• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Diajuk Mempe

iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat emperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

!" # $ !" "

%%&%%'()*

+ +

, ,

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmat!Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Ekstrak Etanol Kulit

Mill. Terhadap KadarAlbumin Pada Hati Tikus Terinduksi Karbon

Tetraklorida” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi ini

atas segala kesabaran untuk selalu membimbing, memberikan masukan dan

motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas

bantuan dan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan

dan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi dan yang telah

membantu dalam determinasi kulit Mill.

5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium Fakultas

(8)

Laboratorium Fakultas Farmasi saat ini yang telah memberikan izin dalam

penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.

6. Pak Suparjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi!Toksikologi, Pak

Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika!Farmakokinetika, Pak

Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran

Laboratorium Farmakognosi!Fitokimia, dan Pak Suparlan selaku laboran

Laboratorium Kimia Organik, atas segala bantuan dan kerja sama selama di

laboratorium.

7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu yang diberikan.

8. Kedua orang tua penulis yang memberikan doa, kasih sayang, semangat dan

telah mendanai sebagian besar penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman!teman seperjuangan “Tim Mill.” Sisca, Evi, Gita,

Angel, Sita, Uci, Vivo, Gemah, Mita, Puput, Novel, Rissa, Wina dan Jolin,

atas kerja sama, bantuan, suka duka dan perjuangan dalam menyelesaikan

skripsi sampai akhir.

10. Sahabat terkasih Meli, Greta, Verni, Ingrid, Rita, Ko Heru, Ci Agnes, Ci

Lidya, Kak Dian, Ci Angel, Kak Cila, Canly, Angky, dan Andre, atas bantuan,

dukungan, perhatian dan motivasi dalam suka maupun duka selama ini.

11. Teman!teman FST A 2011, FSM B 2011 dan teman!teman Fakultas Farmasi

Sanata Dharma 2011 yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan

(9)

12. Seluruh teman, baik di Fakultas Farmasi maupun teman!teman lain atas

dukungannya dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan

masukan demi kemajuan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga

tugas akhir ini dapat memberikan manfaat sekecil apapun bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kefarmasian, serta semua pihak, baik

mahasiswa, maupun masyarakat.

Yogyakarta, September 2014

(10)

+

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi

PRAKATA ……… vii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

INTISARI ………. xix

………... xx

BAB 1. PENGANTAR ………. 1

A. Latar Belakang ………. 1

1. Rumusan masalah…………...……… 3

2. Keaslian penelitian ………... 4

3. Manfaat penelitian ………....………... 5

a. Manfaat teoritis ………... 5

b. Manfaat praktis ………... 5

B. Tujuan Penelitian ……….. 5

(11)

2. Tujuan khusus ……….. 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……….. 7

A. Mill. ……… 7

1. Deskripsi tanaman ……… 7

2. Nama daerah ……… 8

3. Taksonomi tanaman ………. 8

4. Kandungan fitokimia ……… 8

5. Khasiat dan kegunaan ……….. 9

B. Hati ………... 9

1. Anatomi hati ………. 9

2. Fisiologi hati ……… 11

3. Kerusakan hati ………. 12

C. Albumin ………….………. 14

D. Karbon Tetraklorida ………. 14

E. Antioksidan ……….. 15

F. Ekstraksi ………... 15

G. Landasan Teori ………. 16

H. Hipotesis ………... 17

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………... 18

B. Variabel dan Definisi Operasional ………... 18

1. Variabel utama ……….. 18

(12)

3. Definisi operasional ………. 19

C. Bahan Penelitian ……….. 20

1. Bahan utama ………. 20

2. Bahan kimia ………. 20

D. Alat atau Instrumen Penelitian ………. 21

1. Alat ekstraksi ……… 21

2. Alat uji perlakuan ………. 21

E. Tata Cara Penelitian ………. 22

1. Determinasi serbuk kulit Mill. ……... 22

2. Pengumpulan bahan ………. 22

3. Pembuatan serbuk ……… 22

4. Penetapan kadar air serbuk kulit Mill. ………... 23

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit Mill... 23

6. Pembuatan CMC!Na 1% ……….. 24

7. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak ……… 25

8. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit Mill. ……….. 25

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% ……….. 26

10. Uji pendahuluan ………... 26

11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ……….. 26

(13)

13. Penetapan kadar serum albumin ……….. 28

F. Tata Cara Analisis Hasil ………... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 29

A. Penyiapan Bahan ……….. 29

1. Pembuatan serbuk kering kulit Mill. ………... 29

2. Hasil determinasi serbuk kering kulit Mill. ……….. 30

3. Penetapan kadar air serbuk kering kulit Mill. ……… 31

4. Pembuatan ekstrak etanol kulit Mill. ………... 31

B. Uji Pendahuluan ………... 33

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ……... 33

2. Penentuan pengambilan cuplikan darah ………... 33

3. Penetapan lama pemejanan ekstrak etanol kulit Mill. ………... 36

4. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit Mill. ……….. 37

C. Hasil Uji Efek Peningkatan Kadar Albumin Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ………. 38

(14)

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis

2mL/KgBB ………... 42

3. Kontrol ekstrak etanol kulit Mill. dosis 1,40g/KgBB ……… 43

4. Kelompok perlakuan jangka panjang ekstrak etanol kulit Mill. dosis 0,35; 0,70; dan 1,40g/KgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB ………. 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 48

A. Kesimpulan ……….. 48

B. Saran ………. 48

DAFTAR PUSTAKA ……… 49

LAMPIRAN ………. 53

(15)

+

Tabel I. Purata aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida

dosis 2 mL/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24, dan

48………... 34

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas ALT setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 mL/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam

ke 0, 24, dan 48 ………... 36

Tabel III. Efek pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit

Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar

terinduksi karbon tetraklorida ………... 40

Tabel IV. Hasil uji kadar albumin tikus pada kelompok kontrol

hepatotoksin, kontrol negatif, kontrol ekstrak dan perlakuan

(16)

+

Gambar 1. Tanaman Mill. ………... 7

Gambar 2. Hati dalam sistem pencernaan .…... 10

Gambar 3. Struktur dasar lobulus hati …... 11

Gambar 4. Diagram batang aktivitas serum ALT pada tikus terinduksi

karbon tetraklorida pada jam ke 0, 24 dan 48 ... 35

Gambar 5. Diagram batang kadar albumin pada kelompok kontrol

hepatotoksin, kontrol negatif, kontrol ekstrak, dan perlakuan

(17)

+

Lampiran 1. Foto bagian kulit dan biji Mill. ……… 54

Lampiran 2. Foto bagian dalam buah Mill. ……….. 54

Lampiran 3. Foto bagian luar buah Mill. ………. 54

Lampiran 4. Foto serbuk kulit Mill. ………... 55

Lampiran 5. Foto ekstrak kental etanol kulit Mill. …... 55

Lampiran 6. Foto larutan ekstrak etanol kulit Mill. …... 55

Lampiran 7. Surat pengesahan determinasi kulit Mill. ... 56

Lampiran 8. Surat penetapan kadar air serbuk Mill. ……. 57

Lampiran 9. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) ……… 58

Lampiran 10. Analisis statistik aktivitas serum ALT pada uji pendahuluan penentuan waktu pencuplikan darah ……….. 59

Lampiran 11. Analisis Statistik kadar albumin tikus pada kelompok kontrol hepatotoksin, kontrol negatif, kontrol ekstrak, dan perlakuan ekstrak kulit Mill. ………. 62

Lampiran 12. Hasil rendemen ekstrak etanol kulit Mill. … 66 Lampiran 13. Data bobot pengeringan ekstrak etanol kulit Mill. sampai terbentuk ekstrak kental ……… 66

(18)

Lampiran 15. Perhitungan penetapan peringkat dosis ekstrak etanol kulit

(19)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jangka panjang kulit Mill. terhadap peningkatan kadar albumin dan untuk mengetahui kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol kulit Mill. dengan peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Sebanyak tiga puluh ekor tikus jantan galur Wistar, umur 2!3 bulan, dan berat ± 150!250 gram dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol positif) diberi karbon tetraklorida dengan dosis 2,0 ml/kg BB secara intraperitoneal, kelompok II (kontrol negatif) diberi minyak zaitun sebanyak 2,0 ml/kg BB secara intraperitoneal, kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit Mill. dengan dosis 1,40 g/kgBB secara per oral, kelompok IV!VI (perlakuan) masing!masing kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol kulit Mill. dengan tiga peringkat dosis, yaitu 0,35; 0,70; 1,40 g/kgBB secara per oral sekali sehari selama enam hari berturut!turut, kemudian pada hari ke tujuh semua perlakuan diberi karbon tetraklorida dengan dosis 2,0 ml/kg BB secara intraperitoneal. Pada jam ke!24 setelah pemberian karbon tetraklorida, darah tikus diambil dari sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin, data dihitung menggunakan metode ANOVA satu arah, dan dilanjutkan dengan uji Schieffe dengan taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Mill. tidak berpengaruh terhadap kadar albumin pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Tidak adanya kekerabatan dosis dengan kadar albumin yang muncul, ini terlihat dari semakin besar dosis praperlakuan ekstrak etanol kulit Mill. yang diberikan, kadar albuminnya relatif sama.

(20)

3

The aim of study research were to prove long term the effect of ethanol extract of Mill. peels to increased levels of albumin and to determine the relationship between increasing doses of ethanol extract of

Mill. peels with increased levels of albumin in male Wistar rats induced carbon tetrachloride. This researched purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used thirty male Wistar rats, attain the age 2!3 months and 150!250 grams weight. The rats were divided into six treatment groups. Group I was carbon tetrachloride hepatotoxin control giving as much as 2 ml/KgBW intraperitoneally. Group II was olive oil control by giving as much as 2 ml/KgBW intraperitoneally. Group III was control treatment given 1,40 g/KgBW ethanol extract of Mill. peels. Group IV!VI were the treatment group for ethanol extract of

Mill. peels with doses 0.35; 0.70; 1.40 g/kg body weight orally once a day for six days successively, then in the seventh day all treatments were given carbon dose ethanol extract Mill. peels given, thus the albumin almost the same level.

(21)

" # 6

Hati berperan penting bagi tubuh untuk mensekresi empedu,

metabolisme, detoksifikasi zat!zat endogen dan eksogen serta penyimpanan

mineral dan vitamin (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2008). Apabila terjadi

kerusakan pada hati maka akan sangat berbahaya bagi tubuh. Faktor!faktor

penyebab kerusakan pada hati yaitu virus, efek toksik dari alkohol, obat!obatan,

dan racun (Muchid, 2007). Adanya hepatotoksisitas akan menyebabkan penurunan

produksi albumin di hati. Albumin merupakan protein penting yang berfungsi

untuk proses metabolisme dalam tubuh (Hillyer, Shaz, Zimring, and Abshire,

2009). Adapun fungsi dari uji albumin, yaitu untuk mengukur kemampuan hati

dalam sintesis protein (Singh, Bhat, and Sharma, 2011). Oleh sebab itu uji kadar

albumin dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui

kerusakan yang terjadi di hati.

Menurut WHO tahun 2013, 500 juta penduduk dunia terkena infeksi

hepatitis B atau C dan setiap tahunnya membunuh 1,5 juta manusia. Melihat

adanya prevalensi yang cukup tinggi terhadap penyakit hati ini maka kebutuhan

akan hepatoprotektor semakin tinggi pula.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 4 miliar

orang, 80% dari populasi dunia, saat ini menggunakan obat!obatan herbal untuk

mengobati penyakit. Obat herbal sekarang ini telah banyak digunakan karena

(22)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan faunanya. Sekitar 17%

flora dan fauna yang ada di seluruh dunia, berada di wilayah Indonesia (Effendi,

Hapsari, dan Nuraini, 2013). Oleh sebab itu, kekayaan keanekaragaman hayati di

Indonesia perlu diteliti, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan

kesehatan maupun tujuan ekonomi, dengan tetap menjaga kelestariannya.

Salah satu tanaman yang terdapat di Indonesia yang berguna dalam

bidang kesehatan adalah tanaman alpukat ( Mill.). Selain

buahnya untuk dimakan, biji dan kulit buah dari tanaman ini dapat dimanfaatkan

sebagai obat. Dari hasil penelitian Vinha, Moreira dan Barreira (2013), kandungan

antioksidan yang terdapat pada kulit buah alpukat ( Mill.)

hampir sama dengan senyawa yang terkandung dalam biji

Mill., hanya berbeda jumlah kandungannya saja. Senyawa yang terkandung di

dalam kulit Mill., yaitu fenol, flavonoid, vitamin C dan vitamin

E. Kandungan antioksidan yang tinggi berfungsi untuk menangkal radikal bebas

yang merupakan salah satu penyebab dari kerusakan hati (Armansyah, Sutriana,

Aliza, Vanda, dan Rahmi, 2010). Adanya kandungan antioksidan yang tinggi pada

kulit alpukat ( Mill.), menunjukan kulit alpukat (

Mill.) memiliki potensi sebagai hepatoprotektor.

Karbon tetraklorida merupakan senyawa hepatotoksin yang sering

digunakan sebagai senyawa model dalam merusak hati. Karbon tetraklorida

menyebabkan kerusakan seluler yang cepat karena adanya reaksi reduksi

dehalogenasi di retikulum endoplasma pada hepatosit membentuk kompleks yang

(23)

Soliman, El!Sayed, El!Gindi dan Alqasoumi, 2012). Radikal bebas triklorometil

(CCl3•) dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoksi

(•OOCCl3) yang sangat reaktif (Knockaert, Berson, Ribault, Prost, Fautrel,

Pajaud, dkk., 2012). Karbon tetraklorida akan merusak retikulum endoplasma di

hati. Apabila terjadi kerusakan pada retikulum endoplasma, maka prealbumin

tidak dapat menempel pada RE dan albumin tidak akan terbentuk.

Pada penelitian ini digunakan bentuk sediaan ekstrak etanol kulit

Mill. karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nopitasari (2013) menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang ekstrak etanol

biji Mill. mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi

karbon tetraklorida. Kandungan senyawa antioksidan yang terdapat di dalam biji

Mill. hampir sama dengan yang terkandung di dalam kulit

Mill. (Vinha, dkk., 2013). Oleh karena itu, dengan penggunaan

pelarut etanol untuk menyari kulit Mill. pada penelitian ini,

diharapkan dapat diperoleh senyawa antioksidan.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak etanol kulit Mill. terhadap kadar albumin

pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

% 2 ! 2 !

a. Apakah pemberian ekstrak etanol kulit Mill. dalam

penggunaan jangka panjang mampu memberikan efek peningkatan kadar

(24)

b. Apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol kulit

Mill. dalam penggunaan jangka panjang dengan

peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida?

- ! 5 "

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian

biji buah Mill. pernah dilakukan oleh Bertini, Brilhante,

Brito, Cordeiro, Leile, Morais, (2009), yang melaporkan bahwa pada

ekstrak metanol biji Mill. terdapat kandungan fitokimia

berupa flavonoid, antosianin, tannin terkonsendasi, alkaloid dan triterpen.

Penelitian Alhassan, Sule, Atiku, Wudil, Abubakar, dan Mohammed (2012)

melaporkan kandungan antioksidan dan fenol yang terdapat dalam biji

Mill. adalah lebih dari 70%. Penelitian kulit buah

Mill. pernah dilakukan oleh Vinha, dkk. (2013), yang melaporkan

bahwa kandungan fitokimia yang terdapat dalam kulit dan biji

Mill. adalah fenol, flavonoid, vitamin C dan vitamin E. Penelitian

Mokodompit, Edy dan Wiyono (2013), menggunakan etanol sebagai cairan

penyari untuk menyari senyawa flavonoid yang diketahui sebagai antioksidan

kuat yang terkandung di dalam kulit Mill. Nopitasari

(2013) meneliti mengenai efek hepatoprotektif pemberian ekstrak etanol biji

Mill. jangka panjang terhadap aktivitas ALT dan AST pada

(25)

Sepanjang penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti,

penelitian terkait dengan pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit

Mill. terhadap kadar serum albumin pada tikus jantan galur Wistar

terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

7 8 " 5 "

8 " " # " !

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian dalam penggunaan

tanaman obat terutama penggunaannya sebagai hepatoprotektor pada organ

hati tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.

0 8 " 5# " !

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai manfaat kulit Mill. untuk

meningkatkan kadar albumin pada pemberian jangka panjang dan dapat

mengetahui hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol

kulit Mill. dengan peningkatan kadar albumin.

"

% 2 2

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak etanol kulit Mill. terhadap kadar

albumin pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida berdasarkan kadar

(26)

- ! !

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis

peningkatan kadar albumin akibat pemberian jangka panjang ekstrak etanol

kulit Mill. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon

tetraklorida. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adanya

kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol kulit

Mill. dalam penggunaan jangka panjang dengan peningkatan kadar albumin

(27)

% ! # 5! " 2

20 # % 2 9 / -(%':

Alpukat ( Mill.) merupakan tumbuhan berkayu

yang memiliki siklus hidup mencapai puluhan tahun. Tanaman ini tumbuh liar

di hutan dan banyak ditanam oleh orang di pekarangan. Tinggi pohon alpukat

mencapai 20 meter. Tanaman alpukat memiliki daun yang berbentuk lonjong,

lebar, agak tebal, dan berwarna hijau tua (Gambar 1). Buah bertipe buni, bulat

lonjong serta memiliki kulit yang lembut berwarna hijau hingga ungu

kecokelatan. Daging buahnya tebal berwarna hijau kekuningan. Bijinya

berbentuk polong, keras dan ukurannya relatif besar. Bungannya tersembunyi,

(28)

- 2 1 #

Di Indonesia dikenal dengan alpukat, alpuket, dan apokat. Di

Malaysia, tanaman ini dikenal dengan nama buah mentega, avokado, dan

apukado. Orang Thailand menyebut tanaman ini luk noei, dan awokhado. Di

China tanaman ini dikenal dengan nama yiu lie. Di Negara Inggris, tanaman ini

dikenal dengan avocado (Sunanto, 2009).

7 ! 2 " 2

Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)

Sub kerajaan : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berkulit)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua atau dikotil)

Sub kelas : Magnoliidae

Bangsa : Laurales

Keluarga :

Genus :

Varietas : Mill.

(USDA, 2014).

' 1 6 8 " 2

Kandungan fitokimia yang terdapat di dalam daun

Mill. adalah saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, fenol, steroid dan glikosida

sianogen (Arukwe, Amadi, Duru, Agumuo, Adindu, Odika, , 2012).

(29)

golongan polifenol, tannin, flavonoid, triterpenoid, kuinon, monoterpenoid,

dan saponin (Zuhrotun, 2007). Kandungan fitokimia yang terdapat pada kulit

alpukat adalah fenol, flavonoid, vitamin C dan vitamin E (Vinha, dkk., 2013).

Senyawa lain yang terkandung dalam kulit alpukat adalah lutein dan klorofil

(Ashton, Wong, McGhie, Vather, Wang, Jackman, al., 2006).

; ! " 1 6

Berdasarkan penelitian Mokodompit, dkk. (2013), kulit alpukat

( Mill.) memiliki kandungan antioksidan yang berkhasiat

untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Menurut penelitian

Alhassan, dkk. (2012), biji alpukat berkhasiat untuk mengobati diare, disentri,

intestinal parasit, sakit gigi, menurunkan berat badan dan menurunkan gula

darah. Idris, Ndukwe dan Gimba (2009), melaporkan bahwa biji alpukat dapat

berkhasiat sebagai antimikroba. Nopitasari (2013), melaporkan bahwa biji

alpukat juga berkhasiat sebagai hepatoprotektor.

"

Hati atau hepar merupakan organ sentral dalam proses metabolisme di

dalam tubuh (Sacher and McPherson, 2004). Struktur anatomi dan fisiologi dari

hati yaitu :

% " 2 "

Hati merupakan kelenjar yang paling besar yang ada di dalam tubuh

manusia. Berat dari hati manusia mencapai 1500 gram atau 1,5 kilogram.

(30)

superior dari hati berbentuk cembung dan terletak di bagian bawah kubah

kanan diafragma. Bagian inferior dari hati berbentuk cekung dan di bawahnya

terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus (Baradero, dkk., 2008).

20 # - " 1 2 !" 2 . # 9 # 1 # / 1 / -((&:

Hati berwarna merah cokelat dan memiliki tekstur yang lunak. Hati

berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apeks pada sisi kirinya

(Gibson, 2002). Hati menerima 1500 mL darah per menit, atau sekitar 28%

dari curah jantung, agar dapat melaksanakan fungsinya (Sacher dan

McPherson, 2004).

Hati dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus kiri dan kanan. Lobus

kanan lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri (Gibson, 2002). Setiap

lobus hati dibagi ke dalam struktur!struktur unit fungsional yang disebut

lobulus. Lobulus ini merupakan unit fungsional dari hati yang berbentuk segi

enam atau heksagonal. Pada setiap sisi lobulus (Gambar 3) terdapat cabang!

(31)

terdapat sel!sel hati (hepatosit) yang tersusun seperti lapisan!lapisan plat dan

berbentuk sinar dan mengelilingi hepatikum. Di antara hepatosit terdapat

sinusoid yang membawa darah dari cabang!cabang vena porta dan arteria

hepatika ke vena hepatika. Pada dinding sinusoid terdapat sel Kupffer yang

bertugas untuk menelan eritrosit dan leukosit yang mati, mikroorganisme, dan

benda!benda asing yang masuk ke hati (Baradero, dkk., 2008).

20 # 7 "# " # ! # 0 ! " 9 # 1 # / 1 / -((&:

Hati menerima dua macam darah yaitu darah yang kaya dengan

oksigen melalui arteria hepatika dan darah yang mengandung lebih banyak

kabon dioksida melalui vena porta. Darah yang berada di dalam vena porta

juga mengandung makanan yang telah diabsorbsi vili dari usus halus

(Baradero, dkk., 2008).

- + ! 6 "

Hati melakukan fungsi yang sangat vital bagi tubuh manusia. Fungsi

(32)

dan bilirubin; detoksifikasi zat!zat endogen dan eksogen serta penyimpanan

mineral dan vitamin (Baradero, dkk., 2008).

7 # ! "

Hati rentan terhadap berbagai gangguan, seperti gangguan metabolik,

toksik, mikroba, sirkulatorik, dan neoplastik. Penyakit primer utama pada hati

adalah hepatitis, penyakit hati alkoholik, dan karsinoma hepatoselular (Kumar,

2009). Sebagian besar kerusakan hati disebabkan oleh virus yang menular

secara fekal!oral, parenteral, seksual, perinatal, dan sebagainya. Penyebab lain

dari kerusakan hati adalah akibat efek toksik dari alkohol, obat!obatan, racun,

dan lain!lain (Muchid, 2007).

