PEMANFAATAN PANAS BUANG MESIN PENDINGIN
UNTUK PENGERING PAKAIAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh:
BARTHOLOMEUS DAMAR ADI WICAKSONO
NIM : 115214025
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
ii
UTILIZATION OF WASTE HEAT OF REFRIGERATOR FOR
CLOTHES DRYER
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirement
To Obtain the Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering
By :
BARTHOLOMEUS DAMAR ADI WICAKSONO
NIM : 115214025
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014
SKRIPSI
PNMANFAATAN PANAS BU,A.NG MESIN PENDINGIN UNTUK
PENGERING PAKAIAN
I Gusti Ketut Puja, S.T.,M.T.
111
SKRIPSI
PEMANFAATAN PANAS BUANG MESIN PENDINGIN UNTUK
PENGERING PAKAIAN
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama ; Bartholomeus Damar Adi Wicaksono
NIM
z 115214025Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 31 Oktob er 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua
: Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. Sekretaris : Budi Setyahandana, S.T., M.T.Anggota
: I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T.Yogyakarta, 31 Oktober 2014 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarla Dekan
IV
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS
AKHIR
Dengan
ini saya
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan Judul :PEMANFAATAN PANAS BUANG MESIN PENDINGIN UNTT]K PENGERING PAKATAN
Yang dibuat untuk melengkapi persyaratan yang wajib ditempuh untuk
menjadi Sariana Teknik pada Program Strata-1, .Iurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejauh
yang saya ketahui bukan
merupakantiruan
dari
Skripsi
yang
sudahdipublikasikan
di
Universitas Sanata Dharma maupundi
Perguruan Tinggi manapun. Kecuali bagian informasinya dicantumkan dalam daftar pustaka.Dibuat di Pada tanggal Penulis
Yogyakarta 31 Oktober 2014
LEMBAR PERI{YATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
KARYA
ILMIAH
UI{TUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :Nama
:
Bartholomeus Damar Adi WicaksonoNomor
Mahasiswa
:
115214025Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpr,rstakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah dengan judul :
PEMANFAATAN
PANAS BUANG
MESIN
PENDINGIN
UNTUKPENGERING PAKAIAN
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat
di
: YogyakartaPadatanggal : 31 Oktober2014
VI Yang menyatakan,
vii
INTISARI
Salah satu masalah dalam pengeringan pakaian adalah terbatasnya panas matahari saat musim penghujan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain mendapatkan energi panas untuk pengeringan pakaian. Salah satunya dengan memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin ruangan (AC) atau mesin pendingin makanan (lemari es).
Penelitian ini bertujuan membuat model alat pengering pakaian dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin dan meneliti karakteristiknya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan membuat 4 (empat) model mesin pendingin yakni (1) mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (sebagai pembanding), (2) mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas, (3) mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas dan, (4) mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel.
Variabel yang divariasikan pada penelitian ini adalah temperatur kerja evaporator sebanyak 3 variasi dan massa pakaian yang dikeringkan sebanyak 3 variasi. Parameter yang diukur adalah temperatur evaporator (TE), temperatur
kondensor (TK), tekanan refrijeran masuk (PM), dan keluar kompresor (PK), dan
lama waktu pencatatan data (t).
Dari penelitian ini telah berhasil dibuat model pengering pakaian dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam waktu 150 menit pengeringan pakaian dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin lebih cepat kering dibandingkan dengan pengeringan pakaian tanpa memanfaatkan panas buang mesin pendingin (dijemur tanpa panas). Dengan hasil penurunan massa pakaian dengan hanya diangin-anginkan sebesar 0,233 kg/150 menit, sedangkan penurunan massa pakaian dengan semua variasi model pengering pakaian yang dibuat sebesar 0,879 kg/150 menit. Unjuk kerja dari mesin pendingin berpengaruh baik dengan dimanfaatkannya panas buang dari mesin pendingin tersebut. Dengan hasil rata-rata COP pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang sebesar 2,07, sedangkan rata-rata COP pada semua variasi mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian dengan nilai 5,66.
Kata kunci: pengering pakaian, panas buang, mesin pendingin, coefisien of performance
viii
ABTRACT
One of the problems in drying clothes is limited solar heat during the rainy season. Therefore, it is necessary to find other alternatives to get heat for drying clothes. One is by utilizing the waste heat from the engine air conditioner (AC) or refrigeration of food (refrigerator).
This study aims to create a model of the clothes dryer utilizing waste heat refrigeration and researching its characteristics. This research was carried out experimentally by making four (4) refrigerantion are (1) the refrigerantion without waste heat utilization (for comparison), (2) the refrigeration with the utilization of waste heat for drying without heating coil and heat storage, (3) the refrigeration with the utilization of waste heat for drying clothes using a heating coil without heat storage and, (4) the refrigeration with the utilization of waste heat for drying clothes using a heating coil and sensible heat storage.
The variables that be varied in this study is the working temperature as much as 3 variations evaporator and dried clothes masses as much as 3 variations. The parameters measured were the evaporator temperature (TE), the temperature
of the condenser (TK), pressure refrijeran entry (PM), and a compressor (PK), and
the duration of recording data (t).
From this research have been successfully modeled clothes dryer by utilizing waste heat refrigeration. The results showed that within 150 minutes of drying clothes by utilizing the waste heat refrigeration dry faster than with drying clothes without utilizing the waste heat refrigerantion (dried without heat). The results of mass loss of clothing with only dried without heat at 0.233 kg / 150 min, while the mass loss clothes with all the variations of clothes dryer models made of 0,879 kg / 150 min. The performance of the refrigertion effect exploited either by waste heat from the refrigeration. With an average yield of the COP on the refrigeration without the use of waste heat of 2.07, while the average COP on all variations of refrigeration with the use of waste heat for drying clothes with a value of 5.66.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan
dalam penyusunan Skripsi ini sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar
dan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat
sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Panas Buang Mesin Pendingin untuk Pengering Pakaian” ini karena adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan
materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Laboran yang telah membantu memberikan ijin dalam penggunakan
6. H. Adi
Wardhono dan S. Purwani selaku orang tua penulis dan keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi.7.
Yulia Putri Puspitasari,Tri
Cahyo Wibowo, Naftaniel Dani, AsmaraYudha Kumara, Felik Kurniawan, Daniel Ramos Simanjuntak, Prima
Nugroho, Christina Cahyaning Apsari,
dkk
yang telah menyemangati dalam pembuatan Skripsi ini dari awal hingga selesai.8.
