Grafik 9. Perubahan Aspek Kecemasan akan masa depan
Diskusi
Intervensi berupa pelatihan neuro linguistic programming kepada sales supervisor PT. Semar Pelita Sejati terbukti dapat menurunkan stress kerja. Berdasarkan analisa data pengujian hipotesis yang telah dilakukan melalui tehnik uji beda Wilcosox Signed Rank Test diketahui bahwa nilai z = -3,413 dengan p=0,001 / 2 = 0,0005; dimana p<0,01 (level of significance for one-tailed), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Secara garis besar intervensi berupa pelatihan neuro linguistic programming yang diberikan kepada sales supervisor mampu memberikan pengaruh positif terhadap penurunan stress
kerja.
Pelatihan neuro linguistic programming diikuti oleh sales supervisor yang memberikan pemahaman dan ilmu baru tentang teknik pengenalan diri juga mengetahui tentang gejala yang mungkin muncul dikarenakan stress kerja. Hasil menunjukkan bahwa seluruh peserta pelatihan mengalamipeningkatan pengetahuan tentang teknik-teknik dalam neuro linguistik programming sebelum dan sesudah mengikutipelatihan. Seluruh peserta mengalami proses belajar melalui materi yang diberikanoleh trainer dan melalui diskusi interaktif yang diadakan selama pelatihan. Mereka lebihmemahami mengenai cara yang efektif dalam mengelola stress kerja dan meningkatkan kwalitas hidup, yang berdampak dengan meningkatnya prestasi kerja, tanpa adanya stress kerja.
Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam pekerjaan yang diserahkan kepada karyawan (Hardjana, 2001). Menurut Mathis dan Jackson (2002), pelatihan memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun dimasa mendatang. Pelatihan bagi karyawan juga merupakan sebuah proses memberikan tambahan pengetahuan dan keahlian tertentu serta perubahan
sikap agar karyawan semakin memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan kewajibannya dengan hasil maksimal dan terbaik.
Pengetahuan yang diberikan oleh trainer dalam pelatihan neuro linguistic programming juga mampu memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku
sales supervisor setelah mengikuti pelatihan. Para sales supervisor mampu untuk mengenali diri sendiri , bisa untuk mengenali gejala-gejala stress kerja, serta juga mampu untuk melakukan teknik-teknik terapi untuk bisa mengelola stress kerja secara aktif, sehingga diharapkan angka absensi dan keluhan kesehatan dapat berkurang banyak, dan mulai adanya peningkatan performance kerja dan minimnya komplain dari pihak manajemen atas kinerja sales supervisor. Perubahan perilaku
sales supervisor setelah mengikuti pelatihan ditegaskan oleh Khanfar dan Simamora (dalam Farmawati, 2016) pelatihanyang dilakukan mengacu pada perubahan ketrampilan, pengetahuan, perilaku dansikap.
Nilai aspek beban kerja menunjukan nilai yang fluktuatif (grafik 5) dari beberapa sales supervisor, yang sebagian besar grafik menunjukan adanya menurunan persepsi oleh sales supervisor kerja dalam menyikapi sebuah tugas atau beban yang diberikan,meskipun ada 3 orang sales supervisor yang masih tidak menunjukan penurunan persepsi dalam menghadapi beban kerja dan masih bisa menjadi faktor tidak tercapainya target pekerjaan yang diminta, dari hasil followup
pertama menunjukan adanya perbedaan sales supervisor dalam menyikapi beban kerja dimana sebelum pelatihan adanya perasaan tidak mampu dan menjadi sebuah tanggungan dan setelah pelatihan sales supervisor menyatakan beban kerja menjadi sebuah bentuk tanggung jawab pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga, beberapa target perusahaan sudah mulai dicapai dengan baik. Dan hal ini bisa disikapi dari pihak manajemen untuk bisa dilanjutkan untuk melakukan
followupdan konseling untuk sales supervisoruntuk meningkatkan performance
sales supervisor.
Pada aspek kepuasan kerja menunjukan nilai positif (grafik 6) dari beberapa
antara kinerja dan kepuasan kerja, disatu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif.
Berdasarkan hasil penelitian dari aspek dukungan dan tekanan sosial (grafik 7) dapat dilihat ada 4 orang sales supervisor yang mengalami perubahan sangat signifikan dalam menyikapi adanya dukungan maupun tekanan sosial disekitarnya, sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat stress kerjanya dan meningkatkan prestasi kerja, seperti penjelasan Dwiyanti (2001) bahwa stress akan cenderung muncul pada karyawan yang tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah dukungan dari lingkungan external atau lingkungan pekerjaan maupun dukungan dari lingkungan keluarga terdekat.
Melihat aspek kecemasan akan masa depan (grafik 9) menunjukan hasil penurunan meskipun tidak signifikan, dan menunjukan bahwa sales supervisor masih memiliki kecemasan yang cukup tinggi, dan ini bisa berdampak terhadap prestasi dan performace kerjanya, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasibuan (2014) yang menyatakan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi dapat menurunkan prestasi kerja karyawan, prestasi kerja karyawan yang mengalami kecemasan yang berat pada umumnya akan menurun karena mereka mengalami ketegangan pikiran dan berperilaku yang aneh
Nilai aspek kelelahan (grafik 8) setelah pelatihan menunjukan penurunan dimana dalam pelatihan melakukan teknik relaksasi dimana diharapkan sales supervisor dapat mempraktekan teknik relaksasi disaat mengalami kelelahan dan diharapkan dapat mengurangi tingkat stress kerja serta mengurangi gejala stress
secara fisiologis diantaranyasakit fisik diantaranya kepala pusing, pereganggan otot dan mengalami sulit tidur, sehingga dengan fisik yang cukup prima dan kondisi sehat diharapkan dapat menurunkan angka absensi dan izin sakit dari sales supervisor serta mampu meningkatkan produktivitas kerja sales supervisor.
peningkatan kwalitas diri dengan diadakan pelatihan maupun mentoring agar pelatihan yang dilaksanakan dapat memberikan peran yang lebih baik terhadap upaya peningkatan sumber daya karyawan terutama sales supervisor
Penelitian ini tidak lepas dari kelemahan-kelemahan yang diduga mempengaruhi hasil penelitian secara keseluruhan. Kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Proses training yang masih dilakukan dilingkungan kerja dimana masih dimungkinkan kurangnya konsentrasi terhadap proses pelatihan, karena beberapa sales supervisor ada yang masih diminta atasan untuk menerima telepon atau membuat laporan harian ditengah-tengah pelatihan. Sehingga dimungkinkan penyampaian materi dan praktek tidak bisa diterima 100%
2. Adanya keterbatasan waktu dalam proses pelatihan dan pembuatan laporan penelitian maka evaluasi pelatihan sesuai dengan Kickpatrick empat level tidak bisa tercapai semua hanya sampai level tiga yaitu behaviour, dan untuk level keempat result akan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dan peneliti tanpa melampirkan dalam hasil penelitian.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulan bahwa ada pengaruh pelatihan Neuro Linguistic Programming terhadap Stress Kerja pada
Sales Supervisor PT. Semar Pelita Sejati, Pelatihan Neuro Linguistic Programming
mampu menurunkan stress kerja sales supervisor PT. Semar Pelita Sejati
Saran
1. Bagi Peserta
a) Peneliti menyarankan peserta untuk terus belajar untuk mempraktekan teknik NLP sehingga mampu untuk mengelola stress kerja dan bisa menurunkan stres kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja serta membuat motivasi tambahan untuk lebih berprestasi
2. Bagi Perusahaan
menggunakan teknik pengelolaan stress kerja guna menurunkan stres kerja pada sales supervisor atau semua karyawan.
b) Perusahaan mulai melakukan perbaikan dalam melakukan prosedur
recruitment dan promosi karyawan sehingga mendapatkan karyawan yang tepat untuk posisi yang tepat.
c) Pihak manajemen dapat meneruskan proses followup secara internal untuk memantau stress kerja sales supervisor.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Penelitian yang selanjutnya dapat mengidentifikasi faktor lain atau permasalah lain yang dialami oleh sales supervisor selain stress kerja misalkan adanya prosedur dan kebijakan perusahaan yang belum tetap. b) Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga peneliti tidak
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Q. Prabowo, S. Setyorini, T.D. 2013. Efektivitas Terapi Relaksasi untuk Mengurangi Tingkat Stres Kerja Bagian Penjualan PT. Sinar Sosro Semarang.Kajian Ilmiah Psikologi No 1, Vol. 2, hal. 58 – 61.
Beck. A.T. 1985. Anxiety Disorders and Phobias. USA: Basic Books.
Dewe. M. O’Driscoll, M.P. Cooper, C.L. Theories of Psychological Stress at Work.
New York: Springer.
Erniza, H. 2014. Pengaruh Pelatihan Neuro-Linguistic Programming (NLP) terhadap Penurunan Tingkat Stres Kompetitif pada Atlet Pelajar. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, Vol.3, No.2, h.96-101
Hardjana, A.M. 2001. Training SDM yang efektif. Yogyakarta : Kanisius
Hasibuan, M.S.P 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi) Jakarta : Bumi Aksara.
Helmi, A, F. 1995. Konsep dan Teknik Pengenalan Diri. Buletin Psikologi Tahun III, Nomor 2, h 13-19
Gibson. Ivancevich. & Donelly. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Rajeswari. H & Sreelekha B. 2017. Effectiveness of Neurolingiuistic programming (NLP) on Secondary traumatic stress (STS) among nurses.Global Journal For Research Analyszs volume-6, Issue-6. h 315-317
International Labour Organization (ILO), 2016. Workplace Stress: a Collective Challenge. Turin: ILO.
Javadi, M. Saeid, Y. Noori, J.M. Nir, M.S. 2014. The Effect of Neuro Linguistic Programing Strategies Training on Nurses’ Emotional Intelligence: A Randomized Clinical Trial Study. Journal of Applied Environmental and Biological Sciences. Vol.4, No.7, h.238-244.
Kotler & Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta: Erlangga.
Lazarus, R.S. Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York :Springer
Leka, S. Griffith, A. Cox, T. 2003. Work Organization and Stress. Paris: World Health Organization.
Luthans, F. 1992. Organizational Behavior. London: McGraw Hills.
Nasution, E. U, H. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Noe, R.A. 2005. Employee Training and Development. Singapore: McGraw-Hill International Edition
O’Connor, J. 2001. NLP Workbook: a Practical Guide to Achieving The Results You
Want. London: HarperCollins Publishers
Ready, R. Burton, K. 2010. Neuro-Linguistic Programming for Dummies. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. PT. Indeks: Jakarta
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1, Edisi 8, Prenhallindo : Jakarta.
Salami, 2015, Implementing Neuro Linguistic Programming (NLP) in Changing
Students’ Behavioy : Research Done at Islamic Universities In Aceh,
JIP-International Multidisciplinary Journal. H 235-256
Saraswati, 2010, Hipnotis untuk Kecerdasan dan Kesembuhan, Yogyakarta : Med Press
Sari, R.M. 2012. Neuro-Linguistic Programming untuk Mengatasi Depresi pada Penyandang Tuna Daksa yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas di BBRSBD Surakarta.TESIS. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sheoran, P. 2016. Effectiveness of NLP in Dealing with Guilt Induced Anxiety, Depression and Stress: A Case Study.The International Journal of Indian Psychology. Volume 4, Issue 1, No. 76
Sukoco, A. S. (2014). Hubungan Sense of Humor Dengan Stres Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1-10.
Szabo, S. Tache, Y. Aomogyi, A. 2012.The Legacy of Hans Selye and Origins of stress research : A retrospective 75 years after his landmark brief “Letter” tothe Editor of Nature. USA : Informa Healthcare.
Tjiptono, F, 2008, Strategi Pemasaran,Edisi 3, ANDI: Yogyakarta
Tosey, P. 2005. Mapping transformative learning the potential of neuro-linguistic programming. Journal of transformatic education. 3 (2) 140-167.
Utami, S.M. (2002). Psikoterapi. Pendekatan Konvensional dan Kontemporer.
Wibhowo, C. ST.D. 2006. Psikologi Eksperimen. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja, Ed.I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada