SEJARAH PERLAWANAN SUTAN MATSYEKH DALAM
MENENTANG KOLONIALISME BELANDA
DI STABAT KABUPATEN LANGKAT
(1862-1865)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
MUHAMMAD HADI NUGRAHA
NIM. 3103121045
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Muhammad Hadi Nugraha. Nim.3103121045. Sejarah Perlawanan Sutan Matsyekh Dalam Menentang Kolonialisme Belanda di Stabat Kab.Langkat (1862-1865).
Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Untuk mengetahui bagaimana Proses munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom di Langkat.2. Untuk mengetahui bagaimana proses bersatunya Kejeruan Stabat dengan Kesultanan Langkat.3untuk mengetahui riwayat hidup Sutan Matsyekh..4.untuk mengetahui bagaimana peran Sutan Matsyekh dalam menentang kolonialisme Belanda di Stabat 1862-1865. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian lapangan yang dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung kedaerah penelitian untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang masih berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. 1. Munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom di Langkat Ketika Raja Langkat Badiulzaman wafat, ia di gantikan oleh puteranya yang tertua Tuah Hitam dan ia menetap di Jentera Malay sebuah desa yang tidak jauh dari Kota Dalam. Keempat bersaudara ini memerintah dengan otonom masing-masing daerah Kejeruannya termasuk Kejeruan Stabat bagian dari kekuasaan Selesai yang di pimpin oleh Wan Jabar. dengan Kejeruan Tuah Hitam sebagai pimpinan tertinggi di Langkat hingga memasuki abad 19. Dan dari sini lah terlihat munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan otonom 2. Bersatunya kejeruan Stabat dengan Kesultanan Langkat pada saat Tengku Musa dengan bantuan Kerajaan Siak dapat mengambil alih kekuasaan Langkat seutuhnyaa Dalam hal ini secara tidak langsung Raja Stabat Sutan Matsyekh melebur dan menyatu dengan Kerajaan Langkat 3. Perjuangan Sutan Matsyekh Menentang Kolonialisme Belanda di Langkat 4. Sutan Matsyekh dalam perkembangan selanjutnya bertekad untuk terus berjuang menentang pihak Belanda dalam mempertahankan daerah Langkat, dan hal ini oleh Matsyekh merupakan peluang yang baik untuk mengkampanyekan agar Kejeruan Langkat lainnya jangan sampai terpengaruh oleh bujuk rayuan pihak Belanda yang ketika itu sedang mulai mengincar daerah lainnya di Langkat. Pasukan Matsyekh mendapat bantuan persenjataan dari Aceh melalui Tuanku Hasyim dan dari daerah pedalaman lainnya, oleh sebab itu tidak heran jika didalam pasukan Matsyekh banyak bergabung dari suku lain misalnya dari Aceh, Gayo, Alas, Karo.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
karunia-nya yang telah penulis terima mulai awal hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Sejarah Perlawanan Sutan
Matsyekh dalam Menentang Kolonialisme Belanda Di Stabat Kab.Langkat
(1862-1865)“. Adapun tujuan skripsi ini disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar serjana pendidikan
Didalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis penyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik,M.Si. selaku Rektor Universitas
Negeri Medan
2. Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak dan ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
4. Ibu Dra. Lukitaningsih, MSi. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah.
5. Bapak Dr.Phil Ichwan Azhari M.S Selaku dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dan bantuan
kepada penulis mulai dari proposal hingga penulisan skripsi ini dapat
6. Ibu Dra. Lukitaningsih, MSi. Selaku dosen pembimbing akademik dan
penguji saya yang telah banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dra.Flores Tanjung, M.A. selaku dosen penguji ahli saya yang telah
banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Dra. Hafnita Sari Lubis, M.Si sebagai dosen pembanding bebas.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yang dengan bangga penulis
sebutkan, Bapak tercinta Drs.Jemingin dan Ibunda Maslini yang telah
membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan baik moril maupun
materil yang selalu kuatir kekuatirannya menjadi semangat serta doa
kalian menjadi penyejuk setiap langkah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. terimakasih untuk segalanya.
10. Keluarga besar Abangda M. Hadi Surya S.Hut. dan Abangda M. Hadi
Negara SPd. serta adik tercinta M. Hadi Umara suka duka kita lewati
bersama di dalam keluarga ini , terima kasih untuk semua dukungan,
motivasi dan senyuman kalian buat penulis bersemangat menyelesaikan
skripsi ini.
