• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Two Tier System di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. Two Tier System di Indonesia"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

No. SKB. 002/SKB/I/2013 Tentang

BOARD MANUAL

PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) PENDAHULUAN

I.

Two Tier System di Indonesia

Hubungan antara Direksi dan Dewan Komisaris dalam sistem tata hukum Indonesia merupakan hubungan yang berdasarkan pada prinsip two tier system :

- perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi sedangkan Dewan Komisaris

melakukan pengawasan dan pemberian nasihat terhadap tindakan yang dilakukan Direksi.

- Direksi dan Dewan Komisaris adalah dua badan yang terpisah dan berdiri sendiri.

ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN

1. Organ Perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi,

Dewan Komisaris, termasuk Dewan Pengawas Syariah.

2. Insan Perusahaan adalah Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan Perusahaan.

DEWAN KOMISARIS FUNGSI

Dewan Komisaris bertugas :

- melakukan pengawasan serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam

menjalankan kepengurusan Perusahaan.

- melakukan pemantauan terhadap efektivitas praktik GCG yang diterapkan

Perusahaan.

Fungsi pengawasan dari Dewan Komisaris terwujud dalam 2 (dua) tingkatan yaitu :

1.

Level Performance  memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Direksi

serta memberikan masukan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.

Level Conformance pelaksanaan kegiatan pengawasan pada tahap

selanjutnya untuk memastikan nasihat telah dijalankan serta dipenuhinya ketentuan dalam peraturan Perundang-undangan dan Anggaran Dasar yang berlaku.

Pedoman Umum Pengawasan Dewan Komisaris:

1.

Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris terhadap pengelolaan Perusahaan

oleh Direksi.

2.

Dewan Komisaris bertindak sebagai Dewan dan tidak dapat bertindak sendiri-sendiri mewakili Dewan Komisaris.

(2)

3.

Pengawasan tidak boleh berubah menjadi tugas pelaksanaan tugas-tugas eksekutif.

4.

Pengawasan harus dilaksanakan kepada keputusan-keputusan yang sudah

diambil (ex post facto) atau terhadap putusan-putusan yang akan diambil (preventive basis).

I.

PERSYARATAN DAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS

1.

Persyaratan

1.1.

Persyaratan Umum

a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;

b. Mampu bekerjasama sebagai anggota Dewan;

c. Tidak pernah dinyatakan pailit oleh Pengadilan;

d. Memiliki Komitmen untuk menyediakan waktu yang memadai;

e. Memiliki integritas dan reputasi yang baik;

f. Memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan dan menganalisa

suatu masalah secara memadai dan independen; g. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

h. Memiliki Komitmen untuk mematuhi peraturan Perundang-undangan

yang berlaku;

i. Memiliki kompetensi;

j. Memenuhi persyaratan Kemampuan dan Kepatutan yang dilakukan

oleh Badan Pembinaan dan Pengawasan Usaha.

1.2.

Persyaratan Khusus

Persyaratan khusus yang dimaksud merupakan rincian dari kompetensi dan hal-hal lain yang disyaratkan bagi Anggota Dewan Komisaris sesuai kebutuhan Perusahaan.

1.3.

Keanggotaan Dewan Komisaris

a. Paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang, seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama.

b. Paling sedikit 20% dari jumlah anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.

c. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

d. Pembagian kerja Anggota Dewan Komisaris diputuskan oleh Dewan

Komisaris.

e. Untuk kelancaran tugasnya Dewan Komisaris dapat dibantu oleh

Sekretaris yang diangkat oleh Dewan Komisaris berdasarkan saran Pemegang Saham atas beban Perusahaan.

f. Paling sedikit separuh dari jumlah anggota Dewan Komisaris wajib berdomisili di Indonesia.

g. Anggota Dewan Komisaris dilarang merangkap jabatan sebagai

anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas Syariah pada lebih dari 1 (satu) perusahaan lain.

(3)

Komisaris pada Perusahaan, setelah tidak menjabat sebagai anggota Direksi Perusahaan yang sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

i. Perusahaan dilarang mengangkat anggota Dewan Komisaris yang

berasal dari pegawai atau pejabat aktif OJK atau mantan pegawai atau pejabat OJK menjadi anggota Dewan Komisaris jika yang bersangkutan berhenti bekerja dari lembaga tersebut kurang dari 6 (enam) bulan.

j. Perusahaan dilarang mengangkat anggota Dewan Komisaris yang

pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas Syariah dari suatu:

i.

Perusahaan Perasuransian yang dikenakan sanksi pembatasan

kegiatan usaha dalam 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

ii.

Perusahaan di bidang jasa keuangan yang dicabut izin usahanya

karena pelanggaran dalam 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

iii.

Perusahaan di bidang jasa keuangan atau di bidang non jasa

keuangan yang dinyatakan pailit dalam 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;

iv.

Perusahaan yang mengalami kerugian yang disebabkan kesalahan

atau kelalaiannya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;

v.

Perusahaan dilarang mengangkat anggota Dewan Komisaris yang

belum dinyatakan lulus penilaian kemampuan dan kepatutan.

1.4.

Masa Jabatan

a.

Para Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk masa jabatan 5 (lima)

tahun.

b.

Masa jabatan Anggota Dewan Komisaris berakhir apabila masa

jabatannya berakhir, mengundurkan diri, tidak lagi memenuhi persyaratan Perundangan yang berlaku, meninggal dunia, diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS.

c.

Anggota Dewan Komisaris dapat diberhentikan sementara waktu oleh RUPS.

d.

Seorang Anggota Dewan Komisaris berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pemegang Saham dengan tembusan kepada Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

e.

Setelah masa jabatannya berakhir, Anggota Dewan Komisaris dapat diangkat kembali oleh RUPS untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

2.

Program Pengenalan dan Pendalaman Pengetahuan 2.1.Program Pengenalan

Program pengenalan yang diberikan dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke fasilitas Perusahaan dan program lain yang disesuaikan dengan kebutuhan yang dimasukkan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris.

Pelaksanaan program pengenalan meliputi hal-hal sebagai berikut:

(4)

Sekretaris Perusahaan atau siapapun yang menjalankan fungsi sebagai Sekretaris Perusahaan.

b.

Materi yang diberikan pada program pengenalan meliputi hal-hal sebagai berikut:

i. Gambaran mengenai Perusahaan

ii. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG oleh Perusahaan.

iii. Tugas dan Tanggung-jawab hukum Anggota Dewan Komisaris.

iv. Penjelasan yang berkaitan dengan kewenangan yang

didelegasikan, Audit Internal dan Audit Eksternal, Sistem dan Kebijakan Pengendalian Internal serta tugas dan peran Komite Audit dan Komite-komite lain yang dibentuk oleh Dewan Komisaris.

v. Penjelasan mengenai hubungan kerja, tugas dan tanggung-jawab

Dewan Komisaris dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan.

vi. Team building.

2.2.Program Pendalaman Pengetahuan

a.

Program tersebut dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Dewan Komisaris.

b.

Anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan bertanggung-jawab

untuk membuat laporan dan presentasi tentang program tersebut kepada Dewan Komisaris.

c.

Materi yang diterima dari Program tersebut harus terdokumentasi dan

menjadi tanggung-jawab dokumentasi terdapat pada Sekretaris Dewan Komisaris.

3.

Komisaris Independen

3.1.Persyaratan Anggota Komisaris Independen

a. tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, atau Pemegang Saham Perusahaan;

b. tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi pada Perusahaan atau perusahaan lain yang memiliki hubungan afiliasi dengan Perusahaan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;

c. tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau

anggota Dewan Pengawas Syariah dari suatu:

i. perusahaan yang dikenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha

dalam 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

ii. perusahaan di bidang jasa keuangan yang dicabut izin usahanya dalam 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

iii. perusahaan di bidang jasa keuangan atau di bidang non jasa keuangan yang dinyatakan pailit dalam 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;

iv. perusahaan yang mengalami kerugian yang disebabkan kesalahan

atau kelalaiannya dalam 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

(5)

dan peraturan perundang-undangan lain yang relevan;

e. memiliki pengetahuan yang baik mengenai kondisi keuangan

Perusahaan, kepentingan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat; dan

f. berdomisili di Indonesia.

3.2.Prosedur Pencalonan (Nominasi) Komisaris Independen

a. Dewan Komisaris dan/ atau Komite Nominasi dan Remunerasi

mengajukan nama-nama (lebih dari 1) yang diusulkan menjadi calon Komisaris Independen.

b. Dalam pencalonan Komisaris Independen harus diupayakan agar

pendapat Pemegang Saham minoritas diperhatikan dan diumumkan di media massa lengkap dengan agenda pada saat pengumuman RUPS.

c. Calon yang dinominasikan diajukan kepada RUPS untuk mendapatkan

persetujuan.

d. Pemberhentian dan pengangkatan Komisaris Independen harus

dinyatakan secara jelas dalam akta notaris yang memuat keputusan RUPS mengenai pengangkatan tersebut.

3.3.Tugas dan Kewajiban Komisaris Independen

a. Komisaris Independen wajib membuat Laporan Tahunan.

b. Laporan Tahunan disampaikan oleh Komisaris Independen kepada OJK

paling lambat tanggal 28 Februari tahun berikutnya dan ditembuskan kepada Direksi dan Dewan Komisaris, dalam bentuk dokumen fisik (hard copy) dan digital (soft copy).

c. Jika terdapat kebijakan atau tindakan anggota Direksi yang merugikan

atau berpotensi merugikan kepentingan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat, Komisaris Independen wajib mengusulkan penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris;

3.4.Komite-Komite di bawah Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit dan Komite

Kebijakan Risiko.

b. Salah seorang anggota Komite di bawah Dewan Komisaris adalah

anggota Dewan Komisaris yang sekaligus berkedudukan sebagai Ketua Komite.

c. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam memantau

dan memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal.

d. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam memantau pelaksanaan manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh Perusahaan.

e. Dewan Komisaris tidak dapat membentuk komite lain, namun demikian

fungsi Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Tata Kelola Perusahaan tetap dilakukan oleh Dewan Komisarsi dengan bantuan ke dua komite yang dimiliki.

(6)

II.

ETIKA JABATAN

1. Etika berkaitan dengan Keteladanan

2. Etika berkaitan dengan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

3. Etika berkaitan dengan Keterbukaan dan Kerahasiaan Informasi

Dewan Komisaris harus mengungkapkan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangan yang berlaku dan selalu menjaga kerahasiaan informasi yang dipercayakan kepadanya.

4. Etika berkaitan dengan Peluang Perusahaan

Selama menjabat, Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk:

a.

Mengambil peluang bisnis Perusahaan untuk dirinya sendiri.

b.

Menggunakan aset Perusahaan, informasi Perusahaan atau jabatannya

selaku Anggota Dewan Komisaris untuk kepentingan pribadi yang bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan serta kebijakan Perusahaan yang berlaku.

5. Etika berkaitan dengan Benturan Kepentingan Anggota Dewan Komisaris hendaknya senantiasa:

a.

Menghindari terjadinya benturan kepentingan.

b.

Mengisi daftar khusus yang berisikan kepemilikan sahamnya dan/ atau keluarganya pada Perusahaan maupun perusahaan lain di dalam dan luar negeri.

c.

Berpedoman untuk tidak memanfaatkan jabatan bagi kepentingan pribadi atau bagi kepentingan orang atau pihak lain yang terkait yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan.

d.

Menghindari setiap aktivitas yang dapat mempengaruhi independensi

dalam melaksanakan tugas.

e.

Melakukan pengungkapan dalam hal terjadi benturan kepentingan, dan tidak boleh melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan Perusahaan yang berkaitan dengan hal tersebut.

6. Etika berkaitan dengan Korupsi dan Penyuapan

III.

TUGAS DAN KEWAJIBAN DEWAN KOMISARIS

5.1.Kebijakan Umum

a. Melakukan pengawasan terhadap Direksi dalam :

- menjaga keseimbangan kepentingan semua pihak, khususnya

kepentingan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat;

- dalam melaksanakan pengurusan Perusahaan

- mematuhi tata urutan peraturan internal Perusahaan.

b. Memberikan pendapat dan saran kepada Direksi berkaitan dengan

pengurusan Perusahaan, penyusunan visi, misi serta rencana-rencana strategis Perusahaan lainnya seperti yang diatur dalam Anggaran Dasar,

(7)

RJPP dan RKAP yang diusulkan Direksi

c. membantu memenuhi kebutuhan Dewan Pengawas Syariah dalam

menggunakan anggota komite yang struktur organisasinya berada di bawah Dewan Komisaris;

d. Melakukan penelitian dan penelaahan atas laporan-laporan dari Direksi dan jajarannya serta komite-komite yang ada di bawah Dewan Komisaris.

e. Mengikuti perkembangan kegiatan

f. Menghadiri rapat-rapat kerja/koordinasi dengan Direksi dan jajarannya. g. Dewan Komisaris wajib menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

Dewan Komisaris yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dan RKAP;

h. Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan

yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS/Menteri;

i. Pembagian Kerja Anggota Dewan Komisaris diputuskan oleh Dewan

Komisaris;

j. Dewan Komisaris harus memastikan bahwa dalam Laporan Tahunan

Perusahaan telah memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan Komisaris di perusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat internal maupun rapat gabungan dengan Direksi), serta honorarium, fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari Perusahaan;

k. Melakukan self assesment atas kinerja Dewan Komisaris secara periodik.

l. Menerapkan dan memastikan / memantau Good Corporate Governance

secara konsisten.

5.2.Terkait dengan Rapat Umum Pemegang Saham Dewan Komisaris bertugas dan berkewajiban untuk :

a. Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan aktivitas dan kinerja Dewan

Komisaris kepada RUPS.

b. Melaporkan kinerja Direksi kepada RUPS .

c. Mengawasi pelaksanaan RKAP serta menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya kepada RUPS.

d. Memberikan pendapat dan saran bagi RUPS dalam hal pengangkatan dan

pemberhentian Direksi.

e. Dalam hal Perusahaan menunjukkan gejala kemunduran yang signifikan, segera melaporkan kepada RUPS dengan disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh.

f. Memberikan tanggapan atas laporan berkala Direksi (triwulan, tahunan) serta pada setiap waktu yang.

g. Mengusulkan penunjukkan Auditor Eksternal kepada RUPS.

5.3.Terkait dengan Nominasi dan Seleksi Dewan Komisaris dan Direksi Dewan Komisaris berkewajiban mengusulkan sistem nominasi dan seleksi bagi calon Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, dan mengajukannya kepada RUPS untuk disahkan. Dalam menjalankan kewajiban ini, Dewan Komisaris dapat dibantu oleh Komite Nominasi dan Remunerasi.

(8)

5.4.Terkait dengan Remunerasi dan Evaluasi Kinerja Dewan Komisaris dan Direksi

a. Mengusulkan sistem remunerasi yang kompetitif jika dibandingkan

terhadap industri sejenis bagi Anggota Dewan Komisaris dan Direksi kepada RUPS.

b. Mengusulkan sistem evaluasi kinerja dewan dan individu Dewan Komisaris

dan Direksi kepada RUPS.

5.5.Terkait dengan Pengelolaan Manajemen Risiko

a. Membentuk Komite Manajemen Risiko

b. Mengevaluasi kebijakan Manajemen Risiko;

c. Mengevaluasi pertanggung-jawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan

Manajemen Risiko;

d. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan Direksi yang berkaitan dengan

transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan Dewan Komisaris. 5.6.Terkait dengan Etika Berusaha dan Anti Korupsi

Dewan Komisaris mendukung upaya-upaya pemberantasan korupsi. 5.7.Terkait dengan Sistem Pengendalian Internal

a. Mengkaji efektivitas Sistem Pengendalian Internal.

b. Mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Auditor Eksternal.

c. Memastikan Auditor Internal, Auditor Eksternal dan Komite Audit memiliki akses terhadap informasi mengenai Perusahaan untuk tugasnya.

d. Melakukan penilaian atas akurasi informasi yang disiapkan untuk pihak lain. 5.8.Terkait dengan Keterbukaan dan Kerahasiaan Informasi

a.

mengawasi agar Perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam

Laporan Tahunan (termasuk Laporan Keuangan) kepada pihak lain sesuai peraturan Perundangan yang berlaku secara accurate, reliable, timely, consistent dan useful.

b.

bertanggung-jawab kepada Perusahaan untuk menjaga kerahasiaan

informasi Perusahaan.

c.

memastikan agar Perusahaan mengungkapkan pelaksanaan prinsip GCG

dalam Laporan Tahunan yang disesuaikan dengan best practice.

5.9.Terkait Pelaksanaan Pengawasan/ Pemberian Nasihat Oleh Dewan Komisaris

Pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu.

5.10.Terkait dengan Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

Memberikan persetujuan atas Pedoman Pelaksanaan PMN dan mengawasi pelaksanaan PMN.

(9)

IV.

HAK DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS

1. Anggota Dewan Komisaris berhak memasuki bangunan-bangunan dan

halaman-halaman atau tempat-tempat lain yang dipergunakan atau dikuasai oleh Perusahaan; memeriksa buku-buku, surat-surat bukti, persediaan barang-barang, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas (untuk keperluan verifikasi) dan lain-lain surat berharga serta mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.

2. Jika dianggap perlu, Dewan Komisaris atas biaya Perusahaan untuk jangka waktu terbatas dapat meminta bantuan ahli-ahli untuk melakukan pemeriksaan sesuai tugas dan wewenangnya.

3. Anggota Dewan Komisaris berhak meminta penjelasan dan menanyakan segala

hal yang berhubungan dengan tugas-tugas Dewan Komisaris dan Direksi serta semua keterangan yang berkenaan dengan Perusahaan kepada Direksi.

4. Dewan Komisaris dapat memberhentikan anggota Direksi untuk sementara

dengan menyebutkan alasannya, dan pemberhentian sementara tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan.

5. Setiap Anggota Dewan Komisaris berhak untuk menerima honorarium dan

tunjangan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Mendapatkan sarana dan fasilitas Perusahaan sesuai dengan hasil penetapan RUPS.

Anggota Dewan Komisaris dilarang:

1. melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan Perusahaan;

2. memanfaatkan jabatannya pada Perusahaan untuk kepentingan pribadi,

keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan; dan

3. mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan, selain remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

V.

RAPAT DEWAN KOMISARIS

1. Mekanisme Pengawasan dan Rapat Dewan Komisaris

Mekanisme Pengawasan dilakukan melalui: a. Pelaporan dari Direksi

b. Rapat

c. Pembentukan Komite Khusus.

2. Kebijakan Umum

a.

Rapat Dewan Komisaris terdiri dari Rapat Internal Dewan Komisaris dan Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi.

b.

Dewan Komisaris harus menetapkan Tata Tertib Rapat Dewan Komisaris.

c.

Rapat Internal Dewan Komisaris adalah rapat yang hanya dihadiri oleh Anggota Dewan Komisaris, diselenggarakan secara berkala minimal 1 (satu) bulan satu kali.

(10)

d.

Dewan Komisaris dapat mengadakan rapat internal di luar jadwal yang telah ditentukan atas permintaan:

i. Komisaris Utama.

ii. Permintaan dari sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah Anggota Dewan Komisaris.

iii. Permintaan dari Komisaris Independen.

iv. Permintaan tertulis Pemegang Saham yang memiliki jumlah saham terbesar dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.

e.

Dewan Komisaris dapat melakukan rapat dengan Rapat Gabungan dengan

Direksi yang hanya dihadiri oleh anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, Sekretaris Perusahaan dan Sekretaris Dewan Komisaris.

f.

Panggilan Rapat Dewan Komisaris dilakukan secara tertulis oleh Komisaris

Utama atau oleh Anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk dan disampaikan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum Rapat diadakan.

g.

Risalah rapat harus mencantumkan dissenting comments.

h.

Jumlah Rapat Dewan Komisaris yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris harus dimuat dalam laporan hasil penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan GCG. 3. Jadwal dan Agenda Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi

a.

Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan.

b.

Undangan dan agenda Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi

disampaikan kepada masing-masing pihak antara 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan.

c.

Materi rapat disiapkan oleh Sekretaris Dewan Komisaris. Materi rapat disampaikan bersamaan dengan penyampaian undangan.

4. Mekanisme Kehadiran

a. Seorang Anggota Dewan Komisaris dapat diwakili dalam Rapat Dewan

Komisaris hanya oleh Anggota Dewan Komisaris lainnya berdasarkan kuasa tertulis. Seorang Anggota Dewan Komisaris hanya dapat mewakili seorang Anggota Dewan Komisaris lainnya.

b. Seluruh Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama. Dalam hal

Komisaris Utama tidak hadir atau berhalangan, Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang Anggota Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk. c. Rapat Internal Dewan Komisaris dihadiri oleh Anggota Dewan Komisaris,

Sekretaris Dewan Komisaris atau pejabat lain yang ditugaskan oleh Komisaris Utama, kecuali untuk rapat-rapat khusus yang hanya boleh dihadiri oleh Anggota Dewan Komisaris.

d. Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi dihadiri oleh Anggota Dewan Komisaris, Direktur, Sekretaris Dewan Komisaris, Sekretaris Perusahaan atau pejabat lain yang ditugaskan oleh Komisaris Utama/ Direktur Utama, kecuali untuk rapat-rapat khusus yang hanya boleh dihadiri oleh Anggota

(11)

Dewan Komisaris dan Direktur. 5. Prosedur Rapat Dewan Komisaris

a.

Sekretaris Dewan Komisaris menerima dan mendokumentasikan

bahan-bahan/ dokumen/ laporan manajemen dari Sekretaris Perusahaan, kemudian menyampaikannya kepada Komisaris Utama.

b.

Komisaris Utama mempelajari bahan-bahan tersebut dan memberikan

arahan kepada Sekretaris Dewan Komisaris untuk ditindaklanjuti.

c.

Jika harus ditindaklanjuti dengan rapat, Sekretaris Dewan Komisaris segera menyusun agenda rapat dan selanjutnya membuat surat undangan rapat setelah menerima semua masukan yang ada dari Anggota Dewan Komisaris.

d.

Undangan Rapat tidak disyaratkan pada Rapat Internal Dewan Komisaris jika semua Anggota Dewan Komisaris hadir dalam Rapat.

6. Prosedur Pembahasan Masalah dan Pengambilan Keputusan

a.

Rapat Dewan Komisaris adalah sah dan dapat mengambil

keputusan-keputusan yang mengikat, apabila dihadiri atau diwakili oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah Anggota Dewan Komisaris.

b.

Keputusan Rapat Dewan Komisaris harus diambil berdasarkan musyawarah

untuk mufakat. Jika hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.

c.

Setiap Anggota Dewan Komisaris berhak untuk mengeluarkan 1 (satu) suara dan ditambah 1 (satu) suara untuk Anggota Dewan Komisaris yang diwakilinya. Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul tersebut dianggap ditolak, kecuali mengenai diri orang akan ditentukan dengan undian secara tertutup.

d.

Segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Dewan Komisaris, harus dibuat risalah Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat Dewan Komisaris dan oleh salah seorang Anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh dan dari antara mereka yang hadir.

e.

Dewan Komisaris dapat juga mengambil keputusan yang sah dan mengikat

tanpa mengadakan Rapat Dewan Komisaris, dengan ketentuan keputusan itu disetujui secara tertulis dan ditandatangani oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris.