Teman-
teman yang turut membantu menyelesaikan Skripsi ini, seluruh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2011 Universitas Sanata Darma Yogyakarta.9.
Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telahmemberikan dorongan
dan
bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan Skripsi ini.Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Skripsi ini
karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik
dan sarandari
berbagaipihak
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan tugasini. Semoga
karyaini berguna
bagi mahasiswa Teknik Mesin Universitas Sanata Darma Yogyakarla dan pembaca lainnya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis mohon maaf. Terima kasih.Yogyakarta, 31 Oktober 2014
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
INTISARI ... vii
ABTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Target dan Manfaat ... 3
BAB II DASAR TEORI ... 4
2.1 Bahan Pendingin (Refrigeran) ... 4
2.2 Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Standar ... 4
2.3 Siklus Pendingin Kompresi Uap ... 6
2.4 Prinsip Kerja Mesin Pendingin ... 7
2.5 Rumus – Rumus Perhitungan ... 8
2.6 Penelitian Yang Pernah Dilakukan ... 11
BAB III METODE PENELITIAN... 13
xii
3.2 Komponen-Komponen Alat Penelitian ... 13
3.3 Peralatan Pendukung Pembuatan Alat Penelitian ... 16
3.4 Skema Alat ... 18
3.4.1 Mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian ... 18
3.4.2 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas ... 19
3.4.3 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas ... 20
3.4.4 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) ... 21
2.5 Pembuatan Alat Penelitian ... 22
2.6 Parameter Yang Divariasikan ... 23
2.7 Variabel Yang Diukur ... 24
2.8 Langkah Penelitian ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Hasil Penelitian ... 26 4.2 Pembahasan ... 27 BAB V PENUTUP ... 51 5.1 Kesimpulan ... 51 5.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN ... 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas untuk pengering pakaian ... 29 Tabel 2 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas... 32 Tabel 3 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas untuk pengering pakaian dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas ... 32 Tabel 4 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas untuk pengering pakaian dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) ... 32 Tabel 5 Data penurunan massa pakaian dengan hanya di angin-angin
(dijemur diruangan tanpa sinar matahari) ... 36 Tabel 6 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang tanpa koil pemanas dan penyimpan panas ... 37 Tabel 7 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas ... 37 Tabel 8 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang dan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) ... 38 Tabel 9 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang tanpa koil pemanas dan penyimpan panas ... 42 Tabel 10 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang menggunkan koil pemanas tanpa penyimpan panas ... 43
xiv
Tabel 11 Data penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensible (air)... 43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Siklus Kompresi Uap ... 6 Gambar 2 Diagram tekanan-enthalpi (p-h) ... 8 Gambar 3 Skema mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang
untuk pengering pakaian... 19 Gambar 4 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang
untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas ... 20 Gambar 5 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang
untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas ... 21 Gambar 6 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang
untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) ... 22 Gambar 7 Grafik perbandingan COP variasi setting temperatur
evaporator skala 2 (ST1) pada mesin pendingin tanpa
pemanfaatan panas buang dengan COP pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian ... 33 Gambar 8 Grafik perbandingan COP variasi ST1, ST2, ST3 pada mesin
pendingin tanpa pemanfaatan panas buang dengan COP pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian ... 34 Gambar 9 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin tanpa koil pemanas dan penyimpan panas dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering pakaian... 39 Gambar 10 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering pakaian... 40
xvi
Gambar 11 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering
pakaian ... 41
Gambar 12 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin tanpa koil pemanas dan penyimpan panas ... 44
Gambar 13 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas... 45
Gambar 14 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensible (air) ... 46
Gambar L. 1 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang yang dapat digunakan pada 2 variasi (tanpa koil pemanas dan penyimpan panas, dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas) ... 554
Gambar L. 2 Alat pengering pakaian dengan variasi penyimpan panas sensibel (air) ... 55
Gambar L. 3 Kotak pengering pakaian ... 56
Gambar L. 4 Gantungan pakaian di dalam kotak pengering pakaian ... 56
Gambar L. 5 Manometer (alat ukur tekanan refrigeran) ... 57
Gambar L. 6 Termostat ... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mencuci pakaian merupakan kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat
setiap hari untuk mendapatkan pakaian yang bersih dan wangi. Mencuci pakaian
dilakukan masyarakat tidak hanya di dalam rumah tangga saja namun juga dapat
dilakukan di tempat-tempat pelayanan umum seperti hotel, rumah sakit, jasa
pencucian pakaian dan sebagainya. Hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia
melainkan di seluruh negara di dunia ini. Namun tidak berhenti disini saja, masih
ada tahap terahkir dalam proses mencuci pakaian, yaitu mengeringkan pakaian.
Masyarakat umumnya mengeringkan pakaian dengan cara menjemur pakaian
dibawah terik sinar matahari sebagai sumber energi panas yang mampu
menguapkan air dari pakaian yang basah. Ada pula sebagian masyarakat yang
mengeringkan pakaian dengan menggunakan energi panas lain seperti energi fosil
(bahan bakar) atau energi listrik (dengan mesin pengering).
Masalah yang umumnya terjadi pada masyarakat adalah sulitnya
mengeringkan pakaian pada cuaca yang mendung terutama pada musin dingin
atau hujan. Sedangkan pengeringan pakaian dengan menggunakan mesin
pengering yang menggunakan energi fosil atau listrik umumnya adalah biaya
untuk mendapatkan kedua jenis energi tersebut yang semakin mahal. Mahalnya
kedua energi tersebut sejalan dengan semakin langkanya energi fosil. Padahal
2 pakaian. Jika masalah tidak segera diatasi maka untuk memenuhi kebutuhan
pakaian yang kering dan bersih di masyarakat menjadi sangat sulit. Masyarakat
harus mengeluarkan biaya lebih untuk menambah cadangan pakaian karena
sulitnya mengeringkan pakaian setelah dicuci. Oleh karenanya, banyak orang
berupaya mencari alternatif lain mendapatkan energi panas untuk pengeringan
pakaian. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan panas buang dari mesin
pendingin. Dimana masyarakat umum sudah banyak yang memiliki sebuah mesin
pendingin disetiap rumah mereka. Mesin pendingin yang dimanfaatkan panas
buangnya umumnya adalah mesin pendingin ruangan (AC) atau mesin pendingin
makanan (lemari es). Selain penghematan biaya pengeringan pakaian,
pemanfaatan panas buang mesin pendingin dapat meningkatkan unjuk kerja mesin
pendingin yang digunakan dan dari sisi lingkungan dapat mengurangi pencemaran
lingkungan oleh panas yang terbuang dari mesin pendingin.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian dari Skripsi ini adalah :
1. Membuat model pengering pakaian dengan pemanfaatan panas buang mesin
pendingin
2. Meneliti pengaruh pemanfaatan panas buang mesin pendingin untuk pengering
3 1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa mengalami
kesulitan, diberikan beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Dalam mesin pendingin terdapat komponen utama yaitu : kompresor,
kondensor, filter, katup ekspansi, dan evaporator.
