunan Tata Usaha Keuangan Daerah serta Perhitungan Anggaran Pendapatan

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh

Nilai resistivitas batuan bawah permukaan di daerah penelitian terdiri dari 3 lapisan, pada lapisan dasar dengan resistivitas rendah berkisar 13 Ωm sampai dengan 69,4

Nilai parameter yang digunakan pada crossover, mutasi, maksimum generasi, jumlah populasi, threshold, dan stall generation diambil dari percobaan pertama yang memiliki nilai fitness

Metode ini digunakan untuk pengembalian data mengenai praktek manajemen risiko di BMT Kota Malang dan Batu, Kuesioner yang dipakai disini adalah model tertutup

Saat waktu beban puncak (WBP) pemakaian energi listrik pada setiap pelanggan senilai 0,363 kali dari daya kontraknya. Nilai 0,363 merupakan nilai dari daya beban saat pengukuran

Hasil penelitian pada lintasan pertama diperoleh dua lapisan, lapisan pertama dengan nilai resistivitas 0,302-3,03 Ωm terdapat pada kedalaman 0-12,4 meter diduga sebaran pasir

Urick (1983) menjelaskan bahwa pada dasarnya tidak terdapat hubungan yang kuat antara frekuensi yang digunakan dengan nilai backscattering strength yang dihasilkan dari dasar