ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-1
BAB
8.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan
dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya
tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
VIII
ASPEK LINGKUNGAN
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-2
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota
di bidang program dan kegiatan.
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-3
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal
8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.KLHS perlu
diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena
RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program.
Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana
kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring
kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan
fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat
mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya
pembangunan berkelanjutan.
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-4
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang
disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2 -JM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JMberpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan
hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS.
8.2 Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur
permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak
sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,
maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa
manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-5
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-6
atas kebijakan dan program pembangunan nasional yangberperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis
nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional
ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk
bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-7
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
8.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Penduduk merupakan modal utama pembangunan. Penduduk yang berkualitas
tinggi akan mempercepat pertumbuhan dan pencapaian tujuan pembangunan. Keberhasilan
mengendalikan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas penduduk serta keluarga akan
mempercepat pembangunan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Isu penting di dalam pembangunan kependudukan di antaranya adalah perlunya
terus menerus menata sistem administrasi kependudukan dalam upaya terakomodasinya
hak-hak penduduk; tertib administrasi penduduk; tersedianya data dan informasi penduduk
yang akurat dan terpadu; reformasi pelayanan registrasi penduduk.
Berbagai permasalahan dalam pembangunan kependudukan di Kabupaten
Lamandau: (1) masih belum dapat melaksanakan pemuktakhiran Data Kependudukan;
pelayanan KTP dan KK dengan menggunakan sistem SIAK di Kecamatan terutama
disebabkan kurangnya sarana dan prasarana akses komunikasi, (2) masih rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendaftaran dan pencatatan identitas
diri/kepemilikan Akta.
Di bidang Kesehatan, permasalahan yang di hadapi adalah rendahnya kualitas
kesehatan penduduk, yang antara lain terlihat dengan masih tingginya angka kematian bayi,
balita dan ibu, kesenjangan kualitas kesehatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan, belum memadainya jumlah,
penyebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan, dan terbatasnya sumber pembiayaan
kesehatan serta belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi banyak faktor, seperti:
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-8
geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Definisi kemiskinan adalah kondisi di mana
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat
perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan
di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan angka IPM
tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Lamandau dalam pembangunan manusia
mengalami peningkatan. Angka IPM Lamandau mengalami peningkatan dari 71,98 pada
Tahun 2008 menjadi 72,74 di Tahun 2011.
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Lamandau mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ini terlihat pada Tahun 2007
persentase penduduk miskin sebesar 7,76 persen turun menjadi 6,97 persen di Tahun 2008.
Angka kemiskinan kembali turun pada Tahun 2009 menjadi 5,57 persen dan pada Tahun
2010 berhasil mencapai penurunan hingga sebesar 5,35 persen. Pada Tahun 2010 tersebut
Lamandau merupakan kabupaten dengan presentase penduduk miskin terendah kedua se
Kalimantan Tengah setelah Kota Palangka Raya.
Tabel 8.1 Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
Bulik 795
Bulik Timur 811 Menthobi Raya 539 Sematu Jaya 177
Lamandau 473
Belantikan Raya 328 Batang Kawa 358
Delang 474
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lamandau 2013
Pembangunan perdesaan merupakan salah satu isu strategis guna mendukung
peningkatan ekonomi daerah dan pengembangan wilayah. Di awal RPJM Nasional
2004-2009, Kabupaten Lamandau adalah satu dari 199 kabupaten dengan kategori tertinggal.
Ada 6 (enam) kategori untuk disebut sebagai daerah tertinggal: (1) kondisi perekonomian
masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3) prasarana (infrastruktur), (4) kemampuan
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-9
Pengembangan wilayah terpencil dihadapkan pada banyaknya wilayah tertinggal
yang harus ditangani dan tersebar luas di seluruh pelosok Kabupaten Lamandau.
Sedangkan pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dihadapkan pada
kurangnya kesiapan daerah dalam memanfaatkan peluang yang ada, terbatasnya SDM.
Rendahnya peranan swasta dalam pembangunan serta terbatasnya jaringan prasarana dan
sarana fisik dan ekonomi daerah.