Jenis kerusakan hati yang terjadi akibat dari efek toksikan, antara lain:

a. Nekrosis

Nekrosis merupakan kerusakan sel hati yang parah. Pada peristiwa

nekrosis, terlihat inti sel yang lisis. Nekrosis sering terdistribusi pada

daerah parenkim hati. Berdasarkan penyebarannya, nekrosis dibedakan

menjadi dua yaitu nekrosis submasif bila hanya terdapat seluruh sel pada

lobulus hati yang mengalami nekrosis dan nekrosis masif bila sebagian

besar hati mengalami peristiwa nekrosis (Kumar, 2009). Pada daerah

terjadinya kerusakan hati maka terjadi peningkatan neutrofil dan eosinofil

(33)

b. Kolestatis

Kolestasis yaitu berkurangnya aktivitas sekresi dari empedu yang

disebabkan oleh faktor dari dalam atau dari luar hati (Hodgson dan Levi,

2004).

c. Steatosis

Steatosis atau perlemakan hati ditandai dengan timbunan lemak

pada hati. Perlemakan hati disebabkan suplai asam lemak yang berlebih

dari jaringan adiposa. Perlemakan hati dapat ditandai dengan

meningkatnya enzim!enzim biokimia dalam darah seperti AST (

) dan ALT ( ) (Hodgson, 2010).

d. Fibrosis

Fibrosis merupakan peristiwa terbentuknya jaringan fibrosa

akibat kerusakan toksik langsung maupun akibat peristiwa peradangan

yang tidak terbalikan yang terjadi pada hati. Terbentuknya fibrosis pada

hati akan menyebabkan hati terbagi!bagi menjadi nodul!nodul hepatosit

yang dikelilingi oleh jaringan parut (Kumar, 2009).

e. Sirosis

Sirosis merupakan tahap kerusakan hati kronis dan merupakan

bentuk kerusakan hati terakhir. Sirosis pada hati ditandai dengan

akumulasi sejumlah jaringan parut, khususnya serabut!serabut kolagen di

saluran hati. Penyebab umum dari sirosis hati adalah paparan berulang zat

kimia beracun seperti alkohol. Paparan zat kimia secara kronis

(34)

menghambat aliran darah, metabolisme normal hati dan menghambat

proses detoksifikasi (Hodgson, 2010).

3 0 2

Albumin merupakan protein yang paling banyak ditemukan di dalam

darah manusia. Albumin berfungsi sebagai sumber asam amino pada kasus

malnutrisi dan berguna untuk transport protein seperti bilirubin, urobilin, asam

lemak, hormon dan substansi asing seperti penisilin, sulfonamid dan merkuri

(Atara and Lanza, 2002).

Albumin diproduksi oleh hati dan mewakili 50% dari produksi protein

hepatik. Konsentrasi serum albumin normal pada manusia yaitu diantar 3,5 – 5

g/dL (Belfort, Soade, Foley, Phelan, and Dildy, 2010). Konsentrasi serum albumin

normal pada tikus yaitu 3.0 mg/ dL sampai 3.5 mg/dL (Triznarizki, 2007).

Hipoalbuminemia terjadi karena produksi albumin menurun akibat penyakit di

hati (Hillyer, dkk., 2009).

#0 "# # 1

Karbon tetraklorida merupakan suatu senyawa berupa cairan jernih yang

mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau khas, memiliki bobot molekul

153,82 dan sangat sukar larut dalam air (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan, 1995).

Karbon tetraklorida merupakan senyawa hepatotoksin yang mampu

merusak hati. Karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan seluler yang cepat

karena adanya reaksi reduksi dehalogenasi di retikulum endoplasma pada

(35)

bebas triklorometil (CCl3•) (Awaad, dkk., 2012). Radikal bebas triklorometil

(CCl3•) dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoksi

(•OOCCl3) yang sangat reaktif (Knockaert, dkk., 2012).

Jenis kerusakan pada hati yang timbul akibat pemberian karbon

tetraklorida adalah pelemakan atau steatosis dan nektosis. Steatosis terjadi karena

lipid yang terbentuk akan menghambat sintesis protein sehingga menurunkan

produksi liporotein sehingga transport lipid terganggu dan terjadi akumulasi lipid

di hati. Pemejanan karbon tetraklorida dalam waktu yang lama dapat

mengakibatkan terjadinya sirosis dan tumor hati serta kerusakan pada ginjal.

(Timbrell, 2009).

" ! 1

Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan merupakan senyawa

pemberi elektron ( ). Pengertian secara biologis, antioksidan

merupakan senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif

oksidan di dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan mendonorkan satu elektron

yang dimilikinya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas

senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

+ !"# !

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(36)

1 ! #

Hati merupakan kelenjar yang paling besar yang ada di dalam tubuh

manusia. Hati memiliki fungsi yang sangat vital bagi tubuh, seperti mensekresi

empedu; metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan bilirubin; detoksifikasi zat!

zat endogen dan eksogen serta penyimpanan mineral dan vitamin (Baradero, dkk.,

2008). Kerusakan hati dapat terjadi akibat efek toksik dari alkohol, obat!obatan,

racun, virus dan lain!lain (Muchid, 2007).

Karbon tetraklorida telah diketahui sebagai senyawa model yang dapat

menimbulkan toksisitas di hati. Karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan

seluler yang cepat karena adanya reaksi reduksi dehalogenasi di retikulum

endoplasma pada hepatosit membentuk kompleks yang sangat reaktif dan tidak

stabil yaitu radikal bebas triklorometil (CCl3•). Radikal bebas triklorometil

(CCl3•) dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoksi

(•OOCCl3) yang sangat reaktif. Jenis kerusakan hati yang ditimbulkan akibat

overdosis karbon tetraklorida adalah pelemakan, nektosis, sirosis dan tumor.

Senyawa antioksidan bekerja dengan mendonorkan satu elektron yang

dimilikinya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007). Berdasarkan penelitian Alhssan,

dkk. (2012) melaporkan kandungan antioksidan dan fenol yang terdapat dalam

biji Mill. adalah lebih dari 70%. Menurut penelitian Vinha,

dkk. (2013), diketahui bahwa senyawa yang terdapat di dalam kulit

(37)

Nopitasari (2013), ekstrak etanol biji Mill. memiliki khasiat

sebagai efek hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT dan AST pada tikus yang

terinduksi CCl4.

Adanya hepatotoksisitas akan menyebabkan penurunan produksi albumin

di hati (Hillyer, dkk., 2009). Adapun fungsi dari uji albumin, yaitu untuk

mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh, dkk., 2011). Oleh sebab

itu uji kadar albumin dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kerusakan yang terjadi di hati.

Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian ekstrak etanol

kulit Mill. dapat meningkatkan kadar albumin pada tikus yang

terinduksi karbon tetraklorida.

5 " ! !

Pemberian ekstrak etanol kulit Mill. dapat

memberikan pengaruh pada kadar albumin tikus jantan terinduksi karbon

(38)

! 1 . 6 "

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah.

# 0 1 8 ! 5 # !

Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

% # 0 " 2

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pemberian

ekstrak etanol kulit Mill.

b. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah peningkatan kadar

albumin.

- # 0 6 .

a. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi

hewan uji, yaitu tikus jantan galur Wistar dengan berat badan 150!250

g dan umur 2!3 bulan, frekuensi pemberian ekstrak etanol kulit

Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut!

turut dengan waktu pemberian yang sama, cara pemberian senyawa

(39)

pada tikus dilakukan secara per oral dan bahan uji yang digunakan

berupa kulit Mill. yang ditanam di Wonosari dan

didapatkan dari depot Es Teler 77 di Plaza Ambarukmo Yogyakarta

b. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah

kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang digunakan.

7 8 ! 5 # !

a. Ekstrak etanol kulit Mill. Didefinisikan sebagai

ekstrak kental dari serbuk kulit Mill. yang

dilarutkan dalam pelarut etanol 70% dan dimaserasi selama 5 hari

dengan sesekali penggojogan. Kemudian disaring dengan corong

yang telah dilapisi dengan kertas saring, dievaporasi, dan

diuapkan di atas selama 12 jam pada suhu 80ºC, hingga

bobot pengeringan tetap dengan susut pengeringan sebesar 0%.

b. Efek peningkatan kadar albumin. Didefinisikan sebagai kemampuan

ekstrak etanol kulit Mill. pada dosis tertentu untuk

meningkatkan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida.

c. Pemberian jangka panjang. Pemberian ekstrak etanol kulit

Mill. satu kali selama enam hari berturut!turut dengan

(40)

3 "

% " 2

a. Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur 2!

3 bulan dan berat badan 150!250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Kulit Mill. yang digunakan ditanam di Wonosari dan

didapatkan dari depot Es Teler 77 di Plaza Ambarukmo Yogyakarta pada

bulan Juni ! Juli 2014.

- 2

a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang

diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

b. Pelarut hepatotoksin adalah (Bertolli®).

c. Kontrol negatif yang digunakan adalah (Bertolli®).

d. Pelarut yang digunakan untuk pembuatan ekstrak kulit

Mill. adalah etanol 70% yang diperoleh dari General Labora, Yogyakarta.

e. Blanko pengukuran kadar ALT adalah yang diperoleh dari

laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

f. Reagen serum ALT.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT Diasys yang digunakan adalah

(41)

Komposisi pH Konsentrasi

Komposisi dan konsentrasi dari reagen albumin Architect yang digunakan

(42)

(pyrex Iwaki Glass®), mesin penyerbuk Retsch®, ayakan no 40 )

( Indotest Multi Lab®, timbangan analitik Mettler Toledo®,

, ( Optima®, IKAVAC®,

Memmert®.

- " 5 #

Microlab 200 Merck®, seperangkat alat gelas berupa ( ,

gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, , batang pengaduk

(Pyrex Iwaki Glass®), timbangan elektrik Mettler Toledo®, sentrifuge

Centurion Scientific®, ! Genie Wilten®, per oral dan 3 cc

Terumo®, pipa kapiler, dan tabung ) .

" 3 # "

% " #2 ! ! #0 "

Determinasi kulit Mill. dilakukan dengan

mencocokan buah Mill. utuh yang berasal dari salah satu

depot es di Yogyakarta berdasarkan ciri!ciri makroskopis menggunakan buku

acuan Agrilink (2001).

- 6 25 0

Bahan uji yang digunakan adalah kulit Mill. yang

masih segar dan tidak busuk.

7 20 " ! #0

Kulit Mill. dicuci bersih di bawah air mengalir dan

bagian daging buah yang masih terdapat di dalam kulit alpukat tersebut

(43)

hingga kulit tidak tampak basah kemudian dilakukan pengeringan

menggunakan pada suhu 50 ˚C selama 24 jam. Setelah kering kulit

dibuat serbuk dan diayak dengan ayakan nomor 40 mesh supaya kandungan

fitokimia yang terkandung dalam kulit Mill. lebih mudah

terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin

besar.

' " 5 1 # # ! #0 "

Penetapan kadar air serbuk kulit Mill. bertujuan

untuk mengetahui kadar air dalam serbuk dan untuk memenuhi persyaratan

serbuk yang baik, yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan, 1995).

Penetapan kadar air serbuk kulit Mill. dilakukan

dengan menggunakan alat menggunakan metode susut bobot

pengeringan. 5 gram serbuk kulit Mill. dipanaskan pada

suhu 110˚C selama 15 menit. Kemudian serbuk ditimbang ulang dan dihitung

sebagai bobot setelah pemanasan. Selisih bobot sebelum pemanasan dan

sesudah pemanasan merupakan kadar air dari sampel yang diteliti. Proses

penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

; 20 " !"# " "

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 40 gram serbuk

kulit Mill. direndam dalam 200 mL dengan menggunakan

(44)

sesekali penggojogan. Tujuan perendaman serbuk kulit

Mill. dalam pelarut etanol yaitu agar senyawa kimia yang terkandung dalam

kulit Mill. dapat terlarut dalam pelarut. Hasil perendaman

disaring menggunakan corong * yang telah dilapisi kertas saring,

sehingga diperoleh filtrat. Serbuk sisa perendaman diremaserasi kembali

dengan 200 mL etanol 70% selama 2 hari dan didiamkan pada suhu kamar

dengan sesekali penggojogan. Filtrat hasil saringan dipindahkan ke dalam labu

alas bulat untuk dievaporasi menggunakan . Hasil evaporasi

dituang ke dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya, agar

mempermudah perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan

porselen yang berisi larutan hasil evaporasi dipanaskan di atas waterbath

dengan suhu 80 ˚C untuk mendapatkan ekstrak etanol kulit

Mill. yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Menghitung

rata!rata rendemen sepuluh replikasi ekstrak etanol kulit

Mill. kental yang telah dibuat.

Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong

Rata!rata rendemen =

) 20 " 3 3< %=

CMC!Na 1% dibuat dengan cara mendispersikan lebih kurang 5,0 g

CMC!Na yang telah ditimbang seksama, digerus, dan dikembangkan selama

24 jam dalam aquadest 300 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar

(45)

dibuat digunakan untuk melarutkan ekstrak etanol kulit

Mill.

* " 5 ! "# ! 5 " !"#

Konsentrasi yang dapat digunakan adalah konsentrasi pekat yang

dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta

dikeluarkan dari spuit oral. Cara pembuatannya adalah dengan melarutkan

ekstrak per cawannya dengan pelarut yang sesuai, yaitu CMC Na 1%

Penetapan peringkat dosis mengacu pada penelitian Nopitasari (2013)

yang didasarkan pada perhitungan dengan bobot tikus paling besar yaitu 250

gram, konsentrasi ekstrak etanol kulit Mill. yang dapat

dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral yaitu 7% atau 70mg/mL, serta

volume maksimal pemberian oral yaitu 5 mL.

Maka dosis tertinggi dapat ditentukan sebagai berikut :

BB x D = C x V

Berat badan (kg) x dosis (mg/kgBB) = konsentrasi (mg/mL) x volume

pemberian (mL)

0,250 kg x D = 70mg/mL x 5 mL

D = 1400 mg/kgBB

(46)

Dosis yang akan digunakan dalam penelitian adalah 350, 700, dan 1400

mg/kgBB.

> 20 " # " #0 " "# # 1 ! "# ! ;(=

Karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dengan cara

melarutkan karbon tetraklorida ke dalam dengan perbandingan 1:1

(Janakat dan Al!Merie, 2002).

%( 5 1

a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida. Berdasarkan penelitian

Janakat dan Al!Merie (2002), dosis karbon tetraklorida sebesar 2 mL/KgBB

dapat menginduksi kerusakan hati pada tikus jantan galur Wistar. Dosis

tersebut mampu merusak sel!sel hati pada tikus yang ditunjukkan melalui

kenaikan aktivitas ALT tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji.

b. Penetapan waktu pencuplikan darah. Untuk mendapatkan waktu pencuplikan

darah dilakukan orientasi dengan satu kelompok. Dalam satu kelompok

terdiri dari 5 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis

mata. Pada jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida.

Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT.

%% 6 25 1 5 # $

Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam

kelompok perlakuan dengan masing!masing kelompok sejumlah lima ekor

(47)

a. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida yang

dilarutkan ke dalam dengan dosis 2 mL/kgBB secara

intraperitoneal.

b. Kelompok II (kontrol negatif) diberi sebanyak 2 mL/kgBB secara

intraperitoneal.

c. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral sekali sehari selama

enam hari berturut!turut.

d. Kelompok IV (dosis rendah) diberi ekstrak etanol kulit

Mill. dosis 0,35 g/kgBB secara per oral sekali sehari selama enam hari

berturut!turut.

e. Kelompok V (dosis tengah) diberi ekstrak etanol kulit

Mill. dosis 0,7 g/kgBB secara per oral sekali sehari selama enam hari

berturut!turut.

f. Kelompok VI (dosis tinggi) diberi ekstrak etanol kulit

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral sekali sehari selama enam hari

berturut!turut.

Pada hari ke tujuh kelompok IV!VI dipejani karbon tetraklorida dengan

dosis 2,0 mL/KgBB secara intraperitoneal. Darah hewan uji diambil melalui

sinus orbitalis mata setelah 24 jam pemberian karbon tetraklorida, yang

(48)

%- 20 " ! # 2

Darah diambil melalui bagian sinus orbitalis mata tikus lalu

ditampung dalam tabung ) . Darah didiamkan selama kurang lebih

15 menit, kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000

rpm dan bagian supernatannya diambil. Bagian supernatan yang diperoleh

disentrifugasi kembali dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit.

%7 " 5 1 # ! # 2 0 2

Pengukuran kadar serum albumin dilakukan di Laboratorium

Parahita, Yogyakarta.

+ " 3 # ! ! !

Data kadar serum albumin dianalisis dengan + " untuk

mengetahui normalitas data pada masing!masing kelompok perlakuan. Nilai

normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05. Apabila hasil analisis statistik

+ " kadar serum albumin menunjukkan distribusi data normal

(p>0,05), dilanjutkan dengan analisis , - dengan taraf kepercayaan

95% untuk mengetahui perbedaan masing!masing kelompok. Apabila hasil

tersebut menunjukkan nilai signifikansi (p>0,05), berarti data tersebut homogen.

Uji dilakukan untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar

kelompok. Jika diperoleh distribusi data yang tidak normal maka dilakukan

analisis data menggunakan + ( "- untuk melihat homogenitasnya, dan

dilanjutkan dengan uji . "- untuk melihat kebermaknaan perbedaan

(49)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

etanol kulit Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui adanya kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol kulit

Mill. dalam penggunaan jangka panjang dengan peningkatan

kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang sudah

menguji mengenai efek pemberian ekstrak etanol biji Mill.

terhadap aktivitas ALT dan AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.

Pengamatan hasil penelitian ini dapat tercapai dengan rangkaian

penelitian meliputi determinasi buah Mill., penetapan kadar air

serbuk kering kulit Mill., penentuan dosis hepatotoksik karbon

tetraklorida, penentuan waktu pencuplikan darah, uji kontrol negatif dari ,

uji kontrol sediaan ekstrak etanol kulit Mill., dan uji efek

ekstrak etanol kulit Mill. dengan dosis 350; 700; dan 1400

mg/kgBB terhadap kadar albumin.

4 5

% 20 " ! #0 # 6 "

Penelitian mengenai efek hepatoprotektif ini menggunakan kulit

(50)

mengalir. Kemudian kulit Mill. tersebut dikeringkan dan

diserbuk. Serbuk kering kulit Mill. yang didapatkan di ayak

dengan menggunakan ayakan nomor40 mesh. Pengayakan ini dilakukan supaya

kandungan fitokimia yang terkandung dalam kulit Mill. lebih

mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut

semakin besar. Apabila ukuran dari serbuk simplisia terlalu kecil maka pada saat

dimungkinkan terdapat serbuk simplisia yang lolos saat penyaringan.

- ! 1 " #2 ! ! #0 # 6 "

Penelitian mengenai efek antihepatotoksik ini menggunakan kulit

Mill. sebagai bahan yang diuji aktivitasnya. Untuk memastikan

kebenaran serbuk yang digunakan dalam penelitian ini, maka dilakukan

determinasi. Determinasi kulit buah Mill. dilakukan dengan

mencocokan buah Mill. utuh yang diperoleh dari depot Es Teler

di Plaza Ambarukmo Yogyakarta berdasarkan ciri!ciri makroskopis menggunakan

buku acuan Agrilink (2001).

Hasil determinasi menunjukan jenis buah Mill. yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Endranol. Buah Mill. jenis

ini menyerupai buah pir, ujung buah tumpul sedang pangkal buahnya runcing, biji

buahnya berbentuk jorong, daging buahnya tebal berwarna kuning, kulit buah

berwarna hijau dan permukaan kulit buah licin berbintik kuning dengan tebal kulit

1,5 mm. Saat muda kulit buah berwarna hijau muda dan ketika setengah matang

(51)

buah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah benar kulit buah

Mill.

7 " 5 1 # # ! #0 # 6 "

Penetapan kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air yang

terdapat di dalam serbuk kulit Mill., sehingga dapat diketahui

apakah kandungan air yang terdapat pada serbuk kulit buah

Mill. memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau tidak. Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (1995) menetapkan bahwa serbuk yang baik bila

memiliki kandungan air kurang dari 10%.

Proses penetapan kadar air pada serbuk kering kulit

Mill. dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil kandungan

kadar air di dalam serbuk kulit Mill. adalah 7,10 %.

Kandungan air yang terdapat di dalam serbuk Mill. memenuhi

persyaratan yang ditetapkan.

' 20 " !"# " " 5 "

Pembuatan ekstrak etanol kulit alpukat Mill.

menggunakan metode maserasi. Metode maserasi ini digunakan untuk menyari

simplisia sehingga zat!zat aktif yang terdapat di dalam simplisia dapat berpindah

ke dalam cairan penyari. Kelebihan dari metode ini yaitu proses pengerjaannya

sederhana dan alat!alat yang digunakan sederhana. Cairan penyari yang digunakan

untuk menyari zat aktif yang terdapat dalam kulit Mill. adalah

etanol. Menurut penelitian Vinha, dkk. (2013), diketahui bahwa senyawa yang

(52)

Mill., yaitu fenol, flavonoid, karotenoid, vitamin C dan vitamin E.

Perbedaan senyawa antara biji dan kulit Mill. terletak pada

jumlah kandungan masing!masing senyawa. Penelitian Javier, David, Maria, Petri,

dan Mario (2011), menyatakan bahwa senyawa golongan fenolik pada biji

Mill. diisolasi dengan menggunakan pelarut organik yang bersifat

polar. Penelitian Zuhrotun (2007) menggunakan etanol sebagai cairan penyari

untuk menyari senyawa yang terdapat di dalam biji Mill. Selain

itu, pada penelitian Nopitasari (2013) menggunakan cairan penyari etanol untuk

mengambil senyawa yang terdapat dalam biji Mill. Penelitian

Mokodompit, dkk. (2013) menggunakan etanol sebagai cairan penyari untuk

menyari senyawa flavonoid yang diketahui sebagai antioksidan kuat yang

terkandung di dalam kulit Mill.

Parameter standarisasi ekstrak etanol kulit Mill. dilihat

dari bobot tetap pengeringan. Bobot tetap pengeringan yaitu selisih penimbangan

< 0,5 mg tiap gram zat sisa dari 2 kali penimbangan berturut!turut. Selisih dari 2

bobot penimbangan pada penetapan bobot tetap sebesar 0% menunjukan ekstrak

yang terdapat dalam cawan ditimbang 1 jam sekali selama 10 jam atau hingga

bobot tetap. Penelitian ini menggunakan waktu pengeringan 15 jam untuk

mendapatkan bobot tetap ekstrak etanol kulit Mill. Peneliti

menggunakan 400 gram serbuk kering kulit Mill. untuk

mendapatkan ekstrak etanol kulit Mill. Rata!rata hasil ekstrak

(53)

adalah 4,48 gram. Pada pembuatan 400 gram serbuk kering kulit

Mill. menghasilkan rendemen sebesar 11,20%.

1

% " 1 ! ! 5 " " ! #0 " "# # 1

Penelitian ini menggunakan karbon tetraklorida sebagai senyawa model

hepatotoksin. Hepatotoksin karbon tetraklorida pada dosis tertentu dapat

menyebabkan perlemakan pada hati. Menurut Janakat dan Al!Merie (2002), dosis

karbon tetraklorida sebesar 2 mL/kgBB dapat menginduksi kerusakan hati pada

tikus jantan galur Wistar. Dosis tersebut mampu merusak sel!sel hati pada tikus

yang ditunjukkan melalui kenaikan aktivitas ALT dan AST tetapi tidak

menimbulkan kematian pada hewan uji. Menurut Sivakrishnan dan Kottaimuthu

(2014), pada kenaikan aktivitas serum ALT 2!3 kali dari normal, kadar albumin di

dalam darah ikut mengalami penurunan sebesar ± 0,95 mg/dL. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sivakrishnan dan Kottaimuthu (2014), terdapat

keterkaitan antara kenaikan aktivitas serum ALT dengan penurunan kadar

albumin.

- " 5 6 20 . 5 1 #

Penentuan pengambilan cuplikan darah pada hewan uji bertujuan untuk

mengetahui waktu peningkatan aktivitas enzim ALT yang paling tinggi pada

hewan uji setelah hewan uji diinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2

mL/KgBB. Cuplikan darah hewan uji diambil dari sinus orbitalis. Penentuan

waktu pengambilan cuplikan darah pada hewan uji dilakukan pada jam ke 0, 24

(54)

melakukan uji pendahuluan penentuan pengambilan cuplikan darah berdasarkan

peningkatan aktivitas serum ALT dalam darah tikus. Berdasarkan uji yang

dilakukan, diperoleh data aktivitas serum ALT seperti yang tertera pada tabel I.

0 # " " ? " ! ! # 2 ! " 5 20 # #0 " "# # 1 1 ! ! - 2 @ 6 5 1 $ " 5 . 5 1 # 2 <(/ -'/ 1 '&

Waktu pencuplikan jam ke! Purata aktivitas ALT ±SE (U/l) 0 72,3 ± 5,8

24 217,3 ± 2,7 48 90,3 ± 3,8

Keterangan : SE = Standar error

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kenaikan aktivitas serum ALT yang paling

tinggi terjadi pada jam ke! 24 (217,3 ± 2,7 U/l). Purata aktivitas serum ALT pada

jam ke 24 lebih tinggi 2!3 kali dibandingkan dengan purata aktivitas serum ALT

pada jam ke! 0 (72,3 ± 5,8 U/l). Purata aktivitas serum ALT pada jam ke 48 (90,3

± 3,8 U/l) lebih rendah dibandingkan dengan purata aktivitas serum ALT pada

jam ke!24. Hasil tersebut menandakan aktivitas serum ALT pada jam ke! 48 sudah

mengalami penurunan. Berdasarkan hasil yang tercantum dalam tabel I dan

gambar 4, menunjukkan bahwa pada jam ke! 24 terjadi kerusakan hati yang paling

(55)

20 # ' 6# 2 0 " 6 " ? " ! ! # 2 5 1 " ! " # 1 ! #0 " "# # 1 5 1 2 (/ -'/ 1 '&

Data aktivitas serum ALT diuji secara statistik dengan menggunakan

analisis variansi satu arah. Hasil analisis uji statistik aktivitas serum ALT pada

jam ke 0 dan 48 dengan jam ke 24 menunjukan nilai signifikansi 0,000 (<0,05).

Nilai tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara aktivitas serum ALT

pada jam ke 0 dan 48 dengan aktivitas serum ALT pada jam ke 24.

Tahapan analisis statistik selanjutnya dilakukan dengan menggunakan uji

. Tujuan dilakukan uji ini adalah untuk mengetahui kebermaknaan

perbedaan antar kelompok. Hasil analisis aktivitas serum ALT dari uji

(56)

0 #0 1 " ? " ! ! " 5 20 # #0

Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Berdasarkan hasil uji yang tercantum dalam tabel II, aktivitas serum ALT

pada pencuplikan ke!0, dan 48 memiliki perbedaan yang bermakna terhadap

aktivitas serum ALT pada pencuplikan jam ke!24 setelah pemejanan karbon

tetraklorida dosis 2mL/KgBB. Hal ini berarti pada jam ke!24 terjadi kenaikan

aktivitas ALT yang tinggi dibandingkan dengan aktivitas ALT pada jam ke!0 dan

48. Data di tabel II menunjukan data aktivitas serum ALT pada pencuplikan jam

ke!0 berbeda tidak bermakna dengan data aktivitas serum ALT pada pencuplikan

jam ke! 48. Hasil tersebut menandakan tidak terjadi kenaikan aktivitas serum ALT

setelah jam ke 24. Hal ini berarti aktivitas ALT pada jam ke!0 dan 48 sama.

Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka

panjang ekstrak etanol kulit Mill. terhadap peningkatan kadar

albumin menggunakan waktu pencuplikan darah pada jam ke! 24 setelah hewan

uji dipejani karbon tetraklorida.

7 " 5 2 5 2 !"# " "

Berdasarkan penelitian Kurniawati, dkk. (2011), dalam penelitian efek

(57)

parasetamol, menjelaskan bahwa praperlakuan ekstrak metanol!air daun .

pada kelompok hewan uji diberikan selama enam hari dan pada hari ke 7

diberi hepatotoksin parasetamol. Penelitian Nopitasari (2013) melakukan

penelitian mengenai efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol

biji Mill. terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada tikus

terinduksi karbon tetraklorida dengan memberikan ekstrak biji

Mill. selama enam hari berturut!turut dan pada hari ke 7 diberi karbon tetraklorida

sebagai hepatotoksin. Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kurniawati, dkk. (2011) dan Nopitasari (2013). Pada penelitian ini,

ekstrak etanol kulit Mill. dipejankan selama enam hari

berturut!turut ke hewan uji, kemudian hewan uji dipejankan karbon tetraklorida

dengan dosis 2mL/kgBB pada hari ke!7.

' " 5 1 ! ! !"# " "

Tujuan dari penetapan dosis ekstrak etanol kulit Mill.

pada penelitian ini adalah untuk menentukan tingkatan dosis dari ekstrak etanol

kulit Mill. yang akan digunakan. Penetapan dosis ekstrak

etanol kulit Mill. didasarkan pada penelitian yang dilakukan

oleh Nopitasari (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Nopitasari (2013)

menentukan tingkatan dosis ekstrak etanol biji Mill.

berdasarkan dosis maksimal ekstrak etanol biji Mill. pada tikus

yang merupakan konsentrasi tertinggi ekstrak etanol biji Mill.

Konsentrasi tertinggi yang digunakan pada penelitian Nopitasari (2013) adalah

(58)

dapat dimasukkan dan dikelurkan dari yaitu 70 mg/ml sehingga

diperoleh dosis maksimal 1,40 g/kgBB. Berdasarkan penelitian Nopitasari (2103),

pada penelitian ini menggunakan dosis maksimal 1,40 g/KgBB. Tingkatan dosis

ekstrak etanol kulit Mill. ditentukan berdasarkan dosis

maksimal pemberian. Tingkatan dosis ekstrak etanol kulit Mill.

yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB.

3 ! 8 6 " 1 # 0 2 20 # !"#

" " 5 1 ! # 1 ! #0

"# # 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

etanol kulit Mill. terhadap peningkatan kadar albumin pada

tikus terinduksi karbon tetraklorida. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol

kulit Mill. dengan peningkatan kadar albumin pada tikus yang

terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan

ekstrak etanol kulit Mill. satu kali sehari selama enam hari

berturut!turut secara per oral dengan peringkat dosis terkecil sebesar 0,35 g/kgBB;

dosis tengah sebesar 0,70 g/kgBB; dan dosis tinggi sebesar 1,40 g/kgBB. Setelah

hewan uji di pejani ekstrak, pada hari ke 7, hewan uji diinduksi karbon

tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB. Pemberian karbon tetraklorida akan

merusak hati dan menurunkan kadar albumin di dalam darah. Pembentukan

(59)

albumin akan menurun dan menyebabkan penurunan kadar albumin dalam darah

(Hillyer, 2009).

20 # ; 6# 2 0 " 6 1 # 0 2 5 1 25 "# 5 " " ! / "# 6 " 8/ "# !"# 1 5 # !"# "

Keterangan :

Kontrol CCl4 : Pemberian hepatotoksin CCl4 dosis 2 ml/kg BB

Kontrol : Pemberian 2 ml/kgBB

Kontrol sediaan : Pemberian ekstrak etanol kulit Mill. dosis 1,40 g/kgBB

Dosis 1 : Perlakuan ekstrak etanol kulit Mill. 0,35 g/KgBB + CCl4 2 ml /kgBB

Dosis 2 : Perlakuan ekstrak etanol kulit Mill. 0,70 g/KgBB + CCl4 2 ml /kgBB

Dosis 3 : Perlakuan ekstrak etanol kulit Mill. 1,40 g/KgBB + CCl4 2 ml /kgBB

Pencuplikan darah dilakukan pada jam ke! 24 setelah pemberian senyawa

hepatotoksin karbon tetraklorida. Berdasarkan hasil orientasi yang telah

(60)

aktivitas serum ALT yang paling tinggi. Pencuplikan darah pada hewan uji ini

dilakukan melalui vena orbitalis yang terletak di daerah mata.

0 8 5 6 # 5 20 # !"# " "

I : Kelompok kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2 ml/kg BB II : Kelompok kontrol negatif ( 2 ml/kgBB)

Kelompok kontrol negatif dalam pengujian ini yaitu kelompok tikus yang

diinjeksi dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Pengujian

kelompok kontrol negatif ini bertujuan untuk memastikan (pelarut karbon

(61)

dan tidak menimbulkan efek toksik terhadap hewan uji. Pengujian kontrol negatif

pada penelitian ini sangat penting karena membuktikan bahwa penurunan kadar

albumin yang terjadi bukan disebabkan yang diberikan, tetapi murni

(62)

Pengujian kontrol negatif ini dilakukan dengan menginjeksikan

dengan dosis 2 mL/kgBB pada hewan uji secara intraperitoneal. Pengambilan

cuplikan darah dilakukan pada jam ke! 24 setelah pemberian melalui

sinus orbitalis. Waktu pengambilan cuplikan darah pada pengujian ini disamakan

dengan kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida). Pada kontrol hepatotoksin,

dipejankankan bersama dengan karbon tetraklorida dan pengambilan

darah dilakukan pada jam ke!24. Hal ini dilakukan untuk menyamakan kondisi

perlakuan. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan dosis

hepatotoksin karbon tetraklorida yaitu 2 mL/kgBB. Hal ini bertujuan untuk

memastikan bahwa penurunan kadar albumin bukan karena pemberian

sebagai pelarut melainkan karena pemberian hepatotoksin karbon tertraklorida.

Hasil penelitian Wijaya (2013) menyimpulkan bahwa sebagai pelarut

karbon tetraklorida tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan serum ALT

dan AST hewan uji, yang berarti tidak menurunkan kadar albumin. Berdasarkan

hasil pengukuran kadar albumin yang tercantum dalam tabel III dan gambar 5,

purata kadar albumin sebesar 3,6 ± 0,1 mg/dL.

- "# 5 " " ! #0 " "# # 1 1 ! ! - 2 @ 6

Pengujian kelompok kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida dengan dosis

2 mL/kgBB terhadap sel!sel hati tikus jantan galur Wistar berupa penurunan kadar

albumin. Pengujian ini dilakukan dengan cara memejankan karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB ke tikus secara intraperitoneal. Pada jam ke! 24, darah tikus

(63)

kemudian dilakukan pengukuran kadar albumin. Hasil pengukuran kadar albumin

dapat dilihat pada tabel III dan gambar 5. Berdasarkan hasil dari pengukuran,

purata kadar albumin yang diperoleh sebesar 2,92 ± 0,2 mg/dL, sedangkan purata

kadar albumin kontrol negatif ( oil) sebesar 3,63 ± 0,1 mg/dL.

Berdasarkan hasil dari uji yang tercantum dalam tabel IV, kontrol

negatif karbon tetraklorida berbeda bermakna dengan kontrol . Hal ini

menandakan karbon tetraklorida memberikan pengaruh berupa penurunan kadar

albumin. Adapun penurunan kadar albumin berkorelasi atau berkaitan dengan

terjadinya kerusakan pada hati (Hillyer, dkk., 2009).

7 "# !"# " " 1 ! ! %/'( 6@ 6

Pengujian kelompok kontrol ekstrak etanol kulit Mill.

bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit

Mill. terhadap kadar albumin pada hewan uji. Tujuan lain dalam

pengujian kontrol ekstrak pada hewan uji adalah untuk mengetahui apakah ekstrak

etanol kulit Mill. memberikan efek toksik pada hewan uji atau

tidak selama enam hari pemejanan ekstrak etanol kulit Mill.

Dosis ekstrak etanol kulit Mill. yang digunakan adalah

peringkat dosis tinggi 1,40 g/KgBB. Hal ini dikarenakan bila pada peringkat dosis

yang paling tinggi 1,40 g/KgBB tidak berpengaruh pada penurunan kadar albumin

maka dapat diasumsikan dosis tengah 0,70 g/KgBB dan dosis kecil 0,35 g/Kg juga

tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar albumin.

Pengujian ini dilakukan dengan cara memejankan ekstrak etanol kulit

Gambar

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas ALT setelah pemberian karbon
Gambar 1.� Tanaman �����������������Mill. ………………….......................� 7
gambar 4, menunjukkan bahwa pada jam ke! 24 terjadi kerusakan hati yang paling

Referensi

Dokumen terkait

Benih tomat varietas Ratna diinokulasi secara buatan dengan isolat Cmm kemudian dikecambahkan pada medium kertas, sementara sebagiannya ditumbuhkan di dalam pot, Bibit

Daftar Stastistik Terdakwa yang mengunakan dan Terdakwa yang menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013. Data

Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah. mendidik dan membekali ilmu pengetahuan dan para Staf Tata Usaha

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa return keenam indeks bursa saham global secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan tetapi secara individual hanya return indeks

Terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi setelah dilakukan observasi pembelajaran di SMP Negeri 4 Kota Magelang yang dirasa perlu adanya pemecahan,

AD\'IIRTISEMENT ON CUSTOMER SAVING DECISION AT BTN

nkumn kon.jstensi penycl€nggara nega.a terh.dap prinsip kedaulabn Bkyat dalam UUD 1945. Paso perubahan UoD 1945, sisten pemilihan udun anggota legislatif setalu

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank