ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP)
(STUDI KASUS: KONTRAKTOR DI KOTA MEDAN)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara
MUHAMMAD DHIYA RIZKY
BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN 2021
160404027
ABSTRAK
Di dalam setiap usaha akan selalu muncul 2 (dua) hal yang kontradiktif yaitu peluang memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian, termasuk dalam usaha jasa konstruksi. Namun dalam pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor risiko. Apabila risiko ini tidak diantisipasi dengan benar dan tepat oleh pihak pelaksana proyek maka dapat menghambat pelaksanaan proyek atau bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kerugian. Salah satu metode untuk menganalisa hal tersebut adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. Metode ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari bobot dimana intensitas risiko dari penggunaan kontrak Lumpsum dan kontrak Unit Price dapat dikuantitaskan dan kemudian di analisis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain: 1) Berdasarkan jenis konstruksinya, 60% kontraktor di Kota Medan menyatakan proyek konstruksi dengan kontrak Lupsum lebih memberi keuntungan dari segi tingkat risiko yang dihadapi dibandingkan dengan Kontrak Unit Price. 2) Berdasarkan hasil analisis metode AHP, kontrak Lupsum memiliki tingkat risiko pembengkakan biaya (cost) yang lebih tinggi dibandingkan kontrak Unit Price dengan bobot prioritas global sebesar 57%.
3) Peristiwa dominan yang menyebabkan risiko pembengkakan biaya pada kontrak Lupsum di Kota Medan yaitu peristiwa perubahan schedule pekerjaan dengan bobot prioritas sebesar 78%. Sedangkan pada kontrak Unit Price yaitu peristiwa perubahan ruang lingkup pekerjaan dengan bobot prioritas sebesar 66%.
Kata Kunci : Analytic Hierarchy Process, Kontrak Lumpsum, Kontrak Unit Price, Faktor Risiko
PERNYATAAN
ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUMP DAN UNIT PTICE DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP) Judul Tugas Akhir
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tugas Akhir ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tugas Akhir ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2020
Penulis, Pembimbing,
Muhammad Dhiya Rizky Ir. Syahrizal, M. T.
16 0404 027 NIP. 19611231 198111 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas izin-Nya, sehingga mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUMP DAN UNIT PTICE DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
(STUDI KASUS : KONTRAKTOR DI KOTA MEDAN) .
Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Saya sangat menyadari penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Syahrizal, MT. Dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, ST., MT., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang menuntun saya untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT. Dan bapak Indra Jaya,ST.,MT., selaku dosen penguji/pembanding untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT, Ph.D selaku ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf tata usaha Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Teristimewa untuk kedua orangtua saya Ir. Husni Halim, M Si dan Ir. Mukchin Miswaini, M Si serta abang Rizky Mufty Aqsha, ST., M Si kakak Rezky Ariessa Dewi, ST., MT dan abang Heru Try Herlambang, S.Kom., M.Kom dan kakak Dr. Siti Rizky Alqoriah, M.kes.
yang telah membantu dan menjadi penyemangat dalam penyusunan tugas akhir ini baik dukungan moral maupun material.
6. Pihak Kontraktor dan para ahli yang terlibat sebagai objek penelitian yang telah membantu dalam memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini.
7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat yaitu Benvalio Rabrageri , Achmad Rizaldi , Fachri Hasan , Roby Azhari , Derma Suyanda Wahyu Abdillah , Trefind , Aron , Ignatius , Hafiz , Wellmon , Rendy Dwi Rusli.
8. Terkasih Dea Tania, SE. yang selalu menemani dan terlibat dalam pengerjaan tugas akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan sipil 2016 , Faridh , Eka , Ian , Muammar , Diva , Poppy , Yuliana , fauzan , julfrianta , dhafa serta adik adik 2019 dan lainnya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta referensi yang dimiliki. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata, diharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Juni 2021
Muhammad Dhiya Rizky 160404027
vii DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI... vii
BAB I PENDAHULUAN ...9
1.2. Rumusan Masalah ...10
1.3. Tujuan Penelitian...10
1.4. Batasan Masalah ...11
1.5. Manfaat Penelitian...12
1.6. Sistematika Penulisan ...12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...14
2.3. Identifikasi Risiko dan Level Risiko ...15
2.4. Definisi Kontrak Lumpsum ...16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...26
3.2. Lokasi Penelitian ...26
3.3. Konsep Penelitian ...26
3.4. Langkah Penelitian ...26
3.5. Metode Pengumpulan Data ...27
3.6. Metodologi Penelitian ...27
3.6.1. Studi Kepustakaan ...27
3.6.2. Penetapan Responden ...27
3.6.3. Kuesioner ...28
3.6.4. Analisis Data ...29
3.6.5. Analisis Hasil ...30
3.7. Teknik Sampling ...30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...32
4.1. Pendahuluan ...32
4.2. Perbandingan Keuntungan antar Jenis Kontrak ...34
4.3. Perbandingan Risiko Biaya Kontrak Lumpsum dan Kontrak Unit Price menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ...34
4.3.1. Pembobotan kriteria ...34
4.3.2. Perhitungan rasio konsitensi...36
4.3.3. Pembobotan alternatif ...38
viii
4.3.4. Analisis prioritas global ...41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...44
5.1. Kesimpulan...44
5.2. Saran ...44
DAFTAR PUSTAKA ...45
LAMPIRAN...46
9 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam setiap usaha akan selalu muncul 2 (dua) hal yang kontradiktif yaitu peluang memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian, termasuk dalam usaha jasa konstruksi. Kegiatan konstruksi dapat dikatakan berhasil apabila mampu memenuhi tujuannya yaitu selesai tepat waktu yang ditentukan, sesuai dengan biaya yang dialokasikan dan memenuhi persyaratan kualitas yang disyaratkan.
Namun dalam pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor risiko. Dimana suatu keadaan atau peristiwa yang tidak pasti dalam proses kegiatan konstruksi yang dapat memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana baik terhadap biaya (cost), mutu (quality) maupun waktu. Apabila risiko ini tidak diantisipasi dengan benar dan tepat oleh pihak pelaksana proyek maka dapat menghambat pelaksanaan proyek atau bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kerugian.