8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan,
dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik
dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah
antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah
dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan
bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung
aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan
pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan
bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas
tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat
selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua
langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki,
pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan
pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan
adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
VIII-10
kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan
mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat
kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan
pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,
perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika
diperlukan dan sesuai persyaratan.
8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih
singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-1
BAB
9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran
daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi
dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.
IX
ASPEK PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-2
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib
yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan
urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010
& Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-3
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan
dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur SanitasiDAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi
diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
kerawanan sanitasi;
cakupan pelayanan sanitasi
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-4
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM
bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil
Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang
dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan
pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidanG
Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar
-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil APBD Kabupaten/Kota
Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Lamandau dapat dilihat dari aspek tingkat
realisasi APBD, perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-5
permasalahan yang muncul serta potensi tantangan kedepan. Gambaran secara umum
kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Lamandau tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
PENDAPATAN DAERAH
Tahun
2010 2011 2012 Rp % Rp % Rp % PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah 1.842,35 0,47% 1.433,55 0,31% 2.032,00 0,42% Retribusi Daerah 1.101,76 0,28% 1.106,09 0,24% 3.179,69 0,66% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan 1.580,87 0,41% 1.946,77 0,42% 2.143,24 0,44% Lain Lain PAD 3.760,86 0,97% 8.194,50 1,78% 6.926,37 1,43%
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak 37.565,12 9,68% 35.896,27 7,78% 35.440,40 7,31% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 24.003,69 6,18% 27.889,48 6,04% 32.615,32 6,72% Dana Alokasi Umum 257.428,84 66,32% 285.962,84 61,96% 339.309,47 69,95% Dana Alokasi Khusus 32.183,70 8,29% 43.855,40 9,50% 34.181,25 7,05% Dana Penyesuaian 12.530,50 3,23% 42.291,79 9,16% 12.174,77 2,51% Transfer Pemerintah Provinsi 7.807,98 2,01% 9.394,41 2,04% 12.664,47 2,61%
Lain lain Pendapatan Daerah Yang Syah
Pendapatan Hibah 0,00 0,00% 0,00 0,00% 4.403,29 0,91% Pendapatan Lainnya 8.358,93 2,15% 3.592,51 0,78% 0,00 0,00% Total Pendapatan 388.164,60 100,00% 461.563,61 100,00% 485.070,27 100,00%
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH
Tahun
2010 2011 2012 Rp % Rp % Rp %
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Lansung
Belanja Pegawai 113.066,99 30,28% 130.395,25 29,58% 144.724,15 26,85% Belanja Subsidi 1.008,78 0,27% 0,00% 0,00% Belanja Hibah 4.984,44 1,33% 5.585,16 1,27% 13.899,71 2,58% Belanja Bantuan Sosial 12.043,42 3,23% 13.181,18 2,99% 5.337,72 0,99% Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/
Kabupaten/ Kota Pemerintahan Desa dan Partai Politik
21315,7243 5,71% 15689,918 3,56% 25487,4326 4,73%
Belanja Tidak Terduga 1.313,02 0,30% 64.156,00 11,90%
Belanja Langsung
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-6
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH
Tahun
2010 2011 2012 Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penerimaan Daerah
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA) 42.877,61 100,00% 54.940,43 100,00% 67.037,38 99,30% Pencairan Dana Cadangan - - - - 475,00 0,70%
Pengeluaran Daerah - - - - -
-Pembentukan dana cadangan - - 4.000,00 43,96% 3.590,25 35,67% Penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah 1.600,00 59,64% 5.100,00 56,04% 6.475,00 64,33% Pembayaran Pokok Utang 1.082,79 40,36% - - - -
9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Dalam upaya membiayai kegiatan Pemerintahan diperlukan langkah-langkah untuk
menaikkan pendapatan, mengingat keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan baik
yang berasal dari APBD Kabupaten maupun APBD Propinsi dan APBN untuk membiayai
kegiatan pembangunan di Kabupaten Lamandau diharapkan pemerintah Kabupaten
Lamandau mampu menggali berbagai sumber pembiayaan pembangunan yang
memungkinkan dapat dilakukan. Realisasi Pendanaan bidang Cipta Karya Kabupaten
Lamandau dalam tiga tahun terakhir digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 9.4 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten
Lamandau Tahun 2011 - 2013
Sumber : APBD tahun 2009 – 2013, diolah
No Uraian Belanja (Rp.)
2011 2012 2013
A Belanja Sanitasi
1 Air Limbah Domestik 1.275.000.000 1.616.400.000 900.000.000 2 Sampah rumah tangga 240.000.000 268.410.000 170.000.000 3 Drainase lingkungan - 4.681.153.000 798.654.000 4 PHBS 0 27.000.000,- 0
B Dana Alokasi Khusus
1 DAK Sanitasi 1.275.000.000 800.000.000 900.000.000 2 DAK Lingkungan Hidup - - - 3 DAK Perumahan dan
Permukiman - - -
C Pinjaman/Hibah untuk
Sanitasi - - -
D Bantuan Keuangan
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-7
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan
belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun
ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun
sebelumnya.
Tabel 9.5 Proyeksi Penerimaan Keuangan Kabupaten Lamandau
No
PAD 18.798.927.577 20.678.820.334 22.746.702.368 25.021.372.605 27.523.509.865 Pendapatan
Pajak Daerah 2.098.862.861 2.308.749.147 2.539.624.062 2.793.586.468 3.072.945.115 Retribusi
Daerah 1.840.919.687 2.025.011.655 2.227.512.821 2.450.264.103 2.695.290.513 Bagian Laba
Usaha Daerah 2.850.269.704 3.135.296.674 3.448.826.341 3.793.708.975 4.173.079.873 Lain-lain PAD
yg Sah 12.008.875.326 13.209.762.858 14.530.739.144 15.983.813.058 17.582.194.364
2
DANA
PERIMBANGAN 576.275.597.305 633.903.157.036 697.293.472.739 767.022.820.013 843.725.102.014 Bagi Hasil Pajak
& Bukan Pajak 52.555.726.257 57.811.298.883 63.592.428.771 69.951.671.648 76.946.838.813 Dana Alokasi
Umum 40.832.987.328 44.916.286.061 49.407.914.667 54.348.706.134 59.783.576.747 Dana Alokasi
Khusus 418.678.192.580 460.546.011.838 506.600.613.022 55.726.067 61.298.674 Dana
Perimbangan dr Propinsi
64.208.691.140 70.629.560.254 77.692.516.279 85.461.767.907 94.007.944.698
3
Lain-Lain Pendapatan yg sah
80.712.061.637 88.783.267.800 97.661.594.580 107.427.754.038 118.170.529.442
Total 675.786.586.519 743.365.245.170 817.701.769.687 899.471.946.656 989.419.141.321
Sumber : Hasil Perhitungan
9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Kebijakan mengenal pendapatan daerah (Revenue Policy) diharapkan untuk mendukung berbagai kebijakan pemerintah, atau membiayai belanja daerah termasuk
didalamnya untuk membiaya program/kegiatan yang direncanakan didalam RPI2-JM Cipta
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-8
Pendapatan daerah
a. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah
Mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung
dari kebijakan Pusat maupun Propinsi, maka penerimaan daerah yang dapat dipacu dan
dapat dikendalikan (Controllable) adalah Pendapatan Asli Daerah. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada daerah. Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan pendapatan Asli daerah
dirumuskan sebagai berikut:
Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan baik dalam pemungutan maupun
pengelolaannya
Pencarian sumber-sumber penerimaan baru yang memiliki potensi yang menguntungkan bagi pemungutan daerah. Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa pemungutan obyek baru tersebut tidak boleh menghambat kinerja
perekonomian baik di pusat maupun daerah. Untuk itu dalam merencanakan sumber
penerimaan baru, Pemerintah Kabupaten Lamandau akan berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi untuk merumuskan apakah obyek baru
tersebut tidak memiliki efek samping baik kepada beban ekonomi masyarakat
maupun laju perekonomian nasional.
Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi.