2. Fluida pendingin (refrigeran) yang dipergunakan dalam mesin pendingin
adalah R22.
3. Analisis mesin pendingin dilakukan dengan menggunakan diagram
tekanan-enthalpi atau diagram p-h.
1.4 Target dan Manfaat
Target dan manfaat yang akan didapat dari pembuatan Skripsi ini adalah :
1. Membuat model pengering pakaian dengan pemanfaatan panas buang mesin
pendingin
2. Menambah kepustakaan teknologi mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang mesin pendingin untuk pengering pakaian, sehingga hasil-hasil
penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat prototipe dan
produk teknologi mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang mesin
pendingin untuk pengering pakaian yang optimal sehingga dapat diterima dan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penghematan biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat khususnya untuk pengeringan pakaian.
3. Memberikan kontribusi positif dalam mengatasi krisis energi dan masalah
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Bahan Pendingin (Refrigeran)
Bahan pendingin (refrigeran) sangat diperlukan untuk proses pendinginan
pada mesin pendingin. Refrigeran adalah zat pendingin atau fluida yang berperan
penting pada mesin pendingin yang digunakan untuk penyerapan panas melalui
fase dari cair ke gas (evaporasi) dan membuang panas melalui perubahan fase dari
gas ke cair (kondensasi). Refrigeran juga sering disebut sebagai pemindah panas.
2.2 Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Standar
Mesin pendingin adalah suatu mesin yang didalamnya terjadi siklus
perubahan panas dan tekanan. Siklus mesin pendingin itu biasanya disebut siklus
kompresi uap standar. Mesin pendingin menggunakan refrigeran yang bersirkulasi
menyerap dan melepaskan panas, serta terjadi perubahan tekanan rendah menjadi
tinggi, dan dari tekanan tinggi menjadi tekanan rendah. Sirkulasi tersebut berulang
secara terus menerus.
Komponen utama mesin pendingin dengan sistem kompresi uap terdiri
dari : kompesor, kondensor, pipa kapiler/ katup ekspansi, evaporator dan
perangkat tambahan yaitu filter.
1. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran dari tekanan rendah
ke tekanan tinggi. Kompresor merupakan bagian terpenting pada mesin
5 refrigeran sehingga terjadilah sirkulasi refrigeran yang mengalir dari
pipa-pipa mesin pendingin. Kompresor yang sering digunakan pada mesin
pendingin adalah jenis hemetik. Kontruksi dari kompresor jenis ini
menempatkan motor listrik dengan komponen mekanik ada dalam satu
rumah. Fase refrigeran ketika masuk dan keluar kompresor berupa gas.
Kondisi gas keluar kompresor berupa uap panas lanjut.
2. Evaporator
Evaporator adalah tempat terjadinya refrigeran berubah fase dari cair menjadi
gas. Pada saat proses memerlukan energi kalor. Energi kalor diambil dari
lingkungan evaporator (benda atau cairan yang terdapat di dalam evaporator).
Evaporator berbentuk pipa yang dikontruksikan sedemikian rupa. Proses
penguapan refrigeran di evaporator berlangsung pada tekanan dan suhu tetap.
3. Kondensor
Kondensor bekerja terbalik dengan evaporator yaitu merubah fase refrigeran
dari gas menjadi cair. Pada kondensor berlangsung dua proses utama yaitu
proses penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut ke gas jenuh dan
proses dari gas jenuh ke cair jenuh. Proses pengembunan refrigeran dari
kondisi gas jenuh ke cair jenuh berlangsung pada suhu yang tetap. Kalor yang
dilepaskan kondensor dibuang keluar melalui permukaan sirip dan diambil
oleh udara sekitar. Kondensor yang sering dipakai pada mesin pendingin
kapasitas kecil adalah jenis pipa dengan jari-jari penguat, pipa dengan pelat
6 4. Katup ekspansi
Katup ekspansi adalah alat ekspansi yang berguna untuk menurunkan tekanan
refrigeran cair dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator.
Bekerjanya katup ekspansi diatur sedemikian rupa agar membuka dan
menutupnya ketup ekspansi sesuai dengan temperatur evaporator atau
tekanan didalam sistem.
5. Filter
Filter adalah alat penyaring kotoran-kotoran yang melewati sebuah sistem
pendingin, sehingga tidak menyumbat pipa kapiler yang akan dilewati
refrigeran. Filter juga berfungsi untuk menangkap uap air yang akan masuk
ke dalam sistem. Bentuk umum dari filter berupa tabung kecil dengan
diameter antara 12-15 mm dan panjangnya kurang dari 14-15 cm.
2.3 Siklus Pendingin Kompresi Uap
Tahapan siklus pendingin kompresi uap terdiri dari kompresi, kondensasi,
ekspansi, dan evaporasi. Berikut adalah skema alir siklus kompresi uap pada
Gambar 1.
7 Proses dari skema alir siklus kompresi uap (Gambar 1) adalah :
a) 1-2 (proses kompresi)
Proses kompresi adalah proses penekanan dan penghisapan media pendingin
(refrigeran). Proses ini dilakukan oleh kompresor.
b) 2-3 (proses kondensasi)
Proses yang berlangsung di dalam kondensor. Prosesnya adalah dengan
pengembunan media pendingin (refrigeran).
c) 3-4 (proses ekspansi)
Proses yang berlangsung di dalam katup ekspansi atau pipa kapiler.
