Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
Agus Irfani – 2 / 6 / 2015 / 11.00
D: Darrel A: Agus
D: Selamat pagi bapak Agus. Kita langsung mulai saja wawancaranya ya. Untuk pertanyaan pertama, tindakkan begal yang sedang marak di masyarakat ini apa persepsinya dalam ruang lingkup ekonomi?
A: Sebelum menjawab itu, saya ingin mengatakan dulu bahwa secara fenomenologik dan secara empirik teori mengatakan bahwa seseorang dalam memenuhi kebutuhannya itu dapat dilakukan melalui 4 kategori cara. Yang pertama adalah produksi. Seseorang memenuhi kebutuhannya dengan cara memproduksi barang itu sendiri. Seperti petani ingin makan beras atau sayur dia berproduksi dulu. Yang kedua proses pemenuhan kebutuhan melalui yaitu transaksi atau penawaran. Yang ketiga adalah supplication atau permohonan. Seseorang memenuhi kebutuhannya dengan meminta atau memohon kepada orang lain seperti seorang anak meminta uang kepada orang tua untuk membeli buku dan kebutuhan lain. Yang ke 4 adalah coercion atau paksaan. Seseorang ingin memenuhi kebutuhannya dengan merampas, merampok, membegal, dan lain – lain. Dalam hal ini, teori 1 dan 2 adalah cara yang ditoleransi oleh kegiatan ekonomi. Diluar itu tadi adalah bukan proses ekonomi. Jadi menurut saya begal bukan suatu aktivitas ekonomi.
D: Untuk kegiatan begal sendiri saya lihat secara pribadi sepertinya masuk dalam kategori coercion atau paksaan. Menurut bapak Agus sendiri tadi tidak ada kegiatan ekonomi dalam pembegalan tapi disini saya melihat begal itu merampas motor. Orang yang motornya dirampas berarti harus membeli motor kembali. Dan tidak hanya itu orang yang motornya dirampas juga terluka dan karena terluka ia harus pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Dengan begitu dalam 2 dampak begal ini korban harus mengeluarkan uang untuk membeli motor dan membayar rumah sakit.
Sehingga disini saya melihat kejahatan begal justru berpengaruh sekali terhadap perputaran uang dan ini tentunya masuk kedalam bidang ekonomi. Nah menurut bapak, seberapa besar dampaknya dalam hal ini?
A: Saya rasa cara berpikirnya agak terbalik. Dalam hal ini ekonomi bukan sebagai akibat atau dampak dari adanya begal tapi begal timbul dari masalah ekonomi. Jadi penyebab terjadinya pembegalan ada 2 unsur, unsur kejahatan dan faktor keterbatasan ekonomi. Jadi seseorang yang sudah memiliki kebutuhan lebih besar tapi tidak memperoleh penghasilan dengan kekurangan sumber daya yang dimiliki ia akan melakukan berbagai cara termasuk membegal. Jadi faktor ekonomi bisa menjadi salah satu faktor penyebab proses pembegalan bukan pembegalan mengakibatkan proses ekonomi.
D: Itu teori yang menarik sekali bapak Agus. Dari perkataan bapak dimana begal diakibatkan oleh ekonomi, saya pernah melihat dari beberapa sumber bahwa salah satu cara untuk mencegah pembegalan adalah dengan penambahan lapangan kerja.
Penambahan lapangan kerja ini saya lihat memiliki relasi dengan pernyataan bapak dimana ini dapat mengurangi keterbatasan ekonomi terhadap orang tidak mampu yang berpotensi melakukan pembegalan. Menurut bapak seberapa efektifkah solusi ini?
A: Itu ide yang bagus dan saya mendukung namun perlu dicatat bahwa ini butuh waktu mengingat penambahan lapangan kerja bersifat jangka panjang karena ekonomi dibangun tidak seperti hal nya kita memberi ikan tapi kita memberi kail pancing. Dan proses dari kail hingga menangkap ikan membutuhkan waktu yang lama. Hal itu akan terjadi tapi perlu didampingi oleh 2 unsur. Yaitu Tomas dan Toga. Tomas adalah tokoh masyarakat dan toga adalah tokoh agama. Jadi selain tokoh ekonomi dan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja tetap harus ada pembinaan rohani dari tokoh – tokoh agama dan juga pengendalian sosial dari tokoh – tokoh masyarakat.
