• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (Studi Deskriptif Pada Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Pandeglang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (Studi Deskriptif Pada Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Pandeglang)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Pada Pelatihan Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Pandeglang)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh :

Bangun Yoga Wibowo

NIM: 1201564

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: kompetensi dasar sosiologi kelas xii kurikulum 2013

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENERAPAN

KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR” (Studi Deskriptif Pada Pelatihan

Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Pandeglang). ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu

yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap

menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, 7 November 2014 Yang membuat pernyataan,

Bangun Yoga Wibowo

(3)

IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENERAPAN

KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Pada Pelatihan Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar

Di Kabupaten Pandeglang)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing 1

Dr. Toto Ruhimat M.Pd NIP. 19571121 198503 1 001

Pembimbing 2

Dr. Rusman M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENERAPAN

KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Pada Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar Di Kabupaten Pandeglang)

Penelitian ini berlatarbelakang permasalahan masih rendahnya kompetensi guru di Kabupaten Pandeglang dalam penerapan kurikulum 2013. Masalah ini disebabkan oleh rendahnya motivasi guru untuk terus mengembangkan kompetensinya, kurikulum pelatihan belum sesuai dengan kebutuhan guru dilapangan, kurangnya dukungan Kepala Sekolah serta sarana untuk pengembangan diri bagi para guru. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi kurikulum pelatihan yang bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013 di sekolah dasar serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan implementasi kurikulum pelatihan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah 1) prosedur implementasi kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013 yang meliputi langkah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Langkah perencanaan/persiapan meliputi rekrutmen peserta pelatihan, persiapan TPK, identifikasi kebutuhan belajar, penentuan instruktur nasional, kemungkinan hambatan, penjabaran materi dan pengadaan sarana belajar. Tahap pelaksanaan meliputi pembahasan mengenai urutan kegiatan, materi pelatihan, serta metode pembelajaran. langkah evaluasi menggunakan pre test dan post test untuk mengkur pengetahuan guru serta menggunakan penilaian sikap dan keterampilan ntuk mengevaluasi hasil belajar. 2) faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum pelatihan yang meliputi, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini berasal dari motivasi pelatih dan peserta pelatihan dalam mengukuti pelatihan guna meningkatkan kompetensinya. Faktor ekternal adalah faktor yang berasal dari sisi teknis seperti ketersediaan sarana dan prasarana, media, waktu dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan. Kurikulum pelatihan diimplementasikan dengan baik dalam bentuk kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 yang hasilnya dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penerapannya

(5)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF CURRICULUM TRAINING FOR IMPROVING TEACHERS COMPETENCE IN APPLYING CURRICULUM 2013 IN

ELEMENTARY SCHOOL

(Descriptive Study on Curriculum 2013 Implementation Training for Elementary School in Pandeglang)

This study concerns on the problem’s background about the low of teachers’

competence in the implementation of curriculum 2013in Pandeglang. This problem is caused by the low motivation of teachers in developing their competencies, curriculum training does not meet the needs of teachers in the field, the lack of support from the School Principal and the means for self-development for teachers. This study focuses on the implementation of the training curriculum that aims to describe the implementation of the curriculum training to improve the teachers competence in applying curriculum 2013 in elementary school and the factors that affect the implementation of the of the curriculum implementation training. The method used in this research is descriptive qualitative approach. Data collection instruments used in this study were interviews, observation and documentation study. The results of this study are 1) curriculum implementation training procedures to improve the teachers competence in applying curriculum 2013 which includes the steps of planning, implementation and evaluation. The panning/preparation step includes the recruitment of trainees, TPK preparation, the learning needs identification, the determination of national instructors, obstacles possible, translation of materials and school facilities availability.Implementation step includes a discussion of the sequence of events, training materials, and methods of learning. The evaluation step used pre-test and post-test to measure the teachers’ knowledge and used the attitudes and skills assessment for evaluating the learning outcomes. 2) Factors that affect the implementation of the training curriculum were internal and external factors. The

internal factors derived from the trainers and trainees’ motivation in following the

training to improve their competence.External factors are factors derived from the technical side as the availability of facilities and infrastructure, media, time and methods used in the implementation of training. The curriculum training was implemented well in the form of activities in the implementation of the curriculum

2013 training that the results could improve the teachers’ competence in applying

Curriculum 2013.

Keywords: Implementation of curriculum, curriculum training, teachers’

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Mengacu pada peraturan perundang-undangan Nomor 20 Tahun 2003

mengenai Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yang menjelaskan bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai komponen

kurikulum yang berisikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta metode yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu. Indonesia sudah mengalami perkembangan kurikulum

sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan

kebutuhan terhadap pendidikan. Perubahan ini tercermin dari perubahan kurikulum

yang dimulai sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 2013 yang menunjukan

perkembangan dinamika dunia pendidikan. Perubahan tersebut adalah langkah nyata

bahwa pendidikan harus mempersiapkan generasi baru yang sanggup memenuhi

kebutuhan zaman di masa depan. Produk pendidikan yang dihasilkan adalah manusia

yang mampu memanfaatkan teknologi dan berdaya fikir modern tanpa

mengesampingkan aspek nilai-nilai luhur bangsa, norma, tradisi, budaya dan aturan

agama.

Kurikulum 2013 adalah hasil pengembangan dari kurikulum 2006 yang

mengusung KTSP. Aspek perubahan ini dilandasi oleh perkembangan dalam dunia

pendidikan, prediksi tentang tuntutan masa depan, persepsi masyarakat,

perkembangan ilmu pengetahuan dan pedagogik, serta kebutuhan kompetensi dimasa

yang akan datang. Pada hakikatnya pengembangan kurikulum yang dilakukan tidak

lain adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, yang tujuan

akhirnya adalah peningkatan mutu sumber daya menusia Indonesia. Perkembangan

kurikulum dianggap sebagai penentu masa depan bangsa, Oleh karena itu kurikulum

(7)

masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan

negara.

Beberapa faktor yang mendasari perubahan kurikulum adalah relevansi antara

kurikulum dan kebutuhan peserta didik yang sudah tidak sesuai. Permasalahan yang

timbul pada penerapan kurikulum 2006 antara lain, isi kurikulum yang terlalu padat,

hal tersebut ditunjukan dengan penumpukan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan

pola perkembangan anak. Efek dari implementasi tersebut menyebabkan tingkah

kejenuhan siswa terhadap pelajaran di sekolah semakin maningkat. Selanjutnya

kompetensi yang disusun belum seluruhnya terintegrasi sesuai dengan kebutuhan

siswa seperti diantaranya adalah pendidikan karakter, soft skill dan hard skill, metode

pembelajaran aktif dan aspek kemampuan kewirausahaan. Sehingga dirasakan perlu

adanya pengembangan terhadap kurikulum 2006 yang telah diaplikasikan dalam segi

kompetensi yang akan dicapai. Proses pembelajaran pada kurikulum 2006 belum

menunjukan pola urutan belajar yang rinci. Hal itu menyebabkan timbulnya beraneka

macam penafsiran dan pada akhirnya pembelajaran kembali pada pembelajaran

teacher centered. Pada konteks penilaian, standar penilaian belum mengacu pada

penilaian yang dapat mengukur komponen proses dan hasil, sehingga secara

keseluruhan proses remedial untuk peningkatan kompetensi belum teraplikasi secara

berkala. Berdasarkan beberapa kelemahan yang muncul pada implementasi

kurikulum 2006, maka hal tersebut menjadi landasan bahwa kurikulum sudah perlu

mengalami pengembangan.

Kurikulum 2013 mencoba menjawab tantangan kebutuhan masyarakat akan

pendidikan. Implementasi kurikulum 2013 mengedepankan aspek soft skill dan hard

skill yang dirasa penting bagi peserta didik. Dimana kemampuan ini dirasa perlu

diajarkan bagi kepentingan peserta didik ketika masuk dalam lingkungan kerja

maupun lingkungan sosial. Penanaman konsep-konsep kewirausahaan bertujuan

untuk membentuk peserta didik lebih mandiri dan kreatif, sehingga diharapkan ketika

(8)

pekerjaan baru dengan berwirausaha. Pada proses pembelajaran, kurikulum 2013

menjawab masalah penjejalan isi kurikulum yang tidak sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik dengan mengimplementasikan pembelajaran terpadu dan

mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada mata pelajaran lainnya. Hal ini

bertujuan untuk membangun pemahaman peserta didik secara holistik yang memiliki

rantai penghubung antar seluruh materi pebelajaran yang utuh. Intergrasi pendekatan

saintifik pada setiap pembelajaran juga memberikan kesempatan bagi peserta didik

untuk mengembangkan kompetensi dan kreatifitas yang mereka miliki. Hai ini juga

yang merubah bentuk pelajaran menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik (student centered). Aspek penilaian pada kurikulum 2013 merujuk pada

penilian yang otentik yang menjawab masalah penilaian kompetensi peserta didik

dalam konteks penilaian proses dan hasil.

Pengembangan kurikulum dari kurikulum 2006 pada kurikulum 2013

melahirkan beberapa aspek perubahan. Dijelaskan dalam pedoman pelatihan

kurikulum 2013 aspek perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 antara lain,

standar kompetensi lulusan pada kurikulum 2006 diturunkan dari standar isi,

sementara pada kurikulum 2013 standar kompetensi lulusan diturunkan dari

kebutuhan. Selanjutnya, pada kurikulum 2006 kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran. Sebaliknya, pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai. Perubahan pun terlihat pada mata pelajaran yang

saling lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah,

namun pada kurikulum 2013 setiap mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.

Beberapa perubahan tersebut merupakan langkah yang dilakukan untuk memfasilitasi

kebutuhan masyarakat akan pedidikan, sehingga perlu adanya sosialisasi terhadap

pihak-pihak yang berkepentingan agar tujuan dari perubahan tersebut dapat

terealisasi.

Kurikulum memiliki hubungan yang erat kaitanya dengan tenaga pendidik

(9)

terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran. Implementasi kurikulum 2013

menekankan bahwa pembelajaran harus melibatkan kegiatan yang menumbuhkan

pemahaman, kreativitas, daya pikir, potensi, dan minat peserta didik. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan harus senantiasa diarahkan pada kegiatan yang

mendorong peserta didik menjadi aktif baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam

rangka memahami konsep pada setiap pembelajaran. Hal tersebut dapat terjalin

melalui komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik. Dalam hal ini guru

sebagai fasilitator sangat dituntut untuk mengembangkan kompetensinya dalam

menerapkan kurikulum 2013 dan senantiasa menciptakan pembelajaran yang aktif

dan menyenangkan

Berdasarkan beberapa perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013, maka

hal tersebut memunculkan beberapa tugas penting yang harus dijalankan oleh guru

sebagai implementator kurikulum. Tugas-tugas pada kurikulum 2013 ini menuntut

para guru untuk memiliki kompetensi untuk mendukung penerapan kurikulum 2013

secara komprehensif. Pengembangan kompetensi ini ditujukan untuk memfasilitasi

guru agar dapat mencapai tujuan yang tersirat pada kurikulum 2013, sehingga pada

pelaksanaannya kurikulum ini bukan hanya memberikan manfaat pada peserta didik,

akan tetapi juga memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi guru untuk

kemajuan dunia pendidikan.

Profesionalisme seorang guru bergantung pada kompetensi yang dimiliki

atau kuasai. Menurut Kupper dalam Mahfuddin (2013) menyatakan bahwa

kompetensi adalah kemampuan peserta didik/ pekerja dalam menentukan tugas-tugas

secara memadai untuk menemukan solusi dan dapat merealisasikan tugas-tugas

tersebut dalam situasi kerja. Pada implementasi kurikulum 2013 ini para guru dituntut

untuk mengembangkan kompetensinya baik dalam segi pembelajaran, evaluasi dan

strategi pembelajaran. Perubahan yang tercantum dalam kurikulum ini harus

didukung dengan kompetensi guru yang sesuai dengan tuntutan isi dan tujuan

(10)

Beberapa kompetensi yang perlu dikuasai guru mencakup beberapa hal yang

berkaitan dengan penguasaan bidang studi, pemahaman tentang peserta didik,

penguasaan proses pembelajaran yang mendidik, serta pengembangan kepribadian

dan profesionalitas. Sejalan dengan rumusan kompetensi diatas, berdasarkan PP. No

19 tahun 2005, bahwa konsep kompetensi mencakup kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Cerminan

guru dalam pembelajaran yang menampakan kemampuan pribadi dalam cara

mengajar (kompetensi pedagogik), kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan

bidang studi (kompetensi Profesioal), kemampuan yang berkaitan dengan penampilan

pribadi (kompetensi kepribadian) serta kemampuan yang berkaitan dengan

komunikasi sosial (kompetensi sosial), menjadi ladasan bagi keberhasilan proses

pembelajaran.

Program implementasi kurikulum 2013 ini sudah diterapkan di beberapa

sekolah di Kabupaten Pandeglang. Pemerintah provinsi Banten, khususnya

Kabupaten Pandeglang telah melaksanakan program implementasi kurikulum 2013

pada sejumlah guru disebelas sekolah yang berada di lingkup Kabupaten Pandeglang.

Menurut berita dari harian online lokal www.radarbanten.com, pada tahun 2013

terdapat beberapa sekolah di ruang lingkup pemerintah Kabupaten Pandeglang yang

telah melaksanaan kurikulum 2013. Sebelas sekolah yang telah menerapkan

kurikulum 2013 yang diantaranya adalah sebagai berikut:

No NPSN Nama Sekolah

1 20600147 SDN 1 Pandeglang

2 20600145 SDN 3 Pandeglang

3 20600144 SDN 4 Pandeglang

4 20600522 SMP 1 Saketi

5 20600532 SMP 2 Labuan

6 20600576 SMP 1 Jiput

(11)

8 20600466 SMAN 4 Pandeglang

9 20600464 SMAN 6 Pandeglang

10 20600462 SMAN 8 Pandeglang

11 20607805 SMA Cahaya Madani Boarding School

Tabel1.1 Daftar sekolah sasaran implementasi kurikulum 2013

Berdasarkan data sekolah yang telah melaksanakan program kurikulum 2013,

peneliti memfokuskan pada implementasi kurikulum 2013 tingkat sekolah dasar.

Dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 penerapan kurikulum 2013 telah diterapkan

pada tiga sekolah dasar yang berada di Kabupaten Pandeglang, maka pada tahun 2014

pelaksanaan program implementasi kurikulum 2013 akan dilaksanakan diseluruh

sekolah dasar di Kabupaten Pandeglang. Dengan bersumber dari data sekolah yang

telah menimplementasi kurikulum 2013, peneliti melakukan penelitian pendahuluan

untuk memperoleh data mengenai kompetensi guru dalam implementasi kurikulum

2013 di sekolah dasar.

Berdasarkan observasi pada sekolah yang telah melaksanakan program

implementasi kurikulum 2013, belum terlihat perkembangan kompetensi yang berrati

dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Hal ini terindikasi oleh guru masih

kebingungan dalam menerapkan kurikulum 2013 karena program pembimbingan bagi

para guru tidak berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Terlihat metode

ceramah masih mendominasi pada setiap pembelajran. Pembelajaran yang

berlangsung terkesan kembali kepada pembelajaran yang berpusat pada guru,

sehingga terkesan seperti pembelajaran tematik dengan metode konvensional. Guru

belum mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pendekatan saintifik yang seharusnya hadir dalam setiap pembelajaran pun terkadang

tidak muncul, sehigga peserta didik terlihat pasif dan tidak menemukan pengalaman

(12)

sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan untuk peserta didik belajar,

dengan kata lain mengajar bukan lagi hanya sekedar aktifitas transfer informasi dari

guru kepada peserta didik, tapi lebih kepada pembentukan pengalaman belajar peserta

didik. Sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat bertahan lama dalam

ingatan para siswa, karena peserta didik memperoleh pengalaman langsung melalui

proses pembelajaran tersebut. Selanjutnya pada langkah evaluasi yang menggunakan

penilaian otentik pun guru masih merasa kebingungan dalam melakukan penilaian.

Hal tersebut disebabkan karena guru belum memahami secara komprehensif tentang

prosedur pelaksanaan evaluasi serta penilaian secara otentik tersebut. Hal ini

berkaitan dengan kompetensi guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Kompetensi

yang dimiliki oleh guru mungkin sudah sesuai dengan kurikulum KTSP, akan tetapi

kompetensi yang guru miliki belum sesuai untuk implementasi kurikulum 2013. Hal

tersebut menggambarkan bahwa kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013

masih rendah.

Pendapat mengenai masih rendahnya kompetensi guru dalam penerapan

kurikulum 2013 ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Tuti

Rumiyati (Staff Khusus Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Bidang Pengawasan

Dan Pengendalian Pembangunan) dalam sebuah pemberitaan dari media online

www.okezone.com yang menyatakan bahwa terdapat tiga masalah guru dalam

implementasi kurikulum 2013. Pertama, banyak guru yang belum memahami

prosedur penilaian dalam kurikulum 2013, sehingga proses penilaian dianggap rumit.

Kedua, para guru masih kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam

kegiatan belajar mengajar, sehingga kompetensi peserta didik yang terdapat dalam

pendekatan saintifik tidak muncul. Pendekatan saintifik ini meliputi kegiatan

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Kegiatan yang

sering terlewatkan pada runutan kegiatan tersebut adalah kegiatan menalar, sehingga

kemampuan peserta didik menalar tidak muncul dalam pelaksanaan pembelajaran.

(13)

seperti yang diamanatkan pada kurikulum 2013, dimana pembelajaran masih terkesan

berpusat pada guru. Guru masih menjadi sumber pengetahuan dalam setiap

pembelajaran sehingga pembelajaran tidak menjadi pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik. Penjelasan diatas menunjukan bahwa kompetensi guru sekolah dasar

dalam implementasi kurikulum 2013 masih rendah. Berdasarkan permasalahan yang

muncul tersebut, maka perlu adanya peningkatan kompetensi guru dalam penerapan

kurikulum 2013 baik dalam konteks penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran tematik, integrasi pendekatan saintifik pada setiap pembelajaran serta

langkah evaluasi otentik.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan studi awal yang dilakukan oleh

peneliti menunjukan bahwa berdasarkan data yang peneliti peroleh bahwa ditemukan

beberapa fakta yang menunjukan masih rendahnya kompetensi guru-guru di

Kabupaten Pandeglang dalam penerapan kurikulum 2013. Rendahnya kompetensi

guru dalam penerapan kurikulum 2013 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

secara khusus saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, sehingga peneliti

dapat mengidentifikasi masalah secara langsung. Adapun hal-hal yang memiliki

keterkaitan dengan masih rendahnya kompetensi guru dalam penerapan kurikulum

2013 di sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Motivasi guru

Motivasi guru yang rendah dari sebagian guru untuk mengembangkan

kemampuan dirinya menjadi penyebab rendahnya kualitas kompetensi yang

dimiliki para guru. Dapat dilihat bahwa sedikit sekali guru yang memiliki

motivasi untuk terus berkembang walaupun sebenarnya para guru dituntut untuk

mengembangkan kompetensinya demi memfasilitasi perkembangan dunia

(14)

sebagai sebuah pekerjaan yang hanya dengan melaksanakan kewajibannya setiap

hari maka guru tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.

b. Dukungan Kepala Sekolah

Kepala sekolah memiliki peran penting dalam mendukung peninngkatan

kemampuan para gurunya. Dimana dukungan kepala sekolah menjadi faktor yang

dapat menjadi landasan pengembangan kompetensi para guru. Kepala sekolah

merupakan guru yang diberi tugas khusus untuk memimpin sekolah dan para

guru, sehingga kepala sekolah berkewajiban untuk menyiapkan program bagi

perkmbangan gurunya. Rendahnya kompetensi guru dijelaskan pada hasil

penelitian yang dilakukan Asy’ari (1998, hlm. 165) yang mennjukan bahwa

lemahnya komptensi guru dalam implementasi kurikulum disebabkan oleh

kurangnya bimbingan dari Kepala Sekolah berkaitan dengan pelaksanaan

kurikulum dalam pembelajaran. Pada implementasi kurikulum 2013 ini

seharusnya kepala sekolah menjadi pembimbing sekaligus motivator bagi guru

dalam pelaksanaan kurikulum 2013, karena pada dasarnya kepala sekolah pun

diikutsertakan dalam pelatihan kurikulum 2013 yang diselenggarakan.

c. Kurikulum Pelatihan

Kurikulum pelatihan merupakan pedoman tertulis mengenai pelaksanaan

pelatihan. Kurikulum ini berisikan tujuan, materi, metode, evaaluasi dan alokasi

waktu dalam pelaksanaan pelatihan. Kurikulum pelatihan ini sangat berpengaruh

dalam pelaksanaan pelatihan, karena kurikulum ini yang menjadi pedoman

pelaksanaan. Pelatihan bentuk implementasi dari kurikulum pelatihan yang

merupakan sebuah sarana yang menjembatani peran pemerintah dan guru dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai langkah peningkatan kompetensi dan

sosialisasi kebijakan pemerintah yang menyangkut aspek pendidikan, pemerintah

(15)

yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebagai kewajiban administratif yang

dilakukan oleh pemerintah setempat. Tidak jarang pelatihan yang dilakukan tidak

meningkatkan hasil bagi peningkatan kompetensi guru. Hal ini salah satunya

dikarenakan oleh ketidaksesuaian antara kurikulum yang telah disusun dengan

pelaksanaan pelatihan di lapangan, dengan kata lain kurikulum ini tidak menjadi

pedoman dalam pelaksanaan pelatihan. Kurikulum pelatihan yang telah disusun

harus dilaksanakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, sehingga

pelatihan dapat menjadi jalan bagi guru untuk mengembangkan potensinya, bukan

hanya sebagai alat untuk pengumpulan angka kredit bagi kenaikan jabatan.

d. Dukungan Sarana Sebagai Pengembangan Diri

Dilemma terkadang terjadi pada guru yang telah memiliki kompetensi

untuk mengembangkan diri dan telah mengikuti pelatihan yang telah

diselenggarakan, akan tetapi ketersediaan sarana pendukung pengembangan diri

tidak tersedia. Sehingga pada akhirnya motivasi dan ilmu yang sudah didapat

dalam pelatihan tidak dapat digunakan secara optimal serta kompetensi guru tidak

berkembang secara optimal. Sarana yang menunjang dalam pengembangan diri

akan memfasilitasi guru dalam mengembangkan kompetensinya, yang pada

akhirnya menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Hal

tersebut menjadi alasan betapa pentingnya dukungan sarana sebagai media

pengembangan diri bagi guru dalam meningkatkan kompetensinya.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti

memfokuskan penelitian pada implementasi kurikulum pelatihan sebagai langkah

peningkatan kompetensi guru. Peneliti menyimpulkan bahwa pelatihan memiliki

peran yang sangat penting dalam mendukung peningkatan kompetensi guru.

Implementasi kurikulum merupakan ruh dalam penyelenggaraan pelatihan yang

(16)

pencapaian tujuan pelatihan yang selama ini belum diimplementasikan sepenuhnya

dalam pelaksanaan pelatihan. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan masalah pada

pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013, khususnya implementasi kurikulum pelatihan

untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013. Hal ini

mengacu pada penggambaran prosedur pelaksanaan implementasi kurikulum

pelatihan yang meliputi komponen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, serta

menganalisis faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum pelatihan dalam

meningkatkan kemampuan guru sekolah dasar dalam penerapan kurikulum 2013.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan

yang ingi dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur implementasi kurikulum pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013 di sekolah dasar yang

dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan di Kabupaten

Pandeglang.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kurikulum pelatihan

untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013 di

sekolah dasar yang diselenggarakan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan

(LPMP) di Kabupaten Pandeglang

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan

masalah-masalah yang berkaitan implementasi kurikulum pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi guru dalam penerapan kurikulum 2013 tingkat Sekolah

(17)

a. Memberikan gambaran prosedur implementasi kurikulum pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan kurikulum 2013 di sekolah

dasar yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)

di Kabupaten Pandeglang.

b. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam penerapan kurikulum 2013 di sekolah dasar yang dilaksanakan oleh

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di Kabupaten Pandeglang.

1.5Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik bagi

kepentingan teoretis maupun praktis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat antara lain:

1. Memberikan nilai guna secara teoretis dan empiris bagi kepentingan

pendidikan dan pelatihan, khususnya Diklat dalam peningkatan kompetensi

guru

2. Menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terkait

dengan pengembangan kurikulum pelatihan terhadap peningkatan kualitas

pendidikan.

3. Sebagai masukan bagi para pengembang kurikulum, agar dapat

mengembangkan kompetensi dan kurikulum secara efektif, yang hasilnya

dapat diimplementasikan pada proses pelatihan maupun proses pembelajaran

(18)

4. Sebagai masukan bagi tenaga pelatih/Widyaiswara untuk meningkatkan

kompetensi baik untuk kepentingan pengembangn program maupun proses

pembelajaran dalam pelatihan.

5. Sebagai masukan bagi lembaga diklat terkait, untuk mengembangkan dan

menyempurnakan program diklat sesuai dengan kebutuhan para peserta

pelatihan.

6. Sebagai umpan balik bagi para pengembang kurikulum untuk merevisi dan

memodifikasi kurikulum pelatihan berdasarkan temuan-temuan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor terkait implementasi kurikulum pelatihan.

7. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang implementasi kurikulum

pelatihan.

1.6Struktur Organisasi Tesis

Secara sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bab yang berisi tentang

pendahuluan, landasan teori, metodologi penulisan deskripsi dan analisis data serta

kesimpulan dan rekomendasi. Secara lebih jelas beberapa bab tersebut menjelaskan

beberapa bagian antara lain:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang masalah, Identifikasi

masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Metode penelitian, Manfaat penelitian

dan Struktur organisasi penulisan.

Bab II Kajian pustaka yang terdiri dari pembahasan teori terkait dengan

Hakikat pelatihan, Konsep implementasi kurikulum serta kompetensi guru dalam

penerapan kurikulum 2013

Bab III Metodologi penelitian, meliputi lokasi dan subyek populasi dan

sampel penelitian, metode dan desain penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur

(19)

Bab IV Deskripsi dan analisis data yang terdiri dari profil Kabupaten

Pandeglang, teknis pelaksanaan pelatihan, tujuan pelatihan kurikulum 2013, strategi

pelaksanaan pelatihan, persepsi guru, pelatih dan pihak LPMP terhadap kurikulum

2013, deskripsi dan data analisis, faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

pelatihan kurikulum 2013, pembahasan hasil penelitian serta temuan-temuan

penelitian.

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi yang meliputi kesimpulan penelitian dan

(20)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Lokasi dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada jenjang pendidikan dasar di Kabupaten

Pandeglang. Subjek dari penelitian ini adalah beberapa guru sekolah dasar di

Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program pelatihan pada pelatihan

implementasi kurikulum 2013. Penelitian ini mengambil lokasi pada pelatihan

kurikulum 2013 tingkat sekolah dasar yang dilaksanakan pada beberapa TPK

yang tersebar di Kabupaten Pandeglang.

Dengan mengacu pada pada penjelasan di atas, maka pada kesempatan ini

peneliti memfokuskan penelitian pada salah satu pelatihan yaitu pada pelatihan

implementasi kurikulum 2013 untuk sekolah dasar di Kabupaten Pandeglang.

Dalam implementasi program ini peneliti memfokuskan masalah pada

implementasi kurikulum pelatihan dalam mempersiapkan para peserta pelatihan

menjadi guru yang berkompetensi dalam penerapan kurikulum 2013

Subjek pada penelitian ini adalah para guru-guru yang menjadi peserta

pelatihan kurikulum 2013, para instruktur/pelatih pada pelatihan kurikulum 2013,

pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang bagian pendidikan dasar dan TK

selaku koodinator pelatihan. serta pihak Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan

yang terlibat dalam pelatihan selaku pihak penyelenggara pelatihan kurikulum

2013 di Kabupaten Pandeglang. Guru-guru yang mengikuti pelatihan ini

merupakan guru-guru yang mengajar pada jenjang kelas satu, dua, empat dan lima

sekolah dasar.

3.2Metode dan Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Pada kesempatan ini peneliti secara khusus melakukan

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

(21)

melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemaparan dan analisis

tentang implementasi kurikulum pelatihan pada pelatihan kurikulum 2013 bagi

sekolah dasar di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman, gambaran dan fenomena pada kegiatan pelaksanan

program pelatihan kurikulum 2013.

Dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989 hlm 64) bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan sebuah gejala,

peristiwa, fenomena dan kejadian yang terjadi pada saat ini, yang mana peneliti

berusaha untuk merefleksikan peristiwa yang menjadi pusat perhatian tersebut dan

menggambarkan sesuai apa adanya.

Penelitian kualitatif diterjemahkan oleh Bogdan dan Taylor (dalam

Moleong, 2013, hlm. 4) mendefinisikan “kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penelitian kualitatif diterjemahkan pula

oleh nasution (1988 hlm 5) sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, dan berusaha memahami bahasa serta tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, sehingga untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama.”

Dapat diartikan bahwa penilitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

fakta yang berupa data-data lapangan baik berasal dari data lisan maupun tulisan.

Berdasarkan data-data tersebut didapat temuan tentang fakta-fakta yang terjadi

dilapangan sehingga membentuk pemahaman terhadap sebuah fenomena.

Berdasarkan pengertian penalitian kualitatif tersebut, dikemukakan

beberapa karakteristik atau cirri-ciri penelitian kualitatif oleh Bogdan dan Bilken

(1982, hlm. 27) yang disusun sebagai berikut:

(22)

data atau informasi langsung dari narasumber tanpa perantara. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan data secara langsung tentang gambaran fenomena yang

sesungguhnya. Seperti dijelaskan oleh Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman

(dalam Sugiyono, 2012, hlm. 309), menyatakan bahwa “the fundamental methods

relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation

in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”.

Penjelasan ini dapat diterjemahkan bahwa dalam mempelajari fenomena sosial

harus dilakukan secara dekat dan merujuk pada kondisi sebenarnya dimana

fenomena tersebut berada yang melibatkan peserta di tempat penelitian dengan

menggunakan observasi langsung, interview yang mendalam serta studi

dokumentasi..

Selanjutnya berdasarkan karakteristik kedua berarti bahwa penentuan dan

pengambilan data harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini

penentuan responden tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi dan

data yang dibutuhkan. Bila belum terpenuhi data yang dibutuhkan, maka

penambahan responden dan penjaringan informasi bisa dilakukan sampai pada

penambahan responden tidak lagi mempengaruhi data informasi, karena sudah

terwakili oleh data sebelumnya.

Pada karakteristik ketiga berarti bahwa pengumpulan data harus dilakukan

langsung oleh peneliti, ini berarti peneliti sebagai instrumen utama dalam

pengambilan data. Sebagai instrument utama diharapkan peneliti mempunyai

adaptabilitas yang tinggi, agar diperoleh data yang sahih. Hubungan yang terjalin

baik antara peneliti dan responden dapat memberi pengaruh tersendiri. Responden

akan dengan sukarela memberikan data dan informasi yang sebenarnya sehinggga

dapat mengontrol kesahihan data sebagai hasil temuan penelitian.

Karakteristik selanjutnya labih memberikan makna pada data yang

dikumpulkan yang pada penelitian ini lebih mengacu kepada kata-kata dibanding

data dalam bentuk angka. Dimana data-data tersebut berupa analisa yang bersifat

meaningfull atau memiliki kebermaknaan. Berdasarkan karakteristik tersebut

diharapkan laporan hasil penelitian kaya dengan informasi dan analisa tentang

(23)

penelitian ini dapat menghasilkan deskripsi dan analisis yang mendalam tentang

proses pelaksanaan program, kegiatan-kegiatan penting yang dapat memberikan

gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan yang dilaksanakan. Sejalan dengan

alasan pemilihan metode tersebut, selanjutnya Miles dan Huberman (1992 hlm 2)

menjelaskan bahwa

“dengan mengungkapkan data kualitatif dapat memberikan pemahaman atas peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam konteks persepsi responden setempat, serta memperoleh deskripsi yang banyak dan bermanfaat”.

Diharapkan dengan pemilihan metode deskriptif kualitatif ini dapat diperoleh

data-data terkait implementasi kurikulum pelatihan secara mendalam

komprehensif, faktual, kredibel dan bermanfaat yang meliputi proses perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.3Definisi Operasional

Untuk mempermudah memahami maksud keseluruhan penelitian ini, maka

peneliti perlu memberikan definisi operasional dari beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Implementasi Kurikulum

Implementasi merupakan proses realisasi tentang suatu ide,

program atau perangkat aktifitas dalam bentuk rancangan kurikulum ke

dalam praktik pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi

kurikulum ini dimanifestasikan dalam bentuk pelatihan yang melibatkan

interaksi antara instruktur nasional dan peserta pelatihan.

2. Kurikulum Pelatihan

Kurikulum pelatihan adalah suatu pedoman atau pegangan bagi

pendidik (instruktur, pembimbing, pelatih, widyaiswara, tutor) untuk

melaksanakan proses pendidikan pada individu maupun kelompok orang

dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap, keterampilan, sehingga terjadi perubahan dalam artian

(24)

Kompetensi guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru

dalam menjalankan tugasnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi

pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

professional.

4. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang secara resmi disusun

oleh kementrian pendidikan yang diterapkan untuk menyempurnakan

kurikulum 2006 yang telah diterapkan sebelumnya. Kurikulum ini

mengedepankan pembentukan karakter peserta didik baik hard skill

maupun soft skill yang disokong oleh intelegensi yang baik, sehingga

kurikulum ini sering disebut sebagai kurikulum berkarakter

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam

mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang

diperoleh. Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan hal penting yang

harus dipahami oleh peneliti (Arikunto, 2006: 101). Instrumen penelitian yang

akan digunakan untuk memperoleh data penelitian meliputi:, lembar observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Lembar observasi digunakan untuk mencatat secara teliti dan runtut

berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pelaksanaan impementasi kurikulum

pelatihan sekolah dasar pada implementasi kurikulum 2013, observasi dilakukan

untuk mengamati kegiatan seperti: 1) pelaksanaan pelatihan terhadap para guru

oleh instruktur 2) interaksi antara peserta pelatihan dan instruktur 3) ketepatan

tujuan pelatihan terhadap kompetensi 4) faktor-faktor yang mempengaruhi

program pelatihan 5) kendala yang dihadapi saat pelatihan dan lain-lain

Wawancara dilakukan pada guru sekolah dasar, tenaga pelatih dan pihak

penyelenggara digunakan untuk menggali informasi kebutuhan guru,

permasalahan guru dalam pelaksanaan pelatihan, khususnya pada pembelajaran

(25)

implementasi kurikulum 2013, serta wawancara mengenai penyusunan kurikulum

dan prosedur pelaksanaan pelatihan terhadap pihak LPMP sebagai penyelenggara.

Hasil wawancara digunakan sebagai data kualitatif untuk menunjang data

kuantitatif hasil penelitian.

Sudi dokumentasi dilakukan ketika pelatihan sedang berlangsung,

dengan mengumpulkan dokumen-domumen yang memberikan data dan informasi

bagi kepentingan penulisan. Dokumen yang telah terkumpul kemudian dianalisa

sehingga menghasilkan temuan-temuan yang memperkuat dari yang diperoleh

dari kegiatan wawancara dan studi observasi. Berdasarkan hasil yang dokmentasi

diharapkan dapat memperkuat tingkat kesahihan temuan pada penelitian yang

telah dilakukan.

3.5Proses Pengembangan Instrumen

Berdasarkan pendapat Nasution (1988, hlm.114-124) tingkat kebermaknaan

suatu penelitian kualitatif tergantung pada beberapa hal berikut: 1). Kredibilitas

(validitas internal), 2) Transerabilitas (validitas eksternal), 3) Depenabilitas

(reliabilitas) 4) Konfimabilitas (objektivitas). Empat tingkat kebermaknaan

tersebut dijelaskan secara detail sebagai berikut:

3.5.1 Uji Kredibilitas

Kredibilitas adalah sebuah ukuran kesesuaian data atau informasi yang

dikumpulkan. Istilah kredibilitas pada penelitian kualitatif ini sama halnya seperti

validitas internal pada penelitian kuantitatif. Kredibilitas adalah sebuah ukuran

kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden. Uji

kredibilatas terhadap data hasil penelitian dengan berada ditempat lokasi

penelitian dalam waktu yang lama sehingga terjalin hubungan yang akrab antara

peneliti dan narasumber sehingga ada saling keterbukaan dan saling percaya, yang

pada akhirnya informasi yang didapat bisa mendalam dan tidak ada yang

disembunyikan.

3.5.2 Uji Tranferabilitas

Uji transferabilitas mengacu pada sebuah ukuran keteralihan data, dimana

(26)

tergantung pada si pemakai, yakni sejauh mana penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks situasi tertentu”, karenanya agar hasil penelitian dapat dipahami oleh orang lain yang berpeluang untuk menerapkannya maka laporan

harus dibuat harus memberikan penjelasan yang rinci, sistematis dan dapat

dipercaya.

3.5.3 Uji Dependabilitas

Uji dependabilitas ini sama halnya dengan menentukan reabilitas data

hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif uji dependabilitas dilakukan dengan

menguji kembali proses penelitian, menjelaskan langkah penentuan masalah,

langkah lapangan, penentuan sumber data, analisis data, melakukan uji keabsahan

data hingga membuat kesimpulan penelitian. Dalam makna lain uji transferabilitas

ini dilakukan untuk menguji apakah penelitian ini dapat diulangi atau direaplikasi

dengan menemukan hasil yang sama. Untuk menjaga konsistensi penelitian

tersebut maka dilakukan pemeriksaan yang dimaksudkan untuk meyakinkan

bahwa data yang diperoleh memang sesuai dengan data di lapangan. Langkah

yang dapat dilakukan antara lain: membuat catatan yang lengkap hasil observasi

dan studi dokumentasi dan merekam setiap wawancara secara detil. Selanjutnya

melakukan analisis data dengan mengektraksi data mentah menjadi rangkuman

deskripsi dari data yang telah diseleksi. Akhir dari smua langkah adalah membuat

laporan mengenai keseluruhan proses penelitian, mulai dari tahap orientasi,

menyusun desain, hingga pengolahan data.

3.5.4 Uji Konfirmabilitas

Uji konfirmabilitas mengacu pada hubungan objektivitas sebuah

penelitian, dimana penelitian dikatakan objektif bila hasil dari penelitian tersebut

disepakati oleh banyak orang. Pada dasarnya penelitian kualitatif dilakukan oleh

peneliti yang menjaring informasi secara individual, maka tingkat objektifitas data

yang diperoleh tergantung pada peneliti itu sendiri. Maka wajar bila muncul

pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana pengumpulan data tersebut?, maka dari

itu peneliti harus selalu menjaga objektifitas data yang diperoleh melalui metode

(27)

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antaralain:

wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi. Berdasarkan teknik yang

digunakan tersebut, diharapkan dapat menjaring data dan informasi yang

diperlukan sehingga saling melengkapi antara teknik satu dan lainnya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, secara rinci teknik pengumpulan data dapat

dijelaskan sebagai berikut:

3.6.1 Teknik Komunikasi Langsung (Wawancara)

Wawancara ini akan peneliti lakukan dengan, guru sekolah dasar yang

mengikuti program pelatihan kurikulum 2013, Narasumber dari pihak pelatih/

widyaiswara, bagian penyusunan kurikulum pelatihan dari Lembaga Penjamin

Mutu Pendidikan (LPMP) serta wawancara dengan pihak Dinas Pendidikan

Kabupaten Pandeglang yang tergabung dalam panitia pelaksanaan pelatihan

kurikulum 2013.

Teknik wawancara ini dilakukan langsung pada narasumber yaitu, pada

para peserta pelatihan dan tenaga pendidik kepelatihan. Sebelumnya peneliti

mempersiapkan sebuah panduan wawancara sebagai acuan pelaksanaan

wawancara. Respondent diharapkan merasa nyaman ketika wawancara

berlangsung, sehingga dapat memberikan keterangan atau informasi sesuai apa

adanya.

3.6.2 Teknik Studi Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2007:220) bahwa “Studi dokumentasi adalah suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”. Studi dokumentasi

ini peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi mengenai struktur kurikulum

pelatihan dan materi pelatihan tentang implementasi kurikulum 2013 tingkat

sekolah dasar. Data hasil studi dokumentasi ini peneliti gunakan untuk

melengkapi informasi dari hasil wawancara dan observasi.

Teknik studi dokumentasi ini ditunjukan untuk memperoleh data berupa

keterangan atau informasi yang bersifat akademis maupun administrative. Data

hasil studi dokumentasi tersebut akan diklarifikasi dan sebagai pelengkap data

(28)

pelatihan secara umum standar kompensi sekolah dasar kurikulum yang

dilakukan, kertersediaan tenaga pelatih, jenis-jenis pelatihan yang dilaksanakan

dan sarana penunjang lainnya.

3.6.3 Teknik Pengamatan Langsung (Observasi)

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati kegiatan yang sedang berlangsung. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan pengamatan pada proses kegiatan implementasi kurikulum pelatihan

dan pelaksanaan pelatihan sekolah dasar pada pelatihan kurikulum 2013. Teknik

ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari beberapa informasi yang

dibutuhkan tentang pelaksanaan pelatihan, mengamati faktor yang mempengaruhi

pelatihan, kesesuaian desain kurikulum dengan hasil yang dicapai. Dan lain-lain

Teknik observasi ini bertujuan untuk mengamati proses pelatian yang

berlangsung berawal dari sejak peserta mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir

kegiatan. Banyak hal yang dapat diamati dalam proses observasi ini seperti

ketersediaan sarana, kesiapan peserta mengikuti pelatihan, penyampaian materi

pelatihan dan performans pelatih, komunikasi pelatih dengan peserta pelatihan

dan evaluasi pada akhir pelatihan. Untuk mengontrol arah dan tujuan observasi,

pada kondisi ini peneliti menggunakan panduan pengamatan atau observasi yang

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disusun.

3.7Prosedur Penelitian

Pada penelitian kualitatif cenderung tidak memiliki batasan dan tahapan

yang jelas, namun menjelaskan oleh Bogdan (Moleong, 1990, hlm. 36) bahwa

terapat tiga tahapan yaitu pra-lapangan, kegiatan lapangan dan analisis intensif

dengan mengacu kepada tahapan-tahapan tersebut, lebih jelasnya akan dipaparkan

sebagai berikut:

3.7.1 Tahapan Pra-lapangan

Tahapan pra-lapangan ini berfungsi untuk memperoleh data yang lengkap

mengenai lokasi dan keadaan subjek penelitian yang meliputi fokus masalah yang

diteliti dan gambaran umum responden. Pada tahap ini disusun dengan

(29)

Kabupaten Pandeglang dan LPMP Provinsi Banten. Melalui kegiatan ini akan

memperoleh informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.7.2 Tahapan Lapangan

Ini adalah tahap inti dari pelaksanaan penelitian. Pertanyaan penelitian

yang telah disusun harus dapat terjawab melalui penjaringan data yang didapat

melalui proses observasi, wawancara, serta studi dokumntasi. Proses

pengumpulan data dan informasi yang dilakukan langsung terhadap narasumber

dengan menggunakan pedoman observasi dan wawancara. Hal ini bertujuan untuk

mengontrol proses observasi dan wawancara dengan narasumber agar tetap sesuai

dengan fokus ruang lingkup dan konteks masalah penelitian yang telah disusun.

Berdasarkan panjelasan bogden dan bilken (1982 hlm 73-74) bahwa “keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan yang disusun oleh peneliti“. Dari

penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa peneliti harus berusaha mempertajam

penelitian, melakukan catatan lapangan dan merekam wawancara dengan alat

rekam gambar dan tape-recorder penggunaan alat bantu terebut bertujuan untuk

merekam data verbal maupun non verbal untuk kepentingan penyempurnaan data

hasi penelitian.

3.7.3 Tahap Pelaporan

Penyusunan tahap pelaporan hasil kegiatan penelitian dilakukan setelah

dilakukannya pengumpulan dan analisis data. Berdasarkan Nasution (1988 hlm

129) menjelaskan bahwa dalam tahap analisa data yang akan disajikan dalam

bentuk laporan perlu memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Reduksi

Reduksi adalah langkah awal dalam menganalisis yaitu dengan

melakukan reduksi terhadap data tersebut, hal ini bertujuan untuk

mempermudah peneliti dalam menelaah dan memahami data yang telah

terkumpul. Tahap ini dilakukan dengan cara mengekstrak berbagai

aspek-aspek dan permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini memusatkan

pada implementasi kurikulum pelatihan pada pelatihan kurikulum 2013

(30)

evaluasi. Langkah reduksi data dapat dilakukan dengan menyusun dan

merangkum permasalahan pokok secara sistematis yang berhubungan

dengan fokus penelitian sehingga terlihat pola penelitian secara jelas.

Setelah itu maka dilakukan penarikan kesimpulan sehingga data yang

didapat memiliki makna baik secara tekstual maupun kontekstual.

b) Penyajian Data

Berdasarkan hasil reduksi data yang telah dilakukan, maka

menghasilkan kesimpulan yang akan disajikan pada sebuah laporan

penelitian. Data yang didapatkan harus disajikan secara jelas dan singkat

baik secara keseluruhan maupun pada tiap-tiap bagian yang disajikan.

Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman tentang

aspek-aspek yang telah direduksi dan penyajian ini menjadi fondasi untuk

menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.

c) Verifikasi dan Pengambilan Keputusan

Verifikasi merupakan proses mempelajari data yang telah direduksi

dan telah disajikan pada langkah sebelumnya dengan mempertimbangkan

kesesuaian antara perkembangan data dan fenomena yang terjadi di

lapangan. Dari hasil verifikasi tersebut menghasilkan kesimpulan yang

digunakan sebagai langkah pengambilan keputusan.

3.8Teknik Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah

penelitian kualitatif. Dimana data yang dianalisa tersebut berasal dari beberapa

macam sumber, mulai dari wawancara, observasi maupun studi dokumentasi.

Data yang didapat dari teknik pengumpulan data selanjutnya dianalisa secara terus

menerus semenjak data awal didapatkan hingga penelitian berakhir. Selanjutnya

dilakukan interpretasi dan penafsiran untuk membentuk kesimpulan yang sesuai

dengan tinjauan kepustakaan baik secara teori maupun konsep.

Nasution (1988 hlm 129-130) menjelaskan bahwa terdapat tiga langkah

(31)

dikemukakan sebagai berikut:

a) Reduksi

Reduksi adalah langkah pemilihan, penyederhanaan dan ekstraksi

data mentah yang didapatkan melalui teknik pengumpulan data. Proses

reduksi dilakukan semenjak pengumpulan data dimulai dengan membuat

ringkasan, pengkodean, mengidentifikasi tema, menggolongkan,

melakukan catatan lapangan dan megklasifikasikan data yang relevan

dengan penelitian.

b) Display Data

Display data adalah deskripsi mengenai sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Langkah yang dilakukan adalah menyusun

hal-hal yang dirasa berkaitan dengan penelitian, kemudian membuat

rangkuman yang sistematis sehingga dapat terlihat pola penelitian tersebut.

Penyajian data hasil rangkuman tersebut dapat disusun dalam bentuk

matrik, tabel dan narasi.

c) Verifikasi dan Pengambilan Keputusan

Langkah terakhir dari analisis data adalah verifikasi dan

pengambilan keputusan, dimana pada tahap ini peneliti mencoba

menemukan makna data yang telah disajikan. Selanjutnya data yang telah

dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk

mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya.

Berdasarkan pola display data tersebut, menjadi rujukan dan pertimbangan

bagi penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang telah dibuat harus kembali

diverifikasi melalui proses tinjauan ulang pada catatan-catatan atau

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Alan Cowling & Philip James. 1996. The Essence of Personnel Management an Industrial Relation (terjemahan). Yogyakarta

Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta

Asy’ari. L (1998) Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Ekonomi dalam Model Program Pendidikan Terpadu. Tesis Magister pada PPS FK UPI. Bandung.

Baksir. Nailah (2009) Pengembangan Kurikulum Pelatihan Guru Untuk Meningkatkan Pemahaman Guru Tentang Penilaian PTK. UPI

Beauchamp, G.A. (1975) Curriculum Theory. Third Edition. United State of Amerika: The Kagg Press.

Bloom, Benjamin et. al (1971). Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student Learning, New York: McGraw-Hill.

Bogdan R.C & Bilken S.K (1982). Qualitative Research for Education and Introduction Theory and Method. Boston. Allyn and Bacon Inc.

Cardosa F. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta. Andi Ofset

Cizek, B.J. (2000). Pockets of resistance ini the assessment revolution, Educational Measurement Issues and Practice Journal. Summer 2000. vol. 19, number 2.

Djemari Mardapi. (1999). Pengukuran, penilaian dan evaluasi. Makalah disampaikan pada Penataran evaluasi pembelajaran matematika SLTP untuk guru inti matematika di MGMP SLTP tanggal 8 – 23 Nopember 1999 di PPPG Matematika Yogyakarta.

Flippo E.B (1995). Personel Management. New York. Mc Graw Hill.

Gagne. RM and Briggs. (1985). The Condition of Learning. New York. Holt Rinehar and Wilson

Hamalik, Oemar (2000). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta. Bumi Aksara

(33)

(2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum: Jakarta: Remaja Rosdakarya

(2011) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

http://mediabanten.com/content/semua-guru-di-pandeglang-harus-ikut-bintek

http://www.radarbanten.com/read/berita/10/12613/Ratusan-Sekolah-di-Banten-Mulai-Pakai-Kurikulum-2013.html

Ibrahim R. & Nana Sudjana (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru

Kartika. Ika (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung. Alfabeta

Lazim. M (2014). Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Kurikulum 2013. Available: www.pppgkes.com.

Mahfuddin, Azis (2013). Profesionalisme Jabatan Guru di Era Globalisasi. Bandung: Rizqi Press.

Marsh, J.C. & Willis, G. (2007) Curriculum: Alternative Approaches, Ongoing Issues. Fourth Edition. USA: Pearson Education, Inc.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press.

Miller, J.P & Seller, W. (1985) Curriculum, Perspectives and Practices. New York: Logman Inc.

Moleong, Lexy. J. (2013) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. (2009) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution, S. (1982) Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars Bandung.

(1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Oliva, Peter F. & Gordon, William R. (2013) Developing the Curriculum. Eighth Edition. USA: Pearson Education, Inc.

(34)

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 1993 Tentang Pelatihan Kerja

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Kualisikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Prabu. A. (2000) Managemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Rosda Karya

Print, Murray (1993). Curriculum Development and Design, Edisi ke 2. Sidney: Allen and Unwin Publisher

Rae, Lesly (2005) Using Effective Planning in Training Development. Bhuana Ilmu Populer. Gramedia. Jakarta

Reiser R.A and Dempsey J.V (2007). Trend and Issues in Instructional Tecnologi and Design. Merill Prentice Hall. New Jersey

Rossett Allison and Arwady J.W (1987) Training Need Assessment. New Jersey. Education Technology Publication Inc.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(2010) Model-Model Pembelajaran. Bandung. Mulia Mandiri Press

Dkk (2012), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rustaman. Nuryani Y (2014). Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapanya dalam Pendidikan Sains. Jurnal UPI

Sanjaya, W. (2008) Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

(2012). Media Komunikasi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media.

Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Penerbit Kappa-Sigma.

(35)

Smalley R. Larry. (2000). On-The-Job Orientation Training: a Practical Guide to Enhanched Performance. United State. Pfeiffer

Sondang. P. Siagian (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classromm Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company

Sudjana, S. (2007). Sistem Manajemen Pelatihan, Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, NS (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Cetakan ke 5. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumantri. S. (2001) Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung. UNPAD

Syah. M (1995) Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya

Taba, Hilda, (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt Brace Jovanovich.

Trianto (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prenada

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No 20. Tahun 2003 Pasal 1 Butir 19 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widoyoko, Eko Putro, (2013) Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan dana yang diberikan untuk PPK dalam bentuk block grant dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh UPK diharapkan dapat lebih dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

lebih besar pada sampel daun Pterocarpus indicus dari Jalan Arif Rahman Hakim dibandingkan dengan sampel daun pada Taman Benzena, ITS, serta memiliki stomata dengan

[r]

Pengaturan tegangan jangkar pada saat start dapat meredam  (putaran motor) motor DC dan lonjakan arus jangkar I a. Didalam motor DC daur tertutup ini dapat dinyatakan

Merkityskategoria 7: ”Hyvä opettaja tuntee oppilaan tavan tarkastella todellisuutta” Seitsemäs merkityskategoria viittaa siihen, että matematiikan opettajien käsitysten mukaan

Pada pengamatan umur 24 sampai dengan 114 HSA (tujuh kali pengamatan), tampak bahwa perlakuan B 37 yang disuspensikan ke dalam media pembawa dari bahan alami yang

[r]

Kedua sampel diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp).Setelah itu diberikan perlakuan yang