LAPORAN MAGANG
PEMELIHARAAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) SECARA SEDERHANA DENGAN TEKNIK PRUNING DI KPH DIY
YOGYAKARTA/BDH PALIYAN/RPH MULO
Oleh :
GLORIA NATALIA PALA NIM. 1604070008
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN
KUPANG 2019
LAPORAN MAGANG
PEMELIHARAAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) SECARA SEDERHANA DENGAN TEKNIK PRUNING DI KPH DIY
YOGYAKARTA/BDH PALIYAN/RPH MULO
Oleh :
GLORIA NATALIA PALA NIM. 1604070008
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian Universitas Nusa
Cendana
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN
KUPANG 2019
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN MAGANG
PEMELIHARAAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) SECARA SEDERHANA DENGAN TEKNIK PRUNING DI KPH DIY
YOGYAKARTA/BDH PALIYAN/RPH MULO
Oleh :
GLORIA NATALIA PALA NIM. 1604070008
Diterima dan disetujui:
Tanggal :
Dosen Pembimbing Utama
Wilhelmina Seran, S.Hut., M.Si NIP. 19820101 200604 2 001
Dosen Penguji
Astin Elise Mau, SP., M.P NIP. 19870807 201504 2002
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG
PEMELIHARAAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) SECARA SEDERHANA DENGAN TEKNIK PRUNING DI KPH DIY
YOGYAKARTA/BDH PALIYAN/RPH MULO
Oleh :
GLORIA NATALIA PALA NIM. 1604070008
Disetujuioleh : Kepala BDH Paliyan
NIP. 19620204 198603 1 002
Dosen Pembimbing Utama
Wilhelmina Seran, S.Hut., M.Si NIP. 19820101 200604 2 001
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 Tahun 1999).
Jati (Tectona grandis Linn.f.) merupakan salah satu jenis tanaman yang sudah banyak dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat luas dalam bentuk hutan tanaman maupun hutan rakyat. Hal ini di karenakan hingga saat ini Jati merupakan komoditas kayu mewah, berkualitas tinggi, harga jualnya mahal, dan bernilai ekonomis tinggi. Kayu Jati dapat digunakan sebagai bahan dasar pembangunan rumah, konstruksi jembatan, kayu lapis, rangka kusen, pintu, jendela, kerajinan pahat yang bernilai seni tinggi juga untuk furniture. Di indonesia, Jati merupakan salah satu tanaman yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam menyediakan bahan baku kayu. Kelebihan Jati tidak hanya terletak pada kualitas kayu yang sangat bagus dan bernilai ekonomis sangat tinggi tetapi juga karena sifat-sifat silviculturnya yang secara umum telah di kuasai.
Jati Unggul Nusantara merupakan salah satu merek dagang jati dengan sifat yang unggul serta memiliki kemampuan tumbuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan jati lokal yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas (Irwanto dalam Nugraha, 2012).
2
Pruning merupakan kegiatan pemangkasan cabang-cabang pohon yang masih muda dan tumbuh pada batang utama pohon. Tujuan dari pruning ialah untuk meningkatkan tinggi bebas cabang dan mengurangi mata kayu dari batang utama. Manfaat pruning dengan menghilangkan cabang atau ranting yang tidak perlukan maka nutrisi pohon akan lebih terkonsentrasi untuk pertumbuhan pohon, kayu hasil pruning dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan tambahan para petani dan mengurangi resiko kebakaran hutan, karena menghambat merambatnya api dari tajuk ke tajuk jati lainnya.
Salah satu lokasi magang yang ditunjuk kali ini adalah Bagian Daerah hutan (BDH) Paliyan, Resort Pengelolahan Hutan (RPH) Mulo, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogjakarta di Desa Pacarejo Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Yogjakarta.
Berdasarkan kegiatan di lapangan, maka perlu dibuat laporan magang mengenai “Pemeliharaan Jati Unggul Nusantara (JUN) Secara Sederhana dengan Teknik Pruning di RPH Mulo BDH Paliyan KPH Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta”
B. Tujuan
Adapun tujuan magang yang ingin dicapai adalah :
a. Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan serta ketrampilan mahasiswa dalam praktek kerja lapangan.
3
b. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Srata satu (S1) di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana.
c. Untuk mengetahui pemeliharaan jati unggul nusantara secara sederhana dengan teknik wiwil/pruning.
C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa
a. Melatih ketarampilan mahasiswa tingkat sarjana berdasarkan pengetahuan yang telah di perolehnya selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Kehutanan Universitas Nusa Cendana belajar mengenal dinamika dan kondisi nyata dunia kerja pada unit-unit kerja, baik dalam lingkungan pemerintah maupun KPH dan atau Resort Pengelolaan Hutan (RPH)
b. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan mencoba menemkan pengalaman baru yang belum di peroleh di pendidikan formal
2. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
a. Sebagai bahan evaluasi untuk penyesuaian kurikulum agar menjadi lebih baik dari hasil magang yang dilakukan oleh mahasiswa.
b. Sebagai sarana pengenalan instansi Kehutanan kepada badan usaha yang membutuhkan lulusan atau tenaga kerja yang dihasilkan oleh Program Studi Kehutanan Universitas Nusa Cendana Kupang.
4 3. Bagi Pemerintah
Sebagai salah satu sarana penghubung antara pihak instansi dengan Program Studi Kehutanan, Undana Kupang dan dapat melaksanakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika Jati Unggul Nusantara
Menurut Sumarna dalam Puspitasari, (2009) menyatakan secara taksonomi Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenales Familia : Verbenaceae Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. f.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-45 meter. Berdaun besar yang lurus di musim kemarau ( Sumarna dalam Puspitasari, 2009).
B. Morfologi Jati Unggul Nusantara 1. Daun
Daun jati umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm
× 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm.
berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol
6
di buku – bukunya. Daun yang muda yang sering berwarna coklat kemerah- merahan ( Steenis dalam Manurung, 2015).
Tanaman jati akan gugur antara bulan november hingga januari dan akan tumbuh lagi pada Januari atau Maret. Secara umum pertumbuhnya ditentukan oleh kondisi musim. Daun jati letaknya saling berhadapan berbentuk opposite bertangkai pendek. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau dan kasar sedangkan bagian bawah berwarna hijau kekuning-kuningan berbulu halus, di antara rambut-rambutnya terdapat kalenjar merah yang menggembung, sedangkan daun yang masih muda berwarna hijau tua keabu-abuan. Daun jati di manfaatkan secara tradisional di jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan.
Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang dikenal dari daerah jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan di Yogjakarta, Jawa Tengah sebagai pembungkus tempe.
2. Batang
Batang jati dapat mencapai tinggi 30-40 meter. Pada habitat kering, pertumbuhan menjadi terhambat, cabang lebih banyak, melebar dan membentuk semak. Pada daerah yang bagus, batang bebas cabang 15-20 meter atau lebih, percabangan kurang dan rimbun. Pohon tua sering beralur. Kulit batang tebal, berwarna abu-abu atau coklat muda ke abu-abuan.
3. Bunga dan Buah
Masa berbunga dan berbuahnya adalah Juni-Agustus setiap tahunnya.
Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri dari benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Buahnya
7
keras, terbungkus kulit berdaging, lunak tidak merata ( tipe buah batu). Ukuran buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17 mm. struktur buah terdiri dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah tebal seperti gabus, bagian dalamnya keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah perkilo gram bervariasi sekitar 1.100-3500 butir, rata-rata 2000 buah per kg. benihnya berbentuk oval, ukuran kira-kira 6×4 mm, jarang dijumpai dalam keempat ruang sisi benih seluruhnya, umumnya hanya berisi 1-2 benih. Seringkali hanya 1 benih yang tumbuh jadi anakan.
4. Akar
Jati memiliki 2 jenis akar yaitu tunggang dan serabut.Akar tungganng merupakan akar yang tumbuh kebawah dan berukuran besar.Fungsi utamanya menegakkan pohon agar tidak mudah roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk mencari air dan unsur hara.
5. Kayu
Pohon jati merupakan jenis pohon tropis dan sub tropis dikenal sejak abad kesembilan sebagai pohon dengan kualitas tinggi dan awet sampai 500 tahun.
Kayunya berwarna kemerah-merahan. Pohon tua sering beralur dan berbanir atau bercorak. Kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda keabu-abuan.
C. Syarat Tumbuh
Jati Unggul Nusantara dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki ketinggian sampai 400 meter dpl, drainase yang baik, PH tanah 6.0-7.5 dan bukan merupakan lahan yang becek atau tergenang. Pengengguan teknologi induksi perakaran, dihasilkan akar tunjang majemuk dan akar serabut, sehingga
8
bibit JUN menyerap banyak zat hara. Hal inilah yang menyebabkan JUN tumbuh cepat dan kokoh. Jika dibandingkan dengan bibit jati biasa, JUN memiliki kecepatan tumbuh mencapai empat kali lipat (PT.Surya Silva Mataram).