Berbagai usaha dilakukan untuk dapat menghindari atau mengurangi risiko sehingga di peroleh hasil yang efektif. Salah satunya adalah dengan menganalisa risiko dari kontrak jasa konstruksi. Jenis kontrak yang sering digunakan dalam kegiatan konstruksi adalah kontrak Lumpsum dan kontrak Unit Price. Kontrak Lumpsum merupakan pengadaan barang/jasa yang penyelesainnya sudah di tentukan dalam kontrak,sedangkan kontrak unit price merupakan nilai pekerjaan yang di kerjakan dibayar berdasarkan volume yang dikerjakan oleh pemilik proyek. Sehingga dengan demikian perlu diketahui lebih jauh tingkat risiko dari sisi biaya atas penggunaan
10 kedua jenis kontrak ini.
Salah satu metode untuk menganalisa hal tersebut adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. Metode ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari bobot dimana intensitas risiko dari penggunaan kontrak Lumpsum dan kontrak Unit Price dapat dikuantitaskan dan kemudian di analisis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut ini:
1. Jenis kontrak mana yang lebih menguntungkan antara proyek dengan kontrak Lumpsum atau proyek dengan kontrak Unit Price dari sisi tingkat risiko berdasarkan jenis konstruksinya?
2. Jenis kontrak mana yang memiliki tingkat risiko pembengkakan biaya yang lebih tinggi di antara kedua jenis kontrak tersebut berdasarkan hasil analisis dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)?
3. Peristiwa apa yang paling dominan pada masing-masing jenis kontrak tersebut sehingga bisa menyebabkan risiko pembengkakan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini:
1. Untuk mengetahui jenis kontrak mana yang lebih menguntungkan diantara kontrak Lumpsum dan kontrak Unit Price dari sisi tingkat risiko berdasarkan jenis konstruksinya.
2. Mengetahui jenis kontrak mana yang memiliki tingkat risiko biaya (cost) yang lebih tinggi di antara kedua jenis kontrak tersebut berdasarkan hasil analisis dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
3. Mengidentifikasi kegiatan apa yang paling dominan pada masing-
11 masing jenis kontrak tersebut sehingga dapat menyebabkan risiko pembengkakan biaya.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan untuk mencapai penelitian tugas akhir yaitu risiko yang di bahas hanya yang terjadi pada kontrak kerja Lumpsum dan kontrak kerja Unit Price pada proyek pembangunan di kota Medan.
12 1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan di dalam penelitian tugas akhir ini yaitu:
1. Bagi penulis, dapat dijadikan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam penelitian terhadap studi kasus di lapangan.
2. Bagi departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara, diharapkan dapat menjadi dokumen akademik (literature).
3. Bagi institut (pelaku akademis), sebagai pembelajaran dan masukan khususnya pada bidang studi manajemen rekayasa konstruksi.
4. Bagi pelaku konstruksi, dapat menjadi sumber informasi dan acuan dalam mengaplikasikan kontrak kerja pada suatu proyek.
1.6. Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan
Pada bab ini di bahas latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan pembahasan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. Tinjauan Pustaka
Berbagai literature yang berkaitan diuraikan bersesuaian dengan penelitian atau pembahasan dengan menguraikan teori yang berhubungan dengan penelitian agar memberikan gambaran yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.
BAB III. Metodologi Penelitian
Pada bab ini menjelaskan mengenai metodologi bagaimana kerangka pemikiran dari penelitian ini dan membahas tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan.
BAB IV. Analisa Data Dan Pembahasan
Pada bab ini berisi spesifikasi data yang akan digunakan dalam penelitian dan hasil pembahasan serta perhitungan penelitian.
13 BAB V. Kesimpulan Dan Saran
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dan kesimpulan yang dapat di tarik setelah dilakukan penelitian sehubungan dengan masalah yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga diberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya maupun untuk pengembangan lokasi penelitian di masa mendatang.
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kontrak
Kontrak merupakan kesepakatan antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa untuk melakukan transaksi berupa kesanggupan antara pihak penyedia jasa untuk melakukan sesuatu bagi pihak pengguna jasa, dengan sejumlah uang sebagai imbalan yang terbentuk dari hasil negosiasi dan perundingan antara kedua belah pihak. Dalam hal ini kontrak harus memiliki dua aspek utama yaitu saling menyetujui dan ada penawaran serta penerimaan (Sutadi,2005).
Menurut Keppres Nomor 12 Tahun 2021 terdapat 5 (lima) jenis kontrak antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa, yaitu kontrak lumpsum, kontrak harga satuan atau unit price, kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan, kontrak terima jadi (turn key), dan kontrak persentase. Dari kelima jenis kontrak tersebut yang sering digunakan pada suatu proyek adalah jenis kontrak lumpsum dan unit price, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakan jenis kontrak yang lain.
2.2. Pengertian Risiko (Risk)
Pada setiap kegiatan usaha termasuk usaha jasa konstruksi akan selalu muncul 2 (dua) kemungkinan yaitu adanya peluang memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara sederhana risiko dapat berarti kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan. Dalam perspektif kontraktor, risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan (peristiwa ataupun kejadian) dalam proses kegiatan usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran usaha yang telah ditetapkan (Asiyanto,2005).
Risiko hanya dapat di ambil apabila potensi dari manfaat dan kemungkinan keberhasilan lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan untuk menutupi kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam hubungannya dengan proyek maka risiko diartikan
15 sebagai dampak komulatif terjadinya ketidakpastian yang berdampak negatif
terhadap sasaran proyek (Soeharto,2001).
2.3. Identifikasi Risiko dan Level Risiko
Identifikasi risiko adalah suatu proses pengkajian risiko dan ketidakpastian yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Risiko pada proyek biasanya diklasifikasikan sebagai risiko murni, kemudian diklasifikasikan lagi berdasarkan potensi sumber risiko dan dapat pula berdasarkan dampak terhadap sasaran proyek.
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan identifikasi risiko ini adalah dengan cause and effect, yaitu menganalisis apa yang akan terjadi dan potensi akibat yang akan ditimbulkan (Soeharto,2001). Adapun kerangka dasar langkah-langkah untuk melakukan suatu pengambilan keputusan terhadap risiko adalah sebagai berikut ini:
L angka h Pengam bi lan K eput us an R is iko (R is k)
Identifikasi Risiko
Klasifikasi Risiko
Analisis Risiko
Respons Risiko
Gambar 2.1. Kerangka Umum Manajemen Risiko
Penetapan level risiko dianalisis melalui penilaian terhadap dua aspek, yaitu kemungkinan terjadinya risiko, diukur dari frekuensi kemungkinan kejadiannya, dan pengaruh dari terjadi risiko, diukur dari dampak akibatnya. Dari gabungan 2 (dua) aspek maka akan dapat ditetapkan level tiap risiko yang bersangkutan yaitu gabungan antara tingkat probabilitasnya dan tingkat pengaruhnya akan menentukan pada level apa risiko tersebut berada.
16 Level risiko (risk level) terbagi menjadi 4 (empat) golongan utama yaitu: High (H), Significant (S), Medium (M) dan Low (L) Dengan matriks dapat digambarkan tingkat level risiko, seperti pada tabel (2.1). Peristiwa yang ditinjau adalah peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko pembengkakan biaya. Adapun peristiwa risiko adalah sebagai berikut ini:
a. Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak.
b. Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order).
c. Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalnya batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material.
d. Sifat proyek dalam lingkup kerja masih baru atau belum pernah dilaksanakan sebelumnya dengan tingkat kesulitan konstruksi tertentu.
e. Perubahan, penundaan schedule atas permintaan atau interupsi owner.
f. Kelemahan pengendalian penerimaan pembayaran.
g. Kenaikan harga-harga di pasar.
h. Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain.
i. Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan.
j. Perubahan ruang lingkup pekerjaan.
2.4. Definisi Kontrak Lumpsum
Secara umum, kontrak Fixed Lump Sum Price atau kontrak Lumpsum adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh di ukur ulang atau dalam bahasa Inggris: “A Fixed Lump Sum Price Contract is a Contract where the Bill of Quantites is not subject to remeasurement” (Asiyanto, 2005). Batasan-batasan kontrak Lumpsum juga dapat di lihat seperti di bawah ini:
1. Robert D. Gilbreath dalam buku Managing Construction Contract halaman 43 menulis mengenai lumpsum sebagai berikut: “Harga Pasti” suatu harga yang pasti dan tertentu telah disetujui para pihak sebelum kontrak ditandatangani.
Harga ini tetap tidak berubah selama berlakunya kontrak dan tidak dapat di ubah kecuali karena perubahan lingkup pekerjaan atau kondisi pelaksanaan dan perintah tambahan dari pengguna jasa. Dalam kontrak Lumpsum, risiko biaya bagi pengguna jasa memberi pengawasan atas pelaksanaan dan pengikatan.
17 2. Perpres 54/2010 Pasal 51 ayat 1 yang menyatakan bahwa Kontrak Lum Sum
merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
3. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
4. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
5. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak.
6. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran . 7. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
8. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
angka 6 yang menyebutkan tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang, kerap menjadi momok yang menakutkan bagi setiap pihak terutama untuk pekerjaan konstruksi yang notabene sangat rentan dengan perubahan. Essensinya perubahan dalam sebuah pekerjaan konstruksi adalah sebuah keniscayaan.
Untuk itu perlu diurai pemahaman tentang filosofi dasar kontrak lumsum sebenarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lumsum adalah uang yang dibayarkan sekaligus untuk semua biaya (transpor, uang makan, dan sebagainya). Ini berarti lumsum mengikat kepada total biaya. KBBI menggunakan Lumsum sebagai kata serapan dari Lump-Sum.
Mengingat bahasan berada dalam lingkungan pengadaan barang/jasa, khususnya banyak dibicarakan pada pekerjaan konstruksi, maka ada baiknya diurai berdasarkan peraturan perundang-undangan konstruksi. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagai pengganti UU 18/1999 tentang Jasa Konstruksi masih belum punya aturan turunan yang menegaskan jenis kontrak. Untuk itu pemahaman dapat bersumber dari petunjuk teknis UU 18/1999 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggara Jasa Konstruksi.PP 29/2000 pasal 21 berbunyi bahwa Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum (KBBI: Lumsum) merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu
18 dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
2.4.1 Rumus Kontrak
Perpres 54/2010 dalam dasar hukumnya memasukkan PP 29/2000 pada bagian mengingat. Ini menandakan pemahaman Pasal 51 Perpres 54/2010 mengambil konsep lumsum dari PP 29/2000. Ketentuan poin 1 sampai dengan 6 pada pasal 51 adalah ketentuan lumsum sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Maka dari itu dalam memahami ketentuan kontrak lumsum tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang adalah sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Jika kondisi dilapangan, pasal 87 Perpres 54/2010, tidak sesuai dengan rencana awal maka dapat dilakukan perubahan gambar dan spesifikasi terlebih dahulu, untuk kemudian dapat saja merubah kontrak, baik pekerjaan tambah maupun pekerjaan kurang. Tentu pasal 87 adalah konsekwensi yang ditanggung oleh pihak PPK bukan karena kesalahan penyedia.
Hal ini selaras dengan pemahaman rumus kontrak:
Item Pekerjaan : Volume x Harga Satuan = Jumlah/Total
1. Item Pekerjaan : adalah output atau komponen yang membentuk daftar kuantitas dan harga.
2. Harga Satuan : adalah nilai harga per satuan item pekerjaan.
3. Volume : adalah jumlah item pekerjaan dalam satu satuan.
4. Jumlah : adalah total harga dari satu item.
5. Total : adalah total dari seluruh jumlah per item.
Komponen Item pekerjaan dalam penawaran dan kontrak penyedia tidak boleh berubah terkecuali dalam keadaan kahar atau terjadi perubahan ruang lingkup atas perintah pengguna barang/jasa.
