• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPOLOGI FASAD RUKO PADA KORIDOR JALAN GAGAK HITAM DAN JALAN A.H. NASUTION MEDAN SKRIPSI WIDYA KHAIRUNNISA RANGKUTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TIPOLOGI FASAD RUKO PADA KORIDOR JALAN GAGAK HITAM DAN JALAN A.H. NASUTION MEDAN SKRIPSI WIDYA KHAIRUNNISA RANGKUTI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

TIPOLOGI FASAD RUKO PADA KORIDOR JALAN GAGAK HITAM DAN JALAN A.H. NASUTION MEDAN

SKRIPSI

OLEH

WIDYA KHAIRUNNISA RANGKUTI 150406059

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

(2)

TIPOLOGI FASAD RUKO PADA KORIDOR JALAN GAGAK HITAM DAN JALAN A.H. NASUTION MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh

WIDYA KHAIRUNNISA RANGKUTI 150406059

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

(3)

PERNYATAAN

TIPOLOGI FASAD RUKO PADA KORIDOR JALAN GAGAK HITAM DAN JALAN A.H. NASUTION MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 25 Juni 2020

(Widya Khairunnisa Rangkuti)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Judul Skripsi : Tipologi Fasad Ruko Pada Koridor Jalan Gagak Hitam Dan Jalan A.H. Nasution Medan

Nama Mahasiswa : Widya Khairunnisa Rangkuti

Nomor Pokok : 150406059

Departemen : Arsitektur

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Ir. Novrial, M.Eng.) NIP. 196603031993031002

Ketua Departemen Arsitektur

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., IPM) NIP. 196305271993032005

Tanggal Lulus: 21 Desember 2020

Universitas Sumatera Utara

(5)

Telah diuji pada Tanggal: 25 Juni 2020

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Novrial, M.Eng

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Imam Faisal Pane, S.T., M.T.

2. Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

Universitas Sumatera Utara

(6)

SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI

Nama : Widya Khairunnisa Rangkuti

NIM : 150406059

Judul Skripsi : Tipologi Fasad Ruko Pada Koridor Jalan Gagak Hitam Dan Jalan A.H. Nasution Medan

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status Waktu Pengumpulan Laporan Paraf

1 Lulus Langsung

2

Lulus Dengan Perbaikan Kecil

3

Lulus Dengan Perbaikan Sedang

4

Lulus Dengan Perbaikan Besar

Medan, 25 Juni 2020

Ketua Penguji, Ketua Departemen Arsitektur,

(Ir. Novrial, M.Eng.) (Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., IPM)

NIP. 196603031993031002 NIP. 196305271993032005

Universitas Sumatera Utara

(7)

i ABSTRAK

Fasad sebagai elemen representatif suatu karya arsitektur dapat menjadi indikator kondisi sosial budaya, spiritual, dan konstelasi ekonomi pada masa tertentu. Munculnya bangunan-bangunan baru di Kota Medan menghadapkan pada perubahan wajah kota yang terjadi dengan cepat diiringi meningkatnya kebutuhan pemanfaatan ruang dan variasi desain fasad bangunan. Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution sebagai jalan lingkar luar kota Medan berkembang pesat dengan berbagai jenis fungsi dengan dominasi bangunan jenis ruko yang menghasilkan tipologi fasad yang dapat dikelompokkan dan dicari perbedaannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan tipologi fasad ruko di Koridor Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution. Peneliti mengumpulkan data dari area penelitian dan membuat model dua dimensi untuk mengidentifikasi elemen dan komposisi fasad objek penelitian. Ditemukan bahwa tidak ada tipe khusus yang menjadi standar karakter ruko yang ada di kedua koridor jalan tersebut.

Kata kunci : Ruko, fasad, tipologi, jalan lingkar luar

Universitas Sumatera Utara

(8)

ii ABSTRACT

The facade as a representative element of an architectural work can indicate the socio-cultural, spiritual, and economic constellation conditions at a particular time. The emergence of new buildings in the city of Medan is facing a rapid change in the city's face, accompanied by increasing needs for space utilization and variations in building facade designs. Gagak Hitam and A.H.

Nasution street, as the outer ring road of the city of Medan, are overgrowing with various types of functions with the dominance of shop-type buildings, which produce a typology of facades that can be grouped and looked for differences.

This study aims to find the typology of shop façades in the corridor of Gagak Hitam and A.H. Nasution street. The researcher collected data from the research area and created a two-dimensional model to identify the elements and composition of the research object's facade. It was found that there is no specific type standard for the character of the shophouses in the two corridors.

Keywords : shophouse, façade, typology, outer ring road

Universitas Sumatera Utara

(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi dengan judul “Tipologi Fasad Ruko pada Koridor Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution Medan”

diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Semua kekurangan dan kendala yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini merupakan bagian dari sistem yang tidak bisa dihindari. Namun, proses itu menjadi motivasi dan cermin bagi penulis untuk menghasilkan karya-karya kontributif yang lebih baik di masa depan.

Penulis mendapat dukungan morel dan materiel dari banyak pihak selama penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis bermaksud menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Rinaldi Rangkuti dan Ibu Dewi Asih Angkasari;

2. Kedua saudara penulis, Bang Ardi dan Rifqi;

3. Ketua Departemen Arsitektur USU, Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., IPM.;

4. Ketua komisi penguji skripsi, Bapak Ir. Novrial, M. Eng yang juga merupakan dosen pembimbing dan dosen wali penulis;

5. Anggota komisi penguji skripsi, Bapak Dr. Imam Faisal, S.T., M.T.

dan Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T;

Universitas Sumatera Utara

(10)

iv 6. Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff, serta pegawai Departemen

Arsitektur USU;

7. Sahabat dan teman-teman Arsitektur USU stambuk 2015, Dinda Hani, Mita, Tri Jupiter, Hastari, Nurul, dan yang lain;

8. Teman-teman seperjuangan SPLB 2 dan Skripsi Riset Arsitektur terutama Nila, Rizky, dan Afif;

9. Adik dan kakak keluarga Sesepuh Squad, Adel, Kimmy, Odin, Kak Ertha, Kak Yoanna, Kak Nadya, Zita, Kak Citra, Kak Liani, Safira, Kak Maira, dan yang lain;

10. Teman dan pendengar baik penulis, Ezqa, Haris, Amelia, Faisal, dan Dina;

11. Adik-adik Arsitektur USU stambuk 2016 yang turut membantu kelengkapan data sekunder skripsi;

12. Pihak lain yang secara tidak langsung membantu kelancaran penulis dalam penyelesaian skripsi tapi belum disebut.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk banyak kalangan akademisi, terutama dalam bidang ilmu arsitektural di masa depan.