Prosesnya adalah menurunkan tekanan media pendingin (refrigeran).
d) 4-1 (proses evaporasi)
Proses yang terjadi di dalam evaporator. Prosesnya adalah penguapan media
pendingin (refrigeran).
2.4 Prinsip Kerja Mesin Pendingin
Evaporator menyerap panas dari benda atau ruangan yang didinginkan
karena temperatur refrijeran dalam evaporator lebih rendah dari benda atau
ruangan yang didinginkan. Dari evaporator refrijeran terhisap kedalam kompresor
dan keluar kompresor dengan tekanan yang tinggi (sekitar 15 bar). Tekanan
refrijeran yang tinggi menyebabkan temperatur refrijeran juga tinggi. Dari
kompresor refrijeran masuk kedalam kondensor. Temperatur refrijeran lebih
tinggi dari temperatur udara sekitar sehingga melalui kondensor refrijeran dapat
membuang panas ke lingkungan. Dari kondensor refrijeran masuk kedalam katup
8 Tekanan refrijeran yang rendah menyebabkan temperatur refrijeran juga rendah
sehingga dapat menyerap panas dari benda atau ruangan yang didinginkan. Siklus
ini akan terus berulang. Evaporator dan kondensor dilengkapi dengan kipas yang
berfungsi untuk memudahkan penyerapan panas (pada evaporator) dan
pembuangan panas ke lingkungan (pada kondensor).
2.5 Rumus – Rumus Perhitungan
Analisis mesin pendingin lebih mudah dilakukan dengan menggunakan
diagram tekanan-enthalpi atau diagram p-h (Gambar 2). Titik 1 adalah posisi
refrijeran masuk kedalam kompresor, titik 2 adalah posisi refrijeran masuk
kedalam kondensor, titik 3 adalah posisi refrijeran masuk katup ekspansi dan titik
4 adalah posisi refrijeran masuk kedalam evaporator. Qevaporator adalah panas yang
diserap evaporator, Qkondensor adalah panas yang dibuang kondensor ke lingkungan
dan Wkompresor adalah kerja yang dilakukan kompresor.
9 1. Kerja Kompresor
Besarnya kerja kompresor per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan : 1 2 h h Win (1) Dimana :
Win = besarnyakerja kompresor (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
2. Kerja Kondensor
Besarnya panas per satuan massa refrigeran yang dilepas kondensor dapat
dihitung dengan persamaan :
3 2 h
h
Qout (2)
Dimana :
Qout = besarnya panas dilepas kondensor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
h3 =entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
3. Kerja Evaporator/ Pendinginan
Besarnya panas per satuan massa refrigeran yang diserap evaporator dapat
dihitung dengan persamaan :
4 1 h h
Qin (3) Dimana :
10 h1 = entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)
h4 =entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
4. COP (Coefficient of Performance)
COP dipergunakan untuk menyatakan performa (unjuk kerja) dari siklus
refrigerasi. Semakin tinggi COP yang dimiliki oleh suatu mesin pendingin
makan akan semakin baik mesin pendingin tersebut. COP tidak mempunyai
satuan karena merupakan perbandingan antara besarnya panas yang diserap
evaporator (h1 – h4) dengan kerja kompresor (h2 – h1) dirumuskan sebagai
berikut : 1 2 4 1 kompresor kerja n pendingina kerja h h h h COP (4)
Persamaan (4) berlaku untuk mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas
buang. Pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang dari
kondensor, maka COP yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan:
kompresor kerja tkan termanfaa yang buang panas n pendingina kerja p COP (5) 5. Peningkatan COP
Peningkatan COP yang diperoleh dihitung dengan persamaan:
100% COP COP COP COP n Peningkata P P x (6)
11 6. Pemanfaatan Panas Buang yang Termanfaatkan
Pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian yang termanfaatkan (QT) dapat dihitung dengan persamaan:
fg T mh
Q . (7)
Dengan m adalah massa air pada pakaian basah yang menguap (kg) dan hfg
adalah enthalpi penguapan air (2300 kJ/kg).
2.6 Penelitian Yang Pernah Dilakukan
Suatu disain penukar kalor yang digunakan pada pemanfaatan panas buang
mesin pendingin dapat memanfaatkan 40% dari panas yang terbuang melalui
kondensor (Kaushik, 1995). Pemanfaatan panas buang mesin pendingin ruangan
untuk pengering pakaian dapat menjadi alternatif pengering pakaian tanpa biaya
khususnya didaerah padat yang tidak memiliki halaman. Kecepatan pengeringan
berkisar antara 0,56 kg/jam sampai 0,75 kg/jam sementara pengeringan di dalam
ruangan berkisar 0,13 kg/jam dan diluar ruangan berkisar 0,18 kg/jam (Mahlia,
2010). Penelitian pengaruh pendinginan kondensor pada mesin pendingin ruangan
jenis split menunjukkan kenaikkan COP sebesar 28% pada temperatur udara 42OC
(Elsayed, 2011). Pemanfaatan panas buang mesin pendingin ruangan jenis split
(AC Split) dapat menaikkan kapasitas pendinginan sebesar 28,2% sehingga COP
mesin pendingin meningkat 21,5% (Wang, 2005). Penelitian pemanfaatan panas
buang pendingin untuk pengering pakaian menghasilkan laju pengeringan sebesar
2,26 kg/ jam jika menggunakan kipas tambahan dan 1,1 kg/ jam jika tidak
12 dalam ruangan sebesar 0,17 kg/jam dan pengeringan dengan pengering listrik
sebesar 1,9 kg/jam (Suntivarakorn, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa unit
pendingin yang dimanfaatkan untuk pemanas dapat menghemat energi listrik,
mengurangi pencemaran lingkungan, biaya pembuatan yang murah, operasional
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Penelitian
Mesin yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat)
konfigurasi mesin sebagai berikut :
1. Mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian
(Gambar 3).
2. Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian
dengan menggunakan satu kondensor (Gambar 4).
3. Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas untuk pengering pakaian
menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas (Gambar 5).
4. Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas untuk pengering pakaian
menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel air (Gambar 6).
3.2 Komponen-Komponen Alat Penelitian
Dalam pembuatan model mesin pendingin dengan memanfaatkan panas
buang dari mesin pendingin membutuhkan komponen sebagai berikut :
1. Kompresor
Kompresor merupakan bagian terpenting pada mesin pendingin. Kompresor
berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan
tinggi. Mesin pendingin ini menggunakan kompresor merk Panasonik dengan
14 2. Kondensor
Kondensor bekerja terbalik dengan evaporator yaitu merubah fase refrigeran
dari gas menjadi cair. Kondensor yang digunakan dalam pembuatan mesin
pendingin adalah jenis pipa dengan jari-jari penguat.
3. Katup ekspansi
Katup ekspansi adalah alat ekspansi yang berguna untuk menurunkan tekanan
refrigeran cair dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Dalam
penelitian ini menggunakan katup ekspansi tipe tekan dan temperatur.
4. Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
5. Filter
Dalam pembuatan mesin pendingin harus menggunakan filter untuk
menyaring kotoran agar tidak masuk ke dalam sebuah sistem pendingin dan
masuk ke dalam kompresor.
6. Sight glass
Sight glass merupakan alat untuk melihat keadaan refrigerant didalam sistem
mesin pendingin. Pada alat ini terdapat dua indikator yaitu kuning dan hijau.
Kuning mengindikatorkan bahwa sistem tersebut terdapat uap air dan jika
hijau mengindikatorkan bahwa sistem tersebut tidak ada uap air. Jika di
dalam sight glass terdapat buih-buih refrigerant maka sistem tersebut kurang
15 7. Pipa tembaga
Pipa tembaga digunakan sebagai tempat aliran refrigeran yang disirkulasikan
dalam sistem pendinginan. Dalam pembuatan mesin pendingin ini digunakan
pipa tembaga berdiameter 1/4 inchi.
8. Kipas (Fan)
Dalam pembuatan mesin pendingin ini menggunakan kipas (fan) untuk
membantu penghembusan udara panas yang keluar dari kondensor menuju
corong pada kotak pengering pakaian.
9. Multiplek
Multiplek adalah triplek yang berlapis-lapis, sehingga bisa memiliki
ketebalan lebih dari 2 mm, dengan variasi tebal yang berbeda-beda hingga
mencapai maksimal ketebalan 15 mm. Dalam pembuatan alat penelitian ini
menggunakan multiplek setebal 12 mm untuk pembuatan dinding kotak
pengering pakaian.
10. Besi siku lobang
Besi siku lobang merupakan batang besi yang berbentuk siku dan berlobang
dengan panjang 6 meter dengan ketebalan yang bervariasi. Dalam pembuatan
alat penelitian kami ini menggunakan besi siku lobang dengan ketebalan 2
mm karena sebagai rangka dari mesin pendingin dan kotak pengering agar
16 11. Roda
Roda digunakan untuk kaki - kaki mesin pendingin dan kotak pengering
pakaian. Hal ini mempermudah untuk memindahkan alat penelitian ini ke
tempat lain.
12. Paku dan baut
Paku dan baut sebagai bahan yang digunakan sebagai pengunci rangka dari
mesin pendingin dan kotak pengering.
3.3 Peralatan Pendukung Pembuatan Alat Penelitian
Dalam pembuatan model mesin pendingin dengan memanfaatkan panas
buang dari mesin pendingin dibutuhkan alat-alat pendukung sebagai berikut :
1. Tube cutter
Tube cutter adalah jenis alat yang biasa digunakan untuk memotong pipa.
Hasil potongan menggunakan tube cutter akan lebih bersih, lebih cepat,
dan lebih rapi dibandingkan memotong dengan menggunakan gergaji besi.
2. Pelebar pipa
Pelebar pipa adalah alat yang digunakan untuk memperbesar diameter
pada ujung pipa. Ukuran dari diameter alat pelebar pipa bervariasi
tergantung dari kebutuhan.
3. Tang
Tang adalah alat bantu yang berbentuk seperti gunting dan berguna untuk
17 4. Pompa vakum
Pompa vakum adalah salah satu jenis pompa yang bekerja dengan cara
menghisap. Suatu sistem pendingin harus dalam keadaan vakum sebelum
diisi refrigeran. Untuk mengetahui apakah sudah vakum dapat dilihat pada
jarum indikator manometer yang berada pada dibawah 0 bar.
5. Manifold gauge
Manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan pada
sistem pendinginan. Manifold gauge yang dipakai dlam pembuatan alat
penelitian ini adalah jenis singgle manifold gauge. Dalam pembuatan alat
penelitian ini menggunakan 2 buah singgle manifold gauge yang akan
digunakan untuk mengukur tekanan masuk dan tekanan keluar kompresor,
jadi membutuhkan 2 jenis manifold gauge yaitu Manifold gauge tekanan
tinggi dan tekanan rendah.
6. Alat Las
Dalam alat penelitian ini dibutuhkan peralatan las yang berguna untuk
menyambung pipa kapiler dan pipa – pipa menuju komponen – komponen
utama mesin pendingin.
7. Bahan Las
Bahan las atau bahan yang digunakan dalam penambungan pipa kapiler
menggunakan bahan perak kuningan dan borak. Untuk bahan tambah
borak digunakan jika penyambungan antara tembaga dan besi. Penggunaan
18 merekat jika menggunakan borak sebagai pengikat dan kuningan/ perak
sebagai bahan tambah.
8. Spiral
Spiral berfungsi untuk melengkungkan pipa tembaga. Spiral
meminimalkan penyempitan pipa tembaga/ kapiler saat dilakukan proses
pelengkungan.
9. Pemotong/ Gergaji Besi Listrik
Pemotong besi ini digunakan untuk memotong besi siku lobang yang akan
digunakan untuk membuat rangka mesin pendingin dan kotak pengering.
10.Gergaji Kayu Listrik
Gergaji kayu ini digunakan untuk memotong multiplek sebagai dinding
kotak pengering.
11.Palu
Palu digunakan untuk memukul paku sebagai penguat dinding kotak
pendingin.