Pemberian contoh yang baik, pemberian sanksi sosial yang tepat kepada orang – orang yang melakukan hal – hal yang kurang baik sehingga proses pemberian kali hingga menangkap ikan dapat menjadi proses yang berlanjut secara ekonomi.
D: Sekali lagi itu menjadi pernyataan yang menarik bapak Agus. Tapi saya ada pertanyaan lagi. Bapak melihat bahwa tindak pembegalan dapat kita atasi salah satunya dengan beberapa diantaranya penambahan lapangan kerja, penyuluhan tokoh agama, dan lain sebagainya. Sehingga saya melihat disini secara tidak langsung tindak pembegalan juga membawa dampak positif kepada masyarakat. Bagaimana itu menurut bapak Agus, apa pengaruhnya secara positif kepada masyarakat?
A: Sama sekali tidak ada setitik pun pengaruh positif. Yang ada adalah setitik hikmah.
Hikmah bagi masyarakat. Masyrakat yang dibegal adalah masyarakat yang lalai, keluar malam meski tidak punya keperluan mendesak. Yang kedua itu memberi hikmah supaya orang berhati – hati. Bagaimanapun begal itu tidak disemua tempat itu ada, begal hanya ada ditempat sepi. Jadi bukan hanya orang pacaran saja yang ada ditempat sepi hahaha....Begal Mencari tempat strategis yang kira – kira sangat sulit bagi korbannya untuk mencari pertolongan. Jadi kalau dampak positif saya rasa tidak tetapi hikmahnya ada supaya orang lebih berhati – hati, supaya pemerintah lebih siap menjaga keamanannya dan lain – lain.
D: Ya baik pak. Tapi begini pak untuk pertanyaan saya yang sebelumnya tadi saya juga memberitahu dengan adanya begal pemerintah akan menambah jumlah lapangan kerja, pemerintah memberi penyuluhan apa itu bukan dampak positif pak dan itu dikarenakan begal?
A: Yang namanya dampak itu terjadi setelah kejadian. Kalau yang saya katakan tadi adalah sebelum pembegalan. Jadi harus dibedakan antara tindakan kuratif dan preventif. Tadi saya katakan penciptaan lapangan kerja itu bersifat lebih cenderung preventif. Kalau sudah terlanjur terjadi pembegalan itu harus ada proses yang namanya rehabilitasi, dipenjara kek atau diberi sanksi yang berat begitu.
D: Oh ya baik pak. Untuk pertanyaan berikutnya pak sebenarnya menurut bapak Agus sebagai seorang ekonom handal itu solusi apa yang dapat ditawarkan secara ekonomi kepada pelaku begal baik secara preventif maupun kuratif?
A: Solusi secara ekonomi yang terbaik adalah pengetatan sistem asuransi semua kendaraan harus diasuransi sehingga walaupun dia dibegal itu kendaran dapat kembali dalam nilai yang sama seperti barang yang sama. Itu dari sisi kebendaan, sedangkan kalau dilihat dari sisi orang itu tergantung dari amal ibadah masing – masing hahaha...Jadi nyawa yang hilang itu perlu diasuransikan juga walaupun itu tidak sebanding ya. Jadi menurut saya mekanisme yang baik untuk mengatasi adalah hal itu
bukan mencegah ya. Ya termasuk mencegah dan mengatasi adalah melalui mekanisme asuransi.
D: Oke asuransi ya pak. Jadi dalam hal ekonomi asuransi adalah salah satu tindakan preventif yang efektif. Ok pak kita memasuki sesi terakhir dalam wawancara kita.
Bisa nggak bapak Agus memberi satu kesimpulan yang...apa...terstruktur dalam begal terhadap ekonomi ini pak?
A: Baik. Dalam begal terhadap ekonomi ini kita harus membangun mental. Revolusi mental perlu. Jadi jangan sampai ada orang yang mau menadah barang curian itu. Jadi sekarang bukan cuma masalah begal. Curanmor itu bisa....apa namanya....mewabah sebegitu cepatnya karena apa? Karena ada penadahnya, orang yang mau membeli.
Jadi harusnya ada suatu aturan mekanisme hukum, hukum ekonomi ya bahwa dalam transaksi jual beli itu orang tidak boleh membeli motor tanpa histori yang jelas.