Melakukan intensifikasi melalui pembenahan manajemen pemungutan dengan
menggunakan sistem informasi yang lebih kredibel dan akuntabel. Sistem informasi
diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh terhadap data obyek pajak dan
retribusi.
Menurunkan tingkat kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah melalui
peningkatan sistem pemungutan, sistem pengawasan, dan peningkatan
kesejahteraan pegawai.
Dana Perimbangan
Pendapatan yang diperoleh dan Dana Penimbangan pada dasarnya merupakan hak
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
IX-9
sharing harus adil, demokratis dan transparan. Terhadap Dana Perimbangan ini maka kebijakan yang ditetapkan adalah:
Pemerintah Kabupaten Lamandau secara aktif ikut serta dalam melakukan pendataan terhadap wajib pajak seperti PBB, sumber daya alam dan kontribusi penerimaan yang
disetorkan ke Pusat maupun Propinsi.
Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Propinsi, sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-1
BAB
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/
kota adalah sebagai berikut :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan
mening-katkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk
mem-bantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat
daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana
dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat
daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
X
ASPEK
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-2
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat
dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan
denganpelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah. sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta
Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta
Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi
dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang,
dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling
banyak 3 seksi.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan
penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.
Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,
seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-3
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah
da erah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan
panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari
beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya
untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-4
jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik
provinsi maupun kabupaten/kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan
Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan
Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan
minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan
tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya,
seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air
limbah
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupaten Kotawaringin Barat di wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2002 dengan Ibukotanya Nanga Bulik yang
hari jadinya ditetapkan tanggal 3 Agustus 2002. Seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah, pemerintah Kabupaten Lamandau telah membentuk DPRD serta lembaga Organisai
pemerintah lainnya.
Sebagai daerah yang baru dengan tujuan membangun daerah sendiri dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka Kabupaten Lamandau menetapkan Tema
dan Konsep Pembangunan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis, baik
internal maupun eksternal. Faktor kekuatan, kelemahan, peluang. Operasionalisasi
kegiatan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pelayanan kepada Masyarakat Kabupaten
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-5
mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang dilanjutkan dengan pelantikan para pejabat yang menduduki
Jabatan Struktur pada Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana berikut:
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah:
Sekretariat Daerah
Sekretaris Daerah
Asistem Pemerintahan
Asisten Ekonomi dan Pembangunan
Asisten Administrasi Umum
Staf Ahli Bidang Hukum dan Pemerintah
Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan
Sekretariat Dewan Badan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Badan Lingkungan Hidup
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Inspektorat Daerah Dinas
Dinas Pendidikan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Pertambangan dan Energi
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-6
Kantor Ketahanan Pangan
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Rumah Sakit Umum Daerah
Instansi Vertikal dan Perusahaan Negara, BUMN / BUMD
Polres Lamandau
Kejaksaan Negeri
Kementerian Agama (Kemenag)
Badan Pusat Statistik (BPS)
PT. Pos dan Giro
PT. PLN Ranting Nanga Bulik
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Nanga Bulik
Bank Pembangunan Kalimantan Tengah (BPK) Cabang Pembantu
Perusaahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lamandau
Perusahaan Daerah (Perusda) Bajurung Raya
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Kecamatan
Kantor Camat Bulik
Kantor Camat Bulik Timur
Kantor Camat Sematu Jaya
Kantor Camat Menthobi Raya
Kantor Camat Lamandau
Kantor Camat Belantikan Raya
Kantor Camat Batang Kawa
Kantor Camat Delang
Untuk bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman, Institusi yang berwenang dalam
pengelolaan Air Limbah Domestik, Drainase dan Keairbersihan di Kabupaten Lamandau
adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamandau dalam hal ini Bidang Cipta Karya
Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan. Sedangkan Peraturan/kebijakan mengenai
pengelolaan air limbah domestik sampai saat ini belum ada karena belum adanya
koordin-asi antar instansi terkait yang menangani program dan kegiatan mengenai air limbah,
khusus untuk pengelolaan persampahan berada di bidang Tata Ruang pada seksi
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-7
Untuk bidang Pengembangan Permukiman serta Penataan Bangunan dan
Lingkungan, Institusi yang berwenang Seksi Tata Bangunan dan Pemukiman.
10.2.3 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kedudukan, fungsi dan tugas serta tanggung
jawab antar instansi dalam rangka pelaksanaan program-program yang ada di RPI-JM, yaitu
yang menyangkut bidang Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan & Lingkungan,
Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No Instansi
Melakukan analisis air limbah/dampak bagi kesehatan dan penyuluhan kepada masyarakat di bidang ke sanitasian
Pengawasan terhadap pengelolaan sampah untuk mewujudkan Lingkungan yang sehat
Melakukan pengawasan kualitas air bersih
Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan
2 Bappeda
Penyusunan Perencanaan Permukiman dan Perumahan dan Kawasan khusus seperti kawasan Agropolitan
Membuat Pedoman Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan/ Pembuatan RUU
Perencanaan strategik pengelolaan air limbah
Membuat kebijakan umum mengenai persampahan
Membuat rancangan konsep pembangunan di bidang drainase
Perencanaan Strategis penyediaan sarana dan prasarana air bersih
3 Dinas Kehutanan & Perkebunan Mengawasi penebangan hutan untuk menghindari banjir Seksi Penyehatan Lingkungan Perumahan dan
4 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Menyiapkan data lokasi untuk pemukiman transmigrasi yang perlu difasilitasi
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
X-8
Memperkuat partisipasi kontrol dan akses masyarakat adat dalam penataan ruang
Memberi pembinaan bantuan kontrak peralatan 3R & Pengomposan dengan Organisasi Masyarakat (Ormas) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Melakukan penanggulan atas bencana alam banjir
Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan
7 Kantor Camat
Menyiapkan SDM untuk dilatih oleh Konsultan Pendamping Alokasi Dana Desa (ADD)
Bersama PU Cipta Karya & Bappeda melaksanakan diseminasi Peraturan/ Per- UU-an Bangunan Gedung
Merawat fasilitas MCK yang sudah dibangun
Turut mensosialisasikan program pengelolaan persampahan kepada masyarakat
Menggalang peran serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase yang sudah ada
Bersama Masyarakat menjaga & merawat fasilitas air bersih bersama yang sudah dibangun
Menyusun perencanaan objek-objek wisata tradisional dan bersejarah
Penataan, pembinaan dan pengendalian bangunan komersil
Seksi Tata Bangunan dan Pemukiman
10 Depag Penataan bangunan peribadatan bersejarah
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
XI-1
BAB
MATRIKS RENCANA TERPADU DAN
PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA
(RPI2-JM BIDANG CK)
11.1 Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten/Kota
Program investasi Kabupaten/Kota yang merupakan rekapitulasi dari dokumen
RPI2-JM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten/Kota dari
aspek teknis, aspek lingkungan dan sosial, aspek pendanaan, maupun aspek kelembagaan.
Selain itu, rencana program investasi harus dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan
yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Walikota selaku kepala
daerah. Matriks program dan investasi bidang Cipta Karya disusun berdasarkan prioritas
menurut kebutuhan Kabupaten/Kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan
Kabupaten/Kota. Setiap daerah diharapkan mempunyai prioritas yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan wilayahnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program
infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara
terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya
mengambil inisiatif untuk mendukung propinsi, kabupaten/kota untuk dapat mulai
menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya
sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Pemerintah
Pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan kerjasama berbagai stakeholders
pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goals Kementerian
Pekerjaan Umum dapat tercapai, yaitu (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan
desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas
lingkungan.
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
Sumber Pembiayaan
Perluasan area cakupan PDAM kota Nanga Bulik
lewat pemasangan pipa baru. Nanga Bulik 1 PDAM 2015 3000 lewat pemasangan pipa baru IKK Sematu Jaya.
Kec.
7 Pembangunan IPA Kapasitas 10l/detik Kec. Belantikan Raya
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di
Ibukota Kecamatan Belantikan Raya. Bayat 1 IKK 2016 3600 400
8 Pembangunan IPA Kapasitas 10l/dtk IKK Bukit Jaya Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di
Ibukota Kecamatan Bulik Timur. Bukit Jaya 1 IKK 2016 10000
9 Pembangunan IPA kap. 10l/dtk. Kecamatan Mentobi Raya
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di
Ibukota Kecamatan Mentobi Raya. Melata 1 IKK 2017 3600 400
10 Pembangunan IPA kap. 10l/dtk. Kecamatan Batang Kawa
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di
Ibukota Kecamatan Batang Kawa. Kinipan 1 IKK 2018 3600 400
11 Pembangunan IPA Kapasitas 10l/detik Kec. Lamandau Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di
Ibukota Kecamatan. Tapin Bini 1 IKK 2019 3600 400
12 Pembangunan Sarana Air Bersih Desa Sepoyu Kecamatan Delang
Pembangunan Fasilitas Air Bersih di desa
Sepoyu. Ds Sepoyu 1 Desa 2015 900 100
13 Pembangunan Sarana Air Bersih Desa Benuatan kecamatan Belantikan Raya Pembangunan Fasilitas Air Bersih di desa Benuatan. Ds Benuatan 1 Desa 2016 900 100
14 Pembangunan Sarana Air Bersih Desa Sumber Jaya kecamatan Mentobi Raya
Pembangunan Fasilitas Air Bersih di desa Sumber Jaya.
Ds Sumber
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
Sumber Pembiayaan
2 Review DED + Master Plan TPA Sampah Kota Nanga Bulik
4 Pelatihan KSM/Pengelola Kegiatan Sanitasi Lingkungan berbasis Masyarakat
5 Pembangunan IPLT Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja
kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 4000
6 Pembangunan IPAL RSH/Kawasan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 4000
7 Sambungan pipa rumah tangga IPLT
Pemasangan sambungan pipa untuk
menyalurkan limbah tinja dari rumah-rumah ke tempat pengolahan IPLT kota Nanga Bulik.
Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 400
8 Sambungan pipa rumah tangga IPAL RSH/Kawasan
Pemasangan sambungan pipa untuk menyalurkan air limbah dari rumah-rumah ke tempat pengolahan IPAL kota Nanga Bulik.
Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 400
9 Supervisi Pembangunan IPLT Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan pembangunan IPLT kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 200
10 Supervisi Pembangunan IPAL RSH/Kawasan Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan pembangunan IPAL kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kawasan 2015 200
11 Pembangunan Sanimas Kecamatan Bulik Pembangunan prasarana air limbah bagi
masyarakat di kecamatan Bulik. Kec. Bulik 1 Kawasan 2015 400
12 Pembangunan Sanimas Kecamatan Belantikan Raya Pembangunan prasarana air limbah bagi masyarakat di kecamatan Belantikan Raya.
Kec.
Belan-tikan Raya 1 Kawasan 2016 400
13 Pembangunan Sanimas Kecamatan Bulik Timur Pembangunan prasarana air limbah bagi masyarakat di kecamatan Bulik Timur.
Kec. Bulik
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
Sumber Pembiayaan
19 Pembangunan TPA Sampah Pembangunan TPA Kota Nanga Bulik dengan
sistem sanitary landfill. Nanga Bulik 1 Kota/Kab 2015 10000
20 Supervisi Pembangunan TPA Sampah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan pembangunan TPA kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kota/Kab 2015 250
21 Pilot Project TPST 3R
Pembangunan Tempat Penampungan Sampah Terpadu 3R Kota Nanga Bulik untuk dikelola oleh masyarakat.
Nanga Bulik 1 Kawasan 2017 3600 400
Pengembangan Permukiman
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
Sumber Pembiayaan
5 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik
Peningkatan Prasarana dan Sarana Lingkungan
Permukiman Kumuh di kota Nanga Bulik Nanga Bulik 3 Kawasan
2015,
2016, 2017 4500 450
6 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik
8 PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan) Desa Bumi Agung Kec.Bulik
Peningkatan Jalan Poros Desa yang diaspal,
9 Pembangunan jalan desa Bukit Indah Pembangunan Jalan desa di desa Bukit Indah. Desa Bukit
Indah 1 Kawasan 2015 4400 200
10 Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia Pembangunan jalan desa di Desa Sumber Mulia. Ds. Sumber
Mulia 1 Kawasan 2015 2800 200
11 Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder Desa Wonorejo
2 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Rencana program bangunan dan lingkungan,
3 Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
Sumber Pembiayaan APBN
DAK APBD PROV
APBD
Kab. BUMD
KPS/ Swasta
Masya rakat CSR Rupiah
Murni PHLN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
5 Penyusunan Rencana Tindak Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Kota Nanga Bulik
Penyusunan master plan, DED, gambar perspektif Ruang Terbuka Hijau Kota Nanga Bulik.
Nanga Bulik 1 Laporan 2016 200
6 Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Center (Gereja Katolik) Nangabulik
Penyusunan master plan, rencana investasi pembangunan, DED dan gambar perspektif rencana pemugaran bangunan tradisional gereja Katolik Nanga Bulik.
Nanga Bulik 1 Laporan 2016 200
7 Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Civic Center (Gereja Katolik) Nanga Bulik
Pemugaran dan rehabilitasi bangunan tradisional dengan ciri khas daerah yaitu gereja katolik Nanga Bulik.
Nanga Bulik 3 Kawasan 2017,2018, 2019 5400 600
8 Dukungan PSD Sistem Proteksi Kebakaran Penyediaan sarana penanggulan dan pencegahan kebakaran di kota Nanga Bulik. Nanga Bulik 1 Kawasan 2016 2000
9 Dukungan PSD Ruang Terbuka Hijau di Ibukota Kabupaten
Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di kota
Nanga Bulik. Nanga Bulik 3 Kawasan
2017,2018,
2019 4050 450
10 Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan Tradisonal dan Bersejarah kec. Delang
Pemugaran bangunan tradisional bersejarah Rumbang Perak di desa Delang.
Desa
Delang 3 Kawasan
2017,2018,
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
XI-2
11.2 Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten/Kota di setiap Entitas
Setelah mendapatkan tabel program dan investasi berdasarkan sektor, maka untuk
menjamin keterpaduan program bidang Cipta Karya, usulan program-program
dikempelom-pokan kembali dan dibentuk matriks program yang disusun berdasarkan entitas skala
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten /Kota di setiap Entitas
No Entitas/Program Rincian Kegiatan Lokasi
Kawasan
1 Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP)
4 Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
5 Dukungan PSD Sistem Proteksi Kebakaran Penyediaan sarana penanggulan dan
pencegahan kebakaran di kota Nanga Bulik. Nanga Bulik PBL 2016 2000
6 Pemasangan/Pengadaan Pipa Distribusi diameter 150,100, 90 mm Perluasan area cakupan PDAM kota Nanga Bulik lewat pemasangan pipa baru. Nanga Bulik AM 2015 3000
7 Bantuan Program Penyehatan PDAM Lamandau Pembangunan reservoir dan pompa di lokasi
baru Nanga Bulik AM 2015, 2016 5000
12 Sambungan pipa rumah tangga IPLT
Pemasangan sambungan pipa untuk
menyalurkan limbah tinja dari rumah-rumah ke tempat pengolahan IPLT kota Nanga Bulik.
MATRIKS RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
13 Sambungan pipa rumah tangga IPAL RSH/Kawasan
Pemasangan sambungan pipa untuk menyalurkan air limbah dari rumah-rumah ke tempat pengolahan IPAL kota Nanga Bulik.
Nanga Bulik PLP 2015 400
14 Pembangunan Drainase Primer Pembangunan Drainase Primer di kota Nanga
Bulik. Nanga Bulik PLP 2015 10000
16 Review DED + Master Plan TPA Sampah Kota Nanga Bulik
Perencanaan Lahan Operasi Timbunan
17 Pembangunan TPA Sampah Pembangunan TPA Kota Nanga Bulik dengan
sistem sanitary landfill. Nanga Bulik PLP 2015 10000
18 Supervisi Pembangunan TPA Sampah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan pembangunan TPA kota Nanga Bulik. Nanga Bulik PLP 2015 250
3 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik
4 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik