• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: Analisa Eskalasi Single Dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: Analisa Eskalasi Single Dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Eskalasi Single Dan Multiple Index

Pekerjaan Pondasi Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu Sri Wiwoho Mudjanarko, ST., MT.

ABSTRAK

Dalam rangka memperlancar arus lalu lintas orang dan barang antara Surabaya dan Pulau Madura, serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya Madura dan Surabaya serta Propinsi Jawa Timur pada umumnya, perlu dibangun jembatan permanen yang menghubungkan Surabaya dengan Madura melalui selat Madura. Selain wilayah Surabaya dan Pulau Madura pada khususnya, dengan adanya jembatan Suramadu ini nantinya akan berdampak langsung pada wilayah GEMAKERTOSUSILA (GKS/Gresik, Madura, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan).

Dalam hal ini akan dibahas tentang bagian struktur bawah. Untuk tinjauan yang lain seperti struktur atas, perkerasan dan sebagainya tidak dikupas. Akan tetapi hanya dibahas tentang Bored Pile saja. Mengingat betapa penting arti dan fungsi bangunan bawah terhadap keseluruhan fungsi suatu jembatan. Adapun menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan penulis, di dapatkan hasil bahwa nilai eskalasi antara perhitungan menggunakan single indexdan multiple indexterdapat perbedaan yang signifikan. Pada perhitungan menggunakan single indeks adalah sebesar Rp. 22.612.604,85 + USD. 3.100,82 dan perhitungan menggunakan multiple indeks adalah sebesar Rp. 316.494,32 + USD. 505,38.

Kata kunci : Bored Pile, Main Bridge, Eskalasi, Indeks, Suramadu PENDAHULUAN

Latar Belakang: Pesatnya pembangunan dan arus perkembangan teknologi dalam era informasi dan globalisasi dewasa ini menimbulkan banyak konsekwensi antara lain tuntutan pemerataan hasil pembangunan di segala bidang, baik bidang ekonomi, pembangunan, industri, pertanian maupun bidang-bidang yang lainnya.

GKS merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur yang mempunyai peran penting dalam mendukung perkembangan sektor industri, perdagangan, pertanian dan pariwisata. Namun demikian, tingkat pertumbuhan antar wilayah di GKS yang diukur dari pendapatan per kapita mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Wilayah yang terletak di Pulau Madura masih tertinggal dibandingkan kota Surabaya dan sekitarnya. Untuk mengimbangi perbedaan serta perkembangan tersebut perlu diadakan penambahan dan perbaikan fasilitas-fasilitas pendukung, salah satu diantaranya seperti penyediaan sarana jembatan sebagai pendukung kelancaran transportasi dan informasi. Jembatan Suramadu akan memiliki kontribusi besar sebagai subsistem transportasi, maka jembatan tersebut harus menjadi bagian dari sistem jaringan jalan antar wilayah dalam menghubungkan simpul-simpul transportasi (Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Juanda, Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya). Dengan selesainya Jembatan Suramadu akan meningkatkan nilai lahan pulau Madura, untuk itu harus dilakukan perencanaan dan pengendalian terpacu seiring Pembangunan Jembatan Suramadu.

Salah satu faktor utama dalam melaksanakan suatu pekerjaan adalah kontrak kerja, didalamnya berisikan syarat-syarat yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak. Salah satu contoh dari syarat kontrak tersebut ialah dasar eskalasi/penyesuaian harga (syarat-syarat kontrak, baik yang umum maupun yang

(2)

khusus, terutama di Pasal 70), dimana syarat tersebut terdapat pada pelaksanaan pekerjaan yang lebih dari 365 hari atau paket pekerjaan yang pelaksanaannya lebih dari setahun (multi years) seperti halnya Pembangunan Jembatan Suramadu Bentang Tengah. Syarat-syarat kontrak merupakan bagian dari dokumen pelelangan, yang merupakan dasar penyusunan penawaran oleh rekanan.

Apabila suatu syarat-syarat kontrak tidak menyebutkan adanya eskalasi harga, maka rekanan kan melakukan perkiraan/penaksiran harga satuan dasar yang berlaku pada saat pelaksanaan nanti, sehingga harga satuan pekerjaan yang ditawarkan pada dasarnya adalah harga perkiraan pada pelaksanaan pekerjaan nantinya. Apabila dalam syarat kontrak disebutkan adanya ketentuan eskalasi harga, maka pada dasarnya rekanan akan melakukan perkiraan harga satuan dasar pada saat melakukan perhitungan penawaran.

Selama ini untuk perhitungan eskalasi pada Bina Marga mengacu pada Keppres Nomor 80 Tahun 2003, tetapi untuk Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Bentang Tengah eskalasinya mengacu pada Clausul Contract Fidic dimana kontrak tersebut adalah kontrak internasional yang peraturannya ditetapkan oleh Federasi Internasional

Perumusan Masalah : Bagaimana perhitungan eskalasi menggunakan single indek berdasarkan COPA FIDIC (Conditions of Particular Application Federation Internationale Des Ingenieurs-Conseils)dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan standar Bina Marga dan berapa perbedaan harga eskalasi untuk pekerjaan pondasi bored pile antara metode perhitungan single indeks dengan metode perhitungan multiple indeks yang digunakan pada Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Bentang Tengah ?

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu teori penunjang diperlukan sebagai pembahasan keseluruhan masalah yang akan timbul dalam penelitian ini. Dasar teori ini nantinya berisikan dasar-dasar teori penunjang yang telah ditemukan oleh para ahli di bidangnya masing-masing yang mana hasilnya telah terbukti melalui pengkajian dan penelitian serta sudah baku keberadaannya.

Ruang Lingkup Eskalasi

Beberapa Ruang Lingkup Eskalasi adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan yang dapat dieskalasi adalah:

a. Pekerjaan yang belum dilaksanakan dan telah dikontrakkan /didasarkan atas penawaran terhitung sebelum 1 Oktober 2005;

b. Pekerjaan yang sedang berjalan atau yang sudah diselesaikan tetapi dikontrakkan sebelum 1 Oktober 2005

c. Pekerjaan yang sedang berjalan atau yang sudah diselesaikan tetapi dikontrakkan setelah 1 Oktober tetapi Surat Penawaran / Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebelum 1 Oktober 2005.

2. Permohonan eskalasi diajukan dengan menyampaikan dokumen: a. Surat penawaran

b. Kontrak

c. Berita acara status pekerjaan /mutualcheck per 1 Oktober 2005 yang dibuat oleh pengawas lapangan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c, sebagai dasar penentuan batas pembayaran eskalasi;

(3)

3. Eskalasi diberlakukan pada kontrak pengadaan barang dan pelaksanaan jasa pemborongan dalam mata uang rupiah baik untuk tahun jamak (multiyears) maupun untuk tahun tunggal (single year) yang sedang berjalan termasuk yang dibiayai dari pinjaman /hibah luar negeri.

4. Kontrak tahun jamak yang telah mencantumkan ketentuan eskalasi, tetap dapat melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam kontrak tersebut. 5. Untuk kontrak yang belum mencantumkan ketentuan mengenai perhitungan

eskalasi dapat menggunakan ketentuan yang tercantum dalam peraturan ini. 6. Perubahan nilai kontrak akibat eskalasi harus dituangkan dalam addendum

kontrak..

Kaitan Analisa Biaya Dengan Rumus Dasar Eskalasi dan Rumus Eskalasi Yang Disederhanakan

Rumus-rumus eskalasi pada dasarnya diturunkan dari analisa harga satuan dari tiap jenis pekerjaan, rumus eskalasi mengandung unsur:

1. Faktor eskalasi (K), yakni perbandingan antara harga/harga satuan pada saat pembayaran dengan harga/harga satuan pada saat perhitungan penawaran. 2. Koefisien, yakni besaran-besaran yang tidak berubah dalam suatu rumus

eskalasi yang jumlahnya selalu sama dengan 1.

3. Indeks harga satuan dasar untuk tiap unsur dalam komponen biaya, upah, bahan dan alat, baik saat penawaran (indeks 0) maupun saat pembayaran (indeks t).

Penyesuaian harga, sebagaimana ditentukan di dalam Data Kontrak, untuk sertifikat pembayaran yang menyangkut perubahan di dalam biaya dan legislasi akan ditentukan dari rumusan faktor penyesuaian harga.

Metode 1

Pada dasarnya setiap mata pembayaran yang dihitung melalui analisa harga satuan, mempunyai satu rumus eskalasi.

Penyesuaian harga/harga satuan sebanding dengan kenaikan masing-masing harga satuan dasar sesuai dengan presentase bobot peran masing-masing. Apabila biaya umum dan keuntungan tidak diberikan penyesuaian, maka rumus umum penyesuaian harga adalah :

Atau dengan pembulatan :

K = 0.07 CCt + 0.01 Bt + 0.43 Ft + 0.10 Kt + 0.01 Nt + 0.25 Lt 0.13 0 P 0 F0 K 0 N 0 L 0 Dimana :

K = Faktor Penyesuaian (perbandingan harga yang disesuaikan dengan harga awal).

Ct = Indeks Harga Semen pada saat penyesuaian. C0 = Indeks Harga Semen pada saat penawaran. Bt = Indeks Harga Batu pada saat penyesuaian. B0 = Indeks Harga Batu pada saat penawaran.

Ft = Indeks Harga Besi Beton pada saat penyesuaian. F0 = Indeks Harga Besi beton pada saat penawaran. K = 6.58C t + 0.47 Pt + 1.07B t + 42.7F t + 9.62K t + 0.85 Nt + 24.79 Lt + 13. 4 100C0 100P 0 100P 0 100F 0 100K 0 100N 0 100L0 100

(4)

Kt = Indeks Harga Kayu pada saat penyesuaian. K0 = Indeks Harga Kayu pada saat penawaran. Nt = Indeks Harga Paku pada saat penyesuaian. N0 = Indeks Harga Paku pada saat penawaran. Lt = Indeks Harga Kerja pada saat penyesuaian. L0 = Indeks Harga Kerja pada saat penawaran.

Angka 0.07; 0.01; 0.43; 0.01; 0.25 dan 0.13 adalah Nilai Koefisien untuk tiap komponen harga satuan dasar yang terkait dan jumlahnya selalu sama dengan 1.00.

Untuk menyederhanakan perhitungan penyesuaian harga, tidak jarang rumus lebih disederhanakan lagi. Yang semula untuk setiap jenis pekerjaan yang mempunyai analisa harga satuan mempunyai rumus eskalasi, disederhanakan lagi dan yang semula dijadikan beberapa jenis pekerjaan, digabungkan dan diperhitungkan bobot peran masing-masing komponen harga satuan dasarnya pada penggabungan tersebut, untuk mendapatkan nilai koefisiennya.

Maka dari puluhan rumus penyesuaian harga, akan menjadi empat (4) atau lima (5) saja kelompok rumus penyesuaian harga, misalnya :

1. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Tanah.

2. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Pasangan Batu. 3. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Beton Bertulang. 4. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Baja.

5. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Pengaspalan. Metode 2

Metode lain yang umum digunakan dalam menghitung eskalasi adalah dengan menggunakan persamaan berikut :

Pn = A + l Ln + m1 M1n + m2 M2n + m3 M3n + e En + f Fn

L0 M10 M20 M30 E0 F0

Dimana :

Pn adalah suatu faktor penyesuaian harga untuk diberlakukan bagi mata pembayaran utama dalam rupiah. Penyesuaian ini akan dapat digunakan untuk pembayaran pekerjaan yang dilaksanakan pada bulan bersangkutan.

A adalah suatu konstanta dengan nilai 0.15 kecuali jika ditetapkan lain di dalam Data Pemilihan Langsung, mewakili bagian yang tidak bisa disesuaikan di dalam pembayaran kontraktual.

L, m (1,2,3), e dan f adalah konstanta atau pembobotan, yang ditetapkan dalam pada lampiran syarat-syarat Kontrak yang berjudul “Komponen Faktor Biaya untuk Item Pembayaran” mewakili proporsi yang diperkirakan dari tiap unsur biaya (tenaga kerja, metarial, pemakaian peralatan dan bahan bakar) dalam pekerjaan-pekerjaan atau bagian dari padanya seperti berikut ini :

l + m1 + m2 + m3 + e + f + A = 1

Lo, M (1,2,3)o, Eo dan Fo adalah Indeks harga dasar atau harga pada 28 hari sebelum pembukaan penawaran (Indeks Nol).

Ln, M(l,2,3)n, En dan Fn, adalah Indeks Harga yang berlaku pada saat dipertimbangkan atau indeks harga (tenaga kerja, material, pemakaian peralatan dan bahan bakar) untuk bulan "n". Ln dan Lo adalah Indeks Umum untuk Ibukota Propinsi yang bersangkutan yang diterbitkan bulanan dalam "Indikator Ekonomi", Tabel Index Umum. M (l,2,3) n dan M (l,2,3) n adalah Indeks Harga untuk bahan.

(5)

Sumber yang dapat diterapkan untuk masing-masing Item Pembayaran ditetapkan oleh Tabel "Komponen Faktor Biaya untuk Item Pembayaran" dan Tabel "Sumber Indeks Harga". Indeks diterbitkan tahunan dalam "Index Harga Perdagangan Besar Indonesia untuk Material Konstruksi/Bangunan". Bilamana indeks pada saat dipertimbangkan belura tersedia maka (Indeks Nasional) dapat diperoleh secara langsung dari Badan Pusat Statistik.

En dan Eo adalah Indeks Harga untuk peralatan. Indeks diterbitkan tahunan dalam " Index Harga Perdagangan Besar Indonesia untuk Material Konstruksi/Bangunan", Item 23, Mesin dan Perlengkapannya". Bilamana indeks pada saat dipertimbangkan belum tersedia maka (Indeks Nasional) dapat diperoleh secara langsung dari Badan Pusat Statistik.

Fn dan Fo adalah Indeks Harga untuk bahan bakar dengan dasar harga patokan Pertamina yng berlaku untuk sektor Industri. Dalam kasus-kasus tertentu, dengan pertimbangan bahwa harga bahan bakar yang dikeluarkan oleh pertamina adalah berbeda-beda / tidak seragam karena adanya subsidi pemerintah, angka indeks harga bahan bakar dapat didasarkan kepada data BPS.

Tabel 1: Ringkasan Sumber-Sumber Indeks

TABEL KELOMPOK KOMOD1TI APLiKASI UTAMA

3 Barang dari Sumber (Quarry) dan Galian (Borrow) Segala Jenis

Lapis Pondasi Agregat, Timbunan, dsb. 7 Bahan Bangunan Dari Kayu/Bambu Acuan kayu, perancah kayu.

9 Cat, dan sejenisnya Marka Jalan, dsb.

10 Aspal Semua Produk Aspal

12 Barang Lainnya Dari Karet Perletakan Etastomerik, dsb.

16 Semen Portland Semua Produk Beton

IS Barang-barang dari Besi dan Baja Perletakan Logam, Rel Pengaman, acuan baja, perancah baja, produk logam lainnya 21 Bahan Bangunan dari Logam Baja Straktur, Kabel uniuk Diafragma

Beton Prategang & Unit Pracetak Prategang

26 Perlengkapan Listrtk Lzinnya. Lampu penerangan jalan termasuk kabelnya, fitting, panel, dan tiang serta aksesorisnya

TABEL SEKTOR INDUSTRI APLIKAS1 UTAMA

3,37.1 Kon-Blok Perkerasan Blok Beton

3.39.2 Besi Beton Semua Jenis Baja Tulangan

(6)

Tabel 2: Contoh Faktor Komponen Harga untuk Item Pembayaran

MATA

PEMBAYA URAIAN SAT. KOMPONEN FAKTOR HARGA1 f ml m2 e

Divisi 2

2.1 Galian Untuk Drainage dan M3 0.032 0.327 0.000 0,000 0.491

12 Pasangan Batu dengan Mortar M3 0.038 0010 0.329 0,458 0.015

2.3(1) -(3) Gorong-gorong Pipa Beton Ml 0.004 0.013 0.022 0.791 0.020

2.3(4) Gorong-gorong Pipa Baja Ton 0.004 0.013 0.000 0.813 0.020

Divisi 3

3.1 (i) Galian Biasa M3 0.032 0.327 0.000 0.000 0.491

3-1 (2) Galian Batu M3 0.057 0317 0.000 0.000 0.476

3.1 (3) -(5) Galian Struktur M3 0.012 0.139 0.409 0.000 0.209

3.1. (6) -(7) Galian Perkerasan Beraspal M3 0.064 0.314 0.000 0.000 0.472

3.2(1) Timbunan Biasa M3 0.008 0.220 0.291 0.000 0.331

3.2 (2) –(3) Timbunan Pilihan M3 0.006 0.117 0.552 0.000 0.175

Divisi 4

4.2(1) -(2) Lapis Pondasi Ageregat Kelas A M3 0.042 0.117 0.515 0.000 0.176 4.2(3) Lapis Pondasi Semen Tanah M3 0.041 0.116 0.517 0.000 0.176 4.2(4) Semen untuk Lapis Pondasi Ton 0.000 0.000 0.000 0.850 0.000 Divisi 5

5-KD -(2) Lapis Pondasi Ageregat Kelas A M3 0.042 0.117 0.515 0.000 0.176

52 Lapis Pondasi Kelas C M3 0.039 0.117 0.519 0.000 0.175

5.4(1) Semen untuk Lapis Pondasi Ton 0.000 0.000 0.000 0.850 0.000

5.4(2) Lapis Pondasi Semen Tanah M3 0.041 0.116 0.517 0.000 0.176

Divisi 6

6.1(1) -(2) Lapis Resap Pengikat / Lapis Liter 0.033 0.132 0.000 0.487 0.198

62(1) -(2) Ageregat Penutup BURTU dan M2 0.019 0.109 0.559 0.000 0.163

6.2(3) Baton Aspal Untuk Pekerjaan Liter 0.000 0.000 0.000 0.850 0.000

6.3(1) -(2) Latasir(SS)KeIasA/B M2 0,006 0.100 0.208 0.386 0.150

6.3 (3) Lataston - Lapis Aus (HRS-WC) M2 0.006 0.100 0.208 0.386 0.150

6.3 (4) Lataston - Lapis Pondasi (HRS- M3 0.006 0.100 0.208 0.386 0.150

6.3(5) Laston - Lapis Aus (AC-WQ M2 0.006 0.100 0.208 0.38 0.150

6.3(6) Laston - Lapis Pengikat (AC- M3 0.006 0.100 0.20S 0.38 0.150

6,3(7) Laston - Lapis Pondasi (AC- M3 0.006 0.100 0.208 0.38 0.150

Divisi 7

7.1(I)-(8) Beton M3 0.036 0.013 0.196 0.586 0.019

7.2{I)-(8) Unit Pracetak Gelagar Buah 0.049 0.060 0.016 0.629 0.096

7.2(9) Baja Prategang Kg 0.012 0.006 0.000 O.S2 0.010

7.2(10) Hollow Slab Pracetak Buah 0.002 0.023 0.006 0.785 0.034

7.2 (11) Diafragma K350 Termasuk Pra M3 0.049 0.060 0.016 0.629 0.096

7.3(1) -(5) Baja Tulangan Kg 0.056 0.013 0.000 0.760 0.021

7.4(1). (3) Baja Struktur Kg 0.056 0.013 0.000 0,760 0.021

7.5(1) Pemasangan Jembatan Baja Kg 0.255 0.085 0.000 0.000 0.510

7.6 (6). (7) Penyediaan Tiang Pancang Kayu M3 0.035 0.000 0.000 0.815 0,000

7.6(8) Penyediaan Tiang Pancang Baja Kg 0.035 0.000 0.000 0.815 0.000

7.6(9)-(10) Penyediaan Tiang Pancang M3 0.049 0.013 0.069 0.699 0.020

7.6(11) Pemancangan Tiang Pancang Ml 0.128 0.043 0.000 0.000 0.679

7.6(11)- Pemancangan Tiang Pancang Ml 0.128 0.043 0.000 0.000 0.679

7.6(15)- Pemancangan Tiang Pancang Ml 0.128 0.043 0.000 0.000 0.679

7.6(18)- Tiang Bor Beton, Cor di Tempat Ml 0.043 0.199 0.024 0.267 0.317

7.7(1) -(4) Penyediaan Dinding Sumuran Ml 0.085 0.042 0.196 0.442 0.085

7.7 (5)-(8) Penurunan Dinding Sumuran Ml 0.328 0.166 0,000 0.000 0.356

7.9 Pasangan Batu M3 0.089 0.071 0,233 0.375 0.082

7.10(1) Pasangan Batu Kosong Diisi M3 0.079 0,076 0,231 0.376 0.088

7.10(2) Pasangan Batu Kosong M3 0.155 0.000 0.594 0.000 0.101

7.10(3) Bronjong M3 0.147 0.026 0.243 0.396 0.038

Volume Pekerjaan Yang Mengalami Eskalasi

Untuk memberikan ilustrasi tentang bagaimana menghitung volume pekerjaan yang mengalami eskalasi serta bulan “n” yaitu bulan dimana indeks untuk eskalasi diambil, kita tinjau dari kasus di bawah ini :

(7)

Satuan Pengukuran = M³

Nama Item Pembayaran = Beton

BULAN Mei Juni Juli Agsts. Sept. Okt.

Rencana Volume (M³)Persentase 40 20 25 15

Kumulatif 40% 60% 85% 100%

Realisasi

Volume (M³) 30 25 25 20

Persentase

Kumulatif 30% 55% 80% 100%

Dasar perhitungan eskalasi terhadap realisasi pekerjaan a. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Juli

Dari total 30 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Juli, maka Perhitungan eskalasi 30 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Mei b. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Agustus

Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Agustus, maka Perhitungan skalasi 10 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Mei, sedangkan 15 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juni.

c. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan September

Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan September, maka, Perhitungan skalasi 5 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juni, sedangkan 20 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juli.

d. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Oktober

Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Oktober, maka Perhitungan skalasi 5 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juli, sedangkan 20 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Agustus. Contoh Perhitungan Faktor Eskalasi Harga

Contoh Perhitungan Faktor Eskalasi Untuk Item Pekerjaan 7.1.(l)-8 Beton Di Propinsi ABC

Dari Tabel diatas diketahui besarnya konstanta o ℓ untuk tenaga kerja = 0.036 o f untuk bahan bakar = 0.013 o m1 untuk material galian = 0.196 o m2 untuk material semen = 0.568 o e untuk peralatan = 0.019

Misalkan: Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :

o L0 untuk tenaga kerja yang diperoleh dari "Indikator Ekonomi" Tabel Indeks Umum adalah = 109.5

o F0 untuk harga bahan bakar solar untuk industri adalah Rp.

1.610,-o M10 untuk material galian yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”, ”Kelompok Komodi” 3. Barang Galian segala jenis = Rp. 317,61

o M20 untuk material semen yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”, ”Kelompok Komodi” 16. Semen = Rp. 287,51

(8)

o E0 untuk peralatan yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”. ”Kelompok Komodi” 23. Mesin dan Perelngkapannya = Rp. 301,41

Misalkan Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada bulan "n" yaitu saat dilakukan pertimbangan eskalasi adalah sebagai berikut :

o Ln untuk tenaga kerja yang diperoleh dari "Indikator Ekonomi" Indeks Umum adalah = Rp. 117,16

o Fn untuk harga bahan bakar solar untuk industri adalah Rp.

1.610,-o M1n untuk material galian yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”, ”Kelompok Komodi” 3. Barang Galian segala jenis = Rp. 338,56

o M2n untuk material semen yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”, ”Kelompok Komodi” 16. Semen = Rp. 299,08

o En untuk peralatan yang diperoleh dari ”Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia”. ”Kelompok Komodi” 23. Mesin dan Perelngkapannya = Rp. 311,13

Jika dimasukkan kepada persamaan faktor eskalasi :

Pn = A + l Ln + m1 M1n + m2 M2n + m3 M3n + e En + f Fn L0 M10 M20 M30 E0 F0 Akan didapat : P n = 0.15 + 0.03 6 117.6 1 + 0.01 3 161 0 + 0.19 6 338.5 6 + 0.586 299.0 8 + 0.01 9 311.1 3 109.5 1610 317.61 287.51 301.41 P n = 0.15 + 0.03 9 + 0.013 + 0.209 + 0.610 + 0.02 P n = 1.0398

Sertifikat dan Pembayaran

Klause 60. Sertifikat dan Pembayaran.

Klause 60.1 dan 60.3 sampai 60.10 pada kondisi umum dihapus dan mengikuti Sub Clause 60.1 dan 60.3 sampai 60.14 sebagai penggantinya.

Pertanyaan

Sub Klause 60.1 adalah sebagai berikut :

Harga kontrak berdasarkan pada harga satuan dan mempertunjukan jumlah dimana kontraktor mempertimbangkan bahwa kontraktor berhak hingga akhir bulan dengan mengacu pada hal berikut :

a. Nilai dari pekerjaan-pekerjaan tetap yang telah dilaksanakan.

b. Materi lain didalam Harga Satuan termasuk untuk peralatan kontraktor, pekerjaan temporer, hari kerja dan yang seperti itu.

c. Persentase dari harga faktur dari daftar-daftar material, seluruhnya dinyatakan di dalam catatan tambahan ke penawaran dan peralatan dikirim oleh kontraktor ke lokasi kerja untuk digabungkan di dalam pekerjaan tetap tapi tidak menyatukan dalam pekerjaan yang lain (not permanent works). d. Penyesuaian-penyesuaian tersebut terdapat pada Clause 70 dan

(9)

e. Beberapa hal yang kontraktor berhak berdasarkan kontrak atau jika tidak termasuk di dalam perhitungan sementara.

Cara Pembayaran

Pada Sub-Clause 60.3 dijelaskan bahwa pembayaran ke kontraktor dari pemilik proyek akan dimasukkan di dalam mata uang dimana menurut harga kontrak adalah dapat dibayarkan ke suatu rekening bank atau rekening yang telah ditunjuk oleh kontraktor.

Uang Retensi

Pada Sub-Clause 60.4 dijelaskan bahwa jumlah persentase uang penangguhan/retensi ditetapkan di dalam Appendix to Bid (catatan tambahan) penawaran untuk setiap mata uang sebesar 5% dari total penagihan fisik, yang ditentukan menurut acuan Sub-Clause 60.1 akan dibuatkan oleh engineer yang pertama dan setelah Interim Payment Certificate/IPC (Pembayaran Sementara).

Pembayaran Uang Retensi

Pada Sub-Clause 60.5 dijelaskan bahwa pengembalian pembayaran uang penangguhan akan mengikuti standar FIDIC (Federation Internationale Des Ingenieurs-Conseils) dan terdapat pada Clause 60.3 yaitu 50% ketika terselesainya pekerjaan dan 50% dibayarkan setelah periode pemeliharaan.

Pembayaran Uang Muka

Pada Sub-Clause 60.6 dijelaskan bahwa pemilik proyek akan melakukan pembayaran uang muka tanpa bunga kepada kontraktor pilihan untuk biaya-biaya mobilisasi menyangkut pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang lebih senilai 20% dari harga kontrak pada perhitungan sementara, dapat dibayarkan dalam proporsi mata uang asing dan lokal berdasarkan harga kontrak. Tetapi dalam hal tersebut tidak melebihi jumlah yang telah disepakati dalam Appendix to Bid (catatan tambahan). Pembayaran uang muka tersebut akan berhubungan pada sertifikasi terpisah dengan engineer setelah

a. Pelaksanaan tentang format persetujuan oleh para peserta.

b. Ketetapan-ketetapan oleh kontraktor tentang kemampuannya di dalam keamanan menurut Sub-Clause 10.1

c. Ketetapan-ketetapan dari kontraktor tentang kondisi-kondisi dari suatu bank tanpa syarat menjamin dalam suatu format dan oleh suatu bank milik pemerintah China yang bisa diterima kepada pemilik proyek pada mata uang dan jumlah yang sepadan dengan pembayaran uang muka. Bank seperti itu menjamin akan sisa efektif sampai pembayaran uang muka telah dibayar kembali menurut paragraf di bawah ini, tapi jumlah tersebut akan menjadi semakin dikurangi dari jumlah yang telah dibayar kembali oleh kontraktor sebagai tanda di dalam Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran sementara) yang dikeluarkan berdasarkan dengan Clause ini.

Uang muka akan dibayarkan kembali dengan cara dipotong 25% dari jumlah pekerjaan-pekerjaan tetap yang telah dilaksanakan di setiap bulannya dari awal mulainya Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran sementara) dengan dikeluarkannya IPC yang pertama untuk perkembangan sampai seperti waktu nilai seluruhnya dari pembayaran uang muka telah di kembalikan, apabila uang muka tersebut di atas dikeluarkan Taking-Over Certificate (serah terima sertifikat) untuk kelengkapan pekerjaan-pekerjaan atau peristiwa apapun ditetapkan pada Sub-Clause 63.1 atau pada uraian Clause 65, 66 atau 69 dilengkapi semuanya, sisanya yang belum diselesaikan akan dengan segera akan dijatuhkan tempo dan harus dibayar oleh kontraktor ke pemilik proyek.

(10)

Waktu Pembayaran dan Bunga

Pada Sub-Clause 60.7 dijelaskan bahwa standar isinya yang mengacu pada Clause 60.10 akan disesuaikan.

Koreksi Sertifikat

Pada Sub-Clause 60.8 dijelaskan bahwa engineer boleh mengoreksi beberapa Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran sementara) atau memperbaharui IPC sebelumnya, hal itu telah dikeluarkan oleh engineer dan akan mendapat wewenang, jika pekerjaan manapun tidak jadi dilaksanakan atas kepuasan engineer untuk menghilangkan atau mengurangi nilai dari pekerjaan pada IPC-IPC tersebut.

Pernyataan Penyelesaian

Pada Sub-Clause 60.9 dijelaskan bahwa tidak lebih dari 84 hari setelah dikeluarkannya serah terima sertifkat menyangkut pekerjaan keseluruhan, kontraktor akan mengajukan kepada engineer tentang pernyataan penyelesaian di dalam nomor copyan penetapan di lampiran penawaran dengan menunjukan dokumen pendukung secara detail, pada format tersebut yang disetujui oleh engineer.

a. nilai akhir pada semua pekerjaan diselesaikan sesuai dengan kontrak terbaru dinyatakan dalam serah terima sertifikat.

b. Penjumlahan lebih lanjut dimana pertimbangan-pertimbangan kontraktor jatuh tempo, dan

c. Perkiraan jumlah tersebut, pertimbangan-pertimbangan kontraktor akan disesuaikan haknya berdasarkan kontrak. Perkiraan tersebut akan dimunculkan secara terpisah di dalam pernyataan penyelesaian. Engineer akan mengesahkan pembayaran tersebut sesuai dengan Sub-Clause 60.2 Pernyataan Terakhir

Pada Sub-Clause 60.9 dijelaskan bahwa tidak lebih dari 56 hari setelah dikeluarkannya pertanggungjawaban menurut kekurangan pada Sub-Clause 62.1. Kontraktor akan mengajukan ke engineer untuk mempertimbangkan susunan akhir dari pernyataan di dalam copyan nomor yang ditetapkan di lampiran penawaran dengan menunjukan dokumen pendukung secara detail, di dalam format tersebut telah disetujui oleh engineer.

a. Nilai keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kontrak dan.

b. Penjumlahan lebih lanjut tentang pertimbangan-pertimbangan kontraktor yang jatuh tempo untuk kontraktor berdasarkan kontrak atau dengan cara lain.

Jika engineer tidak menyetujuinya atau tidak mendapatkan hasil kebenerannya dari sebagian susunan final statement (pernyataan terakhir) tersebut, kontraktor akan mengajukan informasi lebih lanjut seperti yang engineer wajibkan dan akan membuat perubahan-perubahan yang demikian di dalam susunan seperti yang telah disetujui oleh mereka. Kontraktor selanjutnya akan mempersiapkan dan mengajukan ke engineer tentang pernyataan terakhir ketika disetujui. (pada kondisi-kondisi seperti ini disebut final statement/penyelesaian terkahir).

Jika mengikuti diskusi-diskusi antara engineer dengan kontraktor dan dari beberapa perubahan untuk susunan akhir penyelesaian tersebut dapat disetujui oleh kedua belah pihak. Hal tersebut menjadi jelas apabila ada bantahan-bantahan, engineer akan mengirim IPC ke pemilik proyek untuk komponen-komponen tersebut pada susunan pernyataan terakhir, jika hal itu tidak ada di dalam bantahan. Perselisihan

(11)

tersebut kemudian akan diselesaikan di dalam Clause 67. Pernyataan terakhir akan disetujui apabila perselisihan tersebut diselesaikan.

Pelunasan.

Pengajuan tersebut di atas tentang Final Statement (pernyataan terakhir), kontraktor akan memberikan ke pemilik proyek dengan tembusan kepada engineer. Pelunasan tertulis (dikonfirmasikan) yang menetapkan bahwa total dari penggambaran penuh pernyataan terakhir dan akhir pelunasan hutang terhadap semua yang jatuh tempo kepada kontraktor sebagai akibat dari hasil kontrak. Dengan ketentuan bahwa pelunasan seperti itu akan menjadi efektif seandainya setelah jatuh tempo pembayaran berdasarkan sertifikat pembayaran terakhir yang dikeluarkan berdasarkan Sub_clause 60.13 telah dibuat dan jaminan tercapai yang sesuai dengan Sub-Clause 10.1 telah dikembalikan ke kontraktor.

Akhir Pembayaran

Tidak lebih dari 28 hari setelah diterimanya final statement (pernyataan terakhir) dan rekap hasil pelunasan, engineer akan mengirim ke pemilik proyek (dengan lampiran untuk kontraktor) sertifikat pembayaran terakhir menyatakan :

a. Jumlah tersebut menurut pendapat engineer selesai dilunasi/dibayar apabila berdasarkan kontrak atau dengan cara lain dan

b. Kemudian pemberian kredit kepada pemilik proyek untuk semua jumlah yang sebelumnya dibayarkan oleh pemilik proyek dan untuk semua total dimana pemilik proyek diberi hak, selain berdasarkan pada Clause 47 seimbang. Bila ada yang sesuai dengan susunan dari pemilik proyek kepada kontraktor atau sebaliknya dilihat masalahnya.

DATA DAN METODOLOGI Umum

Dalam bab ini akan dijabarkan uraian kegiatan dan bagan alir yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini.

Uraian Kegiatan

Uraian kegiatan penyelesaian masalah terbagi beberapa tahap dalam pengerjaannya seperti yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan mengenai eskalasi/penyesuaian harga meliputi: o Data dari Biro Pusat Statistik (BPS), berupa indeks harga satuan.

o Interim Payment Certificate (sertifikat pembayaran sementara) o Data hasil pekerjaan bored pile di Pier 46 dan Pier 47 (Main Bridge) o Schedule pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan bored pile.

o Document Contract. 2. Analisa

Dari data-data yang ada maka akan dilakukan perhitungan eskalasi untuk mengetahui perbandingan perbedaan dari hasil akhir harga satuan dasar untuk kontrak baru, meliputi:

o Metode perhitungan yang digunakan.

o Perbandingan perhitungan menggunakan Single Indeks dengan Multiple Indeks. o Selisih jumlah pembayaran sebelum eskalasi dengan setelah adanya eskalasi.

(12)

C - B 80 % x

(

V - N

)

B

)

(

x C - B 80 % x

(

V - N

)

B

)

(

x

ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN Perhitungan Eskalasi

Single Index

1. Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Pier 46 Pile #28

Item

Pekerjaan Volume PelaksanaanWaktu

Harga Satuan Dasar (USD) Harga Satuan Dasar (Rupiah) Steel Casing 35,9469 ton 14 Januari 2006 1.263,39 1.840.566,89

Setelah didapat data tersebut, maka akan diketahui nilai indeks sebagai beikut :

Sumber Indeks Pekerjaan (Indeks saat C

ini) B (Indeks Kontrak) o Biro Pusat Statistik Indonesia (Lokal)

Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan dan

Pelabuhan 210,60 147,56 o Biro Pusat Statistik China (Asing) Upah Peralatan Pengencangan Baja Pelat Baja 150,80 105,60 126,90 114,90 126,20 102,80 122,40 125,80 Kemudian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

 Rumus Eskalasi Porsi Lokal : Nilai Eskalasi :

Dimana :

C : Current Indeks(Indeks pada saat pekerjaan dilaksanakan) B : Base Indeks(Indeks pada saat pelaksanaan tender) V : Nilai Bored Pile(Harga Satuan x Volume)

N : Pekerjaan yang tidak Mendapatkan Eskalasi (seperti Mobilization, Demobilization, Temporary Work, Provisional Sums, Daywork dan Engineer and Other Forms of Technical Studies)

80% : Bobot Faktor Eskalasi Berdasarkan Kontrak Sehingga :

Nilai Eskalasi :

 Rumus Eskalasi Porsi Asing : Nilai Eskalasi : Rp.

)

35.9469

)

- 0

(

(

1,840,566.89 x

)

x 80% x

(

210.60 - 147.56 147.56 : 0.4272 x 80% x 66,162,673.94 22,612,604.85 : (a)

(13)

C - B V - N

)

20 % x

(

B

)

(

x C - B 30 % x

(

V - N

)

B

)

(

x C - B V - N

)

20 % x

(

B

)

(

x C - B 10 % x

(

V - N

)

B

)

(

x

Akan tetapi pada kontrak volume I disebutkan bahwa Kontraktor China menginginkan eskalasi tersebut dipecah menjadi empat jenis item pekerjaan seperti tersebut di bawah ini :

1. Nilai Eskalasi (Upah) :

2. Nilai Eskalasi (Peralatan) :

3. Nilai Eskalasi (Besi Tulangan) :

4. Nilai Eskalasi (Pelat Baja) :

Sehingga didapat :

1. Nilai Eskalasi (Upah) : :

: :

2. Nilai Eskalasi (Peralatan) :

3. Nilai Eskalasi (Besi Tulangan) :

4. Nilai Eskalasi (Pelat Baja) :

Jadi, total nilai eskalasi yang digunakan Kontraktor China (Asing) adalah : Nilai Eskalasi : Upah + Peralatan + Pengencangan Baja + Pelat Baja

Nilai Eskalasi : USD 2,366.23 + USD 354.25 + USD 862.82 + USD -482.47 Nilai Eskalasi : USD 3,100.82 (b)

Total Keseluruhan Nilai Eskalasi adalah : (a) + (b) Rp. 22,612,604.85 + USD. 3,100.82

)

364.03 ) - 0

(

( 166.73 x

)

x 20% x

(

150.80 - 126.20 126.20 0 .1 9 4 9 x 2 0 % x 6 0 ,6 9 4 .7 2 2 ,3 6 6 . 2 3 USD

:

(

)

x 20% x

(

(

166.73 x 364.03

)

- 0

)

105.80 - 102.80 102.80 : 0.0292 x 20% x 60,694.72 354.25 : USD

:

(

)

x 30% x

(

(

166.73 x 364.03

)

- 0

)

128.20 - 122.40 122.40 : 0.0474 x 30% x 60,694.72 862.82 : USD :

(

)

x 1 0 % x

(

( 1 6 6 .7 3 x 3 6 4 .0 3 ) - 0

)

1 1 5 .8 0 - 1 2 5 .8 0 1 2 5 .8 0 : - 0 . 0 7 9 5 x 1 0 % x 6 0 , 6 9 4 . 7 2 ( 4 8 2 . 4 7 ) : USD

(14)

Jadi, untuk Pile #28 pada Pier 46 mendapatkan eskalasi sebesar Rp. 22,612,604.85 + USD. 3,100.82.

Multiple Indeks

Setelah hasil perhitungan dengan menggunakan Single Indeks didapat, maka hasil perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan cara Multiple Index seperti di bawah ini.

Dari data untuk item pekerjaan Bored Pile diketahui besarnya konstanta sebagai berikut :

a. STEEL CASING (PELAT BAJA) :

Steel Casing (Lokal)

I untuk Tenaga Kerja : 0.762

m untuk Material : 0.000

e untuk Peralatan : 0.038

Steel Casing (Asing)

I untuk Tenaga Kerja : 0.028

m untuk Material : 0.759

e untuk Peralatan : 0.012

Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :

L0 : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 109.5

M0 : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 184.16

E0 : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 119.97

Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Ln : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 117.6

Mn : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 212.29

En : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 133.94

Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut : o Lokal Pn = A + l Ln + m Mn + e En L0 M0 E0 = 0.20 + 0.762 117.6109.5 + 0.000 212.29184.16 + 0.038 133.94119.97 = 0.20 + 0.8184 + 0.0000 + 0.0424 = 1.061

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak steel casing lokal adalah sebagai berikut :

Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 3.346.486,02 : Rp. 3.550.158,69

(15)

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : Rp. 3.550.158,69 - Rp. 3.346.486,02 : Rp. 203.672,67 (Lokal) o Asing Pn = A + l LnL + m Mn + e En 0 M0 E0 = 0.20 + 0.028 117.6109.5 + 0.759 212.29184.16 + 0.012 133.94119.97 = 0.20 + 0.0301 + 0.8749 + 0.0134 = 1.118

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak steel casing asing adalah sebagai berikut :

Nilai Eskalasi : 1.118 x USD. 2.605,59 : USD. 2.914,11

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : USD. 2.914,11 - USD. 2.605,59

: USD. 308,52

Total Eskalasi Steel Casing : Rp. 203.672,67 + USD. 308,52 b. BORING (PENGEBORAN) :

Boring (Lokal)

I untuk Tenaga Kerja : 0.762

m untuk Material : 0.000

e untuk Peralatan : 0.038

Boring (Asing)

I untuk Tenaga Kerja : 0.028

m untuk Material : 0.759

e untuk Peralatan : 0.012

Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :

L0 : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 109.5

M0 : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 183.19

E0 : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 119.97

Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Ln : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 117.6

Mn : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 213.54

En : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 133.94

Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut : o Lokal

Pn = A + l LnL + m Mn + e En

(16)

= 0.20 + 0.762 117.6 + 0.000 213.54 + 0.038 133.94

109.5 183.19 119.97

= 0.20 + 0.8184 + 0.0000 + 0.0424

= 1.061

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring lokal adalah sebagai berikut :

Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 440.508,41 : Rp. 467.318,48

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : Rp. 467.318,48 - Rp. 440.508,41 : Rp. 26.810,07 (Lokal) o Asing Pn = A + l Ln + m Mn + e En L0 M0 E0 = 0.20 + 0.028 117.6109.5 + 0.759 213.54183.19 + 0.012 133.94119.97 = 0.20 + 0.0301 + 0.8847 + 0.0134 = 1.128

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai berikut:

Nilai Eskalasi : 1.128 x USD. 278,48 : USD. 314,19

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : USD. 314,19 - USD. 278,48

: USD. 35,71

Total Eskalasi Boring : Rp. 26.810,07 + USD. 35,71 c. REINFORCING (PENULANGAN) :

Reinforcing (Lokal)

I untuk Tenaga Kerja : 0.762

m untuk Material : 0.000

e untuk Peralatan : 0.038

Reinforcing (Asing)

I untuk Tenaga Kerja : 0.028

m untuk Material : 0.759

e untuk Peralatan : 0.012

Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :

L0 : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 109.5

M0 : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 184.53

E0 : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 119.97

(17)

Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Ln : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 117.6

Mn : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 223.51

En : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 133.94

Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut : o Lokal Pn = A + l LnL + m Mn + e En 0 M0 E0 = 0.20 + 0.762 117.6 + 0.000 223.51 + 0.038 133.94 109.5 184.53 119.97 = 0.20 + 0.8184 + 0.0000 + 0.0424 = 1.061

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak reinforcing lokal adalah sebagai berikut :

Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 1.072.727,28 : Rp. 1.138.015,23

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : Rp. 1.138.015,23 - Rp. 1.072.727,28 : Rp. 65.287,95 (Lokal) o Asing Pn = A + l LnL + m Mn + e En 0 M0 E0 = 0.20 + 0.028 117.6109.5 + 0.759 223.51184.53 + 0.012 133.94119.97 = 0.20 + 0.0301 + 0.9193 + 0.0134 = 1.163

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai berikut:

Nilai Eskalasi : 1.163 x USD. 672,74 : USD. 782,26

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : USD. 782,26 - USD. 672,74

: USD. 109,52

Total Eskalasi Reinforcing : Rp. 65.287,95 + USD. 109,52 d. CONCRETING (PENGENCORAN) :

Concreting (Lokal)

I untuk Tenaga Kerja : 0.762

m untuk Material : 0.000

(18)

Concreting (Asing)

I untuk Tenaga Kerja : 0.028

m untuk Material : 0.759

e untuk Peralatan : 0.012

Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :

L0 : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 109.5

M0 : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 127.30

E0 : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 119.97

Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Ln : Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 117.6

Mn : Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 184.03

En : Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar 133.94

Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut : o Lokal Pn = A + l Ln + m Mn + e En L0 M0 E0 = 0.20 + 0.762 117.6109.5 + 0.000 184.03127.30 + 0.038 133.94119.97 = 0.20 + 0.8184 + 0.0000 + 0.0424 = 1.061

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak concreting lokal adalah sebagai berikut :

Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 340.503,84 : Rp. 361.227,47

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : Rp. 361.227,47 - Rp. 340.503,84 : Rp. 20.723,63 (Lokal) o Asing Pn = A + l LnL + m Mn + e En 0 M0 E0 = 0.20 + 0.028 117.6109.5 + 0.759 184.03127.30 + 0.012 133.94119.97 = 0.20 + 0.0301 + 1.0972 + 0.0134 = 1.341

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai berikut:

(19)

: USD. 203,18

Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :

: Hasil Nilai Eskalasi – Nilai Kontrak (Lokal) : USD. 171,54 - USD. 151,55

: USD. 51,63

Total Eskalasi Concreting : Rp. 20.723,63 + USD. 51,63

Total Nilai Eskalasi untuk PEKERJAAN PONDASI BORED PILE MAIN BRIDGE pada Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Bentang Tengah untuk Pile 28 adalah :

= Steel Casing + Boring + Reinforcing + Concreting

= (Rp. 203.672,67 + USD. 308,52) + (Rp. 26.810,07 + USD. 35,71) + ( Rp. 65.287,95 + USD. 109,52) + (Rp. 20.723,63 + USD. 51,63)

= Rp. 316.494,32 + USD. 505,38

Apabila jumlah uang tersebut dijadikan dalam satu mata uang, maka akan didapatkan selisih sebagai berikut :

Kurs Kontrak : 1 USD = Rp.

8.965,-Nilai Eskalasi Single Indeks = Rp. 22.612.604,85 + USD. 3.100,82 Nilai Eskalasi Multiple Indeks = Rp. 316.494,32 + USD. 505,38 Kedua porsi tersebut akan dijadikan dalam satu porsi mata uang, yaitu dalam mata uang rupiah :

Nilai Eskalasi Single Index:

= Rp. 22.612.604,85 + (USD. 3.100,82 x Rp. 8.965,-) = Rp. 22.612.604,85 + Rp. 27.798.851,30

= Rp. 50.411.456,15 Nilai Eskalasi Multiple Index:

= Rp. 316.494,32 + (USD. 505,38 x Rp. 8.965,-) = Rp. 316.494,32 + Rp. 4.530.731,70

= Rp. 4.847.226,02 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan eskalasi menggunakan single indeks berdasarkan COPA FIDIC (Conditions of Particular Application Federation Internationale Des Ingenieurs-Conseils)dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan standar Bina Marga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang lebih menguntungkan pihak owner adalah dengan menggunakan Rumus Multiple Index (Perhitungan berdasarkan Standar Bina Marga PU).

2. Rumus Single Index digunakan oleh kedua belah pihak dikarenakan Harga Satuan dari Standar Pusat Statistik yang berbeda dari kedua Negara.

3. Terdapat selisih harga eskalasi yang sangat signifikan antara Rumus Single Index dengan Multiple Index yaitu Single Index sebesar Rp. 22.612.604,85 + USD. 3.100,82 sedangkan Multiple Indexsebesar Rp. 316.494,32 + USD. 505,38

Saran

Saran untuk perhitungan eskalasi selanjutnya, agar mempertimbangkan rumus yang akan digunakan. Mempertimbangkan agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Kepmen. Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konsultasi (Jasa Perencanaan dan Pengawasan) dan Jasa Pemborongan (Jasa Pelaksanaan Konstruksi) yang disempurnakan. No. 318/KPTS/M/2003, Jakarta.

Keppres. RI (2003), Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di dalam Pemerintahan No. 80. Jakarta .

Permen. Keuangan (2005), Penyesuaian Harga Satuan dan Nilai Kontrak Kegiatan Pemerintah Tahun Anggaran 2005. Jakarta.

FIDIC (1987). Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils. Switzerland. HS, Sardjono, (1996), Pondasi Tiang Pancang 1, Sinar Wijaya, Surabaya

Wahyudi, Herman, (1999), Daya Dukung Pondasi Dalam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Das, Braja M., (1980), Principal of Foundation Engineering, Prentice Hall, New Jersey Coduto, Donald P., (1977), Foundation Design : Principal and Practicles, Prentice Hall, New Jersey

Gambar

Tabel 1: Ringkasan Sumber-Sumber Indeks
Tabel 2: Contoh Faktor Komponen Harga untuk Item Pembayaran

Referensi

Dokumen terkait

Dari seluruh stasiun yang ada di dapatkan persentasi tutunpan karang hidup sebesar 28%, angka tersebut menunjukkan penurunan kondisi terumbu karang dari tahun

Sehingga menciptakan sebuah Pusat Olahraga Rekreasi Futsal di Sleman dapat menjadi pusat kegiatan berolahraga bagi mahasiswa dan masyarakat Sleman, DIY yang dapat

Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya

Pembelajaran efektif dapat terlaksana apabila kegiatan pembelajaran tidak selalu berpusat pada guru (teacher center) namun akan lebih baik jika kegiatan belajar

Hasil penilaian hasil belajar anak didik setelah diberikan perlakuan berupa pemberian tugas kelompok yang diimplementasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya diatas bahwa pada bagian analisis ini juga akan dilakukan perhitungan jumlah operator optimal berdasarkan data asumsi perusahaan

Sebaliknya, regulator hipoosmotik menghadapi dua masalah fisiologik: (1) air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air di dalam tubuh lebih tinggi daripada

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata ruang parkir yang tepat pada jembatan timbang, sebagai salah satu fasilitas untuk