• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

Gst A Md Septina Witari Dewi

1

, Ni Kt Suarni

2

, I Wyn Widiana

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: septina_witari@yahoo.co.id1; tut_arni@yahoo.com2; wayan_widiana@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar Gugus XV Kecamatan Buleleng yang berjumlah 236. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol, dipilih dengan teknik Random Sampling. Desain penelitian yang digunakan yaitu “Non equivalent Post-test Only Control Grup Design”. Data dikumpulkan dengan tes minat belajar dan tes hasil belajar. Data yang

diperoleh diolah menggunakan analisis varians dua jalur dan dilanjutkan dengan uji

Scheffe. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan model pembelajaran konvensional (Fhit >Ftab, Fhit = 47,38

dan Ftab = 3,92). Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan

minat belajar terhadap hasil belajar IPA ( FABhit >Ftab, FABhit = 293,46 dan Ftab = 3,92).

Ketiga, terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan model pembelajaran konvensional (Fhit>Ftab, Fhit = 288,34 dan Ftab = 7,92). Keempat, terdapat

perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kovensional dengan model pembelajaran TANDUR (Fhit>Ftab, Fhit= 52,50 dan Ftab= 7,92).

Kata-kata kunci: model pembelajaran TANDUR, hasil belajar IPA, minat belajar

Abstract

This study intended to describe the effect of the TANDUR learning model in learning science outcome in terms of students’interest. This study was a quasi-experiment . The population in this study were all fifth grade elementary school students cluster XV Buleleng amount of 236. The sample consisted of two experimental classes and two control classes, selected by random sampling technique. The study design used was "Non Equivalent Post-test Only Control Group Design ". The data collected by test learning and achievement test . The data obtained were analyzed using analysis of variance followed by two lines and Scheffe test. Based on the analysis of thedata, showed the following results. First, there were differences between students learning outcomes who learned science using TANDUR model learning and conventional learning models (Fhit>Ftab, Fhit=47.38 and Ftab= 3.92). Second, there was the effect of the

interaction between the model of learning and learning interested toward science learning out comes ( FABhit>Ftab, FABhit=293.46 and Ftab=3.92 ). Third, there were

differences in science learning outcomes for students who have high learning interest that learned using TANDUR and conventional learning models (Fhit>Ftab, Fhit = 288.34 and Ftab

(2)

have low learning interest, that learned using the conventional learning model and TANDUR learning model (Fhit>Ftab, Fhit=52.50 and Ftab=7.92).

Keywords: TANDUR learning model, science learning outcomes, learning interest

PENDAHULUAN

IPA merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Ilmu Pengetahuan alam (IPA) atau sekarang disebut sains di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2010:143). Tujuan pembelajaran IPA secara umum adalah membantu agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. IPA merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa sekolah dasar, karena IPA di sekolah dasar merupakan cikal bakal perkembangan sains pada mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi yang akan didapatkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, komponen pendidikan diharapkan saling bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

Proses pembelajaran IPA di SD yang diharapkan adalah siswa dapat berperan aktif didalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep yang diajarkan. Proses pembelajaran IPA di SD mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun kontruksi kognitif siswa. Hendaknya pembelajaran IPA di sekolah dasar mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang mampu menciptakan kedekatan siswa dengan materi yang sedang dipelajari, misalnya kegiatan yang dikaitkan dengan gejala alam dalam kehidupan sehari-hari dan memacu semangat siswa untuk belajar. Namun melihat kenyataan yang ada di lapangan, sepertinya keadaan tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan di kelas V Gugus

XV Kecamatan Buleleng, tampak bahwa ketuntasan belajar IPA di Gugus XV Kecamatan Buleleng hanya mencapai 25%. Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tersebut berada pada kategori sangat rendah.

Jika ditinjau lebih jauh mengenai penyebab-penyebab rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain minat belajar siswa yang kurang, penyampaian pembelajaran yang dikemas kurang menarik serta kurang mudah dipahami siswa. Selain itu disebabkan juga oleh beberapa faktor diantaranya: (1) guru masih menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan pembelajaran menjadi kurang menarik, (2) pembelajaran hanya berdasarkan buku paket dan penjelasan dari guru sebagai sumber dalam pembelajaran (3) pembelajaran cenderung dilaksanakan dalam kelas, guru jarang menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran, dan (4) kurang efektifnya interaksi pembelajaran, pembelajaran berlangsung hanya satu arah dan kurang melibatkan siswa. Faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa kurang memahami materi pelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar IPA yang rendah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan pembaruan dalam sistem pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas tersebut. Sistem pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan kondusif agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar IPA merupakan salah satu indikator untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu seorang guru haruslah menguasai model, strategi, pendekatan, metode, teknik dan materi yang akan diajarkan. Untuk dapat mengajar, guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran dan teknik-teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. ”Guru dituntut dapat

(3)

memilih model pembelajaran yang memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya” (Rusman, 2011:229). Guru juga perlu menerapkan suatu model yang mampu merangsang siswa untuk aktif, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, serta penguasaan konsep siswa. “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas” (Joyce dalam Rusman, 2011:2). Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran akan tercapai dengan menggunakan model yang tepat.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan). Model pembelajaran TANDUR yaitu suatu rancangan model yang diharapkan dapat sepenuhnya membuat siswa tertarik pada pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka (Depotter, et al, 2010:127). Pembelajaran dengan model TANDUR akan mampu menumbuhkan minat siswa dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman tentang konsep IPA dapat tersampaikan dengan baik. Model pembelajaran TANDUR akan memudahkan siswa dalam memahami konsep IPA karena proses pembelajaran diciptakan agar siswa menjadi senang dan nyaman untuk belajar hal ini jelas dapat meningkatkan minat belajar siswa. kemudian sintak ini memiliki kelebihan dapat menguatkan konsep yang telah dimiliki dengan konsep yang baru. Selain itu dalam penyampaiannya sangat memperhatikan latar belakang karakteristik siswa. Model pembelajaran ini juga berusaha menyingkirkan segala hambatan selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga diharapkan dapat menghilangkan kesan menakutkan pada pembelajaran IPA dan pada akhirnya siswa merasa senang dan lebih tertarik belajar IPA. Hal inilah yang menjadi kelebihan model TANDUR

jika dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.

Selain model pembelajaran yang tepat seorang siswa akan dapat belajar dengan baik apabila ia memiliki minat belajar yang tinggi. Minat belajar merupakan segala sesuatu yang dapat menumbuhkan semangat siswa atau individu untuk belajar. Selain itu minat belajar merupakan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman. Proses belajar mengajar di kelas selalu menuntut adanya minat belajar dalam diri setiap siswa. Keberadaan minat belajar dalam proses belajar merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi seluruh aspek-aspek belajar dan pembelajaran serta minat belajar juga merupakan suatu energi dalam diri siswa yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu, artinya tanpa minat seorang siswa tidak akan membaca, belajar, sekolah dan akhirnya tidak akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa, peneliti mengangkat masalah ini melalui penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas V SD Gugus XV Kecamatan Buleleng.

Adapun tujuan dari penelitian ini, pertama, yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kedua yaitu, untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng. Ketiga yaitu, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dan kelompok

(4)

siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional. Dan keempat yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar rendah antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V SD Gugus XV Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent posttest only control group design dengan rancangan factorial 2 x 2. Dalam non equivalent posttest only control group design terdapat dua kelompok yang dipilih, salah satu sebagai kelas eksperimen dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama adalah model pembelajaran TANDUR (x1) sebagai variabel perlakuan,

variabel bebas kedua yaitu minat belajar (X2) sebagai variabel moderator, sedangkan

variabel terikatnya adalah hasil belajar (y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V SD yang ada di Gugus XV Kecamatan Buleleng. Adapun yang dimaksud SD Gugus XV Kecamatan Buleleng, yaitu SD No. 1 Kalibukbuk, SD No. 2 Kalibukbuk, SD No. 3 Kalibukbuk, SD No. 4 Kalibukbuk, SD No. 1 Anturan, SD No. 2 Anturan, dan SD No. 3 Anturan. Dari delapan kelas yang terdapat pada populasi, diperoleh 70 pasangan kelas yang nantinya akan dijadikan sebagai sampel. namun yang layak dijadikan sampel hanya lima pasangan kelas karena pasangan kelas lainnya memiliki selisih jumlah siswa lebih dari 5 orang. Menurut Dantes (2012:89) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Validitas internal, salah satunya mortality (hilangnya subjek). Perbedaan jumlah siswa yang terlalu banyak akan mempengaruhi homogenitas

varians kelompok sehingga hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah sampel yang berbeda tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperoleh lima pasangan kelas yang layak di gunakan sebagai sampel penelitian. Kelas yang digunakan sebagai sampel, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Menggunakan uji analisis varians satu jalur (ANAVA, A).

Apabila hasil uji F hitung > F tabel maka

kesimpulan uji setara dari subyek penelitian ini adalah setara. Apabila hasil uji anava tidak setara maka akan dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Uji Scheffe digunakan untuk uji lanjut ANAVA apabila banyak responden atau banyak anggota pada tiap kelompok atau sel tidak sama. Hipotesis nol (H0) yang diuji

menyatakan bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) antar kelompok yang dibandingkan. Penarikan simpulan dilakukan dengan membandingan nilai F yang diperoleh dari perhitungan dengan nilai F’ yang diperoleh dari (k-1) Ftabel.

Kesimpulan hasil uji Scheffe adalah apabila F lebih kecil dari F’, maka data tersebut dikategorikan setara.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling atau sampling acak. Pada teknik acak ini, secara teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel, sehingga dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian, diperoleh sampel yaitu siswa kelas V SD No. 4 Kalibukbuk dan SD No. 2 Anturan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD No. 3 Kalibukbuk dan SD No. 1 anturan sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberikan treatment yaitu menggunakan model pembelajaran TANDUR. Sedangkan kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Data yang perlu dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data minat belajar siswa dan data hasil belajar IPA siswa. Data mengenai minat belajar diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada siswa sedangkan untuk data hasil belajar diperoleh melalui metode tes. Kuesioner yang digunakan adalah skala Likert dengan

(5)

alternatif jawaban sebanyak 5 butir yang memiliki skor berkisar dari 1 sampai 5. Alternatif jawaban yang ada antara lain: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (KR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Dalam Koyan (2011:53) jika pilihan SS memiliki skor 5, maka butir itu adalah butir positif. Sebaliknya, jika pilihan STS memiliki skor 5, maka butir itu adalah butir negatif. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA adalah tes obyektif pilihan ganda dengan penskoran benar mendapat nilai 1 dan salah mendapatkan nilai 0.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis deskriptif, analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel, yaitu model pembelajaran (TANDUR dan Konvensional) dan hasil belajar. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari rata-rata/ mean, mencari median, mencari modus, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar IPA, skor rata–rata (mean) tiap–tiap variabel dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata–rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).

Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan simpulan, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data setiap kelompok berdistribusi normal dan semua harus homogen. Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors. Pada pengujian normalitas data dengan uji Lilliefors, dicari selisih frekuensi sebaran data dengan kumulatif sampai batas-batas tiap data. Apabila selisih nilai yang terbesar masih lebih kecil dari kriteria nilai Lilliefors, maka disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian jika X2hitung lebih kecil dari X2tabel

maka hipotesis nol diterima. Artinya, varians data pada setiap kelompok

homogen atau sering disebut bahwa kelompok data berasal dari populasi yang homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = k–1, yang mana k menyatakan banyak kelompok.

Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dua jalur sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan faktorial 2x2. Apabila uji anava dua jalur menunjukkan H1 diterima yakni terdapat

perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TANDUR dan konvensional serta ditunjukkan pula adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran TANDUR dengan minat belajar terhadap hasil belajar, maka perlu diadakan uji lanjut (pos hoc) untuk mengetahui kelompok mana yang unggul dengan menggunakan uji Scheffe. Uji Scheffe digunakan untuk uji lanjut ANAVA apabila banyak responden atau banyak anggota pada tiap kelompok atau sel tidak sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian yang telah terkumpul, ditabulasikan sesuai dengan keperluan analisis. Dari disain analisis penelitian yang digunakan, maka deskripsi data yang disajikan terdiri atas enam kelompok distribusi yaitu: (1) hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR (A1), (2) Hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (A2), (3) Hasil belajar IPA kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR (A1B1), (4) Hasil belajar IPA kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR (A1B2), (5) Hasil belajar IPA kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (A2B1), dan (6) hasil belajar IPA kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (A2B2).

(6)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Siswa Statistik Kelompok Mean Md Mo S S2 Skor Min Skor Max Range A1 20,98 21,5 27,44 5,97 35,58 12 29 17 A2 17,33 17,17 17 4,91 24,07 10 25 15 A1B1 26,24 26,67 27,5 2,64 6,99 21 29 8 A1B2 15,71 15 13,5 2,80 7,81 12 22 10 A2B1 13,5 13,1 11,21 2,96 8,79 10 19 9 A2B2 21,15 21,5 24 3,13 9,82 16 25 9 Berdasarkan hasil analisis deskriptif

pada Tabel 1. tersebut, hasil belajar siswa kelompok eksperimen (A1) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol (A2). Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor dan kecenderungan skor hasil belajar yang diperoleh kedua kelompok. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen (A1) adalah 20,98 (kategori tinggi). Pada kelompok kontrol (A2), rata-rata skor hasil belajar siswa adalah 17,33 (kategori sedang).

Data hasil belajar siswa kelompok A1B1 lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok A2B1. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen (A1B1) adalah 26,24 (kategori sangat tinggi). Pada kelompok kontrol (A2B1), rata-rata skor hasil belajar siswa adalah 13,5 (kategori

sedang). Sedangkan data hasil belajar siswa kelompok A1B2 lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelompok A2B2. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen (A1B2) adalah 15,71 (kategori sedang). Pada kelompok kontrol (A2B2), rata-rata skor hasil belajar siswa adalah 21,15 (kategori tinggi).

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa untuk keenam kelompok data adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan ANAVA dua jalur. Kriterianya, H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel.

Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Ringkasan Analisis Varians Dua Jalur Data Hasil Belajar IPA Sumber

Varian JK Dk RJK F F tabel Keterangan

A 273,13 1 273,13 47,38 3,92 Signifikan B 56,39 1 56,39 9,78 3,92 Signifikan AB 1691,72 1 1691,72 293,46 3,92 Signifikan

Dalam 449,65 78 5,76

Total 2470,88 79

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa Uji ANAVA dua jalur berhasil menolak H0 dan H1 diterima yaitu terdapat

perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TANDUR dan konvensional serta adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran TANDUR dengan minat

belajar terhadap hasil belajar sehingga dilakukan uji lanjut (pos hoc) dengan menggunakan uji Scheefe.

Hasil uji hipotesis pertama adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model

(7)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil ANAVA dua jalur sebagaimana disajikan pada Tabel 2. diperoleh Fhitung

adalah 47,38. Hasil ini menunjukkan Fhitung

> Ftabel, ini berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Mengacu pada hasil perhitungan, telihat bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR (A1) mempunyai rata-rata skor sebesar 20,98 yang lebih tinggi dari hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional (A2) yang memiliki hasil belajar IPA dengan rata-rata skor sebesar 17,33.

Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa model pembelajaran TANDUR yang diterapkan dalam pembelajaran IPA lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar IPA daripada model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran TANDUR memberikan kesempatan agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan apa yang diinginkan siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa, siswa mengalami sendiri mendiskusikan sesama temannya, dan mengambil simpulan sendiri. Guru dalam hal ini, berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran TANDUR adalah model pembelajaran yang dirancang agar mampu memenuhi semua tuntutan-tuntutan terhadap siswa sesuai dengan tahapan yang dimilikinya sehingga mampu membentuk siswa yang aktif serta inovatif sehingga membantu mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tahapan pertama, yaitu tahap tumbuhkan, pembelajaran yang dirancang oleh guru adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat belajar serta rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan mereka pelajari dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, pertanyaan yang diberikan

merupakan pertanyaan mengenai keadaan atau sesuatu yang ada di sekitar siswa, Tahapan kedua yaitu tahap alami. Melalui tahap alami, kegiatan pembelajaran dirancang oleh guru agar siswa dapat mengalami sendiri serta ikut secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, seperti melalui praktikum atau pengamatan. Tahapan ketiga, yaitu tahap namai. Pada tahapan ini siswa dituntut untuk mampu menamai kegiatan yang telah dilaksanakan seperti kegiatan pengamatan atau praktikum, guru hanya mengarahkan siswa. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri materi yang terkandung di dalamnya. Jika siswa mampu menamai kegiatan yang telah dilaksanakan, maka siswa dapat dikatakan sudah memahami materi yang telah dipelajari. Tahapan keempat yaitu tahapan demonstrasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil temuannya. Melalui tahap demonstrasi akan terjadinya diskusi antar siswa, serta diskusi antar siswa dan guru. Sehingga akan terlihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Tahapan yang kelima adalah tahap ulangi. Pada tahapan ini siswa dituntut untuk mengulangi apa yang sudah mereka pelajari, hal ini bertujuan untuk lebih meyakinkan siswa bahwa mereka memang benar-benar telah memahami apa yang sudah mereka pelajari. Tahapan yang terakhir yaitu tahap rayakan. Pada tahap rayakan, guru memberikan pujian, tepuk tangan ataupun bentuk penghargaan lainnya kepada siswa yang telah menunjukkan kemajuan di dalam proses pembelajaran dan berani menyampaikan pendapatnya agar memacu semangat siswa untuk menampilkan yang lebih baik lagi.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Mariantini (2013) yang menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR memiliki hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Dewi (2012) melakukan penelitian eksperimen mengenai pengaruh pembelajaran kuantum teknik TANDUR

(8)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

terhadap hasil belajar IPA, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Demikian juga hasil penelitian Sopiah Sukmawati (2007) menunjukan model pembelajaran TANDUR berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan observasi siswa sekolah dasar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama dengan didukung oleh beberapa hasil penelitian serta dasar teori yang dipergunakan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hasil uji hipotesis kedua adalah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran TANDUR dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar IPA siswa. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan adanya interaksi antara model pembelajaran dan minat. Indikasi tersebut diperkuat dengan hasil uji ANAVA dua jalur sebagaiman disajikan pada Tabel 2, yang diperoleh Fhitung = 293,46, sedangkan Ftabel =

3,92. Jadi Fhitung > Ftabel pada taraf

signifikansi 5 % sehingga H0 ditolak dan H1

diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi dari pada rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR.

Berdasarkan pembahasan hasil uji hipotesis, menunjukkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi, model pembelajaran TANDUR lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPA daripada model pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, model konvensional lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPA daripada model pembelajaran TANDUR. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darma (2013) hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar, untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konstektual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional, dan untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual. Demikian juga hasil penelitian supardi (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang berminat belajar tinggi dengan hasil belajar siswa yang berminat rendah serta adanya pengaruh interaksi antara media pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar.

Pembelajaran TANDUR melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya, mampu menemukan sesuatu yang baru sekaligus mampu mentransfer pengetahuan kedalam situasi yang lain. Pembelajaran TANDUR menekankan kepada proses pengolahan informasi, siswa yang aktif mencari dan mengolah informasi yang didapat, sehingga siswa akan mengerti konsep-konsep yang dipelajari, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan memperdalam materi yang dipelajari.

Model pembelajaran TANDUR lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, karena siswa yang

(9)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

memiliki minat belajar tinggi lebih mudah memanfaatkan berbagai sumber belajar, lebih memperdalam materi yang dipelajari dan siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan cenderung tekun, ulet, semangat dalam belajar, pantang menyerah dan senang menghadapi tantangan. Siswa memiliki minat belajar tinggi, belajar tentang IPA tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban dan tugas dari guru, tetapi siswa menjadikan belajar IPA sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih didominasi oleh aktivitas guru di kelas, mulai dari kegiatan awal sampai mengakhiri pembelajaran. Guru mengatur secara ketat proses pembelajaran baik dari segi materi, bahan ajar maupun strategi. Siswa mengikuti dengan teliti tahapan-tahapan proses pembelajaran tanpa berusaha memperdalam materi yang dipelajari, sehingga siswa yang memiliki minat belajar rendah, lebih cocok diterapkan model pembelajaran konvensional, karena siswa yang memiliki minat belajar rendah sudah terbiasa belajar dengan mengikuti apa yang dijelaskan secara rinci oleh guru dan sudah terbiasa menghafal. Siswa yang memiliki minat belajar rendah, umumnya akan malas belajar, cenderung menghindar dari tugas dan pekerjaan yang berbau tentang IPA. Siswa yang memiliki minat belajar rendah akan merasa senang jika guru IPA tidak hadir, dan tidak ada upaya untuk belajar mandiri menambah pengetahuan baik melalui bertanya pada teman maupun membaca. Oleh karena itu dibutuhkan peranan guru yang tinggi dalam menyemangati belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.

Tidak setiap model pembelajaran bisa diterapkan pada setiap kondisi siswa seperti minat belajar siswa yang berbeda-beda. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan minat belajar siswa. Untuk siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi lebih baik diterapkan model pembelajaran TANDUR dalam proses pembelajaran IPA. Sedangkan untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah lebih baik diterapkan model pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran IPA.

Hasil uji hipotesis ketiga adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan mengunakan model pembelajaran konvensional, untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Berdasarkan hasil uji perhitungan Uji Scheeffe siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR (A1B1) memiliki skor rata-rata hasil belajar IPA sebesar 26,24 sedangkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional (A2B1) memiliki skor rata-rata 13,5. RJKdalam sebesar 5,76 diperoleh thitung sebesar 288,34, sedangkan

ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar

7,92. Ternyata nilai thitung > ttabel sehingga H0

ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penerapan model pembelajaran TANDUR pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengeksplor seluruh kemampuannya secara maksimal. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki perhatian yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi, memanfaatkan seluruh waktu belajar di kelas sebaik-baiknya, pantang menyerah, dan menyukai tantangan.

Siswa yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai keinginan yang tinggi untuk melakukan penemuannya atas inisiatifnya sendiri. Beberapa hal yang mendorong keinginan seseorang untuk belajar adalah (1) adanya sifat ingin tahu yang tinggi hal ini ditunukkan dengan tingginya intensitas pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa. (2) Siswa merasa

(10)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

senang belajar IPA, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa yang baik dan ingin melanjutkan pembelajaran walau jam belajar telah habis. (3) timbulnya rasa puas dan bangga pada diri siswa. hal ini ditunjukkan dengan tidak tampaknya rasa kekecewaan pada siswa apabila siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2010:58) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki minat belajar memiliki ciri-ciri, (1) mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, (2) ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, (3) memperoleh kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati, (4) lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya, dan (5) dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan. Penerapan model pembelajaran TANDUR memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki minat belajar tinggi untuk mengeksplor seluruh potensi serta mengembangkan ide-idenya sendiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Siswa yang memiliki minat belajar tinggi, jika diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, maka siswa merasa jenuh dan terbelenggu. Siswa hanya menerima materi pelajaran sebatas apa yang disampaikan serta dijelaskan oleh guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplor kemampuan yang mereka miliki. Model pembelajaran konvensional, pembelajaran yang berpusat pada guru, guru menjelaskan sampai guru merasa yakin bahwa siswanya sudah memahami materi yang dijelaskan guru. Siswa menjadi pasif dan menerima saja yang dijelaskan oleh guru. Bahkan mungkin saja materi yang dijelaskan guru belum tentu sama dengan materi yang diterima siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki minat belajat tinggi, cocok untuk dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR.

Hasil uji hipotesis keempat terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah. Siswa yang memiliki minat belajar rendah yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR (A1B2) memiliki rata-rata skor hasil belajar IPA sebesar 15,71 sedangkan siswa yang memiliki minat belajar rendah yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional (A1B2) memiliki rata-rata skor hasil belajar IPA sebesar 21,15 dengan RJdalam sebesar 5,76 diperoleh thitung sebesar

52,50, sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% sebesar 7,92. Ternyata nilai thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1

diterima.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar rendah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan dengan model pembelajaran konvensional lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR.

Penerapan model pembelajaran TANDUR pada siswa yang memiliki minat belajar rendah mengakibatkan pembelajaran tidak berlangsung efektif, siswa yang memiliki minat belajar rendah cenderung keinginannya untuk mempelajari IPA rendah. Kurangnya perhatian terhadap pelajaran IPA membawa dampak pada pasifnya proses pembelajaran malah sebaliknya siswa menjadi melakukan kegiatan diluar topik pelajaran yang baginya lebih menarik. Sementara pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR menuntut siswa untuk mengeksplor kemampuannya untuk menemukan ide-idenya sendiri dengan penuh ketekunan serta memanfaatkan berbagai sumber belajar. Sehingga terjadi kontradiksi antara model pembelajaran yang diterapkan dengan kondisi siswa yang memiliki minat

(11)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

belajar rendah. Siswa yang memiliki minat belajar rendah membutuhkan bimbingan penuh dari guru dan apabila tidak diberikan bimbingan siswa tersebut tidak melakukan kegiatan belajar bahkan bisa mengganggu siswa lain.

Untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah diterapkan model pembelajaran konvensional, siswa merasa dibantu dan dibimbing dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penjelasan guru secara maksimal disimak oleh siswa. Dalam pembelajaran, siswa selalu dibimbing guru dan tidak mempunyai kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat. Siswa yang mempunyai minat belajar rendah lebih membutuhkan perhatian guru, harus selalu diingatkan untuk memperhatikan yang sedang dijelaskan. Dengan demikian model pembelajaran konvensional lebih bermakna untuk diterapkan pada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Kondisi siswa yang membutuhkan perhatian serta penjelasan yang seluas-luasnya oleh guru sesuai dengan hakikat pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru. Pembelajaran konvensional menjadi bermakna untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, cocok untuk dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi, hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional dan sebaliknya untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TANDUR

SIMPULAN DAN SARAN

Bedasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa (1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. (2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. (4) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki minat belajar rendah antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TANDUR. Berdasarkan hal tersebut, model pembelajaran TANDUR dengan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus XV Kecamatan Buleleng.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah disarankan bagi kepala sekolah yang mengalami permasalahan mengenai hasil belajar IPA siswa di sekolah yang dipimpinnya, disarankan untuk mengambil suatu kebijakan untuk mengimplementasikan model pembelajaran TANDUR, disarankan bagi guru sebagai penyelenggara pembelajaran dalam proses pembelajaran agar menerapkan model pembelajaran TANDUR untuk materi-materi lainnya yang lebih luas dan tidak terbatas pada materi yang diteliti pada penelitian ini saja dan sebaiknya dalam pembelajaran menerapkan model pembelajaran TANDUR agar siswa memiliki minat belajar yang tinggi, sesuai dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik siswa, sehingga tujuan

(12)

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Selanjutnya disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran TANDUR dalam bidang ilmu pengetahuan alam maupun bidang ilmu lainnya, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Depoter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. Quantum Teaching: Orchestrating Student Success. Bandung:Kaifa.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Darma, Susila. 2013. “Pengaruh

pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar Pkn ditinjau dari minat belajar siswa”. Jurnal Pendidikan Volume 3 Tahun 2013. Dewi, Sari. 2012. Pengaruh pembelajaran

kuantum teknik “TANDUR” terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 4 Ungasan, Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja. Pasca Sarjana Undiksha.

Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (TehnikAnalisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas PendidikanGanesha.

Mariantini, Evi. 2013. Pengaruh model pembelajaran TANDUR berorientasi keterampilan proses sains berbantuan media visual terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD Gugus V Kecamatan Buleleng. Skipsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sopiah, Sukmawati. 2007. “Pembelajaran sains dengan model “TANDUR untuk meningkatkan kemampuan observasi siswa sekolah dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar No.8.

Supardi, dkk. 2012. “Pengaruh media pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar fisika. Jurnal Formatif 2 (hal 71-81).

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto.2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Siswa            Statistik  Kelompok  Mean  Md  Mo  S  S 2 Skor Min  Skor Max  Range  A 1 20,98  21,5  27,44  5,97  35,58  12  29  17  A 2 17,33  17,17  17  4,91  24,07  10  25  15  A 1 B 1 26,24  26,67  27,5  2,64  6,99  21  29  8  A 1 B 2 15,71  15  13,5  2,80  7,81  12  22  10  A 2 B 1 13,5  13,1  11,21  2,96  8,79  10  19  9  A 2 B 2 21,15  21,5  24  3,13  9,82  16  25  9  Berdasarkan  hasil  analisis  deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membantu calon mahasiswa memilih program studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan akademis dan bakatnya, maka pada skripsi ini dirancang suatu software

Sistem dapat digunakan untuk mempermudah HRD dalam menyeleksi calon karyawan dengan cara menetukan nilai bobot untuk setiap kriteria yang sudah ada, kemudian

Dedicated storage atau disebut juga lokasi penyimpanan yang tetap ( fixed slot storage ), menggunakan penempatan lokasi atau tempat simpanan yang spesifik untuk tiap barang

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Mahasiswa Semester 2 di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT MANADO, dapat ditarik kesimpulan yaitu:

Berbasis Android merupakan aplikasi mobile pemetaan yang dibangun untuk membantu nasabah Bank Mandiri atau masyarakat guna mengetahui lokasi-lokasi mesin ATM Bank

Dari penyusunan instrumen tes kemampuan analisis grafik materi Gerak untuk SMP kelas VII semester genap tahun ajaran 2011/2012 dihasilkan seperangkat soal yang

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, Kabupaten Wonogiri kelas XI tahun

Pernyataan di dalam variabel pengambilan keputusan berkaitan dengan penilaian karyawan yang diperoleh melalui angket dengan skor tertentu tentang tindakan