Medan, 25 Juni 2020

Penulis

Universitas Sumatera Utara

(11)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 2

1.6 Kerangka Berpikir ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tipologi ... 5

2.2 Fasad Bangunan ... 7

2.2.1 Pengertian Fasad Bangunan ... 7

2.2.2 Elemen Pembentuk Fasad Bangunan ... 7

Universitas Sumatera Utara

(12)

vi

2.2.3 Komposisi Fasad ... 18

2.3 Ruko ... 20

2.3.1 Sejarah Ruko ... 21

2.3.2 Ruko di Kota Medan ... 22

2.4 Tinjauan Penelitian Sejenis ... 23

2.4.1 Tipologi Fasad Bangunan di Jalan Kawi Atas Kota Malang ... 23

2.4.2 Tipologi Fasad Bangunan Komersial di Kawasan Koridor Jalan Soekarno-Hatta Malang ... 24

2.4.3 Tipologi Fasad Pertokoan di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar 25 2.4.4 Tipologi Fasad Bangunan Pada Penggal Jalan Permukiman Perkotaan (Studi Kasus: Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat) .... 26

2.4.5 Tipologi Fasad Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Metode Penelitian ... 36

3.2 Metode Penentuan Variabel ... 36

3.3 Sampel ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Kawasan Penelitian ... 42

3.6 Metode Analisis Data ... 42

Universitas Sumatera Utara

(13)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Gambaran Umum Kawasan Penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Jalan Gagak Hitam ... 44

4.1.3 Gambaran Umum Jalan A.H. Nasution Medan... 44

4.2 Hubungan Bangunan dan Aspek Sosial di Lokasi Penelitian ... 45

4.3 Analisis Tipologi Fasad ... 47

4.3.1 Analisis Elemen Fasad Ruko di Jalan Gagak Hitam Medan ... 47

4.3.2 Analisis Komposisi Fasad di Jalan Gagak Hitam ... 70

4.3.3 Analisis Elemen Fasad Bangunan di Jalan A.H. Nasution Medan ... 98

4.3.4 Analisis Komposisi Fasad di Jalan A.H. Nasution ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

5.1 Kesimpulan ... 150

5.2 Saran ... 150

Universitas Sumatera Utara

(14)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesimpulan Tinjauan Penelitian Terdahulu……….…..30 Tabel 3.1 Metode Penentuan Variabel………..……….37 Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data………..…………..39 Tabel 4.1 Fasad Bangunan Eksisting Sampel Jl. Gagak Hitam………….…48 Tabel 4.2 Bentuk Atap Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam………..…53 Tabel 4.3 Bentuk Jendela Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam………….….56 Tabel 4.4 Bentuk Pintu Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam……….…60 Tabel 4.5 Bentuk Riasan/Ornamen Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam…...66 Tabel 4.6 Geometri Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam …………...……...71 Tabel 4.7 Simetri Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam ………..…75 Tabel 4.8 Ritme Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam ………82 Tabel 4.9 Skala Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam …...………...…88 Tabel 4.10 Fasad Bangunan Eksisting Sampel Jl. A.H. Nasution…………...99 Tabel 4.11 Bentuk Atap Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………..105 Tabel 4.12 Bentuk Jendela Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………..…108 Tabel 4.13 Bentuk Pintu Masuk Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution……..114 Tabel 4.14 Bentuk Riasan/Ornamen Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution...119 Tabel 4.15 Geometri Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………...….121 Tabel 4.16 Simetri Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………...…125 Tabel 4.17 Ritme Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………...132 Tabel 4.18 Skala dan Proporsi Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution……....139

Universitas Sumatera Utara

(15)

ix Tabel 5.1 Karakter Elemen Fasad Ruko di Penggal Jalan Gagak Hitam dan

Jalan A.H. Nasution………....147 Tabel 5.2 Karakter Komposisi Fasad Ruko di Penggal Jalan Gagak Hitam dan

Jalan A.H. Nasution………....148

Universitas Sumatera Utara

(16)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ………3

Gambar 2.1 Tampak Atap Datar………8

Gambar 2.2 Atap Datar..………8

Gambar 2.3 Tampak Atap Sandar...………9

Gambar 2.4 Atap Sandar ………..……… 9

Gambar 2.5 Tampak Atap Pelana……….…….10

Gambar 2.6 Atap Pelana …………...………10

Gambar 2.7 Tampak Atap Perisai……….…….10

Gambar 2.8 Ilustrasi Atap Perisai……….…….10

Gambar 2.9 Tampak Atap Tenda……….……..11

Gambar 2.10 Tampak Atap Menara ……….…12

Gambar 2.11 Atap Menara………..………...……….…..12

Gambar 2.12 Tampak Atap Joglo………...……….…..12

Gambar 2.13 Atap Joglo. ………12

Gambar 2.14 Tampak Atap Setengah Bola………...……….…..13

Gambar 2.15 Tampak Atap Gergaji………..……….…..14

Gambar 2.16 Atap Gergaji……….…..14

Gambar 2.17 Tampak Atap Silang………..………..…..14

Gambar 2.18 Tampak Atap Gabungan……….…...15

Gambar 2.19 Pintu Double Swing………..……….…....16

Gambar 2.20 Pintu Single Swing………..………….…..16

Gambar 2.21 Folding Gate………..……….…………...16

Universitas Sumatera Utara

(17)

xi

Gambar 2.22 Pintu Lipat………..……….…………...16

Gambar 2.23 Rolling Door………..……….…………...17

Gambar 2.24 Ruko di Singapura………..………...21

Gambar 2.25 Ruko Minimalis………..………...21

Gambar 2.26 Ruko Etnis Cina 1900-an………..……...22

Gambar 2.27 Ruko di Kesawan Lampau………..……...23

Gambar 2.28 Ruko Modern di Medan………..……...23

Gambar 3.1 Sampel Ruko di Jl. Gagak Hitam………...37

Gambar 3.2 Sampel Ruko di Jl. A.H. Nasution………..……...38

Gambar 4.1 Posisi Geografis Kota Medan………...43

Gambar 4.2 Medan Sunggal………..………...44

Gambar 4.3 Kawasan sampel Jl. Gagak Hitam………..…...44

Gambar 4.4 Medan Amplas………...45

Gambar 4.5 Kawasan sampel Jl. A.H. Nasution………...45

Gambar 4.6 Jalur Lingkar Luar Selatan Kota Medan………...…….45

Gambar 4.7 Tipe Ruko Tidak Teratur di Jl. Gagak Hitam………...….46

Gambar 4.8 Tipe Ruko Tidak Teratur di Jl. A.H. Nasution……...………...46

Gambar 4.9 Ruko teratur di Jl. A.H. Nasution…………...………...46

Gambar 4.10 Ruko teratur di Jl. Gagak Hitam………...……….46

Gambar 4.11 Fasad Eksisting Bangunan Sampel Jl. Gagak Hitam……….…47

Gambar 4.12 Fasad Eksisting Bangunan Sampel Jl. A.H. Nasution………...9

Universitas Sumatera Utara

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fasad atau wajah adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan dari suatu produk desain bangunan dan bahkan merupakan bagian terpenting, karena elemen inilah yang merepresentasi suatu karya arsitektur. Selain itu, fasad juga berfungsi sebagai alat perekam sejarah peradaban manusia. Dengan mengamati dan mempelajari desain fasad dan kondisi sosial budaya, kehidupan spiritual, bahkan konstelasi ekonomi dan politik pada masa tertentu dapat diketahui. (Kamurahan dkk., 2014)

Munculnya bangunan-bangunan baru di Kota Medan menghadapkan kota Medan pada perubahan wajah kota. Pembangunan bangunan-bangunan baru ini terjadi dengan sangat cepat, dikarenakan kebutuhan pemanfaatan ruang yang semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan ruang, maka kebutuhan dan selera desain wajah bangunan semakin bervariasi.

Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution sebagai jalan lingkar luar (outer ring road) kota Medan berkembang pesat dengan berbagai jenis fungsi.

Kedua koridor jalan ini menunjukkan pemanfaatan ruang dengan dominasi bangunan jenis ruko. Ragam ruko ini akan menghasilkan tipologi fasad. Tipologi adalah sebuah sifat struktur dan bentuk objek arsitektural dikelompokkan bersama, dicari perbedaannya dan diulang. Hasil kajian tipologi fasad ini diharapkan dapat berguna untuk peneliti, pembaca, dan pengembang.

Universitas Sumatera Utara

(19)

2 1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana tipologi fasad ruko pada Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H.

Nasution?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk menemukan tipologi fasad ruko di Koridor Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan yang akan diteliti adalah fasad bangunan dan elemen penyusun fasad pada bangunan dalam skala makro.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi tipologi fasad bangunan di masa sekarang untuk penelitian di masa mendatang. Kajian ini juga dapat menjadi referensi ilmu pengetahuan bagi masyarakat awam sebagai edukasi dalam mengidentifikasi fasad dan elemennya.

Universitas Sumatera Utara

(20)

3 1.6 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG

 Fasad sebagai elemen yang merepresentasi sebuah karya arsitektur bervariasi seiring beragamnya kebutuhan ruang. Mengidentifikasi tipe fasad bangunan yang terbentuk dapat memberi gambaran sebuah kawasan.

 Bangunan di koridor Jalan Gagak Hitam Medan dan Jalan A.H. Nasution Medan didominasi oleh ruko.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana tipologi fasad ruko di Koridor Jalan Gagak Hitam Medan dan Jalan A.H.

Nasution Medan?

TUJUAN

Mengidentifikasi dan menganalisis tipologi fasad ruko di Koridor Jalan Gagak Hitam Medan dan Jalan A.H. Nasution Medan.

BATASAN MASALAH Fasad bangunan dan elemen penyusun fasad pada bangunan

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

Data yang dicari adalah foto dan data pada unit bangunan yang berperan sebagai sampel.

Foto dan data difokuskan pada keseluruhan fasad dan tiap-tiap elemen dan komposisi pembentuk fasad sampel ruko di penggal Jl.

Gagak Hitam Medan dan Jalan A.H.

Nasution Medan.

Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari data penelitian terdahulu mengenai studi tipologi fasad ruko di koridor jalan.

ANALISIS DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 1. 1 Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara

(21)

4 1.7 Sistematika Penulisan

Pembagian sub bab-sub bab pada Laporan Penelitian ini yang bertujuan untuk lebih memahami materi-materi yang ada disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi uraian teori tentang penjabaran landasan teori dan standar dari tipologi, elemen dan komposisi fasad bangunan, ruko, dan tinjauan dari penelitian sejenis.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi metode penelitian, yang berisi jenis dan metode umum penelitian, lokasi dan objek penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil dan pembahasan, yang berisi tinjauan Kota Medan dan kawasan studi serta analisis tipologi fasad ruko.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan tipologi fasad ruko di kawasan studi dan saran.

Universitas Sumatera Utara

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tipologi

Tipologi berasal dari bahasa Yunani yaitu typos dan type dalam bahasa Inggris yang artinya dalah tipe atau karakter. Tipologi adalah ilmu atau kegiatan studi atau teori untuk mencari jenis dan mengklasifikasi sebuah objek dan harus didasarkan pada variabel-variabel bersangkutan yang mampu menjelaskan fenomena sebuah objek dalam konteks ini adalah objek arsitektural (Lang, 2005;

Setyoaji, 2018). Kajian tipologi dilakukan dengan upaya untuk mencari kesamaan elemen-elemen yang dimiliki suatu objek (Satriaji, 2018).

Tipologi adalah sebuah konsep yang mendeskripsikan sebuah kelompok objek atas dasar pada kesamaan karakter bentuk-bentuk dasarnya. Tipologi berlandaskan pada kemungkinan pengelompokan beberapa objek kerena mempunyai kesamaan sifat-sifat dasar. Dengan demikian, arsitektur dapat diartikan sebagai cara terbentuknya elemen tipologi, termasuk di dalamnya struktur bentuk, sehingga dapat mencirikan sebuah karya yang utuh (Moneo;

Setyowati, 2014).

Masalah potensial yang digunakan dalam tipologi adalah terfokus pada klasifikasi berdasarkan kesamaan antara contoh dan perbedaannya (Scneekloth &

Franck, 1994; Lang, 2005).

Tipologi bangunan adalah ilmu probabilitas penggabungan elemen dengan tipe yang tujuannya untuk mendapatkan klasifikasi organisme arsitektural. Tipe

Universitas Sumatera Utara

(23)

6 berperan sebagai alat untuk menggabungkan elemen-elemen sehingga ditemukan klasifikasi. Tipologi tidak hanya mengelompokkan bangunan, tetapi sudah mencakup komponen – komponen suatu kota, seperti : jalan, taman, dan sebagainya (Aymonio, 1966; Santoso M., 1997).

Tipologi merujuk pada konsep dan konsistensi yang memudahkan masyarakat mengidentifikasi bagian-bagian arsitektur (Trancik, 1986; Aisy &

Anisa, 2020).

Dalam segi metode, tipologi adalah pendekatan yang membedakan atribut koherensi arsitektural dan mengidentifikasinya sebagai karakteristik dengan tujuan untuk membandingkan antar atribut abstrak dari konteks lain agar dapat didefenisikan kesamaan atau perbedaannya (Pfeifer dan Brauneck, 2008;

Romantiaulia, 2018). Metode tipologi dilakukan dengan cara menyusun klasifikasi bangunan berdasarkan gaya dan meringkasnya dalam bentuk diagram.

Sebuah tipe muncul ketika diperlukan respon terhadap perubahan sosial dan kondisi perkotaan (Durrand; Setyowati, 2014).

Ada empat tahapan yang harus ditempuh dalam analisis tipologi, yaitu menentukan skala, merunuskan klasifikasi, elaborasi hasil identifikasi berdasar klasifikasi untuk menghasilkan konsep-tipe, dan membangun dialog korelatif antar tipe untuk merumuskan tipe. Selanjutnya dan tipe yang dihasilkan dapat dibahas (dimaknai) lebih jauh berdasarkan karakter penelitian untuk menemukan solusi desainnya (Moudon, 1994; Putri, 2014).

Tipologi adalah suatu kegiatan mempelajari tipe dari objek-objek arsitektural dan mengelompokkannya dalam klasifikasi tipe menurut kesamaan

Universitas Sumatera Utara

(24)

7 tertentu yang dimiliki suatu objek. Kesamaan tersebut dapat berupa: kesamaan bentuk atau sifat dasar; kesamaan fungsi objek-objek, dan kesamaan asal usul atau latar belakang sosial masyarakat objek tersebut (termasuk gaya atau langgamnya) (Setyohadi K., 2007).

2.2 Fasad Bangunan

2.2.1 Pengertian Fasad Bangunan

Fasad merupakan elemen fisik terluar dari sebuah bangunan yang membentuk wajah bangunan dan memamerkan keberadaaan sebuah bangunan kepada publik (Krier, 1996 : 122). Fasad adalah elemen dalam arsitektur yang dapat mengekspresikan fungsi dan maksud sebuah bangunan (Krier,1988).

Asal kata ‘fasad’ (façade) berasal dari kata Latin ‘facies’ yang merupakan sinonim kata-kata ‘face’ (wajah) dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu,

‘wajah’ sebuah bangunan adalah bagian depan yang menghadap jalan dan bagian belakang dianggap sebagai ruang eksterior semi-publik atau ruang eksterior pribadi (Krier, 1996 ).

2.2.2 Elemen Pembentuk Fasad Bangunan

Elemen-elemen pendukung fasad adalah : Atap, Jalan Masuk dan Pintu Masuk, Jendela, dan Riasan atau Ornamen (Krier, 1996).

Universitas Sumatera Utara

(25)

8 1. Atap

Atap berperan sebagai mahkota yang disandang oleh tubuh bangunan, sehingga secara visual, atap merupakan akhiran dari fasad dan titik akhir dari bangunan.