Dari beberapa batasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontrak Lumpsum adalah kontrak pengadaan barang atau jasa untuk penyelesaian seluruh pekerjaan
19 dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga kontrak yang pasti dan tetap, serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa atau kontraktor pelaksana. Sistem kontrak Lumpsum dapat digunakan untuk jenis pekerjaan sebagai berikut ini:
20 1. Jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing
unsur atau jenis item pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spek teknisnya.
2. Jenis pekerjaan dengan anggaran tertentu yang meliputi banyak sekali jenis atau item pekerjaan atau multi paket pekerjaan yang sangat beresiko bagi pemberi tugas atas terjadinya “unpredictable cost”. Biaya yang tak terduga ini misalnya adanya klaim kontraktor akibat adanya ketidak-sempurnaan dari batasan lingkup pekerjaan, gambar lelang, spesifikasi teknis, atau Bill of Quantity yang ada. Dengan sistem kontrak ini diharapkan dapat meminimalisaikan tejadinya biaya tak terduga tersebut karena harga yang mengikat adalah total penawaran harga (volume yang tercantum dalam daftar kuantitas atau Bill of Quantity bersifat tidak mengikat).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sistem kontrak Lumpsum, antara lain yaitu:
1. Batasan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan harus jelas dinyatakan dalam spesifikasi teknis atau gambar lelang.
2. Apabila ada perbedaan lingkup pekerjaan antara yang tercantum dalam spesifikasi teknis atau gambar dengan pekerjaan yang akan dilelangkan, harus dijelaskan dalam rapat penjelasan lelang (Aanwijzing) dan di buat addendum dokumen lelang yang menjelaskan perubahan lingkup pekerjaan tersebut.
3. Penggunaan daftar kuantitas atau Bill of Quantity dalam pelelangan hanya digunakan sebagai acuan bagi kontraktor dalam mengajukan penawaran harga yang bersifat tidak mengikat dan peserta lelang harus melakukan perhitungan sendiri sebelum mengajukan penawaran.
4. Untuk mempermudah dalam hal evaluasi penawaran harga, saat rapat penjelasan lelang (Aanwijzing) harus ditegaskan bahwa apabila terdapat perbedaan antara volume pada Bill of Quantity (BQ) dengan hasil perhitungan peserta lelang maka peserta lelang tidak boleh merubah volume Bill of Quantity yang diberikan dan agar menyesuaikannya dalam harga satuan yang diajukan.
5. Dalam perhitungan volume pekerjaan yang akan dicantumkan dan Bill of Quantity harus dihindari sampai sekecil mungkin kesalahan yang mungkin
21 terjadi, karena setelah terjadi kontrak nantinya volume lebih atau kurang tidak dapat dikurangkan atau ditambahkan.
6. Pekerjaan tambah atau kurang terhadap nilai kontrak yang ada hanya boleh dilakukan apabila:
- Permintaan dari pemberi tugas untuk menambah atau mengurangi pekerjaan yang instruksinya dilakukan secara tertulis.
- Adanya perubahan gambar ataupun spesifikasi teknis dari perencana yang sudah disetujui.
- Adanya instruksi tertulis dari pengawas lapangan untuk menyempurnakan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dipastikan bahwa sangat beresiko secara struktural atau sistem tidak berfungsi tanpa adanya penyempurnaan tersebut dimana hal tersebut sebelumnya belum dinyatakan dalam spesifikasi teknik.
7. Dalam perhitungan biaya tambah/kurang harga satuan yang digunakan harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam Bill of Quantity kontrak yang bersifat mengikat.
Penyimpangan yang sering dilakukan oleh kontraktor di lapangan antara lain:
1. Kontraktor tidak mau melaksanakan pekerjaan tertentu karena item pekerjaan tidak tercantum dalam BQ.
2. Kontraktor mengajukan perhitungan perubahan pekerjaan mengacu kepada volume BQ yang ada.
3. Kontraktor melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai volume yang tercantum dalam BQ.
2.5. Definisi Kontrak Harga Satuan (Unit Price)
Secara umum, kontrak Unit Price adalah kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan di ukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan, atau dalam bahasa Inggris: “A Unit price is a contract where the Bill Quantities is subject to remeasurement”. Batasan-batasan kontrak unit price juga dapat di lihat seperti di bawah ini:
22 1. Robert D. Gilbreath dalam buku Managing Construction Contract pada
halaman 44 – 45 menulis sebagai berikut: “Harga satuan: Kontrak Harga Satuan menggambarkan variasi dari kontrak lumpsum. Mengingat lumpsum meliputi satu harga pasti atau tetap untuk semua atau beberapa bagian pekerjaan, harga satuan hanya menetapkan harga satuan dari satuan atau volume. Total nilai kontrak ditetapkan dengan mengalikan harga satuan dengan volume pekerjaan yang dilaksanakan.
2. McNeil Stokes dalam buku Construction Law in Contractor’s Language, pada halaman 34 – 35 menuliskan mengenai kontrak unit price sebagai berikut:
“Kontrak Harga Satuan: Dalam Kontrak Harga Satuan, Penyedia Jasa dibayar suatu jumlah yang pasti untuk setiap satuan pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk mneghindari sengketa mengenai berapa pekerjaan yang sesungguhnya dilaksanakan, setiap satuan pekerjaan harus ditentukan dengan tepat. Dalam menggunakan metode harga satuan, Pengguna Jasa memperkirakan risiko atas jumlah pekerjaan yang dilaksanakan termasuk perkiraan risiko pekerjaan yang dibuat Pengguna Jasa atau Perencana (Arsitek). Perkiraan ini, meskipun baru perkirann harus akurat dan oleh karena itu total biaya konstruksi dapat diperkirakan dengan tepat.
Penyedia jasa menanggung risiko kenaikan harga satuan yang tercantum dalam kontrak. Apabila Penyedia Jasa mengajukan penawaran atas dasar satuan pekerjaan, dia mendasarkan harganya atas biaya melaksanakan jumlah pekerjaan yang diantisipasi. Jika selama masa pelaksanaan pekerjaan jumlah pekerjaan tersebut banyak sekali berkurang, maka biaya per satuan pekerjaan akan lebih besar daripada yang diperkirakan. Sebaliknya, jika jumlah satuan pekerjaan tersebut banyak sekali bertambah, maka harga satuan yang dikerjakan dapat turun, sehingga harga satuan asli menjadi tinggi.
Dari beberapa batasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontrak Unit Price adalah kontrak pengadaan barang atau jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, dan sistem pembayaran kepada penyedia jasa atau
23 kontraktor pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran bersama terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan. Untuk sistem kontrak Unit Price lebih tepat digunakan untuk:
1. Jenis pekerjaan yang untuk mendapatkan keakuratan perhitungan volume pekerjaan yang pasti diperlukan adanya survey dan penelitian yang sangat dalam, detail dan sample yang sangat banyak, dan waktu yang lama sehingga biaya sangat besar. Sementara di lain pihak, pengukuran volume lebih mudah dilakukan dalam masa pelaksanaan dan pekerjaan sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan.
2. Jenis pekerjaan yang mana volume pekerjaan yang pasti sama sekali tidak dapat di peroleh sebelum pekerjaan selesai, sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan sistem kontrak Lumpsum.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sistem Kontrak Unit Price adalah:
a. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang terdiri dari banyak item pekerjaan namun volume pekerjaan sudah dapat di hitung dari gambar rencana, seperti halnya bangunan gedung. Kondisi ini menyebabkan kurang tepat apabila digunakan sistem kontrak Unit Price. Hal ini dikarenakan setiap proses pembayaran harus dilakukan pengukuran bersama di lapangan yang dapat dipastikan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya total pekerjaan belum dapat diprediksi dari awal sehingga untuk pekerjaan dengan budget tertentu sangat riskan bagi pemberi tugas.
b. Agar menghindari terjadi adanya harga satuan timpang karena harga satuan bersifat mengikat untuk perhitungan realisasi biaya kontrak. Dalam hal penawaran kontraktor terdapat harga satuan timpang untuk item pekerjaan tertentu harus dilakukan klarifikasi dan dibuat Berita Acara Kesepakatan mengenai harga satuan yang akan digunakan untuk perhitungan biaya perubahan. Dalam penggunaan sistem kontrak ini, jarang dijumpai adanya implikasi seperti halnya pada kontrak Lumpsum di atas karena kontraktor tidak terbebani oleh adanya resiko-resiko pekerjaan yang belum terprediksi pada saat pelelangan.
24 2.6. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang professor matematika University of Pittsburgh kelahiran Irak. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian di atur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Untuk langkah di dalam metode AHP diketahui yaitu sebagai berikut ini (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n merupakan banyaknya elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
𝐼𝐾 = 𝛾𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑛………..….………...………(2.1)
𝑛−1
dimana:
IK = indeks konsistensi 𝛾𝑚𝑎𝑘𝑠 = eigenvalue maks 𝑛 = ukuran matriks
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
25 8. Memeriksa konsistensi hirarki yang di ukur dalam AHP adalah rasio konsistensi
dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 % jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini kota Medan dijadikan lokasi pengumpulan data dengan pertimbangan bahwa kota Medan memiliki perkembangan industri konstruksi yang tinggi sehingga peluang terjadinya risiko juga cukup besar.
3.2. Konsep Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai peristiwa atau hubungan antar peristiwa risiko yang akan diselidiki. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan adalah metode survey yang bertujuan untuk mendapatkan opini dari responden mengenai peristiwa yang dapat menimbulkan risiko biaya.
3.3. Langkah Penelitian
Langkah penelitian merupakan suatu proses panjang yang dilakukan peneliti.
Dari ide pokok untuk memecahkan suatu masalah selanjutnya berkembang menjadi sebuah gagasan, teori, menentukan metode penelitian yang sesuai sampai dengan seterusnya. Sehingga hasil akhir menjadi sebuah karya ilmiah baru yang tiada hentinya.
Berbagai tahapan harus di tempuh hingga hasil penelitian tercapai. Tentunya yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan tiap tahap perlu dilaksanakan dengan kritis, cermat dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini:
- Merumuskan masalah dan menentukan tujuan penelitian.
- Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan.
- Melakukan penyebaran kuesioner.
- Mengolah data.
- Menarik kesimpulan.
27 3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah dengan data primer yaitu kuesioner, kemudian data sekunder nya dengan data dari perusahaan. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik sampling, yaitu teknik purposive sampling, hanya mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ahli adalah kontraktor yang telah memiliki pengalaman mengerjakan proyek dengan kontrak, khususnya kontrak lumpsum dan kontrak unit price.
3.5. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini:
3.5.1. Studi Kepustakaan
Referensi yang peneliti kumpulkan yaitu yang memiliki hubungan (relevansi) dengan penulisan pada penelitian tugas akhir ini.
3.5.2. Penetapan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah kontraktor yang berada atau beralamat di daerah Kota Medan, yang telah memiliki pengalaman mengerjakan proyek dengan kontrak lumpsum dan kontrak unit price. Adapun kategori kontraktor sebagai responden ditetapkan penulis mengacu pada daftar anggota GAPENSI kota Medan tahun 2020 yaitu dengan kualifikasi pilihan 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Adapun jumlah responden (sampel) minimal yang digunakan adalah 20 responden.
Adapun rumus untuk menetapkan jumlah sampel dengan metode purposive sampling (Zainuddin, 2002).
𝑛 = 𝑍2∝/2 (𝑝 (1 − 𝑝) 𝑁 𝑑2 (𝑁 − 1) + 𝑍2∝/2 (𝑝 (1 − 𝑝) Dimana :
n : Besar sampel
𝑍2 ∝/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-∝/2 (1.96) P : Proporsi hal yang diteliti (0.55)
D : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) N : Jumlah populasi
28 3.5.3. Kuesioner
Data yang di peroleh dari hasil penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut ini:
1. Data perusahaan
2. Pendapat responden terhadap proyek konstruksi yang dianggap lebih menguntungkan, berdasarkan jenis kontrak yang digunakan dan jenis konstruksinya.
