Usulan Penerapan Standard Operating Procedure (SOP) Produksi Ready Mix Concrete untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di PT Pratama
Citra Parama
Dahlia Putri Marsela1, Ginas Ayomi 2, Irsandi Nur Habibie Mukmin3, Ade Rizky Febryananda4, Rahma Regina Cahyani5
1,2,3,4,5Departemen Teknik Industri, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
1[email protected], 2[email protected], 3[email protected], 4[email protected],
Abstrak—Bagi perusahaan jasa, kualitas pelayanan adalah kunci untuk meraih kepuasan pelanggan. Kualitas yang baik dihasilkan melalui proses yang tepat dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan pasar. PT Pratama Citra Parama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang beton siap pakai (ready mix concrete) dan precast. Dalam memberikan pelayanan jasa konstruksi, perusahaan ini belum memiliki sebuah standar yang ditetapkan sebagai acuan dalam melakukan proses bisnisnya. Munculnya pesaing-pesaing baru seiring dengan meningkatnya pembangunan fisik dalam sektor properti maupun infrastruktur lainnya, menyebabkan industri bisnis beton siap pakai (ready mix) semakin ramai. Oleh karena itu, efisiensi, efektivitas proses, komunikasi, dan koordinasi antar departemen perlu dikembangkan melalui Standard Operating Procedure (SOP) untuk menciptakan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelayanan jasa PT Pratama Citra Parama dalam memenuhi kebutuhan beton ready mix meliputi penerimaan pesanan, proses loading, pengiriman pesanan, proses unloading dan proses invoice, serta pembersihan truk mixer. Rekomendasi perbaikan utama yang diberikan adalah terkait penyusunan dokumen sistem dan prosedur berupa Standard Operating Procedure (SOP) untuk setiap alur proses pelayanan di PT Pratama Citra Parama.
Kata Kunci— Standard Operating Procedure, ready mix concrete, kualitas pelayanan
I. PENDAHULUAN
Bagi perusahaan jasa, kualitas pelayanan adalah kunci untuk meraih kepuasan pelanggan. Kualitas yang baik dihasilkan melalui proses yang tepat dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan pasar. Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi harapan pelanggan (Lovelock dalam Tjiptono 2004: 59) [1]. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal (Tjiptono, 2004: 59) [1].
Munculnya pesaing-pesaing baru seiring dengan meningkatnya pembangunan fisik dalam sektor properti maupun infrastruktur lainnya menyebabkan industri bisnis beton siap pakai (ready mix) semakin ramai. Oleh karena itu, efisiensi, efektivitas proses, komunikasi, dan koordinasi antar departemen perlu dikembangkan melalui Standard Operating Procedure (SOP) untuk menciptakan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan yang digunakan untuk menjelaskan perincian atau standar yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Standar ini disusun untuk memudahkan, merapihkan, dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
PT Pratama Citra Parama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang beton siap pakai (ready mix concrete) dan precast.
Perusahaan ini didirikan sebagai cikal bakal perusahaan pada tahun 2008 sebagai perusahaan konstruksi kemudian mendirikan batching plant pada tahun 2017 di Singosari, Malang, Jawa Timur. Dalam memberikan pelayanan jasa konstruksi, perusahaan ini belum memiliki sebuah standar yang ditetapkan sebagai acuan dalam melakukan proses bisnisnya sehingga kerap kali menimbulkan permasalahan pada proses pelayanan jasa. Saat ini, aktivitas berjalan berdasarkan rutinitas yang sudah ada tanpa ada suatu dokumen yang mengaturnya. Jika ada, tidak semua karyawan mengetahui secara pasti prosedur yang tertulis tersebut. Dalam proses pengadaan bahan baku, penerimaan pesanan, proses loading, pengiriman pesanan, proses unloading, proses invoice, serta pembersihan truk mixer PT Pratama Citra Parama belum memiliki SOP yang baku sehingga terdapat berbagai permasalahan yang menghambat proses produksi dan berakibat pada kepuasan pelanggan yang berkurang. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, diperlukan peningkatan kualitas pelayanan dengan menerapkan SOP dalam kegiatan produksi ready mix concrete. Melalui penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi perbaikan utama terkait penyusunan dokumen sistem dan prosedur berupa SOP untuk setiap alur proses pelayanan di
PT Pratama Citra Parama sehingga proses bisnis lebih sistematis dan menjamin setiap unit kerja dapat menjalankan aktivitas dengan cepat, tepat, efektif, dan efisien, dan terhindar dari permasalahan.
II. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, digunakan dua metode pengumpulan data. Adapun metode praktik yang digunakan adalah sebagai berikut.
A. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur di perpustakaan dan sumber-sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan pembahasan. penelitian kepustakaan ini, permasalahan yang dibahas dapat diselesaikan dengan teori yang ada.
B. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)
Pengambilan data dilakukan dengan terjun lanngsung ke lapangan melalui beberapa kegiatan berikut:
1) Interview
Interview adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandasakan tujuan penyelidikan (Hadi, 2000:136) [11]. Hal ini dilakukan kepada departemen BPO, security, logistik, administrasi umum, dan kepala plant sekaligus dispatcher di PT Pratama Citra Parama. Interview dilakukan untuk mengetahui alur proses dan dokumen dan diperlukan dalam pelaksanaan tugas departemen tersebut.
2) Observasi
Observasi merupakan yaitu suatu metode pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti (Usman, 2000:54) [12]. Metode ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan proses produksi ready mix concrete. Observasi yang dilakukan antara lain, yaitu pembuatan ready mix, unloading ready mix di tempat pelanggan, dan kegiatan restock bahan baku.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat data-data yang dimiliki oleh perusahaan ataupun pengambilan foto/gambar yang dapat diambil untuk dokumentasi pelengkap data. Dokumentasi yang dilakukan diantaranya adalah dokumentasi saat proses loading-unloading, restock bahan baku, dan dokumentasi bahan baku serta fasilitas yang terdapat di batching plant.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi beton ready mix diantaranya adalah pasir lumajang, pasir lesti, batu split 1-1, batu split 1-2, dan semen.
1) Pasir Lumajang
Pasir lumajang adalah jenis pasir yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Pasir lumajang berasal dari campuran material vulkanik Gunung Semeru dengan kandungan zat besi (FeO) yang tinggi dan memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit.
2) Batu Split 1-1
Batu split atau batu belah merupakan batu dengan ukuran yang standar, yaitu antara 5 mm sampai 10 mm yang umumnya digunakan sebagai konstruksi pondasi,
3) Batu Split 1-2
Batu split 1-2 merupakan batu dengan ukuran sedang, yaitu antara 10 mm sampai 20 mm. Batu ini digunakan dalam campuran berbagai macam konstruksi dari konstruksi ringan sampai konstruksi berat.
4) Pasir Lesti
Pasir lesti merupakan pasir yang berasal dari sedimen Sungai Lesti yang terletak di Kabupaten Malang yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu campuran dalam proses pengecoran.
5) Semen
Semen portland merupakan salah satu semen hidrolik, yaitu suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Sifat-sifat dari semen ini bergantung pada susunan kimianya, kadar gips, dan kehalusan butirannya.
B. Alur Proses Pelayanan Jasa Beton Ready mix
Proses pelayanan jasa PT Pratama Citra Parama dalam memenuhi kebutuhan beton ready mix meliputi penerimaan pesanan, proses loading, pengiriman pesanan, proses unloading dan proses invoice, serta pembersihan truk mixer.
1) Pengadaan Bahan Baku
Logistik akan menerbitkan Purchasing Order (PO) kepada supplier. Bahan baku dikirimkan ke batching plant. Logistik melakukan pengecekan kualitas dari bahan baku yang dikirimkan. Apabila sesuai, maka akan dilakukan proses unloading bahan baku. Setelah proses unloading, Logistik akan melakukan pengecekan apakah seluruh bahan baku yang dipesan telah diturunkan di batching plant. Apabila sudah sesuai, driver bahan baku akan diberi invoice dan dari logistik akan memberikan invoice ke finance untuk melakukan pembayaran pembelian bahan baku.
2) Penerimaan Pesanan
Marketing menerima pesanan dari pelanggan kemudian dituangkan ke dalam Purchasing Order (PO). Selanjutnya, PO yang berisi data untuk dispatcher dan informasi lengkap dari konsumen dijadikan acuan dalam menjadwalkan proses produksi meliputi penjadwalan armada truk mixer dan penjadwalan kebutuhan bahan baku untuk pesanan tersebut.
3) Proses Loading
Selanjutnya dispatcher akan mengonfirmasi pesanan ke Batching Plant Operator (BPO). Operator loader melakukan loading bahan baku ke BPO sesuai dengan pesanan pelanggan. Selanjutnya akan dilakukan proses mixing beton ready mix. Kemudian beton ready mix akan dimuat ke dalam truk mixer. Sebelum berangkat, yardman akan memastikan truk mixer dalam keadaan bersih dan tidak ada hard concrete yang menghalangi jalan masuk dan keluarnya ready mix concrete.
4) Pengiriman Pesanan
Selanjutnya security akan memberikan surat jalan kepada driver dan mencatat informasi terkait pesanan. Driver mengirimkan pesanan bersama dengan Quality Control (QC) untuk melakukan proses pengujian mutu beton. Ketika tiba di proyek, driver akan memberikan surat jalan kepada pelanggan untuk ditandatangani. Selanjutnya, pihak QC dapat melakukan slump test terhadap mutu beton yang dikirimkan.
5) Proses Unloading dan Proses Invoice
Driver melakukan proses unloading hingga seluruh ready mix concrete yang ada dalam TM habis. Driver memberikan tiga rangkap surat jalan untuk ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti driver telah melakukan proses unloading dan memberikan satu rangkap surat jalan kepada konsumen. Setelah selesai, driver kembali ke batching plant dengan membawa dua rangkap surat jalan lainnya untuk digunakan dalam proses penagihan dan arsip perusahaan.
6) Pembersihan Truk Mixer
TM akan dibersihkan oleh yardman sebelum digunakan kembali untuk pesanan berikutnya. Dalam pembersihan TM, harus diperiksa apakah terdapat hard concrete yang tersisa di dalam TM.
C. Identifikasi Faktor Penghambat Proses Pelayanan Jasa Beton Ready mix
Procedure (SOP) yang baku mengenai keseluruhan proses pelayanan jasa dalam penyediaan beton ready mix. Saat ini aktivitas berjalan berdasarkan rutinitas yang sudah ada tanpa ada suatu dokumen yang mengaturnya.
Berikut ini merupakan identifikasi faktor penghambat dalam proses pelayanan jasa pengadaan beton ready mix di PT Pratama Citra Parama .
TABELI. IDENTIFIKASIFAKTORPENGHAMBATDALAMPELAYANANJASA Pengadaan Bahan Baku
Sebab Akibat
• Kualitas bahan baku yang dikirimkan supplier yang tidak memenuhi standar perusahaan
• Penghitungan inventory bahan baku masih dilakukan dengan cara hitung manual melalui rekap BPO sheet dan menghitung luas bahan baku di batching plant
• Kekurangan bahan baku untuk pesanan beton ready mix
• Proses produksi tertunda karena harus menunggu bahan baku yang sesuai standar datang
• Adanya kemungkinan terjadi human error dalam penghitungan inventory yang dapat berpotensi terjadinya kesalahan penjadwalan pengadaan bahan baku
• Proses produksi tertunda dan berakibat pada kepuasan pelanggan berkurang
Penerimaan Pesanan
Sebab Akibat
• Informasi pelanggan kurang lengkap
• Terdapat pelanggan yang melakukan pemesanan melalui departemen selain Marketing (belum ada SOP yang baku)
• Terdapat pesanan yang mendadak
• Dispatcher mengalami kesulitan dalam melakukan penjadwalan, pengiriman pesanan dapat terlambat, jumlah volume beton tidak sesuai permintaan
• Setiap departemen akan bergerak sendiri-sendiri tanpa mempertimbangkan kinerja departemen lainnya
• Adanya potensi kekurangan armada truk mixer dan kekurangan bahan baku
Proses Loading
Sebab Akibat
• Kerusakan mesin pengaduk beton ready mix di BPO
• Masih terdapat hard concrete yang tersisa dalam truk mixer
• Proses mixing menjadi kurang maksimal karena dilakukan di dalam truk mixer
• Truk mixer diisi ready mix concrete melebihi kapasitas dan berpotensi tumpah di jalan
Pengiriman Pesanan
Sebab Akibat
• Alamat tujuan tidak jelas atau kurang lengkap
• Belum ada sistem yang tepat untuk mengontrol driver/truk mixer selama berada di perjalanan
• Pengiriman terlambat, beton membeku sehingga volume berkurang, jumlah over time meningkat, kepuasan pelanggan berkurang
• Apabila terjadi masalah di perjalanan, menyebabkan proses pengiriman terhambat
Proses Unloading dan Proses Invoice
Sebab Akibat
• Tidak adanya SOP baku yang mengatur proses unloading
• Keterlambatan driver memberikan surat jalan setelah kembali dari proyek
• Kesulitan dalam mengontrol proses unloading, kesulitan dalam pengecekan volume beton tertuang, tingkat over time menjadi tinggi
• Keterlambatan proses rekap surat jalan dan proses penagihan invoice kepada pelanggan oleh collector Pembersihan Truk Mixer
Sebab Akibat
• Masih terdapat hard concrete yang tersisa dalam truk mixer sehingga BPO mengisi truk mixer dengan kapasitas maksimal
• Truk mixer diisi ready mix concrete melebihi kapasitas dan berpotensi tumpah di jalan
Untuk mengetahui secara mendalam terhadap penyebab dari setiap faktor, dilakukan identifikasi penyebab menggunakan metode cause effect diagram atau fishbone diagram pada gambar di bawah ini
Gambar 1. Fishbone Diagram
D. Rekomendasi Perbaikan
Rekomendasi perbaikan utama yang diberikan adalah terkait penyusunan dokumen sistem dan prosedur berupa Standard Operating Procedure (SOP). Menurut Nurhidayat (2015) [13], penyusunan dokumen sistem dan prosedur meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan sasaran mutu, penunjukan wakil manajemen, penetapan struktur organisasi, penetapan wewenang dan
tanggung jawab, penyusunan manual mutu (process flowchart), penyusunan rekaman/bukti kerja, dan pengendalian dokumen. Berikut ini merupakan rekomendasi perbaikan aktivitas dalam proses pelayanan jasa pengadaan beton ready mix di PT Pratama Citra Parama.
TABELII. REKOMENDASIPERBAIKANDALAMPELAYANANJASA Pengadaan Bahan Baku
Masalah Rekomendasi
• Kualitas bahan baku yang dikirimkan supplier yang tidak memenuhi standard perusahaan
• Penghitungan inventory bahan baku masih dilakukan dengan cara hitung manual melalui rekap BPO sheet dan menghitung luas bahan baku di batching plant
• Kekurangan bahan baku untuk pesanan beton ready mix
• Berkoordinasi dengan supplier terkait pemenuhan standard bahan baku perusahaan
• Melakukan penghitungan inventory menggunakan bantuan software seperti Ms Accesss dan Ms. Excel
• Mempersiapkan safety stock untuk bahan baku beton ready mix
Penerimaan Pesanan
Masalah Rekomendasi
• Informasi pelanggan kurang lengkap
• Terdapat pelanggan yang melakukan pemesanan melalui departemen selain Marketing (belum ada SOP yang baku)
• Terdapat pesanan yang mendadak
• Memeriksa kembali informasi pelanggan sebelum menyelesaikan penerimaan pesanan
• Mengarahkan pelanggan untuk melakukan pemesanan dengan Marketing perusahaan
• Meningkatkan safte stock untuk bahan baku beton ready mix
Proses Loading
Masalah Rekomendasi
• Kerusakan mesin pengaduk beton ready mix di BPO
• Masih terdapat hard concrete yang tersisa dalam truk mixer
• Melakukan maintenance secara berkala agar dapat terhindar dari kerusakan mesin yang menyebabkan mesin tidak dapat digunakan
• Memeriksa bagian dalam truk mixer sebelum melakukan proses loading untuk memastikan tidak ada hard concrete yang tersisa
Pengiriman Pesanan
Masalah Rekomendasi
• Alamat tujuan tidak jelas atau kurang lengkap
• Belum ada sistem yang tepat untuk mengontrol driver/truk mixer selama berada di perjalanan
• Mengonfirmasi kembali ke pelanggan terkait alamat yang akan dituju sebelum truk mixer berangkat
• Investasi sistem GPS untuk memantau pergerakan driver truk mixer selama di perjalanan
Proses Unloading dan Proses Invoice
Masalah Rekomendasi
• Tidak adanya SOP baku yang mengatur proses unloading
• Keterlambatan driver memberikan surat jalan setelah kembali dari proyek
• Menyusun SOP untuk proses unloading
• Pihak security meminta surat jalan dari driver ketika truk mixer memasuki batching plant setelah kembali dari proyek
Pembersihan Truk Mixer
Masalah Rekomendasi
• Masih terdapat hard concrete yang tersisa dalam truk mixer sehingga BPO mengisi truk mixer dengan kapasitas maksimal
• Memeriksa kembali bagian dalam truk mixer untuk memastikan tidak ada hard concrete yang tersisa
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka diperlukan penerapan SOP dalam proses pelayanan jasa beton ready mix di PT Pratama Citra Parama. Rancangan SOP yang akan digunakan pada proses pelayanan jasa beton ready mix di PT Pratama Citra Parama yaitu dengan metode Cross Functional Flowchart yang digabung dengan narasi.
1) Pengadaan Bahan Baku
Gambar 2. SOP Pengadaan Bahan Baku
2) Penerimaan Pesanan
Gambar 3. SOP Penerimaan Pesanan
3) Proses Loading
Gambar 4. SOP Proses Loading
4) Pengiriman Pesanan
Gambar 5. SOP Pengiriman Pesanan
5) Proses Unloading dan Proses Invoice
Gambar 6. SOP Proses Unloading dan Proses Invoice
6) Pembersihan Truk Mixer
Gambar 7. SOP Pembersihan Truk Mixer
Selain diperlukan SOP yang baku, hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan diatas adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan komunikasi antar departemen agar tidak terjadi kesalahan penyebaran informasi.
2) Meningkatkan koordinasi antar departemen agar setiap departemen mengetahui peran dan proses yang dilakukan oleh departemen lain.
3) Mempertegas peran dan tanggung jawab setiap departemen dalam setiap aktivitas.
4) Meningkatkan pengawasan pada setiap aktivitas pelayanan jasa pengadaan beton ready mix.
5) Mengadakan sistem reward dan punishment untuk para karyawan.
IV. KESIMPULAN
Proses pelayanan jasa PT Pratama Citra Parama dalam memenuhi kebutuhan beton ready mix meliputi penerimaan pesanan, proses loading, pengiriman pesanan, proses unloading dan proses invoice, serta pembersihan truk mixer.
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan, PT Pratama Citra Parama belum memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang baku mengenai keseluruhan proses pelayanan jasa dalam penyediaan beton ready mix. SOP diperlukan untuk menjelaskan apa, siapa, bagaimana, dan kapan suatu aktivitas dikerjakan. Saat ini aktivitas berjalan berdasarkan rutinitas yang sudah ada tanpa ada suatu dokumen yang mengaturnya. Jikapun ada, tidak semua karyawan mengetahui secara pasti prosedur yang tertulis tersebut. Beberapa permasalahan yang dialami diantaranya adalah penghitungan inventory bahan baku masih dilakukan dengan cara hitung manual melalui rekap BPO sheet dan menghitung luas bahan baku di batching plant, kerusakan mesin pengaduk beton ready mix di BPO, dan belum ada sistem yang tepat untuk mengontrol driver/truk mixer selama berada di perjalanan.
Rekomendasi perbaikan utama yang diberikan adalah terkait penyusunan dokumen sistem dan prosedur berupa Standard Operating Procedure (SOP) untuk setiap alur proses pelayanan di PT Pratama Citra Parama. Selain diperlukan SOP yang baku, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan di atas adalah meningkatkan koordinasi antar departemen agar setiap departemen mengetahui peran dan proses yang dilakukan oleh departemen lain, mempertegas peran dan tanggung jawab setiap departemen dalam setiap aktivitas, dan mengadakan sistem reward dan punishment untuk para karyawan..
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Pratama Citra Parama, Departemen Teknik Industri, dan Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam penerbitan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA [1] Tjiptono, F. 2004. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.
[2] Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran (Analisis perencanaan, implementasi dan pengendalian). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[3] Ahyari, Agus. 2002. Manajamenen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian. Buku I. Edisi Revisi. Yogyakarta.
[4] Jasfar, F. 2005. Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.
[5] Garvin, D.A., 1996, “Competing on the Eight Dimensions of Quality,” in Harvard Business Review Book: Keeping Customers. ed. Sviokla J and Shapiro B.
pp. 119–37
[6] Heizer, J. dan Render, B. 2008. Operations Management, 9th edition. New Jersey: Prentice Hall.
[7] Haksever, C; Render, B; Russell, R.S.; dan Murdick, R.G. 2000. Service Management and Operations, 2nd edition. New Jersey: Prentice Hall International.
[8] Edvardsson, Bo, Gerry Larsson, and Sven Setterlind. 2005. “Internal Service Quality andThe Psychosocial Work Environment: An Empirical Analysis of ConceptualInterrelatedness. “The Service Industries JournalVol. 17. Page 252 -263.
[9] Tambunan, R. M. (2013). Standard Operating Procedures (SOP) Edisi 2. Jakarta: Maeistas Publishing.
[10] Nazvia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 21–25.
[11] Hadi, Sutrisno. 2000. Metode Research II. Yogyakarta: Andi Offset.
[12] Usman, Husaini dan P.S. Akbar. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
[13] Nurhidayat, A. E. 2015. Usulan Pembuatan Standar Operation Prosedure (SOP) untuk Menjaga Akurasi Volume Beton Pada Perusahaan Readymix Concrete.
Faktor Exacta, 5(2), 156-167.