Bermacam-macam bentuk atap yang ada adalah:

a. Atap Datar

Bentuk atap ini terlihat paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk atap lain. Meskipun datar, akan tetapi permukaan atap akan dibuat agak miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang talang. Banyaknya arah kemiringan air bergantung pada luas bidang atap dan letak di mana talang itu berada. Atap datar biasanya menggunakan bahan campuran beton bertulang. Agar di bawah atap ini tidak terlalu panas atau dingin, maka perlu dibuatkan ruang isolasi di atas plafon.

b. Atap Sandar

Pada umumnya, atap ini terdiri atas bidang atap miring yang bagian tepi atasnya bersandar pada tembok bangunan utama yang tertinggi. Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk mendukung balok

Gambar 2.1 Tampak Atap Datar

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.2 Atap Datar (Sumber : Dekoruma.com)

Universitas Sumatera Utara

(26)

9 gording, Bangunan dengan memakai atap standar biasanya dibuat kemudian, karena ruangan-ruangan yang telah tersedia dianggap masih kurang dari kebutuhan. Oleh karenanya, dibuatlah ruang tambahan dengan atap standar, sebagai bangunan pelengkap saja. Kemiringan atapnya dapat diambil 30° - 40°

bila memakai bahan penutup dari genteng.

c. Atap Pelana

Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri atas dua bidang miring yang tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat dipasangi talang air.

Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai pengganti fungsi kuda-kuda. Bahan penutup mayoritas menggunakan genteng atau seng gelombang. Bentuk atap pelana digunakan untuk rumah-rumah sederhana.

Gambar 2.3 Tampak Atap Sandar

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.4 Atap Sandar (Sumber : Dekoruma.com)

Universitas Sumatera Utara

(27)

10 d. Atap Perisai

Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan tambahan dua bidang atap miring berbentuk segitiga pada ujung akhir atap bangunan. Dengan demikian, atap perisai terdiri atas dua bidang atap miring yang terbentuk trapesium panjang yang pada tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang dinamakan bubungan. Dan dua bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga.

Biasanya miring bidang-bidang atap ini sama. Pertemuan tiap dua bidang atap yang merupakan garis miring menyudut serta menjorok keluar dinamakan bubungan miring atau jurai luar.

Gambar 2.5 Tampak Atap Pelana

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.7 Tampak Atap Perisai

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.8 Ilustrasi Atap Perisai

(Sumber : Dekoruma.com) Gambar 2.6 Atap Pelana (Sumber : Dekoruma.com)

Universitas Sumatera Utara

(28)

11 e. Atap Tenda

Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Atap ini terdiri atas empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran dan lereng yang sama, yang bertemu di tiang gantung (maklar). Garis pertemuan dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar dainamakan jurai luar.

Atap ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan kantor, pendopo dan bangunan untuk tempat tinggal.

f. Atap Menara

Bentuk atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu titik yang tinggi. Karena keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar dengan sudut lereng atapnya besar (± 75°), maka puncak atap menara ini tinggi, sehingga tampak runcing.

Gambar 2.9 Tampak Atap Tenda (Sumber : Sudarmadji, 2014)

Universitas Sumatera Utara

(29)

12 g. Atap Joglo

Atap joglo terbentuk dari jurai luar yang patah ke dalam yang seolah-olah terdiri atas dua bagian yaitu : bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap landai dan bagian atasnya mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang tinggi. Bila bentuk atap ini dilihat dari atas akan tampak bagian-bagian bidang atap yang berbentuk trapesium. Bentuk atap joglo dapat digunakan untuk bangunan-bangunan kantor atau rumah tinggal baik di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.

Gambar 2.10 Tampak Atap Menara

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.12 Tampak Atap Joglo

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.13 Atap Joglo (Sumber : Arsitag.com)

Gambar 2.11 Atap Menara (Sumber : Pixnio.com)

Universitas Sumatera Utara

(30)

13 h. Atap Setengah Bola

Bila dikehendaki bentuk atap yang melengkung, maka dapat digunakan atap setengah bola. Karena diharapkan mempunyai lengkungan yang baik dan rapih, sehingga sulit dibuat dari bahan lain kecuali beton bertulang. Atap semacam ini banyak digunakan pada bagian baik bangunan-bangunan mesjid maupun bangunan untuk hiburan.

i. Atap Gergaji

Dikenal dengan sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gergaji. Atap ini terdiri atas dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan 60°. Pada bagian inilah dipasangi dengan kaca berupa ventilasi atau krepyak/jalusi untuk memperoleh penerangan seperlunya.

Bentuk atap ini banyak digunakan pada bangunan dengan ruangan yang luas seperti bangunan pabrik, gedung/bangsal, dan bengkel.

Gambar 2.14 Tampak Atap Setengah Bola (Sumber : Sudarmadji, 2014)

Universitas Sumatera Utara

(31)

14 j. Atap Silang

j. Atap Silang

Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana. Mengingat akan adanya pertemuan bagian-bagian bidang atap tersebut, maka akan terbentuk lembahan. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus mengalirkan air hujan yang jatuh disekitarnya. Atap ini dapat dikembangkan lagi menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai luar.

Gambar 2.15 Tampak Atap Gergaji

(Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.17 Tampak Atap Silang (Sumber : Sudarmadji, 2014)

Gambar 2.16 Atap Gergaji (Sumber : Dekoruma.com)

Universitas Sumatera Utara

(32)

15 k. Atap Gabungan

Atap gabungan ini dapat terdiri atas gabungan bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran dan bentuk atap lainnya sesuai dengan selera. Atap gabungan ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan makro.

2. Jalan Masuk dan Pintu Masuk

Jalan masuk atau entrance merupakan komponen yang memeiliki peran penting, sebagai akses dan tanda transisi dari area publik (eksterior) ke bagian privat (interior).

a. Pintu Swing

Pintu swing besi merupakan jenis pintu yang paling awam digunakan pada sebuah bangunan. Sistem operasi dari pintu ini adalah dengan cara didorong atau ditarik untuk membuka dan menutup, sehingga jenis pintu ini membutuhkan ruang yang cukup untuk mengayunkan daun pintu saat membuka dan menutup.

Terdapat dua jenis pintu swing besi, yaitu single swing dan double swing.

Pintu swing besi memiliki kelebihan dan kekurangan, hal ini sebagai bahan pertimbangan bagi anda yang menggunakan pintu jenis ini. Kelebihan dari pintu jenis adalah engselnya lebih mudah dipasang jika dibandingkan dengan

Gambar 2.18 Tampak Atap Gabungan (Sumber : Sudarmadji, 2014)

Universitas Sumatera Utara

(33)

16 pintu lipat atau sliding door, kelebihan yang lain adalah pintu jenis ini lebih mudah dalam hal perawatan karena tidak menggunakan bantalan rel.

Kekurangan dari pintu besi swing adalah memerlukan space cukup untuk mengayunkan daun pintu ketika membuka dan menutup, sehingga jika ruangan yang ada sempit maka pintu jenis tidak akan cocok digunakan karena memerlukan space makro dan membuat ruangan akan semakin terasa sempit.

b. Folding Gate

Para ahli sejarah budaya kuno telah menemukan bahwa jenis pintu folding telah digunakan pada sejumlah arsitektur pada zaman Romawi kuno. Folding gate memiliki ukuran lebih lebar dibanding rolling door karena jenis pintu ini memakai dua bilah pintu yang terdiri atas dua sisi rangka silang yang menyambung tiap plat UNP sebagai pilar pegangannya. Cara kerjanya adalah di dorong ke arah samping kanan atau kiri menggunakan sistem sliding dimana pintu bertumpu pada rel hingga ketika di dorong rangka tersebut akan melipat, prinsip kerja folding gate sekilas mirip seperti alat musik akordeon.

Gambar 2.19 Pintu Double Swing (Sumber : kusenpintualuminium.net)

Gambar 2.20 Pintu Single Swing (Sumber : kreasialumindo.com)

Gambar 2.21 Folding Gate (Sumber : sumadoor.com)

Gambar 2.22 Pintu Lipat (Sumber : lasbali.com)

Universitas Sumatera Utara

(34)

17 c. Rolling Door

Rolling Door memiliki sistem buka tutup secara vertical ke atas dan ke bawah, menggulung slat daun pintu ke arah atas melalui piranti dan komponen yang terdapat pada box atas seperti pipa as, pully (roda gulung dan per). Pully dan spring atau per inilah yang bertugas menggulung slat pintu saat rolling door hendak dibuka dan mengulurnya ketika akan ditutup, pipa as merupakan pilar tempat tumpuan semua beban dari rolling door. Terdiri atas satu daun pintu atau beberapa daun pintu yang dipisahkan dengan selat pada bagian tengahnya, dan beberapa jenis rolling door ada yang memiliki sistem buka tutup secara otomatis menggunakan mesin motor listrik/electrik atau biasa juga disebut rolling door otomatis atau rolling door industri.

d. Pintu Geser

Pintu geser merupakan model baru dari bentuk pintu aluminium saat ini.

Penggunaannya pun tidak hanya pada pintu, tetapi juga pada mobil dan alat lainnya. Pintu ini memang dinilai lebih memiliki nilai estetika yang tinggi dibanding lainnya. (Supribadi, 1993)

Gambar 2.23 Rolling Door (Sumber : bursabajaringan.com)

Universitas Sumatera Utara

(35)

18 3. Jendela

Jendela adalah bukaan yang terletak didinding sebuah bangunan yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya dalah sebuah ruangan atau bangunan.

Sebagai salah satu komponen fasad, figur jendela memberikan artikulasi tersendiri sebagai karakter atau citra dari sebuah bangunan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal model jendela. Umumnya jendela digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Jendela hidup (istilah untuk jendela yang dapat dibuka tutup) b. Jendela mati ( istilah untuk jendela yang tidak dapat dibuka tutup) (Rizani, 2009)

4. Riasan atau Ornamen

Ornamen berasal dari kata ornare (bahasa Latin) yang berarti menghias juga berarti dekorasi atau hiasan. Ornamen disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias. Ornament berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu bangunan yang akhirnya akan menambah nilai finansial dari bangunan tersebut.

Ornamen juga menunjukkan gaya arsitektur yang terdapat dalam desain suatu bangunan.

2.2.3 Komposisi Fasad

Komposisi muka bangunan mempertimbangkan persyaratan fungsional pada dasarnya berkaitan dengan kesatuan proporsi yang baik, harmonis, dan selaras, penyusunan elemen horizontal dan vertikal yang terstruktur, bahan, warna, dan elemen dekoratif lainnya. (Krier, 1996)

Universitas Sumatera Utara

(36)

19 Untuk mengevalusai atau melakukan studi pada komposisi fasad dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif yang menekankan pada : geometri, simetri, ritme, proporsi, dan skala. (Ching, 2008) a. Geometri

Geometri mewujudkan prinsip-prinsip geometri baik pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segi tiga, lingkaran, segi empat beserta varian- variannya.

b. Simetri

Simetri mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal. Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simetri harus jauh lebih dominan dari asimetri. Fasad harus memiliki wajah-wajah yang mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris di dalam diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia).

c. Ritme

Ritme menunjukan komponen bangunan dalam bentuk repetasi baik dalam skala makro maupun mikro. Komponen yang dimaksud dapat berupa kolom, pintu, jendela atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin banyak dikategorikan dinamis.

d. Proporsi dan Skala

Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dan bagian lainnya pada salah satu elemen fasad. Penentuan proporsi bentuk dan ruang bangunan

Universitas Sumatera Utara

(37)

20 sepenuhnya merupakan keputusan perancang yang memiliki kemampuan untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam penentuan proporsi tersebut ada dasarnya.

Skala menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dan suatu elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada konteks fasad bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasad. (Widaningsih, 2011)

2.3 Ruko

Menurut Wicaksono (2007) ruko adalah sebutan untuk bangunan- bangunan di Indonesia yang mayoritas memiliki ketinggian dua hingga lima lantai dan memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hunian dan komersial. Lantai bawah biasanya dipergunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Ruko memiliki bentuk yang sempit dan memanjang. Terkadang teras ruko terhubung dengan teras tetangganya sehingga menciptakan jalan beratap menerus.

Jalan ini mengikuti tipologi jalan berukuran lima kaki (five foot way) yang terkadang disebut sebagai "kaki lima". Jalan seperti ini dapat ditemukan di kota- kota permukiman selat yang dikembangkan Inggris contohnya di Penang, Malaka dan Singapura. Ruko dapat terdiri atas satu atau lebih tipikal baik modul asal maupun dasar. Selain sebagai hunian, fungsi lain ruko adalah sebagai toko,

Universitas Sumatera Utara

(38)

21 bengkel, industri rumahan, gudang, hotel, bahkan kuil. Ruko merupakan penyusunan spasial dan memiliki fungsi yang sangat serbaguna dan berkelanjutan.

2.3.1 Sejarah Ruko

Istilah ruko diperkirakan berasal dari bahasa Hokkian, tiam chu yang berarti "rumah" dan "toko". Etnis Hokkian yang mendominasi populasi Cina perantauan di kota-kota Asia Tenggara mempunyai kebiasaan menetap dan melakukan aktivitas perdagangan dan rumah tangga di ruko (Wicaksono, 2007).

Etnis Cina dikenal sebagai kaum pedagang, begitu pula dengan etnis Cina di Indonesia. Semasa kolonial Belanda masyarakat Cina di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa Eropa. Oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa kolonial, masyarakat Cina diberi wilayah permukiman yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi.

Saat itu masyarakat Cina harus menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota.

Bentrokan antara aturan tata kota dan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Cina yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah

Gambar 2.24 Ruko di Singapura (Sumber : idea.grid.id)

Gambar 2.25 Ruko Minimalis (Sumber : rumahminimalis2016.com)

Universitas Sumatera Utara

(39)

22 beradaptasi. Hunian bentuk baru inilah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah dan toko (Kurniawan, 2015).

2.3.2 Ruko di Kota Medan

Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal abad ke-20, khusunya di area pecinan. Desain ruko pada pecinan ini menerapkan sistem grid. Ruko dengan lantai bertingkat memungkinkan aktivitas komersil dan keluarga yang merupakan karakter gaya hidup etnis Tionghoa. Pada ruko-ruko kolonial gaya bangunannya telah berkembang menjadi bentuk hybrid yang terbentuk akibat kontak dengan Belanda dan Eropa dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Ciri-cirinya antara lain : ukiran di atas pintu dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasad lantai duanya menjorok ke arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan lainnya. Kini ruko-ruko di

Gambar 2.26 Ruko Etnis Cina 1900-an

(Sumber : tionghoa.info)

Universitas Sumatera Utara

(40)

23 kota Medan pada umumnya dibangun dengan fasad yang lebih simpel dan material yang modern. Selain itu, ruko tidak lagi hanya dihuni oleh etnis Cina tetapi etnis lain juga. Kini ruko mendominasi penampilan kota Medan ruko dapat dijumpai hampir di seluruh penjuru kota .

