• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar belakang

Syariah, sebagai sebuah positioning baru yang mengasosiasikan kita kepada suatu sistem pengelolaan ekonomi dan bisnis secara islami. Perkembangan ekonomi syariah baik di dunia maupun di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah.1 Bank secara umum adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengeriman uang. Bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic Banking.

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia semakin pesat. Di terapkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan dan peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 4/1PBB/2002 tahun 2002 menandai babak baru sejarah perkembangan perbankan Syariah di Indonesia. Undang-undang dan peraturan tersebut mengandung konsekuensi bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, sosialisasi, dan perkembangan Perbankan syariah.2

1

aries mufti dan Muhammad syakir sula, amanah bagi bangsa,(Jakarta,masyarakat., hal.2

(2)

Di dalam sejarah perekonomian umat islam khususnya pada zaman Rasululah Saw telah terdapat individu-individu yang melaksanakan berbagai macam praktik perbankan, seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan Bisnis, serta melakukan pengeriman uang, seperti di jelaskan dalam suatu riwayat disebutkan, Ibnu Abbas r.a pernah melakukan pengeriman uang ke kufah dan Abdullah bin Zubair r.a dari Mekkah ke adiknya Mis’ab bin Zubair r.a yang tinggal di irak,dan juga dalam sebuah hadits yang berasal dari Aisyah r.a, disebutkan bahwa rasulullah Saw pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan yang diutang, sebagai tanggungan atas utangnya itu rasulullah menyerahkan baju besinya,3 dari hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a tersebut merupak salah satu dasar hukum dan juga hadits yang berhubungan dengan akad di dalam sebuah produk perbankan syariah yaitunya produk gadai emas.

Gadai ialah suatu barang yang di jadikan peneguh atau penjamin kepercayaan dalam utang-piutang. Barang itu boleh dijual apabila utang tidak bisa dilunasi, hanya penjualan itu hendaklah dengan keadilan. Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang, orang yang berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap hutangnya tersebut.

Gadai di dalam islam disebut dengan rahn, yaitu perjanjian menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang. Kata Rahn menurut bahasa berarti “tetap”, “berlangsung” dan “menahan”. Sedang menurut

3

Adiwarman A.karim .Bank islam analisi fiqh dan keuagan,(Depok; PT.Rajagrafindo Persada,2013), cet ke-9, hal.18

(3)

istilah berarti berarti menjadikan sesuatu benda bernilai, menurut pandangan syara sebagai tanggungan utang, dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagai utang dapat di terima.

Adapun Akad yang termasuk ke dalam gadai emas adalah akad

Qardh dalam rangka Rahn adalah pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang di sertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang di serahkan, selanjutnya terdapat biaya sewa dengan akad

ijarah.

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang di terimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwi atau akad saling membatu dan bukan transaksi komersial.

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan(ownership/milikiyyah) atas barang itu sendiri.4

(4)

Dari ketiga Akad diatas merupakan akad-akad yang berkaitan dalam pemberian pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri. dalam hal ini pembiayaan diberikan dengan akad Qardh sebagai pinjaman murni yang pengembaliannya tetap sebesar plafon yang di berikan di awal, tanpa di beban bunga. Sebagai jaminan pembayaran kembali dengan tertib sebagaimana mestinya, maka kedua belah pihak menyetujui perjanjian akad Rahn yaitunya nasabah yang menjaminkan emasnya terhadap pembiayaan yang didapatkan. Pihak bank menerapkan akad ijarah sebagai biaya sewa titipan emas milik nasabah dan biaya administrasi lainnya sampai jatuh tempo yang telah ditatapkan di awal. Ketiga akad tersebut tertera pada surat bukti Gadai Emas. Jumlah nasabah aktif gadai emas di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi adalah lebih kurang 250 nasabah.

Semua akad yang terlibat dalam produk gadai emas tentunya memiliki dasar hukum, yang bersumber dari Al-Quran, hadits, ijma para ulama seperti fatwa DSN-MUI

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana Implementasi akad pada produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi .

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok pembahasan yang akan diteliti adalah bagaimana pelaksanaan dan implementasi akad pada produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi.

(5)

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, penelitian di laksanakan untuk mengetahui implementasi pada akad yang terdapat pada produk Gadai Emas di Bank syariah Mandiri

2. Kegunaan penelitian

a. Untuk menambah wawasan dan pemahaman peneulis mengenai implementasi terhadap akad pada produk gadai emas di Bank syariah Mandiri cabang bukittinggi.

b. Untuk mengetahui lebih dalam penerapan akad yang terkait dengan produk gadai emas.

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai referensi yang dapat memberikan gambaran dalam penelitian selanjutnya, khusus pada bidang Gadai Emas.

d. Untuk melengkapi persyaratan guna menyelesaikan perkuliahan program studi DIII Manajemen Perbankan Syariah pada Fakultas ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol Padang agar memperoleh gelar Ahli Madya ( A.Md)

D. Penjelasan judul

Untuk menghindari keraguan dan persepsi yang berbeda dalam memahami judul tugas akhir ini, penulis akan menjelaskan istilah yang terdapat pada judul tersebut:

(6)

Implementasi : pelaksanaan, penerapan, aktivitas ,tindakan,atau mekanisme terhadap akad yag terkait dengan gadai syariah.5

Akad : ikatan, keputusan, penguatan, atau perjanjian atau kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah6

Gadai emas : Merupakan perjanjian penyerahan barang dalam hal ini adalah Emas yang digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan pembiayaan. Pada perbankan syariah akad Rahn pada produk Gadai Emas juga diartikan sebagai sebagai jaminan terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran kepada pemberi utang baik seluruh atau sebagian apabila pihak beruntung tidak mampu melunasi. Bank syariah : bank yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan

prinsip syariah yang mengacu pada Al-Quran dan Hadits.

Dari penjelasan judul di atas yang penulis maksud dari judul pembahasan ini adalah bagaimana Implementasi terhadap Akad pada produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi.

5

http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut para ahli, diakses 25 maret pukul 10.25 WIB

(7)

E. Metode penelitian

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Bank syariah Mandiri KC Bukittingi Jl. Jenderal sudirman No 73 di depan monumen Polwan, Bukittinggi, Sumatera Barat.

4. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif artinya penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk melihatkan penerapan akad pada produk Gadai Emas dengan data-data yang telah ada di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi

5. Sumber data

a. Data premier

Sumber data premier yaitu sumber utama dari data karyawan bank di konter gadai emas.

b. Data sekunder

Data sekunder terdiri dari buku-buku, diskusi, dan informasi yang di ambil dari internet yang berkaitan dengan pembahasan tugas akhir.

(8)

6. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara

Merupaka salah satu cara yang dilakukan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam rangka melengkapi Tugas akhir yang langsung di laksanakan di konter gadai emas di Bank Syariah mandiri cabang Bukittinggi

b. Observasi

Peneliti terlibat langsung sebagai nasabah dalam proses gadai emas untuk melihat penerapan Akad yang ada pada produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tertulis dari bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab I : Landasan teori yang berisikan tentang penjelasan Akad-akad yang terkait dengan Gadai Emas syariah.

(9)

Bab III : Gambaran umum perusahaan yang berisikan tentang sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan ruang lingkup usaha Bank Syariah Mandiri cabang Bukittinggi.

Bab IV : Pembahasan tentang pelaksanaan dan implementasi akad pada produk Gadai Emas.

Referensi

Dokumen terkait