• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA Penerapan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKN Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kebak Tahun Pelajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA Penerapan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKN Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kebak Tahun Pelajaran 2011/2012."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA

SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KEBAK

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

EKA YUNI ERLIANA A 510 091 052

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii ABSTRAK

PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KEBAK

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Eka Yuni Erliana, A510 091 052, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 101 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang kemudian berdampak pada hasil belajar melalui penerapan metode simulasi. Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi dengan metode pembelajaran Simulasi. Subyek penelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri 03 Kebak dan peneliti sebagai subyek pemberi tindakan dan siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak yang berjumlah 24 siswa sebagai subyek penerima tindakan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan terdiri dari: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang kemudian berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari motivasi belajar siswa yang meliputi aktivitas: (1) Bertanya, sebelum tindakan hanya 7 siswa (29,17 %) dan pada akhir tindakan mencapai 18 siswa (75,00 %) (2) Berpendapat, sebelum tindakan hanya 5 siswa (20,83 %) dan pada akhir tindakan mencapai 18 siswa (75,00 %) (3) Perhatian, sebelum tindakan hanya 8 siswa (33,33 %) dan pada akhir tindakan mencapai 19 siswa (79,17 %) (4) Mengerjakan tugas, sebelum tindakan hanya 9 siswa (37,50 %) dan pada akhir tindakan mencapai 20 siswa (83,33 %) (5) Kerjasama kelompok, sebelum tindakan hanya 5 siswa (20,83 %) dan pada akhir tindakan mencapai 19 siswa (79,17 %). Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil post test yang dilakukan di akhir proses pembelajaran yaitu sebelum tindakan, prosentase keberhasilan siswa yang nilainya di atas KKM (≥ 70) hanya 54,17 % dan pada akhir tindakan mencapai 87,50 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat tahun pelajaran 2011/2012.

(3)
(4)
(5)

3 PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas pendidikan salah satunya dapat dicapai melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran hendaknya dipusatkan pada siswa (student centered) dan kegiatan pembelajaran harus melibatkan keaktifan siswa secara penuh (active learning). Dalam hal ini, guru memposisikan dirinya dalam berbagai peranan, seperti sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat membangkitkan kemauan dan kemampuannya sendiri untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman belajarnya.

Di SD Negeri 03 Kebak juga ditemukan beberapa permasalahan yaitu hasil belajar beberapa siswa khususnya untuk pelajaran PKn masih rendah, dengan nilai rata-rata 68. Berarti beberapa siswa masih mendapat nilai di bawah KKM, yaitu ≤ 70. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa kurang tertarik dengan pelajaran PKn dan merasa jenuh dalam proses pembelajaran karena cara guru dalam menyampaikan pelajaran kurang menarik bagi siswa. Sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan tidak dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Metode pembelajaran yang sering digunakan kurang efektif dan cenderung monoton, yaitu metode ceramah, sehingga tidak dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama untuk mengikuti pelajaran PKn.

Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan, khususnya untuk pelajaran PKn. Dalam hal ini, guru berupaya untuk menciptakan suatu pembelajaran efektif yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah dalam belajar, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001: 171). Siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Dengan melakukan perbuatan dalam proses belajar dapat memungkinkan pengalaman belajar yang diperoleh bersifat lebih baik dan tersimpan dalam daya ingatan dalam jangka waktu yang lama.

(6)

4

pembelajaran dengan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu (Sumiati, 2009: 92).

Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat. Penggunaan metode yang tepat dimaksudkan untuk menggairahkan belajar siswa. Apabila proses kegiatan belajar berlangsung dengan menyenangkan dan tidak membosankan diharapkan dapat menambah ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri.

Kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2010: 73). Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Tanpa motivasi yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar (Samino dkk, 2011: 90). Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.

Materi pembelajaran untuk mata pelajaran PKn mengandung pendidikan nilai dan moral untuk mengembangkan individu dan masyarakat agar cerdas dan baik. Hal ini membutuhkan suatu pemahaman yang kuat, sehingga guru harus berupaya menciptakan suatu pembelajaran yang dapat menggairahkan dan mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan menerima materi yang disampaikan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan upaya yang dilakukan oleh guru.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran PKn adalah dengan melalui penerapan metode Simulasi. Pada penerapan metode simulasi, guru berperan sebagai pengarah dan pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa, bukan sebagai penyaji materi pembelajaran. Metode ini menyenangkan dan menuntut keaktifan siswa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran, karena siswa terlibat langsung di dalamnya.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan

melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar PKn pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat

(7)

5 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan metode simulasi.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan metode simulasi.

LANDASAN TEORI Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2008: 57).

Pembelajaran merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru.

Menurut Hamalik (2008: 71) unsur minimal dalam system pembelajaran adalah siswa, tujuan, dan prosedur, sedangkan fungsi guru dapat dialihkan kepada media pengganti.

1) Siswa; dipandang sebagai obyek atau sebagai individu yang menerima informasi dan pengetahuan, dalam hal ini siswa bersikap pasif. Siswa juga dipandang sebagai subyek didik yaitu siswa dengan berbagai potensi yang dimilikinya melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya untuk menggali informasi dan pengetahuan.

2) Tujuan; dalam hal ini tujuan pembelajaran merupakan titik tolak dalam merancang system yang efektif, dengan kata lain, tujuan merupakan target pembelajaran. Jadi, tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai dilaksanakannya suatu proses pembelajaran.

(8)

6

4) Media pengganti guru; media sebagai sumber informasi meliputi; buku, slide, teks yang terprogram, film, lingkungan, dan sebagainya.

Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa pembelajaran meliputi kegiatan seperti berikut:

1) Pendahuluan 2) Inti

3) Penutup

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen pengajaran yang mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 73) kedudukan metode dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik.

Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.

2) Metode sebagai strategi pengajaran

Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan, merupakan pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.

Pembelajaran Berbasis PAKEM

Depdiknas, 2006 (dalam Sufanti, 2011: 24) menyatakan bahwa PAKEM adalah proses pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Pembelajaran yang aktif menghendaki keaktifan siswa, baik berupa keaktifan fisik maupun keaktifan psikis dalam memperoleh pemahaman. Pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan kreativitas secara optimal terhadap potensi-potensi yang dimiliki siswa. Keaktifan dan kreatifitas diarahkan dalam pencapaian tujuan atau kompetensi. Semua aktifitas dalam meraih tujuan tersebut diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan.

Metode Simulasi

(9)

7

artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Jadi, simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.

Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Metode pembelajaran simulasi ada yang menyebutnya dengan metode pembelajaran sosiodrama (Taniredja, dkk, 2011 : 39).

Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Sedangkan menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing, dan bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama, permainan, dan dramatisasi (Hasibuan dan

Moedjiono, 2010: 27).

1) Role Playing; atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau dan dapat pula cerita yang kemungkinan terjadi baik kini maupun mendatang. Pemeran melakukan perannya sesuai dengan daya khayal tentang pokok yang diperankannya.

2) Sosiodrama; semacam drama social, berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis situasi social tertentu. Cerita yang diangkat dari kehidupan social, misalnya: kenakalan remaja, pengaruh pergaulan bebas, dan sebagainya.

3) Psikodrama; hampir mirip dengan sosiodrama, tapi psikodrama lebih menekankan pada pengaruh psikologinya.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 27) tujuan simulasi adalah sebagai berikut :

1) Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari.

2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. 3) Untuk latihan memecahkan masalah.

Motivasi Belajar

(10)

8

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. 2) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan.

3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Hamalik (2008, 105) ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami motivasi, yaitu:

1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Hal ini dapat membantu guru untuk menjelaskan tingkah laku yang diamati atau meramalkan tingkah laku orang lain.

2) Menentukan karakteristik proses ini berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya

Pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat, yakni (1) motivasi instrinsik, (2) motivasi ekstrinsik, yang saling berkaitan satu dengan lainnya (Hamalik, 2008:112).

1) Motivasi instrinsik, adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau timbul dari dalam diri peserta didik.

Menurut Hamalik (2001: 205) ada beberapa cara untuk mendorong motivasi instrinsik siswa, yaitu:

a) Siswa harus dilibatkan dalam pengembangan konsep belajar dan material yang akan digunakan.

b) Pusat belajar harus dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa yang akan menggunakan pusat tersebut.

c) Pusat belajar harus dirancang untuk memberdayakan beraneka ragam material.

d) Pusat belajar harus bertata warna, berdaya tarik, terorganisasi dan terpelihara baik, serta tersedia peralatan/perlengkapan yang handal.

2) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.

Menurut Sardiman, 1988 (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 73) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar.

Kenneth H. Hover (dalam Hamalik, 2001: 163) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara lain sebagai berikut:

(11)

9

Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Jadi, pujian lebih efektif dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.

2) Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid.

Cara mengajar yang bervariasi akan menimbulkan situasi belajar yang menantang, dan menyenangkan. Bisa diibaratkan dengan bermain dengan alat permainan yang berlainan. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar siswa, terutama siswa tidak merasa bosan.

3) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi siswa dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Misalnya, dalam kegiatan pembelajaran siswa diberi berbagai tantangan, maka akan tumbuh kegiatan kreatifnya.

Pendidikan PKn

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Wiranataputra, 2009: 3.7).

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22: 2006).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

METODE PENELITIAN

(12)

10

2010: 12). Menurut Arikunto (2008: 16) dalam penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas V yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.

Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan secara terus menerus sehingga sasaran dari penelitian tersebut tercapai. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang telah dirancang oleh peneliti bersama dengan guru kelas.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 03 Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, yaitu mulai bulan April sampai dengan Juni tahun 2012. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak yang berjumlah 24 siswa dengan komposisi laki-laki 12 siswa dan perempuan 12 siswamerupakan subyek penelitian yang dikenai tindakan serta guru kelas V SD Negeri 03 Kebak sebagai subyek yang memberi tindakan.

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.

1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi 4. Tes

Aktivitas yang dilakukan dalam analisis data yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan lalu diverifikasi. Data hasil penelitian dianalisis sejak penelitian dimulai, kemudian dikembangkan dan penyusunan laporan.

HASIL PENELITIAN Refleksi Awal

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan hasil tes sebelum dilakukan tindakan, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menguasai materi yang disampaikan dan motivasi belajar siswa juga masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar PKn sebagian besar siswa masih di bawah

(13)

11

1) Pembelajaran PKn masih bersifat teacher centered, sehingga siswa kurang percaya diri untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

2) Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, sehingga pembelajaran kurang menarik dan siswa merasa bosan.

3) Penguasaan siswa atas materi yang disampaikan guru belum optimal.

Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran PKn dan dialog awal dengan guru kelas V diperoleh beberapa keterangan yaitu dari 24 siswa secara keseluruhan yang motivasi belajarnya baik (skor > 2) dilihat dari beberapa aspek antara lain : aspek bertanya sebanyak 7 siswa (29,17 %), berpendapat sebanyak 5 siswa (20,83 %), perhatian sebanyak 8 siswa (33,33 %), mengerjakan tugas sebanyak 9 siswa (37,50 %), kerjasama kelompok sebanyak 5 siswa (20,83 %).

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil belajar PKn pada pertemuan pra tindakan, dari 24 siswa secara keseluruhan yang tuntas dalam belajar hanya 13 siswa, sedangkan 11 siswa lainnya belum tuntas. Ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan pada pra tindakan baru mencapai 54,17 % dengan nilai rata-rata kelas 67,92. Hal tersebut memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn cenderung masih rendah, karena rata-rata kognitif siswa masih

di bawah KKM yaitu ≤ 70. Sedangkan rata-rata ketuntasan secara keseluruhan

belum mencapai seperti yang diharapkan yaitu ≥ 75% siswa yang tuntas belajar.

Siklus I

Hasil belajar pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan, yaitu dari rata-rata nilai hasil belajar sebelum tindakan adalah 67,92, pada siklus I meningkat menjadi 72,29. Sedangkan prosentase keberhasilan siswa yang nilainya

di atas KKM (≥ 70) pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada pra tindakan yaitu 54,17 %, pada siklus I meningkat menjadi 70,83 %.

Siklus II

(14)

12

pra tindakan yaitu 54,17 %, pada siklus I meningkat menjadi 70,83 % dan pada siklus II menjadi 87,50 %.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II diketahui bahwa tindakan yang dilakukan guru dengan menerapkan metode pembelajaran simulasi pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan yang dicapai cukup signifikan, karena secara keseluruhan prosentase motivasi belajar siswa mencapai ≥ 75 %, sedangkan prosentase keberhasilan siswa

yang nilainya di atas KKM (≥ 70) atau siswa yang tuntas belajar mencapai ≥ 75 %. Meskipun ada 3 siswa yang hasil belajarnya belum mampu mencapai nilai batas KKM atau belum tuntas. Dengan melihat hasil tersebut, maka tidak perlu dilakukan tindakan berikutnya.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui metode simulasi mengalami peningkatan untuk setiap siklus. Pada pra tindakan, hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penelitian ini nilai KKM untuk mata pelajaran PKn yaitu 70 dengan prosentase keberhasilan/ketuntasan siswa yang nilainya di atas KKM ≥ 75%. Pada pra tindakan rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 67,92, pada siklus I meningkat menjadi 72,29 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,00. Sedangkan prosentase keberhasilan siswa yang nilainya di atas KKM (≥ 70) pada pra tindakan yaitu 54,17 %, pada siklus I meningkat menjadi 70,83 % dan pada siklus II menjadi 87,50 %. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Dilihat dari hasil penelitian di atas maka hipotesis tindakan yaitu: (1) Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat (2) Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat diterima kebenarannya.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penerapan metode simulasi pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran yang selalu meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya.

(15)

13

72,29 dan siklus II menjadi 80,00. Sedangkan prosentase keberhasilan siswa yang nilainya di atas KKM (≥ 70) pada pra tindakan yaitu 54,17 %, pada siklus I meningkat menjadi 70,83 % dan pada siklus II menjadi 87,50 %. 3. Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa (1) Penerapan metode simulasi

dapat meningkatkan motivasi belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat (2) Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 03 Kebak Kebakkramat diterima kebenarannya.

Saran

1. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab terhadap pelaksanaan proses pendidikan di sekolah hendaknya menyarankan kepada guru agar menggunakan metode pembelajaran yang inovatif khususnya metode simulasi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang nantinya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan metode simulasi sebagai metode alternatif dalam pembelajaran PKn karena metode simulasi melibatkan siswa secara langsung dan siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

b. Guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai karakteristik, sehingga mampu memilih metode yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa.

c. Untuk menindaklanjuti siswa yang belum tuntas belajarnya perlu diadakan tutor sebaya, sehingga siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai. Dilakukan bimbingan/pendekatan dan juga diberi tambahan pelajaran setelah jam pelajaran selesai baik secara individual maupun kelompok khusus siswa yang belum tuntas.

3. Terhadap Peneliti Selanjutnya

(16)

14

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, dan 24 Tahun 2006. Jakarta.

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta. Furqon, Hidayatullah. 2011. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Grafika. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika. Hasibuan dan Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi. 2011. Bahan Ajar PLPG: Pedagogik Khusus Model Pembelajaran Inovatif di SD/MI. Surakarta.

Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah (hal. 9-10). Jakarta.

Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: UMS.

Samino dan Marsudi, Saring. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Sufanti, Main. 2011. Modul PLPG: Pedagogik Khusus Bidang Studi Bahasa dan Sastra. Surakarta.

Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas & Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.

Suharmi. 2008. Upaya Peningkatan Hasil Belajar PKn tentang Pengaruh Globalisasi melalui Metode Simulasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari Kecamatan Jatipuro Tahun 2009/2010.

Sumiati. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

(17)

15

Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tim Redaksi. 2008. Himpunan Perundang-undangan RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-undang RI N0. 20 Tahun 2003 beserta penjelasannya. Bandung: Nuansa Aulia.

Wahyuni, Sri. 2011. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika melalui Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Kleco 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Dengan implementasi Inquiry dapat meningkatkan pemahaman sifat

Sebanyak 12 isolat bakteri endofit telah dilakukan pengujian terhadap pertumbuhan tanaman padi gogo varietas Kencana Bali dan kemampuannya dalam menekan penyakit blas yang

Bakteri pada perakaran jagung yang bagus (JP1, JW1, JPJ1, JPS1) pertumbuhannya masih stabil pada suhu 60°C, dan aktivitas enzimnya stabil pada suhu 70°C serta pH 4 – 8. Bakteri

STUDI KASUS HARGA DIRI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA DEWASA AWAL AKIBAT KECELAKAAN.. Duhita Laksmi Husnul Chotimah

a. Mengenali dan mendefinisikan masalah sistem komputerisasi administrasi siswa di SMA Negeri 3 Surakarta serta mencari alternatif penyelesaiannnya. Mempelajari struktur

Kesimpulan hasil analisis data penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi sosial dengan disiplin kerja, tingkat interaksi sosial pada

Pada setiap siklus dilakukan tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dalam menulis surat pribadi sesuai target yang telah ditentukan.. Disetiap

[r]