3. Pendapat responden mengenai probabilitas segala peristiwa risiko berdasarkan pengaruh terhadap aspek biaya yaitu pembengkakan biaya. Adapun peristiwa yang dominan dapat menyebabkan timbulnya pembengkakan biaya yaitu sebagai berikut ini:
- Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak.
- Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order).
- Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalnya batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material.
- Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat kesulitan konstruksi tertentu.
- Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner.
- Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, sebagai contoh yaitu pembayaran pekerjaan yang tidak tepat pada waktunya.
- Kenaikan harga-harga di pasar.
- Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain.
- Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan.
- Perubahan ruang lingkup pekerjaan.
29 3.5.4. Analisis Data
Setelah pengumpulan data melalui kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisa data. Metode yang digunakan adalah metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Metode ini membuat penilaian tentang kepentingan di antara alternatif-alternatif keputusan di bawah kriteria tertentu sehingga di peroleh bobot (scoring) dari masing-masing alternatif dengan menggunakan skalaskala tertentu. Untuk langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut ini:
1. Mendefinisikan masalah apa yang tidak sesuai dengan rencana.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum lalu dilanjutkan dengan subtujuan. Kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkat kriteria paling bawah.
3. Mengumpulkan data dengan membuat kuisioner berdasarkan struktur hirarki, lalu ditabulasikan agar mudah dalam mengolah data nantinya.
4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dengan menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasnya. Perbandingan yang dilakukan berdasarkan
“judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.
5. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga di peroleh judgement
seluruhnya sebanyak n x {(n-1)/2} dengan n adalah elemen yang dibandingkan.
6. Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok elemen selesai dibentuk maka langkah selanjutnya adalah mengukur bobot prioritas setiap elemen.
7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih besar dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki dengan melakukan normalisasi kemudian kembali melakukan langkah 5 dan 6 sampai diperoleh nilai ≤ 10%.
30 3.5.5. Analisis Hasil
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data akan di peroleh hasil berupa ranking atau daftar bobot prioritas dari hasil scoring terhadap kriteria-kriteria dan subkriteria-subkriteria yang telah ada. Berdasarkan bobot prioritas setiap kriteria dan subkriteria tersebut maka di peroleh perbandingan risiko proyek berdasarkan jenis kontrak yang digunakan yaitu kontrak lumpsum dan kontrak unit price.
3.6. Teknik Sampling
Fungsi utama teknik sampling adalah menentukan sampel pada suatu penelitian.
Teknik sampling dikelompokkan lagi menjadi sampling probabilitas dan non probabilitas (Sugiyono,2001). Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel non probabilitas yaitu: purposive sampling. Adapun alasan pemilihan metode ini dikarenakan pengambilan sampel berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.
31 3.7. Diagram Alir (Flowchart) Penelitian
Gambar 3.7 Diagram Alir (Flowchart) Penelitian
32 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendahuluan
Dalam bab ini Mengulas serta menjabarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, pada bab ini juga dilakukan proses penetuan skala penilaian dan penaksiran parameter yang dimaksudkan untuk mengetahui nilai kemungkinan dan besarnya kerugian yang terjadi. Data hasil penyebaran kuesioner yang terkumpul dianalisis untuk mendapatkan nilai probabilitas risiko berdasarkan dampak yang ditimbulkannya terhadap pembengkakan biaya
Pada analisis hasil dapat diketahui perbandingan risiko proyek berdasarkan jenis kontrak yang digunakan yaitu kontrak lumpsum dan unit price sehingga hasil yang didapat bisa digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan untuk memilih proyek yang akan dilaksanakan kemudian dapat dibandingkan lagi dengan pendapat awal responden mengenai kedua proyek tersebut.
Berikut ini diberikan dua kriteria jenis kontrak pada proyek kontruksi di kota Medan.
Faktor Penjelasan
a. Jenis Kontrak Lumpsum Menurut ( Perpres nomor 12 tahun 2021):
1. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa
2. Berorientasi kepada kcluaran; dan 3. Pembayaran didasarkan pada tahapan
produk/keiuaran yang dihasilkan sesuai dengan Kontrak.
b. Jenis Kontrak Unit Price
Menurut (Perpres nomor 12 tahun 2021):
1. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani.
2. pembaya-ran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas realisasi volume pekerjaan.
3. nilai akhir Kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.
33 Dari Hasil Observasi maka didapat beberapa paket kontrak Lumpsum dan Unit price di Kota medan, Berikut tabel pengelompokan jenis kontrak Konstruksi di Kota Medan.
No Jenis Kontrak
1 Pemeliharaan jalan – Pengaspalan jalan di jl.Tuasan, Kec. Medan Tembung Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
Tanggal pembuatan kontrak : 22 juli 2020 Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Konstruksi
Jenis Kontrak : Kontrak Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan Nilai Paket : Rp. 4.848.800.000,00
2 Pemeliharaan jalan – pengaspalan jalan di jl. Pukat V, Kec. Medan Tembung Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
Tanggal Pembuatan Kontrak : 22 juli 2020 Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Konstruksi
Jenis Kontrak : Kontrak Gabungan Lumpsum dan Unit Price Nilai paket : Rp. 2.360.000.000,00
3 Pembangunan jembatan Sicanang, Kec. Medan Belawan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan
Tanggal pembuatan Kontrak : 14 Mei 2020 Jenis Pekerjaan : Pekerjaan konstruksi Jenis Kontrak : Kontrak Lumpsum Nilai Paket : Rp. 15.000.000.000,00
4 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan - Pengaspalan Jalan di jl.Sutomo ujung, Kec. Medan Timur
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan Jenis Pekerjaan : Pekerjaan konstruksi
Jenis Kontrak : Kontrak Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan Nilai paket : Rp. 1.400.000.000,00
5 Pemeliharaan Jalan – Pengaspalan jalan di jl. Damar Raya, Kel. P.Brayan Barat II, Kec. Medan Timur
Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan Tanggal Pembuatan : 30 agustus 2019 Jenis pekerjaan : pekerjaan konstruksi
Jenis Kontrak : Kontrak Gabungan Lumpsum dan Unit price Nilai Paket : Rp. 320.000.000,00
