• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Kuliah Kewarganegaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mata Kuliah Kewarganegaraan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke: Fakultas Program Studi

01

Design Komunikasi dan Visual Informatika dan Sistem Informasi

Dosen : Cuntoko, SE., MM.

Mata Kuliah

Kewarganegaraan

Pokok Bahasan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

(2)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Abstract

Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Kewarganegaraan.

Kompetensi

Mahasiswa setelah mengikuti kuliah mampu memahami dan menjelaskan Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Kewarganegaraan.

(3)

A. Pendahuluan

Pendidikan Kewarganegaraan di desain dalam

upaya mengambangkan wawasan warga

negara sebagai upaya penanaman,

penumbuhan dan kesadaran bela negara

ditengah-tengah tantangan internal dan

eksternal yang semakin kompleks. Saat ini, eksistensi suatu negara tidak hanya tergantung kepada letak geografi melainkan terletak pada sejauhmana kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliknya.

(4)

Lanjutan

Pendidikan Kewarganegaraan Juliardi (2014:2)

Sebagai mata pelajaran di sekolah :

1. Sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi; 2. Sebagai salah satu cabang pendidikan

disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;

(5)

Lanjutan

4. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan.

Juliardi (2014:4) dua alasan : 1. Eksternal

(6)

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (civics) berasal dari kata

Yunani yaitu civicus yang berarti penduduk sispil.

1. Kewarganegaraan (civic) :

istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari kata Yunani yaitu civicus yang berarti

penduduk sispil yang mempraktekan

demokrasi langsung dalam negara kota atau polis.

(7)

Lanjutan

Civics adalah The sciences of zitizenship, the

relation of man, the individual, to man in organized. Ilmu Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan :

a. Manusia dalam perkumpulan-perkumpulan

yang terorganisasi (organisasi sosial,

ekonomi, politik); dan

(8)

Lanjutan

Edmonson (1958) : Civics dengan Civics is

usually defined as the study of government and of government and that of citizenship, that is, of the duties, right and privileges of citizens.

Adapun batasan tersebut menunjukan bahwa Civics pada intinya menyebut government, hak dan kewajiban sebagai warga negara dari sebuah negara.

(9)

Lanjutan

civic education merupakan suatu proses

pendidikan yang mencakup proses

pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan siswa, proses administrasi dan pembinaan dalam upaya mengembangkan perilaku warga negara yang baik. Untuk itu fokus dari civic

education membahas tentang warga negara di

dalam warga negaranya dengan berbagai kompleksitasnya.

(10)

2. Education, mencakup :

Secara umum objek studi civic education : warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan dan negara.

Secara spesifik, objek studi civic education mencakup :

a. Tingkah laku;

b. Tipe pertumbuhan berpikir;

c. Potensi yang ada pada diri warga negara; d. Hak dan kewajiban;

(11)

Lanjutan

e. Cita-cita dan aspirasi;

f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme,

pengertian internasional, moral

pancasila; dan

g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab.

3. Zitizenship Education : pengalaman belajar

di sekolah dan di luar sekolah, seperti lingkungan keluarga, organisasi keamanan, organisasi kemasyarakatan dan media.

(12)

C.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Kep. DirJen DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006 :

Visi :

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah sumber nilai dan pedoman

dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.

(13)

Lanjutan

Misi :

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : untuk membantu mahasiswa guna

memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudka nilai-nilai Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapka dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).

(14)

Lanjutan

Arwiyah dan Runik Machpiroh (2014:11) :

a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung

jawab, dan betindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi;

(15)

Lanjutan

c. Berkembang secara positif dan demokratis

untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia

agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain;

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalm percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(16)

Lanjutan

Pendidikan Kewarganegaraan era keterbukaan

dengan mengembangkan sikap-sikap :

a. Mengembangkan sikap dan perilaku

kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai moral, etika dan religius;

b. Menjadi warga negara yang cerdas

berkarakter, menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan;

c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dan rasa cinta kepada tanah air;

(17)

Lanjutan

d. Mengembangkan sikap demokratik

berkeadaban dan bertanggung jawab serta mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi; dan

e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013:6 : tujuan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah

menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(18)

Lanjutan

Pendidikan Kewarganegaraan : menciptakan

ilmuwan yang profesional memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Selain itu kompetensi lain

diharapkan adalah mahasiswa yang

mempunyai daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi,

(19)

Lanjutan

Dwiyatmi (2012:10) bahwa standar

kompetenasi yang wajib dikuasai mahasiswa

adalah mahasiswa memiliki pengetahuan

tentang kewarganegaraan demokratis dan mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis : bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.

(20)

D.

Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Kaelan dan Ahmad Zubaidi (2010:3-5) :

1. Landasan Ilmiah

a. Dasar Pemikiran Pendidikan

Kewarganegaraan

b. Objek Pembahasan Pendidikan

Kewarganegaraan :

Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan secara rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Pendidikan kewarganegaraan, meliputi :

(21)

Lanjutan

1) Filsafat Pancasila; 2) Identitas Nasional;

3) Negara dan Konstitusi; 4) Demokrasi Indonesia;

5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusa;

6) Hak dan kewajiban Warga Negara serta Negara;

7) Geopolitik Indonesia; dan 8) Geostrategi Indonesia.

(22)

Lanjutan

c. Rumpun Keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan

disejajarkan dengan Civics Education yang dikenal diberbagai negara.

Kajian ilmiah Pendidikan

Kewarganegaraan bersifat antar disipliner (antar bidang) bukan mondisiplioner, karena kumpulan pengetahuan yang

membangun ilmu Kewarganegaraan

(23)

Lanjutan

Pembahasan dan pengembangan Pendidikan

Kewarganegaraan berbagai disiplin ilmu : politik,

hukum, filsafat, sosiologi, administrasi negara,

ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa serta ilmu budaya.

2. Landasan Hukum a. UUD 1945

(1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat yang memuat cita-cita tujuan dan aspirasi

bangsa Indonesia tentang

(24)

Lanjutan

(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah serta wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”

(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”

(25)

Lanjutan

(2) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa

“tiap-tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran:.

b. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. c. Ketetapan MPR Nomor 6/MPR/2001

tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

(26)

Lanjutan

d. UU Nomor 20 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan NKRI (Jo. UU Nomor 1 Tahun 1988) :

(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan nasional.

(27)

(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar sampai Pendidikan Menengah ada dalam Gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.

(28)

Lanjutan

e. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan

Nasional dan berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang

Kurikulum Inti Pendidika Tinggi telah

ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,

Pendidikan Bahasa dan Pendidikan

Kewarganegaraanmerupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.

(29)

f. UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang salah satunya

bertujuan mengembangkan potensi

mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

YME dan berahklak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentinga bangsa.

(30)

Lanjutan

g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tntang Standar Nasional

Pendidikan yang menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

(31)

Lanjutan

h. Pelaksanaannya berdasarkan Surat

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional

Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang

memuat rambu-rambu pelaksanaan

kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

(32)

E.

Metode Pembelajaran Kewarganegaraan

Dwiyatmi (2012:10) metode pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan :

1. Mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai indivdu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan warga negara.

2. Pembahasan secara kritis analisis, induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat.

(33)

Lanjutan

3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran : kuliah tatap muka, ceramah, dialog

(diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas

(presntasi) dan evaluasi proses belajar, stadium generale.

4. Motivasi : menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat global.

(34)

Lanjutan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

keniscayaan yang perlu diajarkan setiap warga negara Indonesia pendidikan dasar, menengah, atas, perguruan tinggi. Pendidikan karakter tidak dapat diberikan secara parsial bersifat graduasi dengan melibatkan seluruh jenjang

pendidikan. Pendidikan karakter secara

substantif meliputi ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (kesadaran dan

penghayatan) dan psikomotorik (perilaku

(35)

Lanjutan

Pendidikan

Kewarganegaraan

merupakan keniscayaan yang perlu

diajarkan kepada setiap warga negara

Indonesia dari tingkat pendidikan

dasar,

menengah,

atas,

sampai

(36)

Lanjutan

Pendidikan karakter tidak dapat diberikan

secara parsial melainkan harus bersifat

graduasi

dengan

melibatkan

seluruh

jenjang pendidikan. Pendidikan karakter

secara substantif meliputi ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (kesadaran dan

penghayatan) dan psikomotorik (perilaku

nyata) dalam kehidupan sehari-hari.

(37)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul Sistem Informasi Penjualan Sparepart Dan Transaksi Service Motor Pada Bengkel Laba- Laba Motor Karang Duwet” ini kami susun untuk memenuhi

Gambaran teknologi yang akan diterapkembangkan berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pengumpulan sampah plastik di setiap rumah penduduk dan rumah

Begitu pula dengan penelitian dari Pouraghajan et al (2013) menyimpulkan bahwa rasio keuangan (net profit margin, return on equity, current ratio, debt ratio, total asset

Vitamin C dosis tinggi dapat mengurangi derajat nyeri sejak hari keempat pasca tonsilektomi ( p <0,05), dan mempercepat derajat epitelisasi sejak hari pertama pasca tonsilektomi

Sistem pakar adalah suatu sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke dalam komputer agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa

Dari hasil kajian disimpulkan bahwa (1) keraguan mengenai keilmiahan studi sastra masih terjadi hingga saat ini, (2) keraguan tersebut muncul dari asumsi bahwa studi sastra

Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), diperoleh

Ti Tidak mmbr dak mmbrikan hak i>i ikan hak i>in +SP ini k n +SP ini k!ada Piha !ada Pihak Ktiga (!i k Ktiga (!ihak lain) at hak lain) atau mmind