2.4 Tinjauan Penelitian Sejenis

2.4.1 Tipologi Fasad Bangunan di Jalan Kawi Atas Kota Malang

Penelitian ini disusun oleh Titik Indra Setyowati, Lisa Dwi Wulandari, dan Sigmawan Tri Pamungkas pada tahun 2014. Jalan Kawi Atas, Jalan Terusan Kawi, dan Jalan Raya Dieng merupakan kelompok jalan yang mengalami pergeseran fungsi dari kawasan perumahan elite yang terdiri atas bangunan- bangunan rumah tinggal berlanggam kolonial Belanda menjadi kawasan komersial yang terdiri atas bangunan pertokoan, perkantoran, dan fasilitas publik lainnya. Fenomena perubahan fungsi mengakibatkan perubahan fasad bangunan pada kawasan studi dalam skala koridor jalan.

Gambar 2.27 Ruko di Kesawan Lampau

(Sumber : antaresindonesia.com)

Gambar 2.28 Ruko Modern di Medan

(Sumber : olx.co.id)

Universitas Sumatera Utara

(41)

24 Penelitian ini bertujuan meneliti karakteristik fasad bangunan pada kawasan studi dalam skala koridor jalan setelah mengalami pergeseran fungsi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi.

Metode fenomenologi adalah metode yang mempelajari bagaimana fenomena dapat menjadi pengetahuan. Fenomenologi memberi akses dan kesempatan bagi kehadiran benda-benda dan ekspresi artistiknya.

Kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti bangunan Jalan Kawi Atas dalam skala koridor jalan dapat disimpulkan bangunan didominasi oleh bangunan komersial. Fasad bangunan-bangunan tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku dan mempunyai komposisi visual yang sesuai dengan petunjuk visual deretan bangunan.

2.4.2 Tipologi Fasad Bangunan Komersial di Kawasan Koridor Jalan Soekarno-Hatta Malang

Penelitian ini disusun oleh Cyndhi Dewi Rukmana, Herry Santosa, dan Lisa Dwi Wulandari pada tahun 2017. Di Jalan Soekarno-Hatta terdapat dua Perguruan Tinggi, yaitu : Universitas Brawijaya dan Politeknik Negeri Malang, dimana keduanya merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan fungsi komersial di kawasan sekitarnya. Perkembangan tersebut memicu keberagaman desain fasad pada bangunan komersial yang memengaruhi kualitas visual kawasan.

Penelitian bertujuan untuk memahami tipologi fasad serta karakter fasad pada kawasan tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan tipologi fasad, tipologi bentuk, serta tipologi profil fasad. Metode penelitian yang digunakan adalah

Universitas Sumatera Utara

(42)

25 deskriptif kualitatif dengan pendekatan tipologi. Analisis dilakukan dengan variabel penelitian berupa elemen pembentuk fasad meliputi atap, lisplang, pintu, jendela, pembayang, ventilasi dan elemen penanda.

Kesimpulan yang didapat peneliti adalah : ditemukan 22 tipe fasad berdasarkan elemen pembentuk fasad. Tipe tersebut meliputi 5 tipe berdasarkan atap, 2 tipe berdasarkan lisplang, 3 tipe berdasarkan pembayang, 3 tipe berdasarkan pintu, 3 tipe berdasarkan jendela, 2 tipe berdasarkan lubang ventilasi, serta 4 tipe berdasarkan elemen penanda. Selain itu ditemukan sejumlah 12 tipe profil fasad yang terbentuk dari elemen atap, ketinggian bangunan, dan elemen pembayang.

2.4.3 Tipologi Fasad Pertokoan di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar Penelitian ini ditulis oleh Tjokorda Istri Praganingrum, Cokorda Putra Wirasutama, dan Ida Bagus Suryatmaja pada tahun 2016. Sebagai salah satu pusat perdagangan di Denpasar, Jalan Teuku Umar dapat dilihat berbagai usaha dengan berbagai macam fasad bangunan yang unik dan menarik. Keragaman fasad ini adalah bentuk tidak meratanya penerapan konsep Tri Angga, sebagai syarat fasad bangunan gedung secara umum yang disebutkan di dalam Perda Kota Denpasar No. 27 tahun 2011.

Mengkaji tipologi fasad bangunan pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui secara signifikan bagaimana karakteristik bangunan pertokoan yang saat ini berkembang setiap waktu, bagaimana klasifikasi tipologi fasad yang ada, dan mengetahui sejauh mana penerapan konsep arsitektur Bali digunakan pada tiap bangunan. Peneliti

Universitas Sumatera Utara

(43)

26 memfokuskan fasad bangunan terkait dengan langgam (style/gaya) yang digunakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data di lapangan menggunakan analisis Model Miles dan Huberman yang terdiri atas data reduction, data display dan conclutions atau verification (Sugiyono, 2011).

Dari hasil penelitian, kesimpulan yang di dapatkan peneliti adalah fasad bangunan pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar terdapat tiga tipe langgam :

1. Modern fungsionalisme 2. Internasional style 3. Post-modern

Secara umum, fasad bangunan pertokoan di sepanjang koridor Jalan Teuku Umar Denpasar cenderung menggabungkan langgam terkait dengan kebutuhannya. Pertokoan lebih condong mengedepankan tampilan yang terlihat modern dibanding menerapkan konsep Tri Angga. Untuk bangunan yang tetap menggunakan konsep Tri Angga, atap yang digunakan berbentuk limasan, kolom bentuk vertikal, lantai ditinggikan, dan penggunaan ornamen tempelan pada dinding-dinding.

2.4.4 Tipologi Fasad Bangunan Pada Penggal Jalan Permukiman Perkotaan (Studi Kasus: Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat)

Penelitian ini disusun oleh Ardi Kurniadi dan Tin Budi Utami pada tahun 2016. Sebagai perkampungan yang dikenal akan komunitas etnis Arab Kampung Arab Pekojan diperkirakan akan memiliki potensi dalam pembentukan kawasan yang berkarakter. Potensi tersebut terbentuk dari karakter fisik sebagai komponen

Universitas Sumatera Utara

(44)

27 utama (tipologi fasad) dan ditunjang oleh keberadaan karakter non fisik (komunitas etnis) sebagai komponen penunjang, dengan memperhatikan sejarah perkembangan kawasan.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tipologi fasad bangunan Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat. termasuk dalam jenis penelitian kualitatif- deskriptif, yaitu merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada saat ini berdasarkan data-data, turut juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi suatu fenomena yang ada, pada kasus ini yaitu tipologi fasad bangunan di Kampung Arab Pekojan. Metode yang digunakan yaitu dengan metode pengumpulan bahan dokumen/data dan metode pengamatan/observasi.

Bangunan di Kampung Arab Pekojan menyesuaikan diri dengan konstelasi alam di Indonesia yang beriklim tropis. Oleh sebab itu karakter bangunan yang terdapat di Kampung Arab Pekojan saat ini merupakan bangunan dengan karakter style tertentu yaitu style arsitektur Indis (hindische); Neoklasik, Neoklasik Modern dan Modern 1990-an. Kampung Arab Pekojan saat ini terbilang belum dapat menjadi kawasan permukiman yang berkarakter. Hal tersebut dikarenakan jumlah eksistensi/keberadaan komunitas masyarakat etnis Arab yang hanya tinggal berjumlah sedikit (38%), dan banyaknya temuan terkait dengan keberadaan bangunan baru dengan elemen-elemen fasad yang lebih modern sehingga terkesan kontras dan berbeda dari fasad bangunan aslinya sebagai komponen utama pembentuk kawasan permukiman berkarakter yang belum terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

(45)

28 2.4.5 Tipologi Fasad Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang

Penelitian ini disusun oleh Bunga Indra Megawati, Antariksa, dan Noviani Suryasari pada tahun 2011. Sebagai kota yang berkembang, kota Semarang banyak meninggalkan cerita dan peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan untuk menunjukkan identitas kota. Peneliti memfokuskan pada tipologi fasad bangunan peninggalan zaman kolonial di koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto, Semarang. Di penelitian ini digunakan metode deskriptif dan eksploratif, dan pemilihan sampel digunakan metode purpossive sampling, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis menggunakan metode deskriptif-kualitatif, yang dibantu dengan metode kuantitatif. Variabel yang digunakan antara lain : era pembangunan, elemen fasad bangunan, dan komposisi fasad bangunan.

Konklusi yang didapatkan peneliti adalah :

1. Tipologi berdasarkan gaya bangunan dan pembagian periodesasi yang dapat ditemukan pada kasus fasad bangunan di koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang terbagi atas: (a) Gaya pada abad ke-18 mayoritas menggunakan bentuk–bentuk dengan variasi garis lengkung serta permainan pada elemen fasad bangunan membuat fasad memiliki langgam kolonial seperti pada peletakkan kubah, kolom, dan tower di sisi–sisi titik entrance dengan fungsi sebagai sarana ibadah. (b) Abad ke-19 menggunakan garis–garis lengkung pada kepala bangunan khususnya gable dan nok acroterie, penggunaan dinding dengan bata klinker menjadikan bangunan pada kasus dua memiliki karakter yang menonjol dengan fungsi sebagai gudang perkantoran. (c) Tahun 1920

Universitas Sumatera Utara

(46)

29 menggunakan bentuk–bentuk elemen fasad bangunan yang sederhana dan tradisional seperti pada penggunaan elemen–elemen fasad atap, jendela, pintu, bouvenlicth dengan fungsi bangunan sebagai perkantoran,perdagangan dan rumah tinggal. (d) Setelah tahun 1920, bangunan gudang alat-alat derek berbentuk garis- garis geometri sebagai fasad bangunan dengan unsur–unsur klasik eropa pada bentuk jendela, gable, serta pintu sebagai entrance.

2. Tipologi berdasarkan elemen fasad bangunan mampu memberikan hasil analisis deskriptif visual terhadap 18 buah bangunan dapat diketahui secara umum antara lain: pada tipologi fasad bangunan di koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang memiliki beberapa jenis atap, yaitu : (a) Perisai pada 4 kasus serta beberapa variasi pada setiap bentuk atap dengan adanya penambahan gable. (b) Pelana pada 13 kasus serta beberapa variasi pada setiap bentuk atap dengan adanya penambahan gable, dan tower. (c) Kubah pada 1 kasus serta beberapa variasi pada setiap bentuk atap dengan adanya penambahan kubah. (d) Tipologi dinding terbagi atas dinding polos dan dinding yang menggunakan bata klinker sebagai elemen fasad bangunan. (e) Elemen bukaan ditemukan empat jenis, yaitu jendela, bouvenlicht, dan lubang angin. (f) Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis rangkap ganda dan ganda serta menggunakan bahan material kayu dan kaca. (g) Teritisan pada fasad bangunan letaknya hanya sepanjang lebar fasad bangunan saja. Lantai pada keseluruhan kasus menggunakan lantai hitam dengan bahan material semen. Selain itu, mampu menjaga kelembaban udara di dalam ruangan. Ketinggian pada setiap bangunan memengaruhi bentuk fasad bangunan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

(47)

30 Tabel 2.1 Kesimpulan Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Penulis Permasalahan Kesimpulan 1. Tipologi Fasad

Bangunan di Jalan Kawi Atas Kota Malang

Titik Indra Setyowati, dkk. (2014)

Fenomena pergeseran fungsi

bangunan pada Jalan Kawi Atas

mengakibatkan perubahan fasad

bangunan yang sebelumnya memiliki langgam kolonial

Belanda pada kawasan studi dalam skala koridor jalan.

Bangunan Jalan Kawi Atas dalam skala koridor jalan dapat disimpulkan bangunan

didominasi oleh bangunan

komersial. Selain itu, fasad bangunan-

bangunan

tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku dan mempunyai komposisi visual yang sesuai dengan petunjuk visual deretan bangunan.

2. Tipologi Fasad Bangunan Komersial di Kawasan Koridor Jalan Soekarno- Hatta Malang

Cyndhi Dewi Rukmana, dkk. (2017)

Jalan Soekarno- Hatta berkembang sebagai kawasan

Ditemukan tipe fasad berdasarkan elemen

pembentuk fasad.

Tipe tersebut meliputi tipe

Universitas Sumatera Utara

(48)

31 komersial

dengan adanya dua perguruan tinggi di dalamnya yang memicu

keberagaman desain fasad pada bangunan komersial, sehingga memengaruhi kualitas visual kawasan.

berdasarkan atap, lisplang,

pembayang, pintu, jendela, lubang ventilasi, serta elemen penanda. Selain itu ditemukan sejumlah tipe profil fasad yang terbentuk dari elemen atap, ketinggian

bangunan, dan elemen

pembayang.

3. Tipologi Fasad Pertokoan di Koridor Jalan Teuku Umar Denpasar

Tjokorda Istri Praganingru

m, dkk.

(2016)

Di Jalan Teuku Umar

Depnasar dapat dilihat berbagai usaha dengan

berbagai

macam fasad bangunan yang unik dan menarik yang nyatanya adalah bukti dari tidak meratanya

Secara umum, fasad bangunan pertokoan di sepanjang koridor Jalan Teuku Umar Denpasar cenderung

menggabungkan langgam terkait dengan

kebutuhannya.

Pertokoan lebih condong

mengedepankan tampilan yang

Universitas Sumatera Utara

(49)

32 penerapan

konsep Tri Angga, sebagai syarat fasad bangunan gedung secara umum yang disebutkan di dalam Perda Kota Denpasar No. 27 tahun 2011.

terlihat modern dibanding

menerapkan konsep Tri Angga.

4. Tipologi Fasad Bangunan Pada Penggal Jalan Permukiman Perkotaan (Studi Kasus: Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat)

Ardi

Kurniadi &

Tin Budi Utami (2016)

Kampung Arab Pekojan diperkirakan akan memiliki potensi dalam pembentukan kawasan yang berkarakter yang terbentuk dari karakter fisik sebagai komponen utama (tipologi fasad) dan karakter non fisik

(komunitas etnis) sebagai komponen

Kampung Arab Pekojan saat ini terbilang belum dapat menjadi kawasan

permukiman yang berkarakter. Hal tersebut

dikarenakan jumlah

eksistensi/kebera daan komunitas masyarakat etnis Arab yang hanya tinggal sedikit dan banyaknya temuan terkait dengan

keberadaan

Universitas Sumatera Utara

(50)

33 penunjang,

dengan memperhatika n sejarah perkembangan kawasan.

bangunan baru dengan elemen- elemen fasad yang lebih modern sehingga terkesan kontras dari fasad bangunan aslinya sebagai

komponen utama pembentuk

kawasan permukiman berkarakter.

5. Tipologi Fasad Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang

Bunga Indra Megawati, dkk. (2011)

Sebagai kota yang

berkembang, kota Semarang banyak

meninggalkan cerita dan peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan untuk

menunjukkan identitas kota.

Peneliti memfokuskan pada tipologi

Hasil studi

ditemukan empat periode

pembangunan, yaitu pada abad ke-18, abad ke- 19, abad ke-20 serta

setalah abad ke- 20, dan disetiap periode memiliki tipe fasad bangunan

kolonial (elemen kepala

bangunan, badan bangunan, dan

Universitas Sumatera Utara

(51)

34 fasad

bangunan peninggalan zaman kolonial di koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto, Semarang.

kaki bangunan).

Selain perbedaan periodesasi juga terdapat

perbedaan fungsi–fungsi yang berbeda, yaitu sebagai tempat ibadah, perkantoran, perdagangan dan hunian.

Tipologi berdasarkan elemen fasad bangunan mampu memberikan hasil visual

terhadap kasus terpilih, yaitu 18 buah bangunan diketahui

mempunyai morfologi elemen bangunan

terhadap iklim.

Secara umum disebutkan bahwa karakter visual dan tipe setiap tipologi fasad

Universitas Sumatera Utara

(52)

35 bangunan

memiliki

beberapa jenis atap, yaitu atap perisai, pelana, kubah serta kombinasi pada bentuk gable dan tower.

Berdasarkan komposisi bangunan

memiliki tipologi yang berbeda di setiap

kasus bangunan antara lain memiliki sumbu yang simetris, dengan ritme pada

elemen

pembentuk fasad, serta hirarki terpusat dengan nilai yang tinggi pada ukuran dan peletakan

entrance.

Universitas Sumatera Utara

(53)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitan ini adalah kualitatif, dimana dalam mengumpulkan data dengan cara observasi (untuk melihat fasad ruko yang sekarang). Lokasi penelitian berada koridor Jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H.

Nasution Medan. Objek penelitiannya adalah fasad ruko di satu sisi jalan yang menghadap muka jalan utama pada lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan mengunjungi lokasi penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi tipologi fasad, maka metode penelitian yang akan ditinjau maka dipilih penelitian metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Metode penelitian bersifat kualitatif yaitu penelitian yang didasarkan oleh data-atau variabel eksisting yang diambil dari instrumen-instrumen dan kemudian disusun secara sistematis dan dibandingkan dengan standar-standar teori yang telah ada untuk menghasilkan konklusi penelitian.

3.2 Metode Penentuan Variabel

Berikut penentuan variabel untuk penelitian tipologi fasad ruko pada koridor jalan Gagak Hitam dan Jalan A.H. Nasution Medan berdasarkan interpretasi tinjauan teori:

Universitas Sumatera Utara

(54)

37 Tabel 3.1 Metode Penentuan Variabel

No. Interpretasi Teori Variabel Penelitian

1. Fasad bangunan merupakan elemen fisik terluar sebuah bangunan bagian depan yang menghadap jalan.

Identifikasi fasad ruko bagian depan yang menghadap jalan.

2.

4

Fasad bangunan tersusun dari elemen atap, pintu masuk, jendela, arcade, dan riasan atau ornamen.

Identifikasi elemen fasad ruko.

3. Komposisi fasad bangunan terdiri atas geometri, simetri, ritme, proporsi, dan skala.

Identifikasi komposisi fasad ruko.

3.3 Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel penelitian yaitu ruko yang berhadapan langsung dengan Jalan Jl. Gagak Hitam dibatasi Jl. Bumi Seroja Permai – Showroom Mitsubishi Motors dan Jl. A.H. Nasution dibatasi Jl. Bajak I – Jl. Bajak II yang akan dikaji tipologi fasad yang terbentuk.

Gambar 3.1 Sampel Ruko di Jl. Gagak Hitam

Universitas Sumatera Utara

(55)

38 3.4 Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber datanya maka pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data. Dalam penelitian ini data primer didapat dan survei lapangan yang dilakukan di kawasan studi. Data yang dicari adalah foto dan data pada unit ruko yang berperan sebagai sampel. Foto dan data difokuskan pada keseluruhan fasad dan tiap-tiap elemen pembentuk fasad ruko.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data. Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari data penelitian terdahulu yang relevan.

Pada penelitan ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan metode penelitian :

Gambar 3.2 Sampel Ruko di Jl. A.H. Nasution

Universitas Sumatera Utara

(56)

39 1. Studi Literatur

Peneliti mengumpulkan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian dengan meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis tipologi fasad dan elemen penyusunnya.

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi berupa survei ke jalan Gagak Hitam (batas Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom Mitsubishi Motors), kecamatan Medan Sunggal dan Jalan A.H. Nasution (Jl. Bajak I – Jl. Bajak II), kecamatan Medan Amplas. Dalam penelitian ini, akan diobservasi ruko permanen di satu sisi pinggir jalan utama. Hasil observasi ini nantinya akan dijadikan dokumentasi sebagai bahan perbandingan dan analisis.

Proses pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data

NO. Variabel Data yang Dibutuhkan Metode

1. Identifikasi fasad ruko bagian depan yang menghadap jalan.

- Model 2D fasad ruko pada koridor Jalan Gagak Hitam Medan (penggal Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom Mitsubishi Motors) dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Bajak I - Jl. Bajak II)

- Membuat

model 2D fasad ruko yang menghadap langsung Jalan Gagak

Hitam Medan

(penggal Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom

Mitsubishi Motors) dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Universitas Sumatera Utara

(57)

40 Bajak I - Jl. Bajak II) dari Google Street

View dengan

SketchUp atau AutoCAD.

Fasad ruko eksisting - Menyesuaikan model 2D fasad ruko dari Google Street View dengan kondisi eksisting di lapangan.

2. Identifikasi elemen fasad ruko.

Elemen fasad ruko eksisting : atap, pintu masuk, jendela, dan riasan atau ornamen.

- Mengambil data gambar elemen fasad ruko eksisting Jalan Gagak Hitam Medan (penggal Jl.

Bumi Seroja Permai - Showroom

Mitsubishi Motors) dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Bajak I - Jl. Bajak II) melalui pengamatan secara langsung dengan survei lapangan ke Jalan Gagak Hitam Medan (penggal Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom

Mitsubishi Motors)

Universitas Sumatera Utara

(58)

41 dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Bajak I - Jl. Bajak II) - Mengidentifikasi

elemen fasad pada masing-masing massa/ruko.

3. Identifikasi

komposisi fasad ruko.

Komposisi fasad eksisting : geometri, simetri, ritme, proporsi, dan skala.

- Mengambil data komposisi fasad ruko eksisting Jalan Gagak Hitam Medan (penggal Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom

Mitsubishi Motors) dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Bajak I - Jl. Bajak II) melalui pengamatan secara langsung dengan survei lapangan ke Jalan Gagak Hitam Medan (penggal Jl. Bumi Seroja Permai - Showroom

Mitsubishi Motors) dan Jalan A.H.

Nasution (Penggal Jl.

Bajak I - Jl. Bajak II)

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Foto  dan  data  difokuskan  pada  keseluruhan  fasad  dan  tiap-tiap  elemen  dan  komposisi  pembentuk  fasad  sampel  ruko  di  penggal  Jl
Gambar 2.3 Tampak Atap  Sandar
Gambar 2.12 Tampak Atap  Joglo
Gambar 2.15 Tampak Atap  Gergaji
+7

Referensi

Dokumen terkait