7. Pembuatan Risalah Rapat 7.1. Ketentuan Umum

a. Setiap Rapat Dewan Komisaris harus dibuatkan Risalah Rapat.

b. Risalah Rapat Dewan Komisaris tersebut dibuat oleh Sekretaris Dewan

Komisaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris.

c. Risalah Rapat Dewan Komisaris harus menggambarkan jalannya dinamika rapat.

d. Risalah Rapat harus dilampiri surat kuasa yang diberikan khusus oleh

(12)

Komisaris lainnya.

e. Anggota Dewan Komisaris yang hadir maupun yang tidak hadir dalam

Rapat Dewan Komisaris berhak menerima salinan Risalah Rapat. 7.2. Prosedur Penyusunan Risalah Rapat Internal Dewan Komisaris

a. Sekretaris Dewan Komisaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Komisaris Utama dan/ atau Ketua Rapat Dewan Komisaris bertanggung-jawab untuk membuat, mengadministrasikan serta mendistribusikan Risalah Rapat Dewan Komisaris.

b. Risalah Rapat Dewan Komisaris harus disampaikan kepada seluruh Anggota Dewan Komisaris paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Rapat dilaksanakan.

c. Perbaikan risalah rapat dimungkinkan dalam jangka waktu 14 (empat

belas) hari terhitung sejak tanggal pengiriman.

d. Jika keberatan dan/ atau usul perbaikan tidak diterima dalam jangka waktu tersebut, maka disimpulkan tidak ada keberatan dan/ atau perbaikan terhadap Risalah Rapat yang bersangkutan.

7.3. Prosedur Risalah Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi

a.

Sekretaris Dewan Komisaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Komisaris Utama bersama Sekretaris Perusahaan dan/ atau pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Utama, bertanggung-jawab untuk membuat dan mengadministrasikan serta mendistribusikan Risalah Rapat.

b.

Dalam hal Rapat Dewan Komisaris bersama Direksi hanya dihadiri oleh

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, risalah rapat dibuat oleh salah seorang Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang ditunjuk dari antara mereka yang hadir.

c.

Risalah Rapat harus ditandatangani oleh Ketua Rapat Dewan Komisaris

bersama Direksi dan oleh Direktur Utama, atau bila Direktur Utama tidak hadir maka ditanda-tangani oleh salah seorang Direktur yang ditunjuk oleh dan dari Direktur yang hadir.

d.

Setiap Anggota Dewan Komisaris dan Direksi berhak menerima salinan

Risalah Rapat, meskipun yang bersangkutan tidak hadir dalam rapat tersebut.

e.

Risalah Rapat tersebut harus disampaikan kepada seluruh Anggota Dewan Komisaris dan Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Rapat dilaksanakan.

f.

Perbaikan Risalah Rapat dimungkinkan dalam jangka waktu 14 (empat

belas) hari terhitung sejak tanggal pengiriman.

g.

Setiap Anggota Dewan Komisaris yang hadir dan/ atau yang diwakili serta Direksi yang hadir harus menyampaikan keberatannya dan/ atau usul perbaikannya, bila ada, atas Risalah Rapat tersebut.

h.

Jika keberatan atau usul perbaikan atau keberatan dan usulan perbaikan tidak diterima dalam jangka waktu tersebut, maka

(13)

disimpulkan tidak ada keberatan atau perbaikan atau keberatan dan perbaikan terhadap Risalah Rapat.

i.

Risalah Rapat asli diadministrasikan secara baik dan harus disimpan sebagaimana layaknya dokumen Perusahaan oleh Sekretaris Dewan Komisaris dan salinannya oleh Sekretaris Perusahaan.

VI.

EVALUASI KINERJA DEWAN KOMISARIS

Hasil evaluasi terhadap kinerja Dewan Komisaris secara keseluruhan dan kinerja masing-masing Dewan Komisaris secara individual akan merupakan bagian tak terpisahkan dalam skema kompensasi / pemberian insentif bagi Dewan Komisaris dan dasar pertimbangan bagi Pemegang Saham untuk pemberhentian dan/ atau menunjuk kembali Dewan Komisaris yang bersangkutan.

Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance Indicators / KPI) Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS berdasarkan usulan dari Dewan Komisaris yang bersangkutan.

Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan triwulanan perkembangan realisasi KPI kepada para Pemegang Saham/Menteri.

Kinerja Dewan Komisaris dan Anggota Dewan Komisaris akan dievaluasi oleh Pemegang Saham dalam RUPS.

8.1.Kriteria Evaluasi Kinerja Dewan Komisaris

Kriteria evaluasi kinerja Dewan Komisaris ditetapkan dalam RUPS yang setidak-tidaknya sebagai berikut:

a. Tingkat kehadirannya dalam Rapat Dewan Komisaris maupun rapat dengan

komite-komite yang ada.

b. Kontribusinya dalam proses pengawasan dan penasihatan terhadap Direksi beserta jajarannya.

c. Keterlibatannya dalam penugasan-penugasan tertentu.

d. Ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta

kebijakan Perusahaan.

e. Komitmennya dalam memajukan kepentingan Perusahaan.

VII.

KOMITE-KOMITE DEWAN KOMISARIS

Komite-komite tersebut bertugas membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan.

a. Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit dan Komite Kebijakan Risiko.

b. Pembentukan komite-komite tersebut disahkan dengan Surat Keputusan Dewan

Komisaris. Pembentukan komite tambahan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan jumlah anggota Dewan Komisaris dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Komisaris.

(14)

9.1.Komite Audit

Pengangkatan dan pemberhentian Komite Audit :

a. Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit;

b. Ketua dan Anggota Komite Audit di angkat dan diberhentikan oleh Dewan

Komisaris. Anggota Komite Audit dapat berasal dari Anggota Dewan Komisaris atau dari luar Perusahaan;

c. Ketua Komite Audit adalah Anggota Dewam Komisaris yang merupakan

Komisaris Independen;

d. Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komite Audit dilaporkan kepada

RUPS;

Tugas Komite Audit :

Tugas utama Komite Audit adalah mendorong diterapkannya GCG, terbentuknya struktur pengendalian internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan serta mengkaji ruang lingkup, ketepatan, kemandirian dan objektivitas akuntan publik.

9.2.Komite Kebijakan Risiko

Komite Kebijakan Risiko bertugas sebagai fasilitator bagi Dewan Komisaris dalam mengkaji Sistem Manajemen Risiko yang disusun Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh Perusahaan.

Pengangkatan dan pemberhentian Komite Kebijakan Risiko

a. Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Kebijakan Risiko yang terdiri dari Ketua dan Anggota.

b. Ketua dan Komite Kebijakan Risiko diangkat dan diberhentikan oleh Dewan

Komisaris. Anggota Komite Kebijakan Risiko dapat dijabat oleh Dewan Komisaris atau berasal dari luar Perusahaan.

c. Ketua Komite Kebijakan Risiko adalah Anggota Dewan Komisaris.

d. Pemberhentian dan pengangkatan Anggota Komite Kebijakan Risiko,

dilaporkan kepada RUPS. Tugas Komite Kebijakan Risiko:

Tugas utama Komite Kebijakan Risiko adalah mendorong diterapkannya Enterprise Risk Management (ERM) System sehingga dapat membantu struktur pengendalian internal yang efektif, terbangunnya budaya kerja berbasis risiko. 9.3.Tata Kerja Komite

a. Dewan Komisaris dan Direksi menetapkan Piagam Komite berdasarkan

usulan Komite.

b. Asli Piagam Komite disampaikan kepada Direksi untuk didokumentasikan.

9.4.Rapat-Rapat Komite

a. Komite mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

bulan.

(15)

oleh seluruh Anggota Komite yang hadir dan disampaikan secara tertulis kepada Dewan Komisaris.

c. Kehadiraan Anggota Komite dalam rapat, dilaporkan dalam Laporan

Triwulanan dan Laporan Tahunan Komite.

VIII.

SEKRETARIS DEWAN KOMISARIS

Pengangkatan dan Pemberhentian Sekretris Dewan Komisaris

1. Sekretaris Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris.

2. Sekretaris Dewan Komisaris berasal dari luar Perusahaan. Tugas Sekretaris Dewan Komisaris

Sekretaris Dewan Komisaris mempunyai fungsi pokok untuk memberikan dukungan kepada Dewan Komisaris guna memperlancar tugas-tugas Dewan.

1. Sekretaris Dewan Komisaris melakukan kegiatan untuk membantu Dewan

Komisaris dalam melaksanakan tugasnya berupa:

a. mempersiapkan rapat, termasuk bahan rapat (briefing sheet) Dewan

Komisaris;

b. membuat Risalah Rapat Dewan Komisaris sesuai ketentuan Anggaran

Dasar Perusahaan dan menyampaikan risalah rapat kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

c. mengadministrasikan dokumen Dewan Komisaris, baik surat masuk, surat keluar, Risalah Rapat maupun dokumen lainnya;

d. menyusun Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris,

Rancangan Laporan-laporan Dewan Komisaris;

a. sebagai penghubung (liason officer) Dewan Komisaris dengan pihak lain;

b. Menindaklanjuti setiap keputusan Dewan Komisaris dengan cara:

i. Mencatat setiap keputusan

ii. Memantau dan mengecek tahapan kemajuan pelaksanaan dan

melakukan upaya mendorong pelaksanaan hasil keputusan rapat, pertimbangan, pendapat, saran dan keputusan Dewan Komisaris lainnya.

Masa Jabatan Sekretaris Dewan Komisaris

Masa Jabatan Sekretaris Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris maksimum 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk paling lama 2 (dua) tahun dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikan sewaktu-waktu.

Persyaratan Sekretaris Dewan Komisaris

Sekretaris Dewan Komisaris harus memenuhi persyaratan:

1. memahami sistem pengelolaan, pengawasan dan pembinaan Perusahaan;

(16)

3. memahami fungsi kesekretariatan;

4. memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik.

Penghasilan Sekretaris Dewan Komisaris

1. Ditetapkan oleh Dewan Komisaris dengan memperhatikan kemampuan

Perusahaan.

Akses dan Kerahasiaan Informasi

1. Berdasarkan surat penugasan tertulis dari Dewan Komisaris Sekretriat Dewan Komisaris dapat mengakses informasi tentang karyawan, dana, aset, serta sumber daya lainnya milik Perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

2. Sekretaris Dewan Komisaris wajib melaporkan secara tertulis hasil penugasan sebagaimana dimaksud pada butir 1. di atas kepada Dewan Komisaris.

3. Sekretaris Dewan Komisaris wajib menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Perusahaan, baik dari pihak internal maupun pihak eksternal dan hanya digunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya.

Evaluasi Kinerja Sekretaris Dewan Komisaris

Evaluasi terhadap Sekretaris Dewan Komisaris dilakukan setiap 1 (satu) tahun dengan menggunakan metoda yang ditetapkan Dewan Komisaris.

IX.

HUBUNGAN KERJA ANTARA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Terciptanya sebuah hubungan kerja yang baik antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan salah satu hal yang sangat penting agar masing-masing organ tersebut dapat bekerja sesuai fungsinya masing-masing dengan efektif dan efisien.

BAGIAN KEDUA

DEWAN PENGAWAS SYARIAH I. Pembentukan dan Keanggotaan Dewan Pengawas Syariah

1. Dewan Pengawas Syariah terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia dan dinyatakan secara jelas dalam akta notaris.

2. Jika Dewan Pengawas Syariah Perusahaan lebih dari 1 (satu) orang, maka paling

sedikit separuh dari jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut wajib berdomisili di Indonesia

3. Komposisi Dewan Pengawas Syariah wajib menjamin pengambilan putusan yang

efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk

(17)

melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis.

4. Persyaratan Anggota Dewan Pengawas Syariah yaitu pihak-pihak yang memiliki kriteria antara lain namun tidak terbatas pada:

a. Integritas, dapat dijabarkan menjadi : i.Akhlak dan moral yang baik;

ii. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan dan Perundang-undangan

yang berlaku;

iii. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional asuransi syariah yang sehat;

iv. Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan.

b. Kompetensi, dapat dijabarkan menjadi :

i.Pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang syariah muamalah, dan

ii. Memiliki pengetahuan di bidang perasuransian dan/ atau keuangan secara umum. Anggota DPS adalah para ahli di bidang Fiqih Muamalat.

5. Anggota Dewan Pengawas Syariah Perusahaan dilarang merangkap sebagai

anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris dan anggota Dewan Pengawas Syariah pada lebih dari 1 (satu) perusahaan.

6. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dilarang mengangkat anggota Dewan Pengawas Syariah yang pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas Syariah dari suatu:

a. perusahaan Perasuransian yang dikenakan sanksi pembatasan kegiatan

usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

b. perusahaan di bidang jasa keuangan yang dicabut izin usahanya karena melakukan pelanggaran dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum pengangkatan;

c. perusahaan di bidang jasa keuangan atau di bidang non jasa keuangan yang dinyatakan pailit dan telah berkekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan; dan/ atau

d. perusahaan yang mengalami kerugian yang disebabkan kesalahan atau

kelalaiannya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

II.

Tugas dan Tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

1. Melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat dan saran kepada

Direksi;

2. Pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian nasihat dan saran yang dilakukan

Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Perusahaan dan kegiatan operasional usaha asuransi dan reasuransi syariah lainnya.

3. Dewan Pengawas Syariah dapat menggunakan bantuan dari anggota komite yang

struktur organisasinya berada di bawah Dewan Komisaris dan/atau anggota komite, karyawan, dan tenaga ahli profesional Perusahaan yang struktur organisasinya berada di bawah Direksi.

4. Penggunaan anggota komite, karyawan, dan tenaga ahli profesional Perusahaan

diberitahukan secara tertulis oleh Dewan Pengawas Syariah kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris.

5. Dewan Pengawas Syariah wajib meminta penjelasan kepada anggota Direksi atas

(18)

6. Jika anggota Direksi menolak hasil penilaian Dewan Pengawas Syariah, Dewan

Pengawas Syariah wajib melaporkan secara lengkap dan komprehensif kepada lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian dan ditembuskan kepada Direksi paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak penjelasan anggota Direksi diterima oleh Dewan Pengawas Syariah.

7. Dewan Pengawas Syariah memerintahkan kepada Direksi untuk melakukan

perbaikan terhadap kebijakan atau tindakan anggota Direksi tersebut agar sesuai dengan prinsip syariah.

8. Dewan Pengawas Syariah wajib segera melaporkan secara lengkap dan

komprehensif kepada lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian dan ditembuskan kepada Direksi paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diketahui anggota Direksi tidak melakukan upaya perbaikan dimaksud.

III.

Dewan Pengawas Syariah dilarang:

Melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan Perusahaan, memanfaatkan jabatannya pada Perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan, dan mengambil/ menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

IV.

Rapat Dewan Pengawas Syariah

1. Dewan Pengawas Syariah wajib menyelenggarakan Rapat Dewan Pengawas Syariah secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun

2. Dewan Pengawas Syariah membuat Tata Cara Rapat Dewan Pengawas Syariah.

3. Hasil Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib dituangkan dalam Risalah Rapat Dewan Pengawas Syariah.

4. Perbedaan pendapat dalam Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib dicantumkan

secara jelas dalam Risalah Rapat Dewan Pengawas Syariah disertai alasannya.

5. Anggota Dewan Pengawas Syariah yang hadir maupun yang tidak hadir dalam Rapat

Dewan Pengawas Syariah berhak menerima salinan Risalah Rapat Dewan Pengawas Syariah.

6. Jumlah Rapat dan Jumlah kehadiran Dewan Pengawas Syariah harus dimuat dalam laporan hasil penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.

BAGIAN KETIGA DIREKSI

I. FUNGSI

Direksi merupakan organ Perusahaan yang berwenang, bertanggung-jawab penuh atas pengelolaan Perusahaan, dan mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

II. KOMPOSISI DAN PERSYARATAN DIREKSI

2.1Komposisi, Ketentuan Jabatan dan Keanggotaan Direksi

a. Perusahaan wajib memiliki anggota Direksi paling sedikit 3 (tiga) orang;

(19)

pengalaman di bidang pengelolaan perasuransian;

c. Komposisi Direksi Perusahaan terdiri dari anggota-anggota yang secara keseluruhan memiliki kompetensi di bidang asuransi, keuangan, hukum serta manajemen

d. Komposisi Direksi Perusahaan dapat berubah sesuai kebutuhan Perusahaan dengan

keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, berdasarkan hasil kajian dan rekomendasi yang dilaksanakan oleh Dewan Komisaris dalam fungsi Komite Nominasi dan Remunerasi.

e. Direksi diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham dan pencalonan tersebut mengikat bagi RUPS.

f. Jika jabatan Direktur kosong, maka dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 hari

harus diselenggarakan RUPS. Selama jabatan itu kosong maka salah seorang Direktur lainnya yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris menjalankan pekerjaan Direktur yang lowong itu dengan kekuasaan dan wewenang yang sama.

g. Jika Perusahaan tidak mempunyai Direktur, maka untuk sementara Dewan

Komisaris berkewajiban menjalankan pekerjaan Direksi dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari untuk memanggil RUPS.

h. Terhadap individu yang dicalonkan sebagai calon Direktur, maka dilakukan proses penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Tim Evaluasi dan jika telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan akan diajukan kepada RUPS untuk diangkat. Sebelum diangkat oleh RUPS sebagai Direktur, para calon yang telah lulus wajib menandatangani Kontrak Manajemen.

2.2Persyaratan Umum

a.

Direksi wajib berdomisili di Indonesia;

b.

Memiliki integritas dan reputasi yang baik;

c.

Berwatak baik, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan usaha,

memiliki pengalaman dalam bidang-bidang yang menunjang pelaksanaan tugas dan kewajiban Direksi dan memiliki pengetahuan dibidang perasuransian;

d.

Memiliki akhlak dan moral yang baik;

e.

Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan Perundang-undangan yang

berlaku;

f.

Memenuhi persyaratan Kemampuan dan Kepatutan yang dilakukan oleh

Komite Evaluasi;

g.

Mampu melaksanakan perbuatan hukum;

h.

Tidak merangkap jabatan pada perusahaan lain kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris pada 1 (satu) Perusahaan Perasuransian lain, Direktur pada BUMN, BUMD dan Badan Usaha Milik Swasta atau jabatan lain yang berhubungan dengan pengurusan Perusahaan, pejabat dalam jabatan struktural dan fungsional pada instansi/ lembaga pemerintah pusat dan/ atau daerah dan/ atau militer;

i.

Tidak pernah dihukum karena melakukan perbuatan pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pencalonannya;

j.

Tidak ada hubungan keluarga sedarah sampai dengan derajat ketiga.

k.

Tidak merangkap jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan

dengan Perusahaan dan/ atau yang bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

Perusahaan dilarang mengangkat anggota Direksi yang:

(20)

perasuransian, Otoritas Jasa Keuangan;

b.

merupakan mantan pegawai atau pejabat lembaga pembina dan pengawas

usaha perasuransian,

c.

pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan Pengawas Syariah dari suatu perusahaan Perasuransian yang dikenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha dalam jangka waktu 3 tahun sebelum pengangkatan, perusahaan di bidang jasa keuangan yang dicabut izin usahanya karena melakukan pelanggaran dalam jangka waktu 3 tahun sebelum pengangkatan;

d.

perusahaan di bidang jasa keuangan atau di bidang non jasa keuangan yang

dinyatakan pailit dan telah berkekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan; dan/atau

e.

Belum dinyatakan lulus penilaian kemampuan dan kepatutan oleh lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian, Otoritas Jasa Keuangan.

2.3Ketentuan mengenai Masa Jabatan Direksi:

a. Jabatan Direktur akan berakhir jika masa jabatannya berakhir, mengundurkan diri, tidak lagi memenuhi persyaratan Perundang-undangan yang berlaku, meninggal dunia dan diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS.

b. Masa jabatan Direktur adalah 5 (lima) tahun dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan para Direktur sewaktu-waktu.

c. Direktur dapat diberhentikan untuk sementara waktu oleh Dewan Komisaris dengan

suara terbanyak biasa.

d. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah pemberhentian sementara, Dewan

Komisaris diwajibkan untuk memanggil RUPS Luar Biasa.

e. Jika RUPS Luar Biasa tidak diadakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah pemberhentian sementara, maka pemberhentian sementara itu batal demi hukum. f. Direktur boleh mengundurkan diri dengan pemberitahuan tertulis kepada Dewan

Komisaris dan Direksi Perusahaan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri.

g. Jika terdapat penambahan Direktur, masa jabatan Direktur tersebut akan berakhir

bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Direktur lainnya.

h. Setelah masa jabatannya berakhir, Direktur dapat diangkat kembali oleh RUPS untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

2.4Program Pengenalan dan Pendalaman Pengetahuan

1. Program Pengenalan

Program pengenalan yang diberikan berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke fasilitas Perusahaan atau program lain yang dimasukkan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

Pelaksanaan program pengenalan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.

Program pengenalan Perusahaan wajib diberikan kepada Anggota Direksi yang baru pertama menjabat di Perusahaan berupa presentasi, pengkajian dokumen, kunjungan ke fasilitas Perusahaan, perkenalan dengan para Kepala Divisi, Kepala Biro, Unit Kerja, Kepala Cabang dan Karyawan di Perusahaan

(21)

serta program lainnya.

b.

Tanggung jawab untuk melakukan program pengenalan berada pada

Sekretaris Perusahaan.

c.

Materi yang diberikan pada program pengenalan meliputi hal-hal:

i. Gambaran mengenai Perusahaan.

ii. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG oleh Perusahaan.

iii. Tugas dan Tanggung-jawab hukum Anggota Direksi.

iv. Kewenangan yang didelegasikan, Audit Internal dan Audit Eksternal,

Sistem dan Kebijakan Pengendalian Internal dan Komite-komite yang ada di Perusahaan.

v. Hubungan kerja, tugas dan tanggung-jawab Dewan Komisaris dan

Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan.

vi. Team building.

2.

Program Pendalaman Pengetahuan

Ketentuan tentang Program Pendalaman Pengetahuan bagi Direksi adalah:

a.

Dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efektivitas Direksi.

b.

Dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Direksi.

c.

Setiap Direktur yang mengikuti seminar/pelatihan diwajibkan untuk

menyajikan presentasi kepada Direktur lain.

d.

Membuat laporan tentang pelaksanaan Program Pendalaman Pengetahuan

dan disampaikan kepada Direksi.

e.

Materi yang diterima terdokumentasi dengan rapi dan tanggung-jawab

dokumentasi terdapat pada Sekretaris Perusahaan.

III. INDEPENDENSI (KEMANDIRIAN) DIREKSI

Untuk menjaga independensi Perusahaan menetapkan ketentuan sebagai berikut:

1. Selain Direksi, pihak lain manapun dilarang melakukan atau campur tangan dalam kepengurusan Perusahaan.

2. Direksi harus dapat mengambil keputusan secara obyektif, tanpa benturan

kepentingan dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.

3. Direktur dilarang melakukan aktivitas yang dapat mengganggu independensinya

dalam mengurus Perusahaan. IV. ETIKA JABATAN

Direksi harus senantiasa melandasi diri dengan standar etika yaitu etika keteladanan, etika kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, etika berkaitan dengan keterbukaan dan kerahasiaan informasi, dan etika yang berkaitan dengan peluang Perusahaan.

Direksi dilarang untuk mengambil peluang bisnis Perusahaan untuk dirinya sendiri, menggunakan aset Perusahaan, dan berkompetisi dengan Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan selain kepentingan Perusahaan.

(22)

Etika berkaitan dengan Benturan Kepentingan

a.

Direksi selalu menghindari terjadinya benturan kepentingan.

b.

Direksi tidak akan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi atau pihak lain yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan.

c.

Direksi wajib mengisi Daftar Khusus yang berisikan kepemilikan sahamnya dan/ atau keluarganya pada perusahaan lain.

d.

Apabila benturan kepentingan dan/ atau terjadinya perkara menyangkut seluruh Direktur, maka Perusahaan akan diwakili oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris dengan memperhatikan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Etika berkaitan dengan Korupsi dan Penyuapan

Direksi senantiasa mencegah dan menghindarkan diri dari praktik-praktik korupsi, gratifikasi yang dianggap dapat merugikan Perusahaan.

V. TUGAS DAN KEWAJIBAN DIREKSI

1. Kebijakan Umum

Direksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus selalu:

a.

Melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas

dan wewenangnya.

b.

Wajib menjamin pengambilan keputusan yang efektif, tepat, cepat dan dapat bertindak secara independen.

c.

Mengelola Perusahaan dengan iktikad baik sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya untuk kepentingan Perusahaan.

d.

Tunduk pada ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku,

Anggaran Dasar dan keputusan RUPS.

e.

Menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten.

f.

Mematuhi tata urutan peraturan internal Perusahaan.

g.

Melaksanakan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan

Perusahaan.

h.

Menetapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan pelaksanaan

tugasnya.

i.

Bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan Perusahaan.

j.

Memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan.

k.

Bertanggung-jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya

l.

Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

m.

Memastikan agar informasi mengenai Perusahaan diberikan kepada Dewan

Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah secara tepat waktu dan lengkap;

n.

Membantu memenuhi kebutuhan Dewan Pengawas Syariah

o.

Memperhatikan masukan-masukan yang diberikan oleh Dewan Komisaris dan atau Dewan Pengawas Syariah.

(23)

q.

Wajib menyelenggarakan dan menyimpan Daftar Khusus mengenai kepemilikan saham Direktur dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perusahaan.

r.

Wajib melaporkan mengenai kepemilikan sahamnya/ keluarganya pada

Perusahaan dan perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya.

s.

Penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di Perusahaan;

t.

Bertanggung-jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perusahaan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

2. Hubungan dengan Rapat Umum Pemegang Saham

a. Direksi wajib menyelenggarakan dan menyimpan Daftar Pemegang Saham dan

dokumen-dokumen terkait dengan RUPS. Daftar Pemegang Saham tersebut memuat:

i.

Nama dan alamat Pemegang Saham;

ii.

Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki oleh Pemegang

Saham;

iii.

Jumlah yang disetor atas setiap saham;

iv.

Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang

mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham, dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia;

v.

Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang;

vi.

Keterangan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi.

b. Memberikan informasi material kepada Pemegang Saham untuk membuat

keputusan.

c. Menyediakan bahan RUPS kepada Pemegang Saham.

d. Memberikan Risalah RUPS kepada Pemegang Saham

e. Memberikan laporan berkala Pemegang Saham.

f. Memberikan pertanggung-jawaban dan segala keterangan tentang keadaan

dan jalannya Perusahaan yang ditentukan dalam Anggaran Dasar serta setiap kali diminta oleh RUPS.

g. Menandatangani Laporan Tahunan.

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemegang Saham

melalui RUPS.

i. Memanggil dan menyelenggarakan RUPS Tahunan dan/ atau RUPS Luar Biasa

j. Mengumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yaitu untuk:

i.

Mengalihkan atau menjadikan sebagai jaminan hutang atau melepaskan hak atas harta kekayaan Perusahaan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan perbuatan hukum.

(24)

(empat belas) hari sebelum Rapat.

iii.

Rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perusahaan

paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelum pemanggilan RUPS. k. Meminta persetujuan RUPS jika Perusahaan ingin membeli kembali saham

termasuk pengalihannya,dan jika ingi menambah atau mengurangi besarnya jumlah modal Perusahaan.

l. Mengajukan semua dokumen Perusahaan yang diperlukan dalam RUPS.

m. Membuat dan memelihara Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi.

3. Terkait dengan Strategi dan Rencana Kerja

a.

Menyiapkan Visi, Misi, tujuan, strategi dan budaya Perusahaan.

b.

Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya.

c.

Menyiapkan rencana pengembangan Perusahaan tepat pada waktunya.

d.

Menyiapkan RKAP untuk mendapatkan pengesahan oleh Dewan Komisaris

tepat pada waktunya.

e.

Mengupayakan tercapainya target sasaran pada RKAP & RJPP. 4. Terkait dengan Manajemen Risiko

a. Bertanggung-jawab atas pelaksanaan manajemen risiko dan eksposur risiko.

b. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis termasuk penetapan dan persetujuan limit risiko secara keseluruhan, per jenis risiko dan per aktivitas fungsional satu kali atau lebih dalam satu tahun jika terdapat perubahan faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha.

c. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi dengan sosialisasi akan pentingnya pengendalian intern yang efektif.

d. Bertanggung-jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan

eksposur risiko, termasuk mengevaluasi dan memberikan arahan berdasarkan laporan Biro Enterprise Risk Management (ERM) dan laporan pertanggung-jawaban kepada Dewan Komisaris secara triwulanan.

e. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui kewenangan

pejabat satu tingkat di bawah Direksi atau transaksi yang memerlukan persetujuan sesuai dengan kebijakan dan prosedur intern yang berlaku.

f. Memastikan peningkatan kompetensi SDM terkait penerapan manajemen risiko

melalui program pendidikan dan latihan secara berkesinambungan.

g. Memastikan fungsi manajemen risiko telah diterapkan secara independen yang

dicerminkan dengan dibentuknya Biro Enterprise Risk Management (ERM).

h. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:

i.

Keakuratan metodologi manajemen risiko.

ii.

Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen risiko.

iii.

Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko.

(25)

5. Terkait dengan Etika Bisnis dan Anti Korupsi

a.

Menyusun ketentuan yang mengatur mekanisme pelaporan atas dugaan

penyimpangan pada Perusahaan.

b.

Direktur dilarang melakukan Gratifikasi

6. Terkait dengan Sistem Pengendalian Internal

a. memastikan aktivitas bisnis mematuhi peraturan Perundang-undangan,

pedoman GCG maupun kebijakan Perusahaan.

b. mengamankan investasi dan aset Perusahaan,

c. menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial,

d. meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku,

e. mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran.

Sistem Pengendalian Internal harus dapat mendayagunakan Laporan Manajemen; Laporan Auditor Internal; Opini dan Laporan Auditor Eksternal; Laporan dan pendapat aktuaris mengenai tingkat risiko dan premi.

Pengendalian Internal terdiri dari 5 (lima) elemen utama, yaitu:

i.

Pengawasan oleh Manajemen dan Kultur Pengendalian;

ii.

Identifikasi dan Penilaian Risiko;

iii.

Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi;

iv.

Sistem Akuntansi, Informasi dan Komunikasi;

v.

Pemantauan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan/ Kelemahan.

Direksi menetapkan Sistem Pengendalian Internal yang mencakup:

a.

Lingkungan pengendalian internal yang disiplin dan terstruktur, terdiri dari:

i.

Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan;

ii.

Filosofi dan gaya manajemen;

iii.

Cara manajemen melaksanakan kewenangan dan tanggung-jawabnya;

iv.

Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; dan

v.

Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi

b.

Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha

c.

Aktivitas pengendalian, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian prestasi kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap aset Perusahaan;

d.

Sistem informasi dan komunikasi, mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku pada Perusahaan;

e.

Monitoring, meliputi fungsi Internal Audit pada setiap tingkat dan unit. 7. Terkait dengan Keterbukaan dan Kerahasiaan Informasi1

(26)

a.

Direksi wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan kepada pihak lain sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku secara accurate, reliable, timely, consistent dan useful.

b.

Informasi yang disampaikan berupa:

i.

Informasi/ data non publik yaitu informasi/ data yang disampaikan untuk keperluan laporan pada otoritas moneter dan keuangan.

ii.

Informasi/ data publik yaitu informasi/ data yang disampaikan sebagai laporan kepada Pemegang Saham.

c.

Direksi mengungkapkan sejauh mana pelaksanaan prinsip GCG

d.

Informasi rahasia yang diperoleh sewaktu menjabat Direktur harus tetap dijaga sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

e.

Direksi harus mengutamakan kepentingan Perusahaan daripada

kepentingan individu atau kelompok berkaitan informasi rahasia. 8. Terkait dengan Laporan-laporan Perusahaan

a. Laporan Tahunan yang mencakup:

i.

Kriteria Umum:

i). Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (akan lebih

baik) dan dicetak pada kertas berwarna terang ii).Mencantumkan identitas Perusahaan yang jelas.

iii). Pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan Komisaris di anak

perusahaan/perusahaan patungan dan/atau perusahaan lain, serta gaji, fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari Perusahaan dan anak perusahaan/perusahaan patungan Perusahaan

iv). Rapat-rapat Direksi dan Rapat Dewan Komisaris yang dilakukan dalam satu tahun buku.

ii.

Ihtisar Data Keuangan Penting:

i). Informasi keuangan dalam perbandingan selama 5 tahun buku;

ii). Memuat informasi harga saham dan penutupan serta jumlah

saham yang diperdagangkan untuk setiap masa triwulan dalam 2 tahun buku berakhir (jika sudah tercatat di Bursa).

iii.

Laporan Dewan Komisaris:

i). Penilaian kinerja Direksi mengenai pengelolaan Perusahaan

mencakup hasil yang dicapai dan ditargetkan, serta kendala dan rekomendasi yang disampaikan Dewan Komisaris.

ii). Penilaian atas penerapan tata kelola yang baik termasuk

rekomendasi atau nasihat yang disampaikan Dewan Komisaris iii). Pandangan atas prospek usaha dan strategi pencapaiannya yang

disusun Direksi;

(27)

v). Perubahan komposisi Dewan Komisaris;

vi). Laporan Dewan Komisaris ditandatangani oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris dengan menyebutkan nama dan jabatannya.

iv.

Laporan Direksi:

i). Kinerja Perusahaan mencakup kebijakan strategis antara hasil yang dicapai dan ditargetkan, serta kendala yang dihadapi Perusahaan;

ii). Prospek usaha dan strategi pencapaiannya; iii). Penerapan tata kelola perusahaan yang baik iv). Perubahan komposisi Direksi;

v). Laporan Direksi ditandatangani oleh seluruh Direktur dengan menyebutkan nama dan jabatannya.

v.

Profil Perusahaan:

i). Nama dan alamat Perusahaan;

ii). Riwayat singkat Perusahaan; iii). Bidang usaha;

iv). Struktur organisasi;

v). Nama, jabatan dan riwayat hidup singkat Dewan Komisaris dan Direktur;

vi). Komposisi Pemegang Saham;

vii). Daftar anak perusahaan dan/ atau perusahaan asosiasi; viii). Kronologis pencatatan saham dan Efek (jika ada);

ix). Jumlah karyawan (komparatif 2 tahun) dan deskripsi

pengembangan kompetensinya;

x). Penghargaan dan sertifikasi perusahaan

xi). Nama dan alamat lembaga dan profesi penunjang pasar modal (jika ada);

xii). Nama dan alamat anak perusahaan dan/ atau kantor cabang atau kantor perwakilan.

vi.

Analisa dan Pembahasan Manajemen atas Kinerja Perusahaan:

i). Tinjauan operasi per-segmen;

ii). Uraian atas kinerja keuangan Perusahaan;

iii). Bahasan mengenai ikatan yang material untuk investasi barang modal;

iv). Bahasan & analisis tentang informasi keuangan yang telah dilaporkan yang mengandung kejadian luar biasa & jarang terjadi;

v). Uraian komponen subtansial dari pendapatan/beban lainnya,

(28)

vi). Jika laporan keuangan mengungkapkan peningkatan atau penurunan dari penjualan/pendapatan bersih, maka wajib disertai bahasan tentang sejauh mana perubahan tersebut dapat dikaitkan dengan jumlah barang atau jasa yang dijual, dan/ atau adanya produk atau jasa baru;

vii). Bahasan dampak perubahan harga terhadap penjualan dan

pendapatan bersih serta laba operasi selama 2 (dua) tahun; viii). Informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan

akuntan;

ix). Uraian tentang prospek usaha Perusahaan & aspek pemasaran;

x). Pernyataan mengenai kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah

dividen kas per-saham dan jumlah dividen pertahun yang diumumkan atau dibayar selama 2 tahun buku terakhir;

xi). Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum (jika ada);

xii). Informasi material mengenai investasi, ekspansi, divestasi, akuisisi, restrukturisasi hutang/ modal, transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan sifat transaksi dengan pihak afiliasi;

xiii). Uraian mengenai perubahan peraturan pemerintah yang

berpengaruh signifikan terhadap Perusahaan; xiv). Uraian mengenai kebijakan akuntansi Perusahaan.

vii.

Good Corporate Governance:

i). Visi dan Misi Perusahaan;

ii). Uraian Dewan Komisaris;

iii). Uraian Direksi; iv). Komite Audit;

v). Komite Nominasi (jika ada);

vi). Komite Remunerasi (jika ada);

vii). Komite-komite lain yang dimiliki oleh Perusahaan; viii). Uraian tugas dan fungsi Sekretaris Perusahaan;

ix). Uraian mengenai pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian

Internal (Internal Audit and Control);

x). Akuntan Perusahaan;

xi). Uraian mengenai risiko Perusahaan;

xii). Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung-jawab sosial Perusahaan

xiii). Akses informasi dan data Perusahaan; xiv). Etika Perusahaan.

viii.

Informasi Keuangan:

(29)

keuangan;

ii). Opini akuntan atas laporan keuangan Perusahaan;

iii). Deskripsi Auditor Independen di opini;

iv). Laporan Keuangan yang lengkap;

v). Penyajian Laporan Arus Kas;

vi). Ikhtisar Kebijakan Akuntansi;

vii). Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa;

viii). Pengungkapan yang berhubungan dengan perpajakan;

ix). Aktiva dan Kewajiban dalam Mata Uang Asing;

x). Komitmen dan Kontijensi.

b. Laporan Keuangan Perusahaan terdiri dari Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Keuangan Tengah Tahunan, dan Laporan Triwulanan. Laporan Keuangan disampaikan kepada Pemegang Saham sesuai dengan ketentuan.

9. Hubungan dengan Stakeholders2

a. Menjamin hak stakeholders yang timbul dari peraturan

Perundang-undangan yang berlaku dan/atau perjanjian yang dibuat oleh Perusahaan dengan stakeholders.

b. Memastikan Perusahaan melakukan tanggung-jawab sosialnya.

c. Memastikan Perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholders.

d. Memastikan aset, lokasi usaha, serta fasilitas Perusahaan lainnya

memenuhi peraturan Perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

e. Perusahaan tidak melakukan diskriminasi dalam mempekerjakan,

menetapkan besarnya gaji, memberikan pelatihan, menetapkan jenjang karir, serta menentukan persyaratan kerja lainnya untuk Karyawan.

f. Dalam melakukan perjanjian (PKB) dengan karyawan berkaitan dengan

penghasilan yang tidak diwajibkan atau melebihi ketentuan peraturan perundang-undangan harus mendapat persetujuan dari RUPS.

g. Direksi wajib menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk

tekanan (pelecehan/ harrasment). 10. Terkait Sistem Akuntansi dan Keuangan

a. Menyusun sistem akuntansi sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku.

b. Memastikan data memiliki kelengkapan, akurasi, klasifikasi dan otorisasi

yang memadai

c. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi Perusahaan

11. Terkait dengan Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah3

Referensi

Dokumen terkait

Karena pentingnya acara dimaksud maka diharapkan hadir tepat waktu dan jika Direktur/Pimpinan perusahaan berhalangan hadir, dapat diwakilkan kepada

Baik Direksi ataupun orang yang ditunjuk oleh RUPS harus membawa asli risalah rapat yang telah ditanda tangani oleh ketua rapat dan minimal 1 (satu) orang pemegang saham yang hadir

risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik, termasuk pengungkapan secara jelas dissenting opinions yang terjadi dalam rapat Direksi, serta dibagikan

setiap rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh. seluruh anggota Komite Audit

Hasil keputusan rapat Komite dituangkan dalam suatu risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh anggota Komite yang hadir dan didokumentasikan secara baik

(2) Hasil keputusan, berita acara dan notulen pelaksanaan rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditandatangani seluruh Anggota LPSK yang hadir.. (3)

146 1.Surat Undangan 2.Daftar hadir 3.Berita Acara Rapat 4.Hasil Rapat.

Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat, ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir, dan disampaikan kepada seluruh anggota