6 Pembangunan Pasar Aksara Baru – jl. Mesjid No.71, Kec. Medan Timur, Bantan Timur kota Medan, Sumatera Utara.
Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tanggal Pembuatan : 19 Agustus 2020
Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Konstruksi Jenis Kontrak : Kontrak Unit Price Nilai Paket : 97.880.908.000,00
34 4.2. Perbandingan Keuntungan antar Jenis Kontrak
Hasil data kuisioner level I berdasarkan pendapat ahli mengenai proyek mana yang rata-rata memberi keuntungan dari segi tingkat risiko yang dihadapi berdasarkan jenis kontrak dan jenis konstruksinya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Keuntungan kontrak Lumpsum berdasarkan jenis kontruksinya
Jenis Kontruksi Konstruksi Jalan Konstruksi Gedung Konstruksi Bangunan Air Total Jumlah Responden
Memilih 10 2 0 12
Persentase 83,33% 16,67% 0% 100%
Tabel 2. Keuntungan kontrak Unit Price berdasarkan jenis kontruksinya
Jenis Kontruksi Konstruksi Jalan Konstruksi Gedung Konstruksi Bangunan Air Total Jumlah Responden
Memilih 2 6 0 8
Persentase 25% 75% 0% 100%
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebesar 83,33% responden yaitu kontraktor ahli di Kota Medan menyatakan bahwa Kontrak Lumpsum lebih memberi keuntungan dari segi tingkat risiko yang dihadapi dibandingkan dengan Kontrak Unit Price. Sedangkan berdasarkan jenis kontruksinya, konstruksi jalan lebih memberi keuntungan dari segi tingkat risiko yang dihadapi dibandingkan dengan jenis kontruksi gedung maupun bangunan air.
4.3. Perbandingan Risiko Biaya Kontrak Lumpsum dan Kontrak Unit Price menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
Hasil data kuesioner level II dan level III mengenai prioritas antar faktor risiko biaya dan prioritas antar jenis kontrak dianalisis menggunakan metode Analytic Hierarchy Process, sehingga diperoleh bobot dari masing-masing kriteria dan alternatif yang digunakan untuk menentukan jenis kontrak yang memiliki tingkat risiko paling tinggi menyebabkan pembengkakan biaya.
4.3.1. Pembobotan kriteria
35 Bobot penilaian yang diperoleh pada masing-masing penilaian kuisioner yang dilakukan oleh 20 ahli kontraktor di Kota Medan memberikan nilai yang berbeda, sehingga bobot penilaian yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan perhitungan rata-rata geometric (Geometric Mean). Tabel 3 berikut merupakan tabel matriks perbandingan berpasangan antar kriteria risiko pembengkakan biaya hasil perhitungan Geometric Mean dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3. Matriks perbandingan berpasangan antar kriteria risiko pembengkakan biaya
Kriteria X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Total Baris
X1 1.00 0.28 0.77 0.79 1.80 0.37 0.70 1.12 2.05 1.32 10.20
X2 3.62 1.00 1.75 0.91 0.33 0.64 0.25 0.53 1.15 2.43 12.60
X3 1.30 0.57 1.00 0.44 1.47 0.53 1.09 1.22 2.21 0.49 10.32
X4 1.26 1.10 2.27 1.00 0.90 0.73 0.68 1.28 1.21 0.20 10.64
X5 0.56 3.00 0.68 1.11 1.00 0.58 0.48 2.05 0.51 0.62 10.58
X6 2.71 1.55 1.89 1.38 1.72 1.00 1.55 2.41 2.57 1.79 18.57
X7 1.43 4.04 0.92 1.48 2.07 0.64 1.00 2.05 1.21 1.62 16.47
X8 0.90 1.90 0.82 0.78 0.49 0.42 0.49 1.00 1.94 0.67 9.41
X9 0.49 0.87 0.45 0.82 1.95 0.39 0.82 0.51 1.00 0.44 7.75
X10 0.76 0.41 2.05 4.88 1.62 0.56 0.62 1.48 2.29 1.00 15.67
Total
Kolom 14.02 14.74 12.59 13.59 13.37 5.86 7.67 13.65 16.15 10.58 122.21
Selanjutnya dilakukan normalisasi bobot penilaian perbandingan berpasangan antar kriteria. Perhitungan normalisasi dilakukan dengan membagi bobot penilaian dengan total kolom. Hasil normalisasi ditunjukkan pada Tabel 4 dan perhitungannya terlampir pada Lampiran 3.
Tabel 4. Matriks normalisasi perbandingan berpasangan antar kriteria
Kriteria X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Total Baris
X1 0.07 0.02 0.06 0.06 0.13 0.06 0.09 0.08 0.13 0.12 0.83
X2 0.26 0.07 0.14 0.07 0.02 0.11 0.03 0.04 0.07 0.23 1.04
X3 0.09 0.04 0.08 0.03 0.11 0.09 0.14 0.09 0.14 0.05 0.86
X4 0.09 0.07 0.18 0.07 0.07 0.12 0.09 0.09 0.08 0.02 0.89
X5 0.04 0.20 0.05 0.08 0.07 0.10 0.06 0.15 0.03 0.06 0.86
X6 0.19 0.11 0.15 0.10 0.13 0.17 0.20 0.18 0.16 0.17 1.56
X7 0.10 0.27 0.07 0.11 0.16 0.11 0.13 0.15 0.08 0.15 1.33
X8 0.06 0.13 0.07 0.06 0.04 0.07 0.06 0.07 0.12 0.06 0.74
X9 0.03 0.06 0.04 0.06 0.15 0.07 0.11 0.04 0.06 0.04 0.65
X10 0.05 0.03 0.16 0.36 0.12 0.10 0.08 0.11 0.14 0.09 1.25
Total
Kolom 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 10.00
Setelah diperoleh matriks normalisasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4,
36 kemudian dilakukan perhitungan bobot kriteria risiko pembengkakan biaya. Dimana bobot kriteria risiko pembengkakan biaya diperoleh dari pembagian antara nilai masing-masing total baris pada hasil normalisasi terhadap banyaknya jumlah kriteria risiko pembengkakan biaya yang digunakan. Adapun hasil perhitungan bobot kriteria risiko pembengkakan biaya dapat dilihat pada tabel berikut dan perhitungannya terlampir pada Lampiran 4.
Tabel 5. Bobot kriteria risiko pembengkakan biaya Kriteria Risiko Pembengkakan Biaya Bobot X1 Perbedaan kondisi site lapangan 0.08 X2 Pengadaan pekerjaan tambah kurang 0.10 X3 Lingkup kerja yang tidak lengkap 0.09
X4 Sifat proyek masih baru 0.09
X5 Perubahan schedule pekerjaan 0.09
X6 Keterlambatan pembayaran biaya proyek 0.16 X7 Kenaikan harga material di pasar 0.13 X8 Pekerjaan ulang karena perubahan desain 0.07 X9 Kelebihan jumlah material dari perkiraan 0.07 X10 Perubahan ruang lingkup pekerjaan 0.12
Tabel 5 memberikan informasi bahwa dengan bobot tertinggi sebesar 16% kriteria atau peristiwa keterlambatan pembayaran biaya proyek merupakan peristiwa yang paling dominan menyebabkan risiko pembengkakan biaya pada proyek kontruksi di Kota Medan.
Seterusnya kriteria atau peristiwa kedua dan ketiga paling dominan adalah peristiwa kenaikan harga material di pasar dan perubahan ruang lingkup pekerjaan dengan bobot masing-masing sebesar 13% dan 12%. Sementara untuk peristiwa dengan bobot terendah adalah peristiwa perbedaan kondisi site lapangan, yaitu sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa perbedaan kondisi site lapangan menyebabkan risiko pembengkakan biaya yang minim dibandingkan 10 kriteria peristiwa lainnya.
4.3.2. Perhitungan rasio konsitensi
Perhitungan nilai rasio konsistensi (CR) diukur dalam metode AHP untuk menghasilkan matriks perbandingan dan keputusan mendekati valid sesuai dengan logika perbandingan. Pemeriksaan konsistensi hirarki yang di ukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Tabel 6 berikut merupakan tabel nilai bobot
37 vektor dan nilai vektor konsistensi dan perhitungannya terlampir pada Lampiran 5.
Tabel 6. Hasil perhitungan bobot vektor dan nilai vektor konsistensi Bobot Faktor (Weight Sum Vector) Vektor Konsistensi
0.93 11.63
1.21 12.10
0.94 10.44
0.98 10.89
1.02 6.38
1.75 13.46
1.59 12.23
0.87 12.43
0.74 10.57
1.41 11.75
Total Vektor Konsistensi 111.88
Setelah diperoleh nilai total vektor konsistensi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5, kemudian dilakukan perhitungan nilai Maximum Eigen Value (λ) dan Consistency Index (CI). Adapun perhitungan nilai Maximum Eigen Value (λ) dan Consistency Index (CI) sebagai berikut.
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐸𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (λ) = Total Vektor Konsistensi 𝑁
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐸𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (λ) = 111.88 10 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐸𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (λ) = 11.18
Nilai Consistency Index (CI) untuk matriks berordo 10 adalah sebagai berikut.
𝐶𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (CI) =(𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐸𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (λ) − 𝑛) (𝑛 − 1)
𝐶𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (CI) =(11.18 − 10) (10 − 1) 𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (CI) = (1.18)
(9) = 0.13
Setelah diperoleh nilai Consistency Index (CI) maka dapat dilakukan perhitungan
38 nilai rasio konsistensi (CR) dengan diketahui nilai Random Index (RI) untuk matriks berordo 10 adalah 1.49. Nilai Random Index (RI) adalah sebuah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang dipertimbangkan, nilai ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Nilai Random Index (RI)
Ordo Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Random Index 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Sumber : Saaty (1980)
Rasio Konsistensi (CR) =𝐶𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (CI) 𝑅𝑎𝑛𝑑𝑜𝑚 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (RI)
Rasio Konsistensi (CR) =0.13
1.49= 0.09
Nilai rasio konsistensi (CR) yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya sebesar 0.09 dan nilai tersebut telah memenuhi syarat konsistensi yaitu bernilai kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbandingan berpasangan pada kriteria risiko pembengkakan biaya pada proyek konstruksi di Kota Medan adalah konsisten. Sehingga, bobot kriteria risiko pembengkakan biaya dapat diterima.
4.3.3. Pembobotan alternatif
Sebagaimana pada bobot penilaian kriteria risiko pembengkakan biaya, pada bobot penilaian alternative juga terlebih dahulu dilakukan perhitungan rata-rata geometric (Geometric Mean). Tabel 8 yaitu tabel matriks perbandingan berpasangan antar alternatif hasil perhitungan menggunakan metode Geometric Mean dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 8. Matriks perbandingan berpasangan antar alternatif
Kriteria Alternatif Alternatif Total
Baris Kontrak Lupsum Kontrak Unit Price
Perbedaan kondisi site lapangan (X1)
Kontrak Lumpsum 1 0.56 1.56
Kontrak Unit Price 1.78 1 2.78
Pengadaan
pekerjaan tambah kurang (X2)
Kontrak Lumpsum 1 2.44 3.44
Kontrak Unit Price 0.40 1 1.40
Lingkup kerja yang tidak lengkap (X3)
Kontrak Lumpsum 1 2.48 3.48
Kontrak Unit Price 0.40 1 1.40
Sifat proyek masih baru (X4)
Kontrak Lumpsum 1 2.14 3.14
Kontrak Unit Price 0.47 1 1.47