Misalnya harus dicek STNK nya asli atau palsu dan lain – lain. Yang jadi masalah ini juga sekali lagi masalah ekonomi, orang yang ekonominya terbatas ingin memiliki motor sehingga dia sengaja mencari barang – barang yang hasil curian yang mungkin akan lebih murah diperoleh. Jadi mindset masyarakat itu harus dibangun terlebih dahulu. Kalau tidak demikian maka proses pembegalan sama sekali tidak akan memberi dampak positif pada perekonomian kecuali hanya yang saya katakan tadi bentuk kewaspadaaan, bentuk kehati – hatian, dan juga...apa namanya...dukungan dari masyarakat secara sosiologik maupun masyarakat secara religius. Begitu.
D: Ok baik pak. Terima kasih banyak ya pak selamat pagi.
A: Selamat pagi.
Yana – 14 / 6 / 2015 / 10.30
Y: Yana D:Darrel
D: Siang mas. Bisa ceritakan bagaimana persepsi mas secara umum terhadap begal?
Y: Ya dia bisa kekurangan uang, belum dapat pekerjaan, atau mungkin karena desakan kebutuhan hidup.
D: Kalau menurut mas alasan seseorang dibegal seperti bawahan mas itu apa ya?
Y: Itu bisa karena si begal sudah melakukan persiapan. Korbannya juga teledor.
Begal juga dalam aksinya sudah terorganisasi ya makanya begitu.
D: Bagaimana tanggapan mas sebagai kepala staf dan juga orang – orang disini melihat ada salah satu karyawan yang dibegal?
Y: Miris mas, kasihan. Istilahnya kita 1 keluarga. Kalau sakit 1 orang ya sakit semua. Ini kan punya dampak sosial sama dampak keorganisasian. Begitu.
D: Nah pertanyaan terakhir mas. Bisa tolong ambil kesimpulan dengan 1 kalimat panjang mas?
Y: Lebih baiknya sih kalau begal kan kita nggak tahu posisi. Jadi kita harus teriak.
Kalau bisa menghindar ya menghindar. Begitu saja.
D: Baik terima kasih banyak mas Yana. Selamat siang.
Syafri Jhon (Polisi) – 20 / 05 / 2015 / 19.15
S: Syafri Jhon D: Darrel
D: Baik begini pak. yang pertama bapak sebagai polisi termasuk tokoh masyarakat yang punya pengaruh dari tindak pembegalan. Untuk pertanyaan pertama, bagaimana persepsi begal secara umum bagi bapak?
S: kalau tentang begal secara umum, begal itu adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan terhadap korban yaitu masyarakat. Masyarakat ini bisa siapa saja. Begal itu sebetulnya kejahatan yang sudah dulu sehari – harinya sudah biasa terjadi hanya saja sekarang namanya dikerenkan sebagai begal.
D: Baik ternyata begitu ya pak. Kalau menurut bapak sendiri sebenarnya penyebab pelaku nekat melakukan begal itu apa? Mengingat ada beberapa pelaku yang umurnya dibawah umur.
S: Nekatnya pelaku sebagaimana oleh tren yang disebut begal tersebut, karena suatu faktor keberanian dari pelaku sendiri. Meski umur pelaku masih muda karena pengaruhnya adalah ruang lingkup pelaku dan perkembangan zaman, dalam ruang lingkup pergaulan dia terhadap dunia kejahatan akhirnya pelaku dirangsang oleh keadaan sekitar untuk melakukan begal sehingga muncullah pelaku – pelaku yang bahkan masih dalam usia muda.
D: Jadi sebenarnya lebih kearah faktor pergaulan dan gaya hidup ya. Untuk pertanyaan berikut, korban memiliki ciri khusus. Misalkan ada begal yang mengatakan bahwa orang bertubuh kecil lebih mudah dibegal ketimbang dengan orang bertubuh besar. Menurut bapak, orang yang rentan menjadi korban begal memiliki ciri seperti apa?
S: Ciri korban tidak menjadi tolak ukur dari tindak tersebut. Pelaku melihat suatu kesempatan dan waktu dimana dia dapat melakukan kejahatan. Bila ada kesempatan, maka ia beraksi melakukan kejahatan. Korban tidak memiliki ciri khusus seperti besar kecilnya seseorang, namun sasaran yang dia begal tersebut misalnya sepeda motor yang kebanyakan ukuran besar atau motor gede seperti jenis Kawasaki ninja, Honda CBR, Yamaha Vixion. Adapun kalau motor bebek itu seperti Suzuku satria FU. Dan kalau luar dari sepeda motor, ada juga berbentuk benda misalnya barang atau uang.
Kadang masyarakat cenderung berpergian dengan perhiasan yang mencolok. Lalu mengambil uang di bank tanpa pengawasan kepolisian atau mengambil uang sendirian. Hal ini sudah dipelajari pelaku seperti keadaan bank sendiri. Maka itu korban diikuti oleh pelaku diperjalanan sehingga digunakanlah kesempatan untuk membegal atau menyergap si korban ini maka terjadilah kejahatan begal tersebut.
D: Baiklah jadi sebenarnya korbannya lebih kearah pengguna motor besar dan orang yang saat itu tidak ada pengawasan Polisi. Baik. Untuk waktu pembegalan sendiri dari catatan polisi rentan waktu banyak terjadinya kasus pembegalan itu dari pukul berapa hingga pukul berapa?
S: Kalau pola waktu begal melakukan waktu kejahatan kalau terhadap sepeda motor biasanya itu bisa diatas jam 10 malam kalau dijalan raya karena dianggap sudah sepi nanti dengancara korban dikuntit dari belakang kemudian disalip dengan cara dipepet dimana lokasi yang sudah memungkinkan dia menyergap korban maka terjadilah kejahatan tersebut sebagaimana telah direncanakan terlebih dahulu.
D: Ternyata pelaku memang merencanakan terlebih dahulu. Kalau untuk tempat terjadinya begal itu apakah mungkin terjadi ditempat selain dijalan raya karena seperti yang kita tahu diatas jam 10 malam jalan raya sudah sepi tapi apa mungkin terjadi ditempat lain seperti di gang sempit atau komplek perumahan?
S: Ya mungkin saja. Bisa mungkin saja. Karena kesempatan pelaku untuk melakukan begal korban adalah dengan menodong korban menggunakan alat seperti benda tumpul, senjata api atau senjata tajam. Kebetulan di gang tersebut ada kesempatan dia menodong korban apalagi bila gang tersebut sepi. Disitulah kesempatan yang digunakan pelaku.
D: Dari pengalaman bapak sebagai polisi bapak secara pribadi pernah bertemu dengan pelaku begal dan bila pernah bisa bapak ceritakan pengalaman kepada saya?
S: Pernah. Kebetulan saya sendiri bertugas dibagian reserse kriminal. Kita oleh pimpinan didoktrin untuk mempelajari pola waktu pelaku begal tersebut melakukan aksi kejahatannya. Maka kita skema tempat – tempat yang kita anggap rawan kejahatan tersebut. Disitu kita dengan beberapa orang anggota mengamati, mengintip pelaku untuk melakukan aksinya. Akhirnya pernah suatu kali terjadi suatu kejadian dalam suatu pantauan kita, kita berhasil mengejar pelaku dan pelaku berhasil kami tangkap
D: Kalau untuk korban sendiri, mungkin bapak pernah bertemu Korban dan interaksinya dengan polisi?
S: Kalau korban, kita sering sekali berinteraksi dengan korban. Kadang ada korban yang kurang berani melakukan perlawanan terhadap pelaku. Kenapa tidak berani mungkin karena jumlah tidak seimbang pelaku yang terdiri dari 2 orang atau lebih sedangkan korban hanya sendiri dan maksimal 2. Namun si korban ini tidak berani melakukan perlawanan mengingat pelaku menggunakan senjata tajam apalagi senjata api. Disitulah faktor mengapa korban tidak berani melakukan perlawanan. Tetapi ada juga korban yang berani melakukan perlawanan. Tapi resikonya korban tersebut mengalami cedera. Pelaku juga ada yang cedera, namun bila sudah merasa kepepet karena korban melawan, pelaku lebih menggunakan kesempatan untuk melarikan diri.
Dalam keadaan pelaku dan korban sama – sama terluka.
D: Kalau di Cibubur sendiri terutama dijalan Radar Auri beberapa bulan yang lalu ada terjadi pembegalan disekitar pom bensin namun untungnya korban berhasil selamat.
Namun mengingat betapa dekatnya tindak pembegalan di area cibubur, apa bapak ada tips atau saran agar pembegalan tidak terjadi kepada kita?
S: Saran untuk hal itu tidak terjadi, di kepolisian ada rumusnya, faktor N dan K. N itu niat K itu kesempatan. Kalau niat pelaku ada kesempatan tidak ada, tidak terjadilah kejahatan tersebut. Bagaimana caranya tidak terjadi, disini si kehati – hatian dari
korban sendiri mengendarai kendaraan, kewaspadaan sangat perlu sekali. Dan termasuk juga peran aktif masyarakat juga sangat menentukan. Kadang – kadang masyarakat tersebut melihat suatu korban mengalami kejahatan masyarakat ada yang tahu dan melihat namun kurang peduli untuk merespon dan menolong korban, kurang peduli itu apakah masa bodoh apakah takut menjadi sasaran kebrutalan pelaku kita sendiri kurang tahu tapi faktornya sendiri kebanyakan kekurang pedulian masyarakat terhadap hal tersebut. Karena itu faktor niat dan kesempatan tadi. Kalau niat ada kesempatan tidak ada tidak terjadi suatu kejahatan. Tapi kalau niat ada kesempatan ada, terjadilah sebuah kejahatan. Jawabannya kewaspadaan dan kehati – hatian serta kepedulian.
D: Kemudian kalau dalam ruang lingkup polisi sendiri, sampai saat ini apa polisi memiliki metode khusus dalam melawan tindak pembegalan?
S: Kalau untuk melawan tindak pembegalan, ini adalah upaya bersama. Walau tugas polisi adalah untuk memberantas, membasmi, atau menindak suatu kejahatan, tapi peran aktif dari masyarakat juga sangat membantu tugas – tugas kepolisian ntuk menekan angka kejahatan begal.
D: Baik pak untuk pertanyaan terakhir, dari persepsi yang saya lihat begal memiliki dampak yang negatif. Tapi dari pengalaman yang saya lihat, didaerah sekitar Pasar Rebo dahulu tidak ada polisi sama sekali. Tapi begitu marak pembegalan, ada 3 orang polisi berjaga ditempat tersebut. Jadi disini saya melihat bahwa tindak pembegalan mampu membawa dampak positif terhadap lingkungan seperti peningkatan keamanan di Pasar Rebo ini. Menurut bapak sendiri sebenarnya apakah ada dampak positif dari segi lingkungan atau keamanan yang justru secara tidak langsung diakibatkan oleh pembegalan?
S: Sangat berdampak sekali. Semua itu perlu suatu kerjasama dan sinergi antara kepolisian dengan masyarakat. Begal tersebut melakukan aksinya dengan mencari kesempatan dan mempelajari suatu tempat atau lingkungan dimana kesempatan pembegalan tersebut dapat dilakukan. Kalau disuatu tempat tersebut tingkat kewaspadaan masyarakat bekerja sama dengan pihak kepolisian dan dibina dengan baik, Insha Allah kejahatan tersebut bisa ditekan jangan sampai terjadi. Sekalipun terjadi bila masyarakat sudah peka maka begal dapat diringkus tanpa kehadiran polisi.
Dan sekiranya ada hal yang sangat insidentil terhadap pelaku, segera hubungi kepolisian terdekat dan pihak polisi akan segera datang ke tempat kejadian perkara dan pelaku dapat diringkus.
D: Saya rasa cukup ya pak. Terima kasih banyak S: Ya sama – sama.
Gunarso Marsudi – 14 / 6 / 2015 / 15.30
G: Gunarso D: Darrel
D: Assalamualaikum pak haji Gunarso. Pertanyaan pertama ya pak. Kalau menurut pak haji seperti apa sih begal dari sisi religius atau agama?
G: Yang jelas begal kan orang yang kepepet, nyari duit, pengen gampang semua dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Sebenarnya mengambil hak orang lain secara paksa saja sudah tidak halal sudah haram. Jadi begal itu ya pemaksaan diri sendiri karena kepepet, akhirnya yang haram pun dihalalkan sama dia. Jadi kalau orang melakukan begal itu sudah pasti faktor agamanya tidak ada. Tidak ada takutnya sama manusia apalagi dengan Tuhan. Padahal begal sendiri ketika tertangkap akan digebuki atau dibakar. Di Indonesia sendiri ini kan banyak begal – begal yang ketangkap lalu dipukuli dan dibakar ternyata tidak membuat mereka takut tapi malah semakin banyak. Kalau saya orang normal, ketangkep kebakar mah takut. Tapi kalau orang sudah tidak punya pikiran tetap saja dia membegal.
D: Oke kalau begitu sebenarnya dari sisi agama sendiri, penyebab orang membegal itu apa? Apa karena mungkin waktu kecil pendidikan agamanya kurang, atau kah dia jarang ke masjid, jarang melaksanakan shalat 5 waktu menurut pak haji bagaimana?
G: Sebenarnya faktor pendidikan agama itu penting sekali. Jadi dasar – dasar agama dan keimanan itu perlu dari kecil. Tapi itupun tidak menjamin orang tidak jadi begal. Sudah tahu segala hal tentang agama tidak sedikit orang yang menjadi begal. Tidak sedikit begal itu berasal dari keluarga baik – baik. Ada yang berasal dari keluarga yang pendidikan agamanya baik tapi karena kepepet ya dilakukan.
Tapi yang jelas begal itu biasanya berdirinya akibat pergaulan, dari mulai minuman keras, narkoba, kalau orang sudah ketagihan narkoba apapun dirampok, apapun diambil. Jadi ya itu karena ketagihan gaya hidup akhirnya mereka membegal. Banyak orang yang membegal itu kebutuhan sehari – harinya sudah terpenuhi tapi dia mau lebih. Itu yang jadi masalah.
D: Jadi bapak ingin mengatakan bahwa disini agama bukan satu – satunya penyebab tapi juga faktor ekonomi. Bisa tolong jelaskan lebih lanjut?
G: Gaya hidup dan faktor ekonomi. Coba kamu lihat sekarang. Yang namanya gaya hidup atau lifestyle itu sudah luar biasa terlalu jauh, terlalu tinggi dari gaya hidup yang sebenarnya. Sebenarnya orang kalau hidup gayanya sederhana saja mereka tercukupi, tapi gaya hidup yang luar biasa seperti minuman keras, ditambah narkoba ya mau apa dikata. Saya saja tidak terbeli itu narkoba tapi kalau sudah ketagihan mau ngomong apa. Nah itu yang menyebabkan mereka jadi seperti itu. Rata – rata begal itu masih bujangan lho. Jarang begal sudah berkeluarga. Nah itu akibat gaya hidup. Bukan karena dia tidak mengetahui
agama tapi karena gaya hidup. Kalau gaya hidupnya sudah berat, mau beli batu cincin tapi tidak terbeli ya dia membegal dulu. Gaya hidup kan tidak mudah.
Kalau dia punya harta cukup untuk gaya hidup bagus, kalau tidak duit tidak punya apa tidak punya ya gimana. Selain itu juga faktor di Indonesia angka pengangguran tinggi itu yang menyebabkan begal banyak. Terutama angka penganggurannya luar biasa banyak, berat sekali. Begitu.
D: Sebenarnya begini pak, kalau saya dari salah satu ayat Alqur’an itu shalat menjauhkan dari perbuatan keji dan munkar sedangkan bapak bilang bahwa orang yang religius pun masih bisa melakukan begal. Ini kan kontradiktif antara ayat tersebut dengan gaya hidup tadi. Menurut bapak bagaimana cara menjelaskan kesenjangan ini?
G: Shalatnya kayak apa? Kalau shalatnya kayak asal – asalan saja ya, dia tidak mengerti shalat itu apa ya, masih banyak orang yang tidak mengerti shalat. Dia gak mengerti salam itu buat apa terakhir. Dia gak tahu salam kiri kanan itu ada malaikat yang kemana – mana ikut. Makanya dia cuek – cuek aja salam gak ngerti apa – apa. Selesai shalat tidak tahu kalau malaikatnya ngikut terus langsung melakukan perbuatan jelek. Jadi tidak sedikit orang yang shalat berbuat jahat.
Hari ini dia shalat besok dia membegal negara jadi koruptor. Banyak itu. Jadi dia shalatnya tidak mengerti. Kalau dia mengerti shalat, malaikat dikiri kanan dia ada berbuat sedikit kesalahan saja dia takut. Tapi kalau tidak mengerti apa itu shalat ya percuma.
D: Begitu ya pak. Disini ada teori menarik. Coba kita ke pertanyaan berikutnya.
Kalau menurut bapak solusi pencegahan secara keagamaan kepada orang supaya dia tidak membegal dan memiliki iman yang lebih baik itu seperti apa?
G: Banyak solusinya sebenarnya. Harus dari hatinya sendiri. Dia mau belajar agama dengan benar, mau ibadah dengan benar, mau hidup dengan benar, artinya lakukanlah hidup yang halal. Makan yang halal jangan narkoba, narkoba segitu bayarnya setengah mati kan tidak cukup uang dia. Coba kalau hidupnya halal, makannya nikmat. Halal juga ada yang halal biasa dan halal toyyiban. Kalau udah halal toyyiban pula kan enak.
D: Kalau maksud saya solusinya seperti komplek rumah sekitar diadakan pengajian bareng, diadakan penyuluhan di masjid bahwa begal itu perbuatan agama yang dilarang agama, itu besar tidak pengarruhnya dalam mengurangi begal?
G: Kalau misalnya di Pondok Cibubur ini tidak akan berpengaruh bahwa begal itu jahat dan lain – lain, percuma. Kalau di Pondok Cibubur sebenarnya rata – rata stratanya sudah lebih baik, sudah berpendidikan lebih baik. Sudah tahu mana yang baik dan mana yang salah. Cuma memang kalau koruptor memang saya tidak jamin ya. Kalau begal masih kelihatan. Mungkin yang jadi koruptor masih banyak. Masih bisa lebih parah dari begal. Jangan lihat begal yang ada dijalan saja
yang paling berat ya koruptor. Sama dia, menguasai harta orang dengan paksa, menguasai orang dengan kelicikan, menguasai harta orang dengan tidak benar.
Lebih parah dia dari begal.
D: Jadi bapak juga menitik beratkan bahwa tidak hanya pendidikkan agama tapi pendidikan secara umum pun berpengaruh pada begal?
G: Betul, betul. Berpengaruh banget pendidikkan secara umum. Sekarang orang yang namanya budi pekerti itu pernah diajarkan dari sekolah dasar. Ketika saya kecil ada namanya pelajaran budi pekerti. Kalau budi pekerti diajarkan lagi selain agama pasti jauh lebih baik.
D: Ok. Wah, cukup banyak juga yang saya dapat hari ini. Sekarang kita masuk ke pertanyaan terakhir ya. Tolong beri kesimpulan kepada saya begal itu bagaimana secara agama. Intinya apa yang tadi kita bicarakan coba disimpulkan secara agama.
G: Ya begal itu selalu ada dimana – mana. Ada begal kontemporer dijalan dan begal yang berupa koruptor. Ya semua itu harus dihilangkan. Itu penyakit masyarakat paling berat dan itu tanggung jawab negara, tidak hanya tanggung jawab personal atau sekelompok masyarakat. Karena gaya hidup dan pola dan juga ketersediaan tempat untuk itu. Orang tidak bisa korupsi bila tidak ada kesempatan untuk korupsi. Orang tidak akan begal kalau tidak ada kesempatannya. Nah kesempatan itu yang harus ditutup. Jadi itu tugas pemerintah. Mempersempit daerah – daerah yang bisa dipakai untuk membegal baik dipemerintahan maupun dijalan.
D: Sebentar pak sebelum saya tutup, satu pertanyaan lagi. Tadi kan menurut bapak pemerintah harus menutup jalan dan lain – lain. Kebanyakan solusi berasal dari pemerintah. Boleh saya tahu mungkin ada satu atau dua solusi dari bapak yang dapat dilakukan pemerintah kepada masyarakat agar begal tidak terjadi?
G: Ya sulit. Semua peraturan pemerintah kan sudah dibuat. Tapi kalau yang buat peraturannya juga mempermudah hal tadi terjadi ya kecurangan dan begal bakal terjadi lagi. Nah kita kan sudah presidentil, ada Dewan Perwakilan Rakyat, kalau dia bikin aturan dan lain sebagainya aturannya itu mempermudah dia melakukan korupsi ya pasti korupsi lagi. Pasti terjadi pembegalan lagi. Termasuk juga dijalan. Coba sekarang, orang yang membegal motor. Motornya dijual kemana?
Kalau ada yang menerima ya tetap saja. Ada yang menerima kemudian dibawa kekampung tanpa STNK, dikampung boleh jalan ya tetap saja. Jadi lihat, orang jual motor hasil begal itu diujung kulon, disana satu kampung semua motor berasal dari kota dan harganya hanya satu sampai dua juta. Luar biasa kan? Nah jadi seperti itu kondisinya, peraturannya yang harus dirubah.
D: Seperti peraturan dilarang penjualan gelap dan peraturan segala macam kelengkapan surat harus ada begitu?
G: Nah iya. Betul begitu, tidak ada yang lain.
D: Saya rasa cukup sekian dulu ya pak. Terima kasih banyak wawancara dan pembelajarannya hari ini.