11. Untuk keponakan penulis Fiya Addara dan Omar Attanegara kelak kalian
akan menjadi orang sukses .
12. Sahabat-sahabatku Evan Tamba, Riduan Edo, Sugianto, Muslim, Iqbal,
menyemangati aku dan tidak jarang memberikan saran dan masukan
menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat dan sekaligus teman seperjuangan penulis Kelas A-Reguler 2010
yang telah melalui masa kuliah bersama terutama : Yosep, Rio, Agustinus ,
Budi, Dedi, Berkat , Jarahman, Tono , Boy ,Rima, Putri, Arinda, Fatwa,
Mariya, Nely, dan Indri Prima.
14. Kepada bapak Camat Stabat dan Stafnya. terima kasih atas bantuan saran
dan masukan dalam mengurus keperluan penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
15. Bapak Tengku Syah Johan Selaku keturunan dari Sutan Matsyekh yang
telah membantu penulis memberikan informasi dan seluruh data yang
dibutuhkan penulis dan telah membantu penelitian selama melakukan
penelitian.
16. Bapak Lisanuddin Selaku keturunan dari salah satu Panglima perang Sutan
Matsyekh yang ikut berjuang melawan Belanda yang telah membantu
penulis memberikan data dan dokumen atau referensi yang dibutuhkan
penulis.
17. Bapak Sulaiman Zuhdi selaku sejarawan lokal Stabat yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam memberikan
masukan dan saran mengenai perjuangan Sutan Matsyekh melawan
Belanda di Stabat.
18. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat
19. Terakhir kepada seluruh narasumber yang telah meluangkan waktunya dan
menjawab seluruh pertanyaan , penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa
bermannfaat bagi semua pembaca umumnya penulis khususnya.
Medan, Januari 2015
Penulis
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15
A.Metode Penelitian ... 15
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 19
B. Munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom Di Langkat ... 28
vii
D.Stabat Sebagai Pusat Kerajaan Langkat ... 33
E. Riwayat Hidup Sutan Matsyekh ... 34
F. Perjuangan Sutan Matsyekh Menentang Kolonialisme Belanda di Langkat ... 38
G.Sutan Matsyekh Ditawan dan Dibuang Belanda ... 63
H.Amanah terakhir Sutan Matsyekh ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A.Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad
ke-18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat
kepemimpinan diteruskan oleh putranya bernama Badiulzaman. Badiulzaman
mempunyai 4 orang putra yakni Tuah Hitam,Raja Wan Jabar, Syahdan Dan Indra
Bongsu. Ketika Badiulzaman wafat, maka puteranya yang tertua Tuah Hitam
memangku jabatan menggantikan Badiulzaman menjadi Raja Langkat yg berpusat
di Jentera Malay sebuah desa yang tidak jauh dari kota dalam. Ketika
Badiulzaman wafat maka keempat bersaudara ini memerintah daerahnya
masing-masing sebagai sebuah wilayah kerajaan otonom dengan Kejeruan Tuah Hitam
sebagai pimpinan tertinggi di Jentera Malay.
Di masa kepemimpinan Tuah Hitam inilah Kerajaan Siak menyerang Langkat
dan Langkat takluk dalam kekuasaan siak. Untuk menjamin kesetiaan Langkat
pada siak, maka anak Tuah Hitam yang bernama Nobatsyah dan anak Indra
Bongsu bernama Ahmad dibawa ke siak untuk dilakukan doktrinasi. Disana
mereka dikawinkan oleh puteri-puteri Siak. Pada saat itu juga Tuah Hitam
meninggal dunia dan tiada berapa lama Nobatsyah dan Ahmad dikembalikan ke
Langkat untuk memerintah kerajaan. Dan tiada berapa juga terjadilah perebutan
disitulah terjadi perang saudara.dan pada saat itu Nobatsyah gugur ditangan Raja
Ahmad dana Raja Ahmad menjadi Raja di Langkat.
Dalam pada itu Raja Ahmad telah meninggal dunia termakan racun dan Siak
pun menetapkan anak dari Raja Ahmad bernama Tengku Musa sebagai pengganti
Raja Langkat.
Pada tahun 1887 kerajaan Langkat berubah bentuk menjadi Kesultanan
Langkat oleh Musa dan pengukuhannya dilakukan pada upacara adat di Tanjung
Pura dengan gelar Sultan Musa Al Khalid Almahdiah Muazzam Shah, maka
Sultan Musa Sultan pertama di Langkat.
Pada abad ke 19 Belanda memperluas daerah Kolonialnya hingga ke luar
Pulau Jawa. Kedatangan Belanda di Sumatera mendapat perlawanan keras dari
Kerajaan Aceh. Daulay berpendapat pada saat itu pengaruh aceh sangat besar di w
ilayah Sumatera hingga ke wilayah Sumatera Timur. Dan pada saat itu juga di
tahun 1855 Aceh menyerang Langkat dan Tengku Musa tunduk mengakui
kekuasaan Aceh.
Kekuatan Aceh di wilayah Sumatera menjadi ancaman yang besar bagi
Belanda. Perselisihan antara Kerajaan Aceh dengan Belanda menyebabkan
Kesultanan Langkatikut terlibat.
Menurut Tengku Sulong Chalizar dalam bukunya Riwayat Ringkas Sutan
Matsyekh Pahlawan Langkat(1996:5). Mengatakan Kesultanan Langkat
merupakan pintu masuk bagi Belanda untuk menyerang Aceh.
Pada sekitar tahun 1858, Sultan Aceh menugaskan Tuanku Hasyim untuk
Hasyim berhasil mempengaruhi dan mengajak Tan Matsyekh untuk ikut serta
bersamanya melawan agresi Belanda.
Posisi Kesultanan Langkat yang stategis ini menyebabkan Belanda ingin
menguasai seluruh Kesultanan Langkat sebagai benteng penyerangan dan benteng
pertahanan. Namun keinginan Belanda tersebut tidak dapat terjadi dikarenakan
Tan Matsyekh pada saat itu sedang menduduki wilayah Stabat sebagai Raja dari
Kejeruan Stabat tidaklah sepihak dengan Belanda dan Sultan Langkat itu sendiri,.
Berbagai upaya dan cara dilakukan oleh Sutan Matsyekh untuk melawan balanda
yang ingin menguasi seluruh daerah Langkat terutama Stabat. Daulai dalam
bukunya Sejarah Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat Ii Langkat
Mengatakan Matsyekh dikenal sangat membenci Belanda dan pro kepada Aceh.
Sutan Matsyekh adalah seorang Raja Melayu dari Kejeruan Stabat. Nama
asli dari Sutan Matsyekh adalah Sutan Muhammad Syekh namun lazim disebut
Sutan Matsyekh dan lebih akrab dipanggil Tan Matsyekh .ia adalah putra dari
seorang Raja Melayu Langkat Tuanku Wan Sopan Bin Raja Wan Jabar gelar
Sutan Jepura.
Tengku Sulong Chalizar, dalam bukunya Riwayat Ringkas Sutan Matsyekh
Pahlawan Langkat(1996:7) menjelaskan, pada tahun 1862 Belanda mengirim
perwakilannya Cast Baron De Raet berupaya mengajak Sutan Matsyekh untuk
bekerjasama dan menandatangi perjanjian. tetapi hal ini ditolak dengan tegas oleh
Sutan Matsyekh. Sutan Matsyekh dikenal memiliki kepribadian yang kuat dan
Dan pada saat itu juga Netscher mencoba masuk ke wilayah Langkat
dengan kapal perangnya namun percobaan itu di gagalkan oleh pasukan matsyekh.
Dalam perang melawan BelandaSutan Matsyekh di bantu oleh kerajaan aceh.
Bantuan itu berupa kapal-kapal perang dan persenjataan. Kerajaan aceh
menempatkan armada perang yang dipimpin oleh panglima perang bernama cut
latif di daerah pulau kampai.
Kemudian pada tanggal 25 agustus 1865 Belanda mengirim kapal-kapal
perang dan tentara yang lebih besar dan tangguh. Perang ini mampu mengalahkan
kapal perang aceh yang membantu Armada laut Tan Matsyekh di wilayah pulau
kampai. Wilayah pulau kampai dapat dikuasai oleh tentara Belanda.
Dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda di daerah Langkat
khususnya kejeruan Stabat, Sutan Matrsyekh merupakan pahlawan Langkat dari
Stabat yang mempunyai peran yang sangat penting. Sutan Matsyekh dibantu oleh
panglima perangnya yang begitu setia yaitu imam balai tambeleng, panglima
perang besar mancang, panglima perang bandin, dan penglima perang runtun
manau. Semangat perjuangannya dalam mempertahankan wilayah Langkat
khususnya Stabat dari tangan penjajah Belanda patut di teladani.karena Sutan
Matsyekh sangat ditakuti oleh Belanda dan Belanda sangat sulit dan sangat
kewalahan sekali untuk mengalahkan Sutan Matsyekh. Namun tak banyak orang
yang mengetahui perjuangan Sutan Matsyekh dalam melawan penjajahan
Belanda, ia berjuang melawan penjajah Belanda dari tahun 1862 s.d 1865, dan
selanjutnya perjuangan untuk mempertahankan tanah Langkat dari penjajahan
matsyekh lainnya. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian ini dengan judul “Sejarah Perlawanan Sutan Matsyekh dalam
menentang Kolonialisme Belanda di Stabat Kabupaten Langkat (1862-1865)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasi beberapa masalah
yaitu:
1. Proses munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom di Langkat.
2. Proses bersatunya Kejeruan Stabat dengan Kesultanan Langkat
3. Riwayat hidup Sutan Matsyekh
4. Peran Sutan Matsyekh dalam Melawan Kolonialisme Belanda di
Kesultanan Langkat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Proses munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom di
Langkat.
2. Bagaimana Proses bersatunya Kejeruan Stabat dengan Kesultanan Langkat.
3. Bagaimana riwayat hidup Sutan Matsyekh
4. Bagaimana Peran Sutan Matsyekh dalam Melawan Kolonialisme Belanda di
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana Proses munculnya Kejeruan Stabat sebagai
Kerajaan Otonom di Langkat.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses bersatunya Kejeruan Stabat dengan
Kesultanan Langkat.
3. Untuk mengetahui riwayat hidup Sutan Matsyekh
4. Untuk mengetahui bagaimana peran Sutan Matsyekh dalam Melawan
Kolonialisme Belanda di Kesultanan Langkat.
E. Manfaat Penelitian
Peneliti sangat berharap bahwa penelitian ini dapat membawa manfaat, yaitu:
1. Menambah wawasan pengetahuan kepada peneliti tentang sejarah perjuangan
Sutan Matsyekh melawan Kolonialisme Belanda
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa sejarah dan pelajar
tentang sejarah perjuangan Sutan Matsyekh melawan Kolonialisme Belanda
3. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya yang tinggal di
kabupaten Langkat tentang sejarah perjuangan Sutan Matsyekh melawan
Kolonialisme Belanda
4. Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai sejarah local di
BAB V
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang diproleh adalah
sebagai berikut :
1. Munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan Otonom di Langkat Ketika
Badiulzaman wafat, ia di gantikan oleh puter anya yang tertua Tuah Hitam
dan ia menetap di Jentera Malay sebuah desa yang tidak jauh dari Kota
Dalam. Keempat bersaudara ini memerintah dengan otonom masing-masing
daerah Kejeruannya termasuk Kejeruan Stabat bagian dari kekuasaan Selesai
yang di pimpin oleh Wan Jabar. dengan Kejeruan Tuah Hitam sebagai
pimpinan tertinggi di Langkat hingga memasuki abad 19. Dan dari sini lah
terlihat munculnya Kejeruan Stabat sebagai Kerajaan otonom yang di pimpin
oleh Wan Sopan anak dari Wan Jabar yang akan menjadi daerah cikal bakal
bergolak dan menentang Belanda yang ingin menguasai Langkat.
2. Bersatunya Kejeruan Stabat dengan Kesultanan Langkat pada saat Sutan
Matsyekh yang menjadi Raja Stabat saat itu tidak senang atas kedatangan
Tengku Musa yang ingin menguasai Langkat Seutuhnya, oleh sebab itu dia
berusaha untuk mengenyampingkan Tengku Musa dengan cara membujuk
Tengku Musa untuk bersedia kawin dengan saudari perempuan Matsyekh
serta memberikan gelar kepada Tengku Musa sebagai Raja Muda. Hal ini
Langkat seutuhnya bukan Tengku Musa. Dan ketika itu istri Tengku Musa
meninggal dunia dan Musa sadar bahwa Matsyekh ingin menguasai Langkat
Seutuhnya maka Tengku Musa dengan bantuan Kerajaa n Siak dan Belanda
dapat mengambil alih kekuasaan Langkat seutuhnyaa dan dapat menangkap
Matsyekh, Dalam hal ini secara tidak langsung Kejeruan Stabat melebur dan
menyatu dengan Kerajaan Langkat.
3. Pada saat itu di Stabat berkuasa Sutan Matsyekh sebagai Raja Stabat
menggantikan ayahandanya Wan Sopan yang juga diakui oleh Aceh. Sutan
Matsyekh juga mau menguasai Langkat seutuhnya karena ia juga termasuk
satu turunan nenek moyangnya sama dengan Tengku Musa. Nama asli dari
Sutan Matsyekh adalah Sutan Muhammad Syekh namun lazim disebut Sutan
Matsyekh atau lebih karib dipanggil dengan Tan Matsyekh. Sutan Matsyekh
adalah putera dari seorang Raja Melayu Stabat bernama Tuanku Wan Sopan
Bin Raja Wan Jabbar gelar Sutan Jepura. Beliau berjuang melawan Beland di
Bumi Langkat pada tahun 1862-1865 dan dengan tipu muslihat Belanda ia
berhasil di jebak dan ditngkap oleh Belanda pada tahun 1865 di Hamparan
Perak.
4. Sutan Matsyekh dalam perkembangan selanjutnya bertekad untuk terus
berjuang menentang pihak Belanda dalam mempertahankan daerah Langkat,
dan hal ini oleh Tuanku Hasyim merupakan peluang yang baik untuk
mengkampanyekan agar Kejeruan Langkat lainnya jangan sampai
terpengaruh oleh bujuk rayuan pihak Belanda yang ketika itu sedang mulai
persenjataan dari Aceh melalui Tuanku Hasyim dan dari daerah pedalaman
lainnya, oleh sebab itu tidak heran jika didalam pasukan Matsyekh banyak
bergabung dari suku lain misalnya dari Aceh, Gayo, Alas, Karo. Sutan
Matsyekh sampai akhir hayatnya tidak mau berkompromi dengan Belanda.
B.Saran
Berdasarkan pengalaman saya saat melakukan penelitian dan analisa saya
terhadap hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi masyarakat setempat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah
yang dapat menjadi pembelajaran kedepannya agar masyarakat Stabat dapat
mengetahui bagaimana perjuangan dan perlawan Sutan Matsyekh dalam
mempertahankan Stabat dari kekuasaan Belanda, dan dapat mengetahui tentang
sejarah daerah, khususnya sejarah sejarah daerah Stabat.
2. Bagi keturunan Sutan Matsyekh
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan untuk tambahan
dokumen ataupun referensi tentang sejarah Kesultanan Langkat khususnya bagi
Sutan Matsyekh.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan
perjuangan dan perlawanan Sutan Matsyekh dalam menentang kolonialisme
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Husen Djohar. 2013. Sejarah Kesultanan Langkat. Medan: Yayasan Bangun :Langkat Sejahtera
Arifin, Zainal. 2009. Langkat Dalam Sejarah Dan Perjuangan Kemerdekaan. Medan: Penerbit Mitra Medan Anggota Ikapi
Bps. 2013, Kecamtan Stabat Dalam Angka 2013, Stabat : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.
Chalizar, Sulung. 1996. Riwayat Ringkas Sutan Matsyekh Pahlawan Langkat. Stabat: Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia Daerah Tingkat Ii Langkat
Daliman,2012,Metode Penelitian Sejarah .Yogyakarta : Penerbit Ombak
Daulay, Fachruddin. Dkk. 1995. Sejarah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat Ii
Langkat.Stabat: Kerja Sama Pemda Tingkat Ii Langkat Dan Jurusan Sejarah
Fakultas Sastra Usu
Husny, Tengku. 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk
Melayu-Pesisir Deli Sumatera Timur 1612-1950. Medan: BP. Husny
Ibnu Kasir,IKA.1983. Laporan Khusus Abad XVIII Makam Matsyekh Raja langkat di P.
Jawa Terkenal Dengan Nama Eyang Indro Kusumo , Medan : Harian Angkatan
Bersenjata 27 April 1983
Ibnu Kasir,IKA.1983. Laporan Khusus Abad XVIII Stabat Sebagai Pusat Kerajaan
Langkat , Medan : Harian Angkatan Bersenjata 5 April 1983
Lukman Sinar, 1994. Tengku Sutan Matsyekh Pejuang Dari Stabat, Medan : Harian Waspada 8 Januari 1994
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta
Sinar, Luckman. 2006. Bangun Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang
Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak