(KAJIAN KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENGERINGAN)
SKRIPSI
Oleh : Miftachul Huda NPM 1033010049
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN JAWA TIMUR”
(KAJIAN KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENGERINGAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjaga Teknologi Pangan
Oleh:
MIFTACHUL HUDA NPM. 1033010049
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
SKRIPSI
PEMBUATAN PATTY BURGER IKAN PARI ( Dasyatidae )
(KAJIAN KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENGERINGAN)
Di susun oleh:
MIFTACHUL HUDA NPM : 1033010049
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima Oleh Tim Penguji pada tanggal 10 OKTOBER 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya
Ir. Ulya Sarofa, MM NIP. 19630516 198803 2001 Drh. Ratna Yulistiani, MP.
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Prodi : Teknologi Pangan
Telah mengerjakan (revisi/tidak revisi) Laporan Penelitian dengan judul:
PEMBUATAN PATTY BURGER IKAN PARI ( Dasyatidae )
(KAJIAN KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA
PENGERINGAN)
Surabaya, Desember 2014
Dosen Penguji yang memerintahkan revisi:
1. 2.
3.
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknologi Pangan Ir. Ulya Sarofa, MM
NIP. 19630516 198803 2 001
Dr. Dedin F. Rosida, STP., M.kes NPT. 3 7012 970159 1
Ir. Sudaryati, HP, MP NIP. 19521103 198803 2 001
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MIFTACHUL HUDA
NPM : 1033010049
Program Studi : Teknologi Pangan Fakultas : Teknologi Industri
Judul : PEMBUATAN PATTY BURGER IKAN PARI(Dasyatidae)
( Kajian Konsentrasi asap Cair Tempurung Kelapa dan Lama Pengeringan)
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian sumber informasi yang dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah lain yang sudah ada.
Surabaya, Desember 2014 Pembuat Pernyataan
Alhamdulillahirobbil‟alamin. Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat, dan hidayahNya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pembuatan Patty Burger Ikan
Pari ( Dasyatidae ) (Kajian Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa dan Lama Pengeringan)”.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penyusun dalam penyelesaian
penyusunan skripsi. Amin yaa robbal‟alamin. Dalam kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan
“Veteran” Surabaya
2. Dr. Dedin F. Rosida, STP, Mkes. selaku Kepala Program Studi Teknologi Pangan. 3. Drh. Ratna Yulistiani, MP selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan nasihat.
4. Ir. Ulya Sarofa, MM selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa dan dukungannya.
6. My Princess, dr. Fatimah Azzahra yang senantiasa memberikan dukungan dan semangatnya.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, Oktober 2014
ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENGERINGAN)
MIFTACHUL HUDA NPM : 1033010049
INTISARI
Komoditas perikanan dikenal sebagai bahan pangan yang tergolong mudah dan cepat mengalami penurunan mutu. Ikan pari memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, protein ikan pari mencapai 16.86 %, mineral secara umum memiliki kandungan yang tinggi, disamping itu ikan pari juga memiliki kadar lemak rendah sehingga ikan pari ini aman untuk dikonsumsi bagi penderita kolestrol. Sehubungan dengan hal itu, pada penelitian ini akan dilakukan optimalisasi teknik proses pemanfaatan ikan pari dengan mengubahnya menjadi patty burger ikan pari yang bergizi tinggi dan pada akhirnya diperkirakan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Pada dasarnya produk patty burger ini memiliki kendala pada masa simpan, masa simpan patty burger ini termasuk pendek dikarenakan patty burger mengandung kadar air dan protein yang sangat tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan khusus yaitu dengan mengkombinasi penambahan asap cair tempurung kelapa dan lama pemanasan pada produk olahan patty burger. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh serta menentukan kombinasi perlakuan terbaik konsentrasi asap cair tempurung kelapa dan lama pengeringan terhadap kualitas fisikokimia, mikrobiologi, dan organoleptik sehingga dihasilkan patty burger ikan pari dengan kualiatas baik dan disukai oleh konsumen serta untuk memngetahui pengaruh konsentrasi asap cair tempurung kelapa terhadap pertumbuhan mikroba selama penyimpanan pada suu kamar dan suhu refreigerator.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi asap cair tempurung kelapa (0%, 5%, 1%, dan 1,5%) dan lama pengeringan (4 Jam, 5 Jam, dan 6 Jam).
Patty burger ikan pari asap dengan perlakuan konsentrasi asap cair 1,5 % dan lama pengeringan 4 jam merupakan perlakuan terbaik dengan nilai kadar air 66,07 %, total mikroba 5,587 log CFU/ml, protein 16,29%, lemak 2.15 %. Berdasarkan penelitian organoleptik memberikan tingkat kesukaan terhadap rasa sebesar 204 (Sangat Suka), aroma 206,5 (Sangat Suka), warna 195,5 (Suka), dan tekstur 186 (Suka). Hasil analisa finansial diperoleh nilai BEP dicapai pada kapasitas 21,88 % dari total produksi, dengan nilai sebesar Rp. 478,250,642.80, nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 8,437,863 dan Payback Periode (PP) 4,1 tahun dengan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) sebesar 1,0083 dan Internal Rate of Return (IRR) 20,825 % (dengan tingkat suku bunga bank 20%).
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan... ... 4
C. Manfaat ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Ikan Pari ... 5
1. Komposisi Berat Ikan Pari ... 7
2. Komposisi Gizi Ikan Pari ... ... 7
B. Patty Burger ... 7
1.Proses Pembuatan Patty Burger ... 10
C. Asap Cair ... 12
1. Komposisi Asap ... 15
2. Citra Rasa dan Warna Produk Asapan ... 16
D. Pengeringan ... 18
1. Prinsip Dasar dan Tujuan Pengeringan ... 19
2. Kelebihan dan Kekurangan Proses Pengeringan ... 21
3. Pengaruh Pengeringan terhadap Bahan ... 21
4. Pengaruh Pengeringan terhadap Mikroba ... 22
Tabel 1.Bagian Ikan Pari ... 7
Tabel 2. Komposisi Daging Ikan ... 8
Tabel 3. Kombinasi Dua Faktor ... 31
Tabel 4. Hasil Analisa Daging Ikan Pari ... 34
Tabel 5. Nilai Rerata Kadar Air Patty Burger Ikan Pari dengan Kajian Konsentrasi Asap Cair dan Lama Pengeringan ... 35
Tabel 6. Nilai Rerata Total Mikroba Patty Burger Ikan Pari dengan Kajian Konsentrasi Asap Cair dan Lama Pengeringan ... 37
Tabel 7. Nilai Rerata Protein Patty Burger Ikan Pari dengan Kajian Lama Pengeringan ... 40
Tabel 8. Nilai Rerata Lemak Patty Burger Ikan Pari dengan Kajian Konsentrasi Asap Cair ... 42
Tabel 9. Nilai Rerata Lemak Patty Burger Ikan Pari dengan Kajian Konsentrasi Lama Pengeringan ... 43
Tabel 10. Jumlah Rangking terhadap Rasa Patty Burger Ikan Pari ... 44
Tabel 11. Jumlah Rangking terhadap Aroma Patty Burger Ikan Pari ... 46
Tabel 12. Jumlah Rangking terhadap Warna Patty Burger Ikan Pari ... 47
Tabel 13. Jumlah Rangking terhadap Tekstur Patty Burger Ikan Pari ... 49
Tabel 14. Hasil Analisa keseluruhan dari Berbagai Analisa pada Setiap Perlakuan ... 51
Tabel 15. Data Hasil Analisa Patty Burger Ikan Pari Asap dengan Perlakuan Konsentrasi Asap Cair (1,5%) dan Lama Pengeringan (4 Jam) ... 52
Gambar 1. Bentuk Fisik Ikan Pari ... 6
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Patty Burger Ikan Pari ... 11
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Patty Burger Ikan Pari ... 19
Gambar 4. Hubungan Antara Perlakuan Konsentrasi asap Cair dan lama pengeringan terhadap Kadar Air Patty Burger Ikan Pari ... 36
Gambar 5. Hubungan Antara Perlakuan Konsentrasi asap Cair dan lama pengeringan terhadap total Mikroba Patty Burger Ikan Pari ... 38
Gambar 6. Pengaruh Lama Penyimpanan Perlakuan Terbaik dan Kontrol terhadap Jumlah Mikroba dengan Suhu Refrigerator ... 53
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikan pari adalah jenis ikan non-ekonomis yang kurang diminati untuk dikonsumsi di Indonesia. Jenis ikan ini biasa tertangkap sebagai ikan target atau ikan hasil tangkapan samping. Nilai jual ikan pari yang rendah memicu nelayan untuk mengambil bagian tubuh tertentu saja seperti kulit untuk diolah menjadi hiasan, sedangkan dagingnya dibuang kembali ke laut atau diolah tradisional (sebagian besar diolah menjadi daging asap dan ikan asin). Kandungan gizi yang terdapat pada ikan tersebut hanya dibuang percuma atau hanya sedikit yang dimanfaatkan. Ikan pari memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, protein ikan pari mencapai 16.86 %, mineral secara umum memiliki kandungan yang tinggi, disamping itu ikan pari juga memiliki kadar lemak rendah sehingga ikan pari ini aman untuk dikonsumsi bagi penderita kolestrol.
sekitar 1-2 cm dengan lebar yang hampir sama dengan rotinya. Patty burger merupakan produk olahan dari daging. Produk ini telah dikenal khas dan disukai masyarakat, karena (1) rasanya yang nikmat dan gurih; (2) dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas gizi dan (3) kaya akan protein. Pada dasarnya produk patty burger ini memiliki kendala pada masa simpan, masa simpan patty burger ini termasuk pendek dikarenakan patty burger mengandung kadar air dan protein yang sangat tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan khusus yaitu dengan mengkombinasi penambahan asap cair tempurung kelapa dan lama pemanasan pada produk olahan patty burger.
Asap cair mempunyai peluang untuk digunakan secara luas di Indonesia mengingat tersedianya bahan baku yang melimpah, proses pembuatan yang sederhana, mudah diaplikasikan oleh masyarakat dengan citra rasa produk yang dapat diterima serta melindungi konsumen dari bahan karsinogenik yang biasanya terbentuk pada pengasapan tradisional.
Salah satu teknologi pengolahan daging yang belum banyak diterapkan oleh masyarakat adalah dengan proses pengasapan. Menurut Winarno dkk.(1980), pengasapan daging terutama ditujukan untuk mengawetkan atau menambah cita rasa (flavor). Asap cair cair mampu menghilangkan bau urea pada daging ikan pari. Pengasapan juga dapat menghambat oksidasi lemak didalam bahan pangan tersebut. Orimahi (2007), mengemukakan bahwa asap cair merupakan salah satu alternative pengawet untuk makanan, yang dibuat dengan mengkondensasikan asap dari hasil pembakaran kayu.
Maga (1978), mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan dari pada pengasapan tradisional diantaranya citra rasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogenik lebih kecil dan proses pengasapan dapat dilakukan cepat, dapat diterapkan dalam beberapa cara seperti menyemprot, melapisi dan pencampuran dalam makanan.
mengontrol pertumbuhan mikrobia.
Hasil pengujian aktifitas antibakteri dari 8 jenis asap cair diantaranya : tempurung kelapa, kayu jati, bangkirai, krining, lamtoro, mahoni, kamfer, dan glugu terhadap kultur bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis menggunakan teknik difusi agar menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa mempunyai aktifitas bakteri terbesar terhadap keempat kultur bakteri dibandingkan ketujuh jenis asap cair lainnya yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih terbesar pada perlakuan dengan asap cair tempurung kelapa (Yulistiani, 1997).
Maga (1987), mengemukakan bahwa penggunaan asap cair untuk suatu produk berkisar antara 0,2% - 2%. Menurut Yulistiani (1997), konsentrasi penghambatan minimal asap cair tempurung kelapa terhadap S. aureus dan P. flourescens adalah 0,6% sedangkan E. coli dan B. subtilis 0,8%. Proses kyuring lidah sapi dengan kombinasi asap cair tempurung kelapa pengenceran 1:9 (v/v) dan NaCl 10% (b/v) pada suhu pengeringan 750C selama 8 jam lebih disukai konsumen dibandingkan control dan perlakuan lainnya.
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti, maka bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama (Cannon, 1991).
Turunnya kadar air pada bahan yang telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan akan terhambat pertumbuhannya (Schlegel, 1994).
Kombinasi konsentrasi asap cair tempurung kelapa dengan lama pengeringan diharapkan dapat memperpanjang masa simpan patty burger ikan pari pada suhu kamar maupun suhu refrigerator.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengkaji pengaruh konsertrasi asap cair tempurung kelapa dan lama pengeringan terhadap kualitas fisikokimia, mikrobiologi dan organoleptic dari patty burger ikan pari.
2. Menentukan kombinasi perlakuan terbaik konsentrasi asap cair tempurung kelapa dan lama pengeringan sehingga dihasilkan patty burger ikan pari dengan kualitas baik dan disukai konsumen.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair tempurung kelapa terhadap pertumbuhan mikroba selama penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Meningkatkan nilai ekonomis dari ikan pari yaitu dengan mengolah menjadi patty burger.
2. Diverfikasi paroduk patty burger dengan bahan baku dari ikan pari.
2.1Ikhtisar Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dipergunakan dalam penelitian
berikut ini adalah :
1. J udha Mr adipta Nugraha (2010)
a. Judul : Pengaruh Motivasi, Keterampilan Sosial dan Minat Belajar
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Pada Mahasiswa
Akuntansi UPN "Veteran" Jawa Timur Angkatan 2006).
b. Permasalahan : apakah motivasi, keterampilan sosial dan minat
belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada
mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa
Timur Angkatan 2006?.
c. Hipotesis : Diduga bahwa keterampilan sosial, motivasi dan minat
belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
d. Kesimpulan : bahwa tidak ada pengaruh secara nyata antara
motivasi dan keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman
akuntansi sedangkan minat belajar berpengaruh nyata terhadap
2. Purwanti (2009)
a. Judul : “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi II (Studi
Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa
Timur)”.
b. Permasalahan : Apakah motivasi, gaya belajar dan lingkungan
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa
dalam mata kuliah pemeriksaan akuntansi II ?
c. Hipotesis : Diduga motivasi, gaya belajar dan lingkungan
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa
dalam mata kuliah pemeriksaan akuntansi II.
d. Kesimpulan :
1. Motivasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap prestasi
belajar mahasiswa dalam mata kuliah pemeriksaan akuntansi
II. Gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah pemeriksaan
akuntansi II.
3. Hanum Atika Riswanti (2010)
a. Judul : Pengaruh Kemampuan Komunikasi, Berpikir Kritis, Dan
Kepribadian Terhadap Pemahaman Akuntansi Mahasiswa (Studi
Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN "Veteran" Jawa Timur).
b. Permasalahan : "apakah kemampuan komunikasi, berpikir kritis,
dan kepribadian mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
akuntansi pada mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa
Timur?".
c. Hipotesis : "kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan
kepribadian mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi
pada mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur".
d. Kesimpulan : kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan
kepribadian berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi.
Sedangkan variabel berpikir kritis berpengaruh secara signifikan
4. Muland (2009)
a. Judul : Pengaruh Efektifitas Pembelajaran dan Lingkungan
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Negeri 1
Seyegan”.
b. Permasalahan : apakah efektifitas pembelajaran dan lingkungan
belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMK Negeri 1 Seyegan.
c. Hipotesis : Diduga efektifitas pembelajaran dan lingkungan
belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMK Negeri 1 Seyegan.
d. Kesimpulan : Pengujian secara simultan dan parsial menunjukan
bahwa efektifitas pembelajaran dan lingkungan belajar
mempunyai peranan yang signifikan terhadap prestasi belajar
pekerjaan kontruksi beton sederhana siswa kelas II SMK Negeri 1
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Hidayat (dalam Setiabudi; 2008), adalah suatu
usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan
atas perbuatan tersebut.
Menurut Santrock, 2007 (dalam Setiabudi; 2008) mendefinisikan
motivasi sebagai proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama.
Perumusan kebutuhan merupakan tujuan dari motif yang
menggerakkan perilaku seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai
suatu rantai reaksi yang dimulai dengan adanya kebutuhan, kemudian
timbul rasa untuk memuaskannya (mencari tujuan), sehingga
menimbulkan ketegangan psikologis yang akan mengarahkan perilaku
kepada tujuan (kepuasan). Rantai motivasi digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Rantai motivasi
Sumber Bareleson dan Steiner (dalam Pujadi, 2007: 42-43)
Teori hirarki yang dikembangkan oleh Maslow memandang
kebutuhan manusia berjenjang dari yang paling rendah hingga yang paling
tinggi, dimana jika suatu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka
kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Hirarki
kebutuhan Maslow sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik dan biologis, yaitu kebutuhan untuk menunjang
kebutuhan hidup manusia. Jika fisiologis belum terpenuhi maka
kebutuhan lain tidak memotivasi manusia.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan, yaitu kebutuhan untuk
terbebas dari bahaya fisik dan rasa takut kehilangan.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kubutuhan untuk bergaul dengan orang lain
dan untuk diterima sebagai dari orang lain.
4. Kebutuhan akan penghargaan, yaitu keutuhan untuk dihargai oleh
orang lain. Kebutuhan ini menghasilkan kepuasan dan kebanggaan
terhadap diri sendiri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengaktualisasikan semua kemampuan dan potensi yang dimiliki
hingga menjadi orang yang seperti dicita-citakan. Menurut Maslow
2.2.2 Pengertian Belajar
Belajar menurut Muhibbinsyah, 2003 (dalam Hasanah; 2013)
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa atau mahasiswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun berada di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Menurut Biggs (dalam Puspitasari; 2010) belajar didefinisikan
kedalam tiga macam rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan
institusional dan rumusan kualitatif.
a. Rumusan Kuantitatif
Belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak – banyaknya. Jadi, belajar
dalam hal ini dipandang dari sudut beberapa banyak materi yang
dikuasai siswa.
b. Rumusan Institusional
Belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan
siswa atas materi – materi yang telah dipelajari. Bukti institusional
yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui dalam
c. Rumusan Kualitatif
Pengertian belajar secara kualitatif adalah proses memproses
arti-arti dan pemahaman – pemahaman serta cara – cara menafsirkan
dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini di fokuskan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah – masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Menurut Uno (dalam Hasanah; 2013), belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pada intinya dari berbagai definisi belajar yang disebutkan maka
dapat disimpulkan beberapa hal pokok :
a) Belajar itu membawa perubahan (perilaku baik aktual maupun
potensial).
b) Bahwa perubahan itu ditandai meningkatnya pengertian ataupun
didapatkannya kecakapan baru.
2.2.3 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar.
Motivasi memberi semangat seseorang dalam kegiatan-kegiatan
belajarnya. Motivasi timbul dari dorongan-dorongan yang asli atau
perhatian yang diinginkan.
Yamin (2003), motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis
dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan
menambah ketrampilan, pengalaman. Dan menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006), motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan. Pendapat lain, Hamalik (2008) mengatakan bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
Menurut Rusyan, 1989 (dalam Setiabudi;2008), apabila
mempunyai motivasi yang kuat, peserta didik akan menunjukkan minat,
aktivitas dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau
pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dengan kata lain untuk melakukan
sesuatu. Secara konsisten bahwa alasan yang mendorong seseorang untuk
belajar berpengaruh langsung terhadap efektivitas dan kualitas penyerapan
proses belajar. Tiga alasan yang mendorong seseorang untuk belajar:
a. Belajar agar dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik
(Job Requirement).
c. Belajar dilakukan agar dapat membagikan kepadaa orang lain
(Developing Others).
Ketiga alasan tersebut juga menggambarkan tingkah laku atau
level dari motivasi belajar seseorang. Seseorang yang belajar dalam rangka
mempersiapkan diri untuk mempresentasikan sesuatu atau mengajarkan
kepada orang lain akan mengalami daya serap yang maksimal dari batas
kemampuan individu. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang belajar sekedar untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dalam
hal ini ditemukan pada tingkat marjinal (memenuhi kebutuhan minimum).
Alasan ini yang masih lebih baik jika dibandingkan dengan alasan
pengembangan diri. Dengan pertimbangan bahwa seseorang yang belajar
dalam rangka pengembangan diri belum memaksimumkan usahnya karena
belum adanya kepastian tentang kapan ilmu yang didapatkan akan
digunakan (Joko, 1998 dalam Iyana;2007).
2.2.4 Pengertian Gaya Belajar
Istilah gaya belajar mulai muncul dalam literatur tentang belajar
pada tahun 1970-an. Pada tahun1991, Riding & Cheema berpendapat
istilah gaya belajar merupakan istilah pengganti gaya kognitif. Sekalipun
dalam perkembangannya gaya kognitif hanyalah salah satu bagian dari
Bogod (2002; dalam Pranata, 2002) mendefinisikan gaya belajar
sebagai suatu perbedaan pendekatan atau cara individu dalam mempelajari
sesuatu. Lizinger dan Osif (1992; dalam Pranata, 2002) mendeskripsikan
gaya belajar sebagai suatu perbedaan cara yang digunakan oleh anak-anak
dan orang dewasa dalam berpikir dan belajar yang merupakan suatu
perilaku yang diminati sebagai suatu perilaku yang diminati sebagai suatu
perilaku yang diminati dan konsisren (Blackmore; 1996 dalam Pranata,
2002).
Aktivitas belajar yang merupakan perilaku individual yang
spesifik disebut gaya belajar (Pranata, 2002). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu sikap pribadi yang
cenderung menetap dalam mempersepsikan suatu stimulus tertentu dari
lingkungan, selanjutnya memanfaatkan secara unik dan personal dalam
berinteraksi dengan stimulus maupun sumber stimulus.
Gaya belajar adalah kunci mengembangkan kinerja dalam segala
kondisi dan situasi. DePorter & Hernacki, 2001 (dalam Purwanti, 2009)
menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang.
Mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Ada dua
kategori utama tentang bagaimana orang belajar yaitu : bagaimana
manusia menyerap informasi dan lingkungan. Ada dua kategori uatama
tentang bagaimana orang belajar yaitu: bagaimana manusia menyerap
informasi dengan mudah dan cara mengatur dan mengelola informasi
Menurut Nasution, 2000 (dalam Purwanti; 2009) gaya belajar atau
“learning style” adalah cara murid berinteraksi dan menggunakan
perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.
2.2.5 Pengertian Berpikir Kritis
Secara umum definisi berpikir kritis adalah evaluasi ketepatan dan
manfaat (nilai) dari sebuah informasi atau argument (Beyer, 1985 dalam
Harnandita; 2008), Moore, 2001 (dalam Harnandita; 2008) menyatakan
bahwa berpikir kritis itu lebih kompleks daripada berpikir biasa, karena
berpikir kritis berbasis pada standar objektivitas dan konsistensi. Menurut
Rosyada (2007; 285) critical thinking adalah kemampuan siswa
menggunakan potensi-potensi intelektualnya dalam menyelesaikan
permasalahan secara sistematis, rasional, dan empiris, yakni dapat
menghubungkan permasalahan dengan penyebabnya, mampu
menampilkan logika yang rasional dan dapat diterima oleh pikiran orang
lain, dan semuanya berbasis pada data.
Harsanto, 2005 (dalam Harnandita; 2008), menyebutkan bahwa
berpikir kritis, dimana diperlukan pikiran yang terbuka, jelas dan
berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan
atas pilihan putusan yang diambilnya. Ia harus bisa menjawab pertanyaan
2008) yaitu berpikir kritis adalah penggalian makna atas suatu masalah
secara lebih mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan
pandangan yang berbeda-beda dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal
yang akan diyakini atau dilakukan.
Tahun 1909 John Dewey mengemukakan istilah reflective
thinking yang pada saat ini dikenal dengan sebutan berpikir kritis.
Menurutnya pada dasarnya berpikir kritis adalah active process (harus
dipikirkan, dipertanyakan, dan dicari informasinya secara mandiri),
persistan and careful (tidak langsung loncat kesimpulan tetapi dipikirkan
terlebih dahulu), dan ground which support (dipikirkan alasan
mempercayai sesuatu serta implikasinya) dengan demikian keterampilan
menalar adalah elemen kunci berpikir kritis (Bustaman, 2009).
Eggen dan Kauchak, 2004 (dalam Harnandita; 2008)
mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan dan kecenderungan
seseorang untuk membuat dan menilai kesimpulan berdasarkan bukti.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah disebutkan, maka dapat
disimpulkan bahwa definisi berpikir kritis adalah kecenderungan dan
kemampuan seseorang untuk membuat dan menilai kesimpulan
berdasarkan bukti yang ada dari sebuah informasi, yang dijadikan dasar
untuk memutuskan tindakan atau hal-hal yang akan diyakini dan rasa ingin
2.2.6 Pengertian Indeks Pr estasi Kumulatif
Indeks prestasi kumulatif menunjukkan indikator keberhasilan
studi mahasiswa sampai dengan semester akhir yang telah ditempuh
(Nadziruddin;2007).
2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pr estasi Kumulatif
1) Faktor Internal
Menurut Lunandi (dalam Purwanti 2009), faktor internal merupakan
sumber terkaya untuk bahan belajar yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar dan faktor ini menjadi modal dasar
bagi peserta didik dalam berprestasi. Faktor ini dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Aspek fisik
Dalam hal ini, aspek fisik adalah aspek yang berhubungan
dengan kesehatan dan pancaindera serta tubuh siswa
b. Aspek psikologis
Ada banyak aspek psikologis yang dapat memengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah bakat, sikap, minat motivasi
2) Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain.:
a. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan keluarga, hal yang menjadi pengaruh
prestasi belajar adalah sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua,
dan perhatian orang tua serta suasana berhubungan antara anggota
keluarga.
b. Lingkungan sekolah
Dalam lingkungan sekolah, hal yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar adalah sarana dan prasarana sekolah, kompetensi
pengajar dengan siswa dan kurikulum dan metode pengajar.
c. Lingkungan masyarakat
Dalam lingkungan sosial masyarakat, hal yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar adalah sosaial budaya, dan partisipasi
3) Faktor Pendekatan Belajar
a. Pendekatan belajar tinggi
Pendekatan belajar yang tinggi jika mahasiswa memiliki minat
dan motivasi yang tinggi terhadap mata kuliah yang diberikan dan
ditempuh. Biasanya terdapat mata kuliah yang disukai sehingga proses
belajarnya yang tinggi frekuensinya dapat tercapai.
b. Pendekatan belajar sedang
Pendekatan belajar sedang jika mahasiswa memiliki minat dan
motivasi yang sedang terhadap minat kuliah yang diberikan dan
ditempuh
c. Pendekatan belajar rendah
Pendekatan belajar yang rendah juga dipengaruhi oleh minat
dan motivasi mahasiswa yang rendah serta mata kuliah yang tidak
disukainya sehingga kegiatan belajar mahasiswa jarang dilakukan dan
bahkan hampir tidak pernah.
2.2.8 Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Indeks Pr estasi Kumulatif
Motivasi belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
kontinuitas yang mengarah pada obyek tertentu. Berprestasi adalah hasil
yang dicapai atau diperoleh oleh mahasiswa setelah menerima matakuliah
yang berupa penguasaan dari kemampuan yang biasanya ditunjukan
dengan nilai dari angka yang diberikan dosen.
Konsep berprestasi menurut Mc Celland (dalam Purwanti, 2009)
adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai suskses, yang bertujuan untuk
berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran
keunggulan yang dimaksudkan dalam hal ini dapat berupa prestasi orang
lain, tetapi dapat juga berupa motivasi belajar tinggi, yang mempunyai
sikap yang positif terhadap situasi yang dapat mendukung terjadinya
motivasi belajar. Selanjutnya teori yang diambil dari Mc Celland dalam
berbagai percobaan menunjukkan bahwa individu yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi dihadapkan pada tugas-tugas yang lebih berat
dan lebih baik lagi.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana
cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika
mempunyai motivasi untuk bekerja.
Motivasi mempunyai dua fungsi dalam proses pembelajaran
yaitu mendorong mahasiswa untuk beraktifitas dan berfungsi sebagai
pengarah. Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya
telah ditentukan (Sanjaya, 2008 dalam Purwanti; 2009). Memperhatikan
fungsi tersebut, maka jelas motivasi dapat menentukan keberhasilan suatu
proses pembelajaran dengan mendapat indeks prestasi yang memuaskan
setiap semesternya dan memperoleh indeks prestasi kumulatif yang
memuaskan
2.2.9 Pengaruh Gaya Belajar terhadap Indeks Pr estasi Kumulatif
Gaya belajar menunjuk pada keadaan psikologi yang menentukan
bagaimana seseorang menerima informasi, berinteraksi, serta merespon
pada lingkungan belajarnya (Pranata, 2002). Gaya belajar merupakan cara
atau metode yang digunakan mahasiswa untuk menambah pemahamannya
dalam suatu bidang studi. Gaya belajar cenderung menguasai perilaku
mahasiswa pada setiap kali melakukan kegiatan, karena menimbulkan
kebiasaan dan kebiasaan mengandung motivasi yang kuat.
Pada dasarnya mahasiswa belajar karena adanya kebutuhan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan mahasiswa
berbeda antara satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan gaya
belajar tiap orang. Gaya belajar seseorang yang berbeda-beda
membutuhkan modalitas dalam menunjang cara belajarnya. Berdasarkan
konsep gaya belajar menurut Horward Gardner berdasarkan modalitas
maksimal mengakibatkan hasil belajar yang tidak maksimal juga. Semakin
sering seseorang belajar dengan giat maka semakin besar peluang untuk
memperoleh hasil nilai prestasi yang lebih baik. Dengan demikian terdapat
adanya pengaruh antara gaya belajar dengan indeks prestasi kumulatif.
2.2.10 Pengaruh Berpikir Kritis ter hadap Indeks Pr estasi Kumulatif
Berpikir kritis memerlukan pikiran yang terbuka dan lebih
mendalam, jelas dan berdasarkan fakta. Seseorang pemikir kritis harus
mampu member alasan atas pilihan putusan yang diambilnya. Dalam
proses belajar, berpikir kritis sangat berpengaruh, hal ini ditunjukkan
dengan cara mahasiswa yang berpikir aktif terhadap hasil materi yang
telah diberikan oleh pengajar untuk menanggapi apa yang dimengerti
maupun tidak dimengerti.
Konsep berpikir kritis menurut Santrock, 1995 (Anonim; 2009)
bahwa berpikir kritis mengandung pengertian memahami makna masalah
secara lebih dalam, mempertahankan agar pikiran tetap terbuka terhadap
segala pendekatan dan pandangan yang berbeda, berpikir reflektif dan
bukan hanya menerima pernyataan-pernyataan serta melaksanakan
prosedur tanpa pemahaman dan evaluasi yang signifikan. Dibutuhkan cara
berpikir yang serius dan harus memahami materi tersebut untuk
menjadikan seorang siswa berpikir kritis. Dengan cara berpikiran kritis
terhadap setiap materi yang diberikan pengajar sehingga dapat menambah
ilmu yang dimiliki dan dapat menunjang peningkatan indeks prestasi yang
ditempuh selama satu seester dan indeks prestasi secara kumulatif.
Konsep yang dikemukakan oleh Shukor (2001), di zaman
perubahan yang pesat ini, prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan
adalah mendidik anak-anak tentang bagaimana cara belajar dan berpikir
kritis (Muhfahroyin; 2009), beberapa karakteristik dari era pengetahuan
(knowledge age) adalah:
1. Kehidupan, masyarakat, dan ekonomi menjadi lebih kompleks.
2. Lapangan kerja menipis, disbanding era sebelumnya.
3. Ilmu pengetahuan dan informasi, tanah, buruh dan modal sebagai
masukan paling utama dalam system produksi modern. Dengan
demikian adanya pengaruh antara berpikir kritis dengan indeks
prestasi belajar baik indeks prestasi sementara maupun indeks prestasi
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat digunakan dalam
penyelesaian ini nampak pada gambar 2.2
Gambar 2.2 : Kerangka Pikir
Regresi Linier Berganda
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
“Motivasi belajar, gaya belajar dan berpikir kritis mempunyai pengaruh
terhadap indeks prestasi kumulatif pada anggota aktif himpunan mahasiswa
akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur”. M ot ivasi Belajar (X1)
Gaya Belajar (X2)
Berpikir Krit is (X3)
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian
(Kamus Besar Indonesia, (1989:622). Menurut Supranto (2000:21) objek
penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi
atau barang yang akan diteliti. Kemudian dipertegas Anton Dayan
(1986:21) objek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti
untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Menurut Kunto (1998:18)
objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.
Objek penelitian penulis disini adalah pengaruh motivasi belajar,
gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks prestasi kumulatif. Dengan
studi empiris Himpunan Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1 Definisi Operasional
Berkaitan dengan permasalahan dan hipotesis yang ada maka
variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel
dependen dan beberapa variabel independen. Untuk variabel independen
(X) terdiri dari :
1. Motivasi belajar (Learning Motivation)
Motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam batin atau
hati seseorang maupun dari orang lain, yang menggerakkan perilaku
belajarnya untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai sasaran yang
ditujunya.
2. Gaya belajar (Learning Style)
Gaya belajar adalah metode dan kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa dalam menambah ilmunya dan mengelola informasi yang
telah diperoleh tersebut.
3. Berpikir kritis (Critical Thinking)
Berpikir kritis adalah kecenderungan seseorang dalam
penggalian makna suatu pernyataan secara lebih mendalam
berdasarkan apa yang diyakini dan rasa ingin tahu yang besar
Untuk variabel dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu :
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Indeks prestasi kumulatif adalah indikator keberhasilan studi
mahasiswa sampai dengan semester terakhir yang telah ditempuh. IPK
merupakan nilai penjumlahan mulai dari semester awal hingga semester
terakhir.
3.2.2 Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang dipakai untuk mengukur variabel X dan Y
yaitu dengan menggunakan Skala Interval, (Jogiyanto, 2008; 129) adalah
ukuran yang tidak semata-mata menunjukkan urutan (ranking) obyek
penelitian berdasarkan suatu atribut, tetapi juga memberikan informasi
tentang jarak perbedaan (interval) antara tingkatan obyek yang satu dengan
tingkatan obyek lainnya.
Variabel Motivasi Belajar (X1) diukur dengan menggunakan skala
interval dengan instrumen yang berupa pertanyaan yang berjumlah 14 yang
diambil dari penelitian Purwanti (2009) dengan skala 7 poin dengan pola
sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 berarti cederung tidak pernah dengan
pertanyaan yang diberikan, nilai 4 merupakan nilai tengah antara tidak
pernah dengan selalu. Kesimpulanya jawaban dengan nilai 1 sampai 3
artinya responden cenderung mempunyai motivasi yang rendah dengan
pertanyaan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti responden
cenderung mempunyai motivasi belajar yang tinggi dengan yang di berikan.
Variabel gaya belajar (X2) diukur dengan menggunakan skala
interval dengan instrument yang berupa pertanyaan berjumlah 14
pertanyaan yang diambil dari Purwanti (2009) dengan skala 7 poin dengan
pola sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Tidak Pernah Selalu
Jawaban dengan nilai 1 berarti cenderung tidak pernah dengan
pertanyaan yang diberikan, nilai 4 merupakan nilai tengah antara tidak
pernah dengan selalu. Kesimpulannya jawaban dengan nilai 1 sampai 3
artinya responden cenderung mempunyai gaya belajar yang buruk dengan
pertanyaan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti responden
cenderung mempunyai gaya belajar yang baik dengan pertanyaan yang
Variabel berpikir kritis (X3) diukur dengan menggunakan skala
interval dengan instrument yang berupa pertanyaan berjumlah 14
pertanyaan yang diambil dari Deborah smcael Zakrzwski (2006) dengan
skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Tidak Setuju Setuju
Jawaban dengan nilai 1 berarti cenderung sangat tidak setuju
dengan pertanyan yang diberikan, nilai 4 merupakan nilai tengah antara
tidak setuju dengan setuju. Kesimpulannya jawaban dengan nilai 1 sampai
3 artinya responden cenderung mempunyai kemampuan berpikir kritis yang
rendah dengan pertanyaan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7
berarti responden cenderung mempunyai kemampuan berpikir kritis yang
tinggi dengan pertanyaan yang diberikan.
Sedangkan teknik penyusunan skalanya menggunakan metode
perbedaan semantic (Semantik Differetial Scale) yaitu skala yang tersusun
dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak di
sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau
sebaliknya. Skala ini digunakan untuk mengukur obyek-obyek yang
bersifat psikologikal, sosial maupun fisik (Sumarsono, 2004; 25).
Variabel indeks prestasi kumulatif (Y) diukur dengan
value) yang tidak dapat dirubah (Ghozali 2006; 5). Variabel indeks prestasi
kumulatif ditunjukkan dengan menggunakan nilai indeks prestasi kumulatif
mahasiswa yang telah dicapai hingga semester terakhir.
3.3 Teknik Penentuan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 323) populasi adalah
kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda dan ukuran
lain yang menjadi objek perhatian. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang aktif pada himpunan mahasiswa akuntansi (HMAK)
angkatan tahun 2012 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang berjumlah 48
mahasiswa. Populasi dipilih karena mahasiswa angkatan 2012 masih aktif
mengikuti organisasi himpunan mahasiswa akuntansi dan masih aktif
perkuliahan.
3.3.2 Sampel
Menurut (Suharyadi dan Purwanto, 2004 : 323) sampel adalah
suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
populasi sehingga setiap anggota tidak memiliki probabilitas atau peluang
yang sama untuk dijadikan sampel. Teknik yang digunakan adalah
sampling aksidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya sapa saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti
dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat
digunakan sebagai sampel (Ridwan, 2004: 63). Ukuran sampel yang
dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus slovin Umar,
(dalam Umar, 2008: 67) :
N
n ≥
1 + N e2
Keterangan :
1 = konstanta
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e2 = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel
maka :
n ≥ 48
1 + 48 (0,1)2
= 32 responden
Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 32
responden.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 J enis Data
1. Data primer
adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik individu atau
perorangan seperti hasil dari pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari jawaban responden melalui penyebaran kuesioner.
2. Data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan,
baik oleh pengumpulan data primer atau pihak lain. Jadi data sekunder
merupakan data yang secara tidak langsung berhubungan dengan responden
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari biro akademik UPN
“Veteran” Jawa Timur berupa data jumlah seluruh anggota himpunan
mahasiswa akuntansi angkatan 2012 beserta IPK masing-masing
mahasiswa untuk tahun ajaran 2014/2015.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data merupakan asal mula pengambilan data. Sumber data
dalam penelitian ini diambil dari pengisian kuesioner pada mahasiswa yang
mengikuti organisasi himpunan mahasiswa akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2000: 174).
Metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Observasi langsung
Yaitu mengadakan pengamatan langsung di UPN “Veteran”
b. Kuesioner
Adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden yang menyangkut dengan masalah penelitian untuk
kemudian diberikan nilai atau skor. Kuesioner adalah daftar pertanyaan
tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab
biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran,
2006: 82). Dalam penelitian ini yang mengisi kuesioner adalah para
mahasiswa yang mengikuti himpunan mahasiswa akuntansi angkatan
2012 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.5 Uji Kualitas Data
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas menunjukan seberapa nyata suatu pengujian,
mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid atau tidaknya alat ukur
tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh
pada masing-masing butir pernyataan dengan skor total yang diperoleh dari
penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila korelasi antar skor total
dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukan dengan taraf
signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut
mempunyai validitas (Sumarsono, 2004: 31). Uji validitas ini menggunakan
yakni mengkorelasikan skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor
total variabelnya.
Pengambilan keputusan :
Bila nilai probabilitas < 0,05 (level of significant) maka pertanyaan tersebut
valid.
Bila nilai probabilitas > 0,05 (level of significant) maka pertanyaan tersebut
tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk
menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang
digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang
ingin diukur. Perhitungan kenadalan butir dalam penelitian ini
menggunakan fasilitas yang diberikan SPSS 19. reliabilitas menggunakan
tehnik cronbach alpha, suatu kuesioner dikatakan reliable bila memiliki
nilai cronbrach alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2006:48).
a. Menentukan alpha
Nilai alpha diketahui dari angka alpha yang terdapat pada akhir output.
Jika alpha > 0,6 (reliabilitas minimum) maka butir atau butir variabel
tersebut reliabel.
Jika alpha < 0,6 (reliabilitas minimum) maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.
3.5.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov. Pedoman dalam
mengambil keputusannya yaitu :
- Bila nilai probabilitas < 0,05 (level of significant) maka distribusi data
tersebut tidak normal.
- Bila nilai probabilitas > 0,05 (level of significant) maka distribusi data
3.6 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa
(Ordinary least Square atau OLS) merupakan model regresi yang
menghasilkan estimator atau BLUE (Algifari, 2000; 83). Kondisi ini akan
terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik.
3.6.1 Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota-anggota
sampel dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu
(time series data). Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk
mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan oleh J. Durbin dan G.
Watson pengujian ini sebagai statistic DW (Durbin-Watson) yang dihitung
berdasarkan jumlah selisih kuadrat nila-nilai taksiran faktor-faktor
gangguan yang berurut (Sugiyono, 2006; 209). Dalam penelitian ini tidak
dilakukan uji autokorelasi karena data dari serangkaian pengamatan tidak
tersusun dalam rangkaian waktu (time series data).
3.6.2 Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan
multikolinearitas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari
besaran VIF, yaitu :
I. Jika besaran VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
II. Jika besaran VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. (Ghozali, 2006:
95-96)
3.6.3 Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas (Sugiyono,
2006; 208). Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi Rank
Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai
3.7 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.7.1 Teknik Analisis
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian di atas, maka data-data
yang terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer SPSS dan
tehnik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dengan
alasan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap
satu variabel dependen (Y) dengan tiga variabel independen (X1,X2 dan
X3). Adapun model persamaan regresi linier berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Y = a + b1x1+ b2x2 + b3x3 + e (Suharyadi dan Purwanto, 2004: 508)
Keterangan :
Y = Indeks Prestasi Kumulatif
X1 = Motivasi Belajar
X2 = Gaya Belajar
X3 = Berpikir Kritis
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel X1
3.7.2 Uji Hipotesis
3.7.2.1Uji Spesifikasi Model F
Menurut Anonim (2006; L22) Pengujian hipotesis spesifikasi
model untuk regresi yang digunakan dengan variabel X1, X2 dan X3
terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
1. H0 : bj = 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk
mengetahui pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y)
H2 : bj ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui
pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y)
Dimana j = 1,2,3,…..,k : variabel ke J sampai ke K
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas [n-k] Dimana:
n : jumlah pengamatan
k : jumlah variabel
Kriteria kesimpulan :
H0 diterima jika nilai probabilitas ≥ 0,05
3.7.2.2Uji t
Menurut Anonim (2006; L21) Uji keberartian koefisien dilakukan
dengan statistik t. Uji dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y :
1. H0 : bj = 0 (tidak terdapat pengaruh yang nyata X1, X2 atau X3 terhadap
Y)
H2 : bj ≠ 0 (terdapat pengaruh yang nyata X 1, X2 atau X3 terhadap Y)
Dimana j = 1,2,3,…..,k : variabel ke J sampai ke K
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 derajat bebas
[n-k] Dimana :
n : jumlah pengamatan
k ; jumlah variabel
Kriteria kesimpulan :
H0 diterima jika nilai probabilitas ≥ 0,05
4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejar ah Umum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa
Timur
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
merupakan salah satu lembaga tinggi swasta di Indonesia yang berdiri
sejak 5 Juli 1959. Selama kurun waktu beberapa tahun, UPN “Veteran”
Jawa Timur telah mengalami berbagai perubahan status yaitu :
1. Sejak Juli 1959 s/d 1965 Administrasi Perusahaan “Veteran” cabang
Surabaya.
2. Pada 17 Mei 1968 Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN)
“Veteran” cabang Jawa Timur dengan 3 fakultas (ekonomi, pertanian
dan teknik kimia), berdasarkan Surat Keputusan Kementerian
Transmigrasi, urusan “Veteran” dan Demobilisasi No.
062/Kpts/MENTRANVED/68.
3. Periode 1976/1994, terjadi peralihan status PTPN “Veteran” Jawa
Timur sebagai perguruan tinggi kedinasan dibawah Departemen
4. Periode 1977, terjadi perubahan nama PTPN “Veteran” cabang Jawa
Timur menjadi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” cabang
Jawa Timur.
5. Sejak tahun akademik 1994/1995 penyelenggaraan dilakukan secara
mandiri sebagai Perguruan Tinggi Swasta.
6. Berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi No. 001/BAN-PT/AK-1/VII/1998 tanggal 11 Agustus 1998
telah memperoleh status terkreditasi penuh untuk semua Progdi
(Program Studi).
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan
4.1.2.1.Visi
UPN “Veteran” Jawa Timur mempunyai cita-cita kedepan yang
dituangkan dalam bentuk visi : Menjadi Perguruan Tinggi yang terdepan,
modern dan mandiri dalam mengembangkan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, untuk menghasilkan lulusan sebagai poner pembangunan yang
professional, inovatif dan produktif, dilandasi moral Pancasila, jiwa
kejuangan yang tinggi dan wawasan kebangsaan dalam rangka menunjang
4.1.2.2.Misi
Untuk mewujudkan ciri khas tersebut, UPN “Veteran” Jawa Timur
mempunyai misi yaitu :
a. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dengan senantiasa mengedepankan mutu hasil didik yang
didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas dan berpengalaman.
b. Menghasilkan lulusan yang cakap, professional, kreatif, inovatif dan
produktif yang mampu bersaing dan mengisi peluang bursa tenaga kerja
serta menciptakan lapangan kerja.
c. Membekali dan memantapkan setiap mahasiswa agar menjadi manusia
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Memiliki jiwa pengabdian dan tanggungjawab serta disiplin yang
tinggi, cinta kepada tanah air dan bangsa dalam rangka menunjang
pembangunan nasional.
4.1.2.3.Tujuan
Menunjang pembangunan nasional dibidang pendidikan tinggi
dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang cakap, professional,
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki disiplin,
tanggungjawab dan pengabdian yang tinggi serta rasa kepedulian terhadap
4.1.3. Riwayat Progdi Akuntansi
Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur yang berdiri pada
tahun 1974 merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) jurusan di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Alasan
pendirian Progdi Akuntansi adalah :
a. Mendukung program pemerintah untuk mencerdaskan bangsa.
b. Pada tahun 1974 belom banyak perguruan tinggi di Surabaya dan Jawa
Timur mendirikan Progdi Akuntansi.
c. Perkembangan industri, perdangangan, perbankan di propinsi Jawa
Timur khususnya Surabaya sangat pesat.
d. Kebutuhan pendidikan tinggi yang diminati masyarakat semakin tinggi.
Awalnya jurusan memiliki status negeri kedinasan dibawah
pengelolaan Departemen Pertahanan. Pada tahun 1994 berdasarkan
keputusan bersama Mendikbud No : Kap/0307/U/1994 dan Menhamkam
No : Kep/10/XI/1994 status Progdi Akunatnsi berubah menjadi swasta.
Tahun 1998 Progdi memperoleh akreditasi pertama dengan nilai B
berdasarkan Surat Keputusan BAN-PT Dirjen Dikti Depdiknas No :
00177/Ak-I.1/UPIAKT/VIII/1998. Pada tahun 2003 memperoleh
akreditasi kedua dengan nilai B berdasarkan Surat Keputusan BAN-PT
Dirjen Dikti Depdiknas No : 06170/Ak-VII-S1-044/UPIAKT/2003.
dengan nilai A berdasarkan Surat Keputusan BAN-PT Dirjen Dikti
Depdiknas No : 039/BAN-PT/Ak-X1/S1/1/2009.
4.1.3.1.Visi Progdi Akuntansi
Sebagai pusat keunggulan (center of excellence) dalam proses
belajar mengajar bidang ilmu akuntansi baik bagi dunia akademik maupun
praktis, dalam rangka menghasilkan lulusan sebagai pioner pembangunan
yang professional, inovatif, produktif, bermoral Pancasila dan memiliki
nilai kejuangan dalam menghadapi dinamika ilmu pengetahuan, teknologi
dan ekonomi global.
4.1.3.2.Misi Progdi Akuntansi
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang professional
dalam bidang akuntansi sesuai dengan tuntutan zaman melalui proses
pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan
mengedepankan semangat kejuangan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, pelayanan, adil, partisipatif, kemitraan, dapat dipercaya, saling
memajukan dan penyempurnaan berkesinambungan dalam menghasilkan
4.1.3.3.Tujuan Progdi Akuntansi
Mendidik mahasiswa menjadi tenaga-tenaga akuntansi yang
profesional baik secara konsektual maupun praktikal, yang memacu
intelegensi, berpikir secara mendalam dan siap berprestasi dalam bidang
ilmu akuntansi, guna menunjang pembangunan nasional.
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuesioner
yang disebar kepada responden. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif pada himpunan mahasiswa
akuntansi (HMAK) angkatan tahun 2012 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Serta akan
dibahas mengenai data-data yang telah didapat dari persebaran kuesioner
dengan variabel bebas Motivasi Belajar (X1), Gaya Belajar (X2), Berpikir
Kritis (X3), sedangkan variabel terikatnya Indeks Prestasi Kumulatif (Y)
4.2.1. Motivasi Belajar (X1)
Motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam batin atau hati
seseorang maupun dari orang lain, yang menggerakkan perilaku belajarnya
Hasil uji validitas pada variabel motivasi belajar menunjukkan dari 14
(empat belas) item pernyataan hanya ada 10 (sepuluh) item pernyataan saja
yang dinyatakan valid. Adapun tabulasi jawaban responden pada variabel
ini adalah:
Tabel 4.1 : Tabulasi Jawaban Responden Pada Variabel Motivasi Belajar (X1)
No. Item pernyataan Skor
Tabel 4.1 di atas menjelaskan bahwa:
1. Sebanyak 24 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 75% mahasiswa di UPN selalu
2. Sebanyak 16 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 50% mahasiswa di UPN selalu
mempersiapkan diri sebelum mengikuti perkuliahan.
3. Sebanyak 19 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa di UPN berpikir
bahwa belajar merupakan kesenangan karena dengan belajar akan
menambah pengetahuan.
4. Sebanyak 17 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 53,2% mahasiswa di UPN selalu
belajar dengan bersungguh-sungguh.
5. Sebanyak 19 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa di UPN selalu
bertanya kepada teman apabila tidak memahami pelajaran.
6. Sebanyak 14 responden lebih memilih skor 1 sampai 3 yang artinya tidak
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 43,8% mahasiswa di UPN tidak
pernah berdiskusi dengan anggota keluarga apabila kesulitan dalam
memahami mata kuliah.
7. Sebanyak 26 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 81,3% mahasiswa di UPN
menyatakan bahwa orang tua mereka selalu memberikan nasehat dalam
8. Sebanyak 18 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 56,3% mahasiswa di UPN selalu
mendengarkan nasehat orang tua sehingga bermanfaat bagi dirinya.
9. Sebanyak 25 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 78,1% mahasiswa di UPN memiliki
teman yang selalu memberi motivasi/support.
10. Sebanyak 19 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa di UPN memiliki
teman yang selalu membantu belajar ketika tidak memahami dalam
perkuliahan.
4.2.2. Gaya Belajar (X2)
Gaya belajar adalah metode dan kebiasaan yang dilakukan mahasiswa
dalam menambah ilmunya dan mengelola informasi yang telah diperoleh
tersebut.
Hasil uji validitas pada variabel gaya belajar menunjukkan dari 14
(empat belas) item pernyataan hanya ada 11 (sebelas) item pernyataan saja
yang dinyatakan valid. Adapun tabulasi jawaban responden pada variabel
Tabel 4.2 : Tabulasi Jawaban Responden Pada Variabel Gaya Belajar (X2)
Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa:
1. Sebanyak 23 responden lebih memilih skor 5 sampai 7 yang artinya
setuju, hal ini menunjukkan bahwa 71,9% mahasiswa di UPN memiliki
gaya belajar yang baik yaitu selalu memperhatikan penjelasan dosen saat