D. Jati Unggul Nusantara
Jati Unggul Nusantara merupakan bibit unggul hasil dari perbanyakan kultur jaringan yang dikembangkan pertama kali dalam laboraturium, dimana tanaman induknya berasal dari Myanmar. Jati Unggul sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand. Klonal unggul ini memiliki keunggulan genetik sama dengan induknya dan waktu panen relatif cepat yaitu antara 15-20 tahun.
Tanaman jati pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja ditanam daan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman lain. Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh di daerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang jelas (Tini 2002).
Jati Unggul memiliki beberapa keunggulan seperti sangat baik di tanam dengan sistem tumpangsari, baik dengan tanaman perkebunan maupun pertanian.
Tumpangsari yang dapat dilakukan dengan tanaman perkebunan antara lain terhadap tanaman Karet, Kakao, Kopi, dan Kelapa. Selain itu, JUN dapat di tumpangsarikan tanaman Jagung, Pepaya dan Singkong.
Bibit Jati Unggul Nusantara dapat tumbuh dimana saja dengan catatan, lahan tidak tergenang air. PH tidak asam (6.0-7.5), tanah lempung berpasir, ketinggian tidak lebih dari 400 meter dpl, dan curah hujan 1.000-2.500 mm/tahun dengan temperatur 22-38 derajat celcius (Wuryan 2008).
9
Jati Unggul Nusantara memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memiliki perakaran tunjang majemuk, cepat besar, kokoh, sehingga tidak mudah roboh dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap nutrisi. Keunggulan lainnya adalah masa panen yang relatif singkat 5-20 tahun, namun tetap menghasilkan kayu berkualitas. Hasil kayu yang dapat diharapkan minimal mencapai 200 m³ perhektar, berbatang lurus seperti pinsil (10 meter tanpa cabang) (Wuryan, 2008).
E. Penyebaraan Tanaman Jati
Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indonesia, China, Sampai Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemuadian menyebar ke Semenanjung India, Thailand, Filipina, Sumba dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilanka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Di Afrika dan Karibia juga banyak dipelihara.
Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilanka ( sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909). Iklim yang cocok adalah memiliki musim yang kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm/pertahun dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun.
10
Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0-700 m dpl, meski jati bisa tumbuh hingga 1300m dpl. Jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati, pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunnya tebal. Dan juga buah jati memiliki kulit tebal dan tempurung yang keras. Hingga batas tertentu, jika terbakar lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba. Guguran daun lebar dan rerantingan jati menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran tersebut dapat memicu kebakaran yang dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain.
Demikianlah pemurniaan jati, biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati. Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan Ph antara 6-8, sarang ( memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur calcium (Ca) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan ke Jawa, ditanam oleh orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Karena nilai kayunya, jati kini dikembangkan diluar daerah penyebaran lainnya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, Selandia Baru, Pasifik dan Taiwan.
11
F. Penanaman dan Pemeliharaan JUN
Adapun Penanaman dan Pemeliharaan Jati Unggul Nusantara sebagai berikut :
1. Penentuan Titik Awal dan Jarak Tanam
Agar diperoleh arah tanaman yang lurus jika dipandang maka kita pergunakan dengan jarak tanam 3 × 4 m, sehingga diperlukan bibit sebanyak 1.100 batang/Ha.
2. Pemasangan Ajir
Ajir dipasang secara tegak lurus dengan menarik meteran/ tambang yang telah diberi ukuran sesuai jarak tanam.
3. Pembuatan Lubang Tana
Ukuran lubang tanam 40 × 40 × 40 cm 4. Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk NPK 200 gram, dan pupuk kandang 3-5 kg dimasukan kedalam lubang tanam, diaduk secara merata dengan dicampur media tanah, pada kondisi tanah dengan Ph rendah (kurang dari 6) dianjurkan untuk pemberian kapstan kapur pertanian 100 gr/ lubang tanam, setelah semua pupuk tercampur kemudian dilapisi tanah setebal 5-10 cm.
5. Penanaman
Polibag dilepas/dibuang, bibit ditanam ditengah lubang dengan posisi tegak lurus dan ditutup dengan tanah galian dan dipadatkan agar tanah polibag dan tanah tempat tumbuh kompak merata.
6. Pemupukan
12
Pemupukan dilaksanakan sekali dalam 1 tahun, dilakukan pada awal musim hujan dengan dosis perbatang sebagai berikut :
Umur 1 Tahun : NPK (Phonska) 300 gram ZA 150 gram
Pupuk kandang 5 kg
Umur 2 Tahun : NPK (Phonska) 400 gram ZA 200 gram
Pupuk kandang 5 kg
Umur 3 Tahun : NPK (Phonska) 500 gram ZA 250 gram
Pupuk kandang 5 kg
Umur 4 Tahun : NPK (Phonska) 600 gram ZA 300 gram
Pupuk kandang 5 kg
Pemupukan merupakan proses untuk memperbaiki atau memberikan tambahan unsur –unsur hara pada tanah, baik secara langsung agar dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan pada tanaman. Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas pada tanaman. Selain itu proses pemupukan sangat berperan dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman.
13
BAB III
METODE PELAKSANAN MAGANG A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan dibagian dari hutan Paliyan kesatuan pengelolaan hutan Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Waktu pelaksanaan magang berlangsung selama satu bulan yakni dari tanggal 26 juni sampai dengan tanggal 26 juli 2019.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah alat tulis, kamera, recorder atau perekam suara serta bahan yang digunakan adalah kayu Jati Unggul Nusantara.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan laporan magang adalah :
1) Wawancara
Wawancara digunakan apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti.Penulis secara langsung menanyakan beberapa pertanyaan kepada pihak yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat serta dapat dipercaya. Setelah mendapatkan data dari hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh penulis akan menjadi dasar dalam penyusunan laporan magang.
14 2) Diskusi
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terhadap kegiatan pemeliharaan terhadap kayu Jati Unggul Nusantara.
3) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan materi penyusunan laporan magang. Dalam hal ini penulis mengambil data-data tentang laporan pemeliharaan Jati Unggul Nusantara secara sederhana dengan teknik pruning di Resort Pengelolaan Hutan Mulo Bagian Daerah Paliyan Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta sebagai judul dalam laporan magang.
4) Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan pada encarian data dan informasi melalui kegiata penelusuran kepustakaan dan menelaah sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain untuk menunjang penulisan laporan.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta Luas hutan di Provinsi DIY menurut Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan No. : 188.4/3710 Tanggal 22 Oktober 2003 adalah 18.715,06 ha atau sebesar 5,86% dari 318.518 ha luas Provinsi DIY.
Hutan terbesar tersebar di empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten GunungKidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman. Kabupaten Gunungkidul memiliki areal hutan terluas dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hutan konservasi seluas 1.262,15 ha dikelola oleh Balai KPH Yogyakarta sebagai Unit Pelaksa Teknis Dinas (UPTD) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wilayah hutan balai KPH Yogyakarta terletak diantara 07º48’4.8” - 08º8’8.08” LS dan 110º04’10.16” - 110º42’42.7” BT, seluas 16.358,60 ha yang tersebar pada 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon progo. Wilayah kelola KPH Yogyakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 721/Menhut-II/2011 seluas 15.724,50 ha terbagi menjadi Hutan Produksi seluas 13.411,70 ha, dan Hutan Lindung seluas 2.312,80 ha.
Wilayah hutan KPH Yogyakarta tersebar pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Gunungkidul seluas 13.826,800 ha, Kabupaten Bantul seluas 1.041,20 ha dan Kabupaten Kulon Progo seluas 856,50 ha.
Areal KPH Yogyakarta sebagian besar terletak di Kabupaten Gunungkidul yaitu seluas 13.826,80 ha (88%), dan sisanya tersebar di
16
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Kawasan hutan di wilayah Balai KPH Yogyakarta terbagi menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yaitu menjadi kawasan hutan produksi maupun hutan lindung.
Pengelolaan hutan di Daerah Istimewa Yogykarta dimulai sejak jaman penjajahan dan telah dilakukan sistem pembagian kedalam unit-unit pengelolaan hutan yaitu dalam unit-unit Bagian Daerah Hutan (BDH) dan Resort Pengelolaan Hutan (RPH). Seiring berkembangnya waktu, dengan adanya pengunaan fungsi/ahli fungsi kawasan hutan menyebabkan penataan wilayah dalam satuan BDH dan RPH ini perlu disempurnakan kembali.
Sejak dibentuknya Balai KPH Yogyakarta tahun 2008, pada tahun 2010 Balai KPH Yogyakarta telah melakukan penyempurnaan pembagian wilayah BDH dan RPH. Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY 188/8898 tanggal 30 November 2010 tentang Penetapan Wilayah Kerja Bagian Daerah Hutan (BDH) dan 25 wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH).
17
B. RPH Mulo
RPH Mulo dipimpin oleh bapak Wardiyo selaku Mantri yang mengelola hutan produksi yang terdiri dari 10 petak yaitu petak 151 dengan luasan 90,8 Ha yang dirincikan sebagai berikut 12,3 Ha dan 3 Ha tidak dikelolah untuk ditanami tanaman kehutanan, 75,5 Ha ditanami jati (Tectona grandis) sebanyak 1.400 batang/Ha, petak 152 dengan luasan 61,9 Ha yang didominasi oleh jati (Tectona grandis) sebanyak 1.500 batang/Ha, petak 153 dengan luasan 49,6 Ha yang didominasi oleh jati (Tectona grandis) sebanyak 31.117 batang/Ha, petak 154 dengan luasan 60,932 Ha yang akan ditanami Jati Unggul Nusantara (JUN), petak 155 dengan luasan 54,5 Ha dirincikan dirincikan sebagai berikut.
Jati (Tectona grandis) GN-RHL sebanyak 400 batang/Ha dengan luasan 52 Ha dan JUN sebanyak 900 batang/Ha seluas 2,5 Ha, petak 156 dengan luasan 113,8 Ha yang dirincikan 7,3 Ha ditanami Jati (Tectona grandis) dan kayu putih (Melaleuca leukadenra Linn) sebanyak 750 batang/Ha, Jati (Tectona grandis) GN-RHL sebanyak 1.600 batang/Ha dengan luasan 60 Ha, Jati (Tectona grandis) HKm sebanyak 750 batang/Ha dengan luasan 43,5 Ha, JUN sebanyak 2.412 batang/Ha dengan luasan 3 Ha, petak 157 dengan luasan 104,5 Ha yang dirincikan JUN sebanyak 31.295 batang/Ha dengan luasan 37,97 Ha, Mahoni (Swetenia mahagoni) sebanyak 200 batang/Ha dengan luasan 2 Ha, Mahoni (Swetenia mahagoni) dan Acacia sebanyak 124 batang/Ha dengan luasan 9,53 Ha, Jati (Tectona grandis) GN-RHL sebanyak 750 batang/Ha dengan luasan 55 Ha, petak 158 dengan luasan 57,1 Ha yang dirincikan sebagai berikut JUN seluas 22,93 Ha sebanyak 18.905 batang/Ha.
18
Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swetenia mahagoni) dan Acacia GN- RHL seluas 30 Ha sebanyak 1.500 batang/Ha, Acacia sebanyak 15 batang/Ha seluas 4,17 Ha, petak 159 dengan luasan 64,2 Ha yang dirincikan Jati (Tectona grandis) GN-RHL sebanyak 700 batang/Ha dengan luasan 20 Ha, Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Acacia HKm sebanyak 650 batang/Ha dengan luasan 31 Ha, Jati (Tectona grandis) swadaya sebanyak 600 batang/Ha dengan luasan 10,7 Ha, serta Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Acacia sebanyak 650 batang/Ha dengan luasan 2,5 Ha, petak 160 dengan luasan 89 Ha yang dirincikan sebagai berikut Jati (Tectona grandis) swadaya sebanyak 500 batang/Ha dengan luasan 2 Ha, Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Acasia sebanyak 1000 batang/Ha dengan luasan 5 Ha, JUN sebanyak 38.827 batang/Ha dengan luasan 48 Ha, Jati (Tectona grandis) dan Acasia GN-RHL sebanyak 650 batang/Ha dengan luasan 10 Ha, Kayu Putih (Melaleuca leukadenra Linn) dan Acasia sebanyak 720 batang/Ha dengan luasan 4 Ha, dan Jati (Tectona grandis) HKm dengan luasan 20 Ha sebanyak 500 batang/Ha.
C. Pelaksanaan Pemeliharan Jati Unggul Nusantara dengan Teknik Pruning
Pruning adalah kegiataan pembuangan cabang untuk memperoleh batang bebas cabang yang bebas dari mata kayu (Kokasih et al., 2010) dan membentuk struktur pohon dalam memudahkan akses ke tegakan dalam pemeliharaan serta mengurangi kelembaban udara dalam tegakan untuk mencegah berkembangnya hama penyakit.
19
Pruning adalah kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan dalam pembangunan hutan tanaman. Kegiatan pemangkasan pada hutan tanaman terutama di peruntukkan untuk menghasil kayu pertukangan. Kegiatan pemangkasan berkaitan erat dengan kualitas batang yang dihasilkan dimana diharapkan mendapatkan kayu bernilai ekonomis tinggi yaitu kayu berukuran besar dengan mata kayu yang sedikit. Pruning sangat mempengaruhi teknik pemangkasan pada jenis-jenis hutan tanaman. Untuk jenis-jenis kayu penghasil kayu pertukangan yang mempunyai sifat percabangan aktif, sebaiknya pemangkasan dilakukan pada tanaman masih muda sehingga proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Jati (Tectona grandis) tanaman yang baik bila batang yang bebas dari percabangan setinggi 4 meter. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas atau cabang pada batang inti. Bekas potongan cabang pada batang sebaiknya diolesi dengan minyak kayu agar terhindar dari kemungkinan masuknya hama dan penyakit (Sumarna dalam Junaidah, 2005).
Pemangkasan dilakukan dengan memangkas habis semua ujung-ujung ranting tempat keluarnya bunga/buah, selain itu pemangkasan juga bertujuan untuk memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan tinggi tanaman yang tetap pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh terlalu melebar ke arah samping menghabiskan banyak tempat untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pangkas habis pula semua tunas air yang muncul serta membuang semua ranting kering yang mati ( Dwidjoseputro dalam Putri, 2010).
20
Salah satu cara Pemeliharaan Jati Unggul Nusantara yang berada di RPH Mulo sebagai berikut:
1. Di RPH Mulo pemeliharaan Jati Unggul Nusantara melakukan pruning setiap bulan pada umur 4-5 tahun atau ketinggian 8-9 meter.
2. Menentukan cabang yang akan dipangkas dan bagian cabang yang akan dipangkas.
3. Pruning harus menggunakan alat bantu yang berupa Gunting Dahan, Gergaji Dahan ataupun Sabit.
4. Pada teknik ini usahakan saat melakukan pruning jangan memakai tangan, agar batang pohon Jati Unggul Nusantara tidak melukai kulit dan mendatangkan hama yang masuk pada batang pohon yang sudah di pruning.
5. Salah satu teknik pruning yang dilakukan di RPH Mulo ialah gergaji dari bawah baru ke atas tujuannya agar batang yang di pangkas tidak merusak pohon.
D. Keunggulan Pruning
Gambar 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Pruning
21
Pruning dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam pertumbuhan tanaman, namun proses pemangkasan dalam kegiatan budidaya sangatlah memberikan dampak yang sangat nyata, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa keunggulan yang di hasilkan, sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya Iklim Mikro
Iklim mikro adalah sarang berkembangnya hama dan penyakit pada daerah cabang dan ranting yang rimbun, pemangkasan pada cabang atau ranting yang rimbun akan dapat mencegah serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Kondisi lingkungan yang bersih dan tidak lembab akan menekan perkembangan hama dan jamur. Jamur atau hama akan menjauh pada lingkungan yang sirkulasi udaranya baik dan terjangkau sinar matahari.
2. Mempercepat terjadinya pembungaan dan pembuahan
Tunas atau pucuk batang yang dipruning akan menghentikan dominasi apikal. Waktu di saat yang sama akan merangsang tunas-tunas baru tumbuh yang akan menghasilkan bakal bunga. Keadaan ini membuat nutrisi yang diperoleh tanaman akan digunakan fokus untuk membentuk bunga atau buah. Selain pada tunas dan pucuk batang, pemangkasan hendaknya juga dilakukan pada dahan dan ranting yang terserang penyakit (virus atau fungi), atau ranting yang luka.
3. Memperkokoh batang tanaman
Pemangkasan dilakukan agar beban yang dimiliki oleh batang untuk menopang tanaman secara keseluruhan dapat dikurangi. Hal ini akan tampak jelas terutama pada tanaman yang dikembangbiakan secara stek, karena pada hasilnya batang pohon tetap berdiri tegak dan tidak rebah.
22 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pruning adalah penghilangan beberapa bagian tanaman. Dalam suatu kebun hal ini biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang tidak produktif, atau yang tidak diinginkan. Pruning bertujuan untuk memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan tinggi tanaman yang tetap pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh terlalu melebar ke arah samping menghabiskan banyak tempat untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan..
B. Saran
Disarankan untuk RPH Mulo, mandor harus lebih melakukan pengamatan yang lebih rutin dalam melakukan pemeliharaan Jati Unggul Nusantara sehingga pada saat prunning diperoleh kualitas kayu yang lebih baik dan maksimal.