3.4 Skema Alat
3.4.1 Mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian
Alat penelitian pertama ini dengan komponen-komponen utama seperti
evaporator, kompresor, konsendor, dan katup ekspansi. Mesin pendingin tanpa
pemanfaatan panas untuk pengering pakaian ini digunakan sebagai pembanding
19 pendingin atau sering disebut dengan siklus kompresi uap. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Skema mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian
3.4.2 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
Alat penelitian kedua ini dengan komponen-komponen utama seperti
evaporator, kompresor, konsendor, katup ekspansi, dan komponen tambahan
berupa kipas (fan). Alat penelitian kedua ini dimanfaatkan panas buang dari
kondensornya (secara langsung) untuk digunakan untuk pengering pakaian
dengan cara menghembuskan panas buangnya dengan bantuan kipas (fan). Cara
kerjanya sama dengan sistem pendinginan mesin pendingin (siklus kompresi uap),
hanya ditambah dengan komponen pendukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
20 Gambar 4 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang
untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
3.4.3 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas
Alat penelitian ketiga ini dengan komponen-komponen utama seperti
evaporator, kompresor, konsendor, katup ekspansi, dan komponen tambahan
berupa kipas (fan), koil pemanas. Alat penelitian ketiga ini pada bagian
kondensornya disambung secara paralel dengan koil pemanas. Pada koil
pemanasnya diberi kipas (fan) agar panas buangnya dapat dimanfaatkan untuk
pengering pakaian. Cara kerjanya sama dengan sistem pendinginan mesin
pendingin (siklus kompresi uap), hanya ditambah dengan komponen pendukung.
21 Gambar 5 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas tanpa penyimpan panas
3.4.4 Mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering
pakaian menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel
(air)
Alat penelitian keempat ini dengan komponen-komponen utama seperti
evaporator, kompresor, konsendor, katup ekspansi, dan komponen tambahan
berupa kipas (fan), koil pemanas, pipa tembaga (bentuk spiral), tempat penyimpan
air (tahan panas). Alat penelitian keempat ini pada bagian kondensornya
disambung secara paralel dengan pipa tembaga (bentuk spiral) yang berada dalam
tempat penyimpan air (tahan panas) kemudian disambungkan dengan koil
pemanas. Pada tempat penyimpan air (tahan panas) yang terdapat pipa tembaga
(bentuk spiral) sebagai penghantar panas dari refrigeran yang masuk dan melewati
pipa tembaga yang panasnya akan disimpan oleh air sebagai media penyimpan
22 dimanfaatkan untuk pengering pakaian. Cara kerjanya sama dengan sistem
pendinginan mesin pendingin (siklus kompresi uap), hanya ditambah dengan
komponen pendukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian menggunakan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air)
2.5 Pembuatan Alat Penelitian
23 2.6 Parameter Yang Divariasikan
Terdapat beberapa jenis parameter yang akan divariasikan diantaranya
sebagai berikut :
1. Temperatur kerja evaporator sebanyak 3 variasi :
Pengaturan temperatur kerja evaporator terdapat pada mesin pendingin itu
sendiri. Biasanya, pada alat pengatur temperatur kerja evaporator ini sudah
terdapat angka dimana setiap angkanya memiliki perbedaan suhu dingin yang
berbeda, semakin besar angkanya maka akan semakin rendah suhu dingin
dalam evaporator. Temperatur kerja evaporator yang akan digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi 3 variasi, yaitu :
a. Temperatur evaporator variasi 1 (pada angka 2)
b. Temperatur evaporator variasi 2 (pada angka 4)
c. Temperatur evaporator variasi 3 (pada angka 6)
2. Jumlah/ berat pakaian yang dikeringkan sebanyak 3 variasi
Pada penelitian ini, jumlah/ berat pakaian yang dikeringkan divariasikan
sebanyak 3 variasi, yaitu :
a. Massa pakaian 1 dengan berat 6,520 Kg
b. Massa pakaian 2 dengan berat 6,150 Kg
24 2.7 Variabel Yang Diukur
Terdapat beberapa jenis variabel yanga akan diukur diantaranya sebagai
berikut :
1. Temperatur evaporator (TE)
2. Temperatur kondensor (TK)
3. Tekanan refrijeran masuk kompresor (PM)
4. Tekanan refrijeran keluar kompresor (PK)
5. Lama pencatatan data (t)
2.8 Langkah Penelitian
Untuk pengukuran temperatur digunakan termokopel tipe K dan untuk
tekanan digunakan manometer. Untuk pengaturan temperatur evaporator
digunakan thermostat.
Secara rinci langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian diawali dengan penyiapan mesin seperti Gambar 3, 4, 5 dan 6.
2. Pengambilan data dilakukan tiap 10 menit selama 4 hari untuk tiap variasi
tekanan kerja evaporator dan jumlah/ berat pakaian yang dikeringkan.
3. Data yang dicatat adalah temperatur evaporator (TE), temperatur kondensor
(TK), tekanan refrijeran masuk kompresor (PM), tekanan refrijeran keluar
kompresor (PK), dan lama pencatatan data (t)
4. Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada
parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1)
25 grafik hubungan antara temperatur kerja evaporator, jumlah/ berat pakaian
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berikut adalah data keseluruhan hasil penelitian dari ketiga variasi dan
pembanding yaitu :
1. Mesin Pengdingin tanpa Pemanfaatan Panas Buang (pembanding).
2. Mesin Pendingin dengan Pemanfaatan Panas Buang untuk Pengering Pakaian
tanpa Koil Pemanas dan Penyimpan Panas.
3. Mesin Pendingin dengan Pemanfaatan Panas Buang untuk Pengering Pakaian
dengan Koil Pemanas tanpa Penyimpan Panas.
4. Mesin Pendingin dengan Pemanfaatan Panas Buang untuk Pengering Pakaian
dengan Koil Pemanas dan Penyimpan Panas Sensibel (air).
Secara lengkap data dari tiga variasi dan pembanding tersebut dapat dilihat
secara berurutan pada tabel dengan keterangan sebagai berikut :
h1 = Entalpi refrigeran saat masuk kompresor/ keluar evaporator
(kJ/kg)
h2 = Entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
h3 = Entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
Win = Besarnya kerja kompresor (kJ/kg)
Qin = Besarnya panas yang diserap evaporator (kJ/kg)
Qout = Besarnya panas yang dilepas kondensor (kJ/kg)
27 COPP = Performa (unjuk kerja) pada mesin pendingin yang termanfaatkan
panas buangnya
Peningkatan COP = Kenaikan nilai COP (%)
QT = Energi buang kondensor yang termanfaatkan (kJ)
Variasi-variasinya :
a. Uji 1, ST 1 = Pengujian pertama pada setting temperatur
evaporator pada skala 2
b. Uji 2, ST 1 = Pengujian kedua pada setting temperatur evaporator
pada skala 2
c. Uji 3, ST 1 = Pengujian ketiga pada setting temperatur evaporator
pada skala 2
d. Uji 1, ST 2 = Pengujian pertama pada setting temperatur
evaporator pada skala 4
e. Uji 1, ST 3 = Pengujian pertama pada setting temperatur
evaporator pada skala 6
4.2 Pembahasan
Langkah berikutnya setelah pengumpulan data penelitian yang telah
dilakukan yaitu mencari persamaan dan menghitung dengan rumus yang sudah
ditentukan. Sebagai contoh perhitungan penulis mengambil data yang tercancum
pada Tabel 1 yang merupakan data dari mesin pendingin yang tidak
termanfaatkan panas buangnya sebagai pembanding :
Berikut data pada uji coba pertama dengan variasi setting temperatur
28 h1 = 410,84 kJ/kg
h2 = 500,91 kJ/kg
h3 = 219,59 kJ/kg
h4 = 219,59 kJ/kg
Kerja kompresor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) :
Win = h2 – h1
= 500,91 kJ/kg – 410,84 kJ/kg
= 90,07 kJ/kg
Besarnya panas yang dilepas kondensor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2) :
Qout = h2 – h3
= 500,95 kJ/kg – 219,59 kJ/kg
= 281,32 kJ/kg
Besarnya panas yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3) :
Qin = h1 – h4
= 410,84 kJ/kg – 219,59 kJ/kg
29 Untuk menentukan Performa (unjuk kerja) suatu mesin pendingin dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (4) :
COP = kompresor kerja n pendingina kerja = 1 2 4 1 h h h h = 2,12
Dengan cara yang sama hasil penelitian pada mesin pendingin tanpa
pemanfaatan panas buang disajikan selengkapnya pada Tabel 1
Tabel 1 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas untuk pengering pakaian
Variasi h1 h2 h3 = h4 Win Qin Qout COP
Uji 1, ST 1 410,84 500,91 219,59 90,1 191,3 281,3 2,12
Uji 2, ST 1 411,1 501,87 220,9 90,8 190,2 281 2,10
Uji 3, ST 1 411,06 506,67 220,66 95,6 190,4 286 1,99
Uji 1, ST 2 410,92 498,42 220,16 87,5 190,8 278,3 2,18
Uji 1, ST 3 410,64 502,22 218,6 91,6 192 283,6 2,10
Dan sebagai contoh perhitungan data dari mesin pendingin yang
termanfaatkan panas buangnya penulis mengambil data yang tercancum pada
Tabel 2 :
Berikut data pada uji coba pertama dengan variasi setting temperatur
evaporator skala 2 (ST1) :
h1 = 404,14 kJ/kg
h2 = 477,68 kJ/kg
h3 = 197,41 kJ/kg
30 m = 0,08 kg (selama 10 menit)
Kerja kompresor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) :
Win = h2 – h1
= 477,68 kJ/kg – 404,14 kJ/kg
= 73,54 kJ/kg
Besarnya panas yang dilepas kondensor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2) :
Qout = h2 – h3
= 477,68 kJ/kg – 197,41 kJ/kg
= 280,27 kJ/kg
Besarnya panas yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3) :
Qin = h1 – h4
= 404,14 kJ/kg – 197,41 kJ/kg
= 206,73 kJ/kg
Untuk menentukan Performa (unjuk kerja) suatu mesin pendingin dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (4) :
COP = kompresor kerja n pendingina kerja = 1 2 4 1 h h h h = 54 , 73 73 , 206 = 2,81
31 Untuk menghitung Energi buang kondensor yang termanfaatkan dapat
digunakan persamaan (7) :
QT = m.hfg
= 0,08 kg x 2300 kJ/kg
= 182 kJ
Performa (unjuk kerja) pada mesin pendingin yang termanfaatkan panas
buangnya dapat dihitung dengan persamaan (5) :
COPP = kompresor kerja tkan termanfaa yang buang panas n pendingina kerja = 73,54 182 206,73 = 5,29
Kenaikan nilai COP (%) dapat dihitung dengan persamaan (6) :
Peningkatan COP = 100% COP COP -COPp x = 100% 5,29 2,81 -5,29 x = 46,82 %
Dengan cara yang sama hasil penelitian pada mesin pendingin tanpa
pemanfaatan panas buang disajikan selengkapnya pada Tabel 2 sampai dengan
32 Tabel 2 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas untuk pengering pakaian tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
Variasi h1 h2 h3 = h4 Win Qin Qout COP COPp Peningkatan COP QT
Uji 1, ST 1 404,14 477,68 197,41 73,5 206,7 280,3 2,81 5,29 46,8% 182
Uji 2, ST 1 405,26 475,09 200,41 69,8 204,9 274,7 2,93 5,55 47,2% 183
Uji 3, ST 1 404,57 477,23 198,59 72,7 206 278,6 2,83 5,09 44,3% 164
Uji 1, ST 2 404,86 472,57 199,38 67,7 205,5 273,2 3,03 6,02 49,6% 202
Uji 1, ST 3 404,33 476,15 198,03 71,8 206,3 278,1 2,87 5,69 49,5% 202
Tabel 3 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas untuk pengering pakaian dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas
Variasi h1 h2 h3 = h4 Win Qin Qout COP COPp Peningkatan COP QT
Uji 1, ST 1 408,27 473,22 209,3 65 199 263,9 3,06 6,27 51,1% 208
Uji 2, ST 1 409,66 473,37 216,37 63,7 193,3 257 3,03 6,13 50,5% 197
Uji 3, ST 1 409,13 479,13 212,15 70 197 267 2,81 5,26 46,5% 171
Uji 1, ST 2 409,04 472,23 215,23 63,2 193,8 257 3,07 6,50 52,8% 217
Uji 1, ST 3 408,72 473,37 210,65 64,7 198,1 262,7 3,06 4,73 35,3% 108
Tabel 4 Data hasil perhitungan nilai kerja pada mesin pendingin dengan pema nfaatan panas untuk pengering pakaian dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air)
Variasi h1 h2 h3 = h4 Win Qin Qout COP COPp Peningkatan COP QT
Uji 1, ST 1 407,28 474,5 205,84 67,2 201,4 268,7 3,00 6,28 52,3% 221
Uji 2, ST 1 403,84 479,74 196,73 75,9 207,1 283 2,73 5,30 48,5% 195
Uji 3, ST 1 404,27 470,98 197,91 66,7 206,4 273,1 3,09 5,78 46,5% 179
Uji 1, ST 2 406,88 476,09 204,62 69,2 202,3 271,5 2,92 5,74 49,1% 195
Uji 1, ST 3 408,32 477,06 211,82 68,7 196,5 265,2 2,86 5,97 52,1% 214
Setelah melihat Tabel 1 sampai 4 diatas, dapat dianalisa dari hasil
perhitungan Tabel 1 sampai 4 bahwa perhitungan COP pada mesin pendingin
tanpa pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian lebih rendah dari COP
yang dihasilkan oleh semua variasi mesin pendingin dengan pemanfaatan panas
buang untuk pengering pakaian yang dibuat. Lebih jelasnya perbedaan COP dapat
dilihat pada Gambar 7. Grafik perbandingan COP variasi setting temperatur
33 dengan COP pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk
pengering pakaian. Peningkatan COP yang terjadi menandakan bahwa kinerja
mesin pendingin ini berpengaruh baik dengan dimanfaatkannya panas buangnya,
dengan mampu menjadi pengering pakaian tanpa menggunakan energi lain yang
membutuhkan biaya dan semakin susah untuk dicari (krisis energi).
Gambar 7 Grafik perbandingan COP variasi setting temperatur evaporator skala 2 (ST1) pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang dengan
COP pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian
Dari grafik COP antar variasi alat pada setting temperatur evaporator yang
sama yaitu pada skala 2, dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan. Dengan
hasil rata-rata COP dengan ST1 pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas
buang dengan nilai 2,07, sedangkan rata-rata COP pada semua variasi mesin
pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian dengan nilai
34 Gambar 8 Grafik perbandingan COP variasi ST1, ST2, ST3 pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang dengan COP pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian
Hal ini juga terlihat pada Gambar 8 Grafik perbandingan COP variasi ST1,
ST2, ST3 pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang dengan COP pada
mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian.
Perbedaan juga sangat signifikan pada variasi ST1, ST2, ST3 yang terjadi pada
semua variasi mesin pendingin yang termanfaatkan panas buangnya dibandingkan
dengan mesin pedingin yang tidak termanfaatkan panas buangnya. Dengan
perhitungan yang sama dapat dilihat hasil rata-rata COP pada variasi ST1, ST2,
ST3 dengan pada mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang dengan nilai
2,13, sedangkan rata-rata COP pada semua variasi mesin pendingin dengan
pemanfaatan panas buang untuk pengering pakaian dengan nilai 5,83. Dengan
perbedaan yang kenaikan COP sangat kecil yaitu 0,28%, dapat dikatakan bahwa
35 termanfaatkan panas buangnya sangat signifikan pada semua variasi setting
temperatur evaporator skala 2, 4, dan 6 (ST1, ST2, ST3).
Selain dari nilai COP yang meningkat, penurunan (pengurangan) berat
atau massa pakaian juga meningkat dibandingkan hanya di angin-angin (dijemur
ditempat kurang sinar matahari). Dapat dilihat pada Tabel 5 berisi data penurunan
massa pakaian dengan hanya diangin-anginkan (pembanding) dan Tabel 6 Sampai
dengan Tabel 9 berisi data penurunan massa pakaian dengan menggunakan model
pengering pakaian. Data dapat dibaca dengan jelas dengan ketentuan berikut ini :
Variasi-variasi pada :
1. Penjemuran tanpa memanfaatan panas buang mesin pendingin/ hanya
diangin-anginkan :
a. Uji 1= Penjemuran pakaian uji pertama dengan massa pakaian awal
6,520 kg
b. Uji 2 = Penjemuran pakaian uji kedua dengan massa pakaian awal
6,520 kg
c. Uji 3 = Penjemuran pakaian uji ketiga dengan massa pakaian awal
6,520 kg
2. Penjemuran dengan memanfaatan panas buang dari mesin pendingin :
a. MP 1, ST 1 = Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 6,520 kg
dan setting temperatur evaporator pada skala 2
b. MP 1, ST 2= Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 6,520 kg,
36 c. MP 1, ST 3 = Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 6,520
kg, dan setting temperatur evaporator pada skala
Tabel 5 Penurunan massa pakaian dengan hanya di angin-angin (dijemur diruangan tanpa sinar matahari)
Waktu (menit) Uji 1 (kg) Uji 2 (kg) Uji 3 (kg)
0 6,520 6,520 6,520 10 6,475 6,495 6,500 20 6,450 6,470 6,485 30 6,430 6,455 6,460 40 6,420 6,435 6,430 50 6,415 6,425 6,425 60 6,405 6,405 6,405 70 6,395 6,395 6,390 80 6,380 6,385 6,375 90 6,370 6,370 6,360 100 6,345 6,365 6,345 110 6,330 6,360 6,330 120 6,315 6,355 6,320 130 6,300 6,330 6,315 140 6,295 6,315 6,305 150 6,290 6,305 6,295
37 Tabel 6 Penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
Waktu (menit) ST 1, MP 1 (kg) ST 2, MP 1 (kg) ST 3, MP 1 (kg) 0 6,520 6,520 6,520 10 6,385 6,465 6,460 20 6,310 6,375 6,390 30 6,255 6,295 6,355 40 6,195 6,245 6,250 50 6,110 6,210 6,200 60 5,960 6,155 6,130 70 5,835 6,030 6,070 80 5,785 6,010 6,000 90 5,695 5,950 5,935 100 5,680 5,820 5,910 110 5,650 5,785 5,835 120 5,625 5,750 5,725 130 5,570 5,710 5,665 140 5,510 5,675 5,585 150 5,420 5,620 5,550
Tabel 7 Penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas
Waktu (menit) ST 1, MP 1 (kg) ST 2, MP 1 (kg) ST 3, MP 1 (kg) 0 6,520 6,520 6,520 10 6,465 6,480 6,440 20 6,390 6,415 6,325 30 6,310 6,360 6,295 40 6,270 6,300 6,230 50 6,205 6,270 6,170 60 6,145 6,215 6,095 70 6,080 6,135 6,059 80 6,010 6,100 6,000 90 5,960 6,040 5,965 100 5,930 6,000 5,940 110 5,880 5,970 5,920 120 5,825 5,925 5,885 130 5,795 5,850 5,830 140 5,740 5,815 5,795 150 5,690 5,795 5,760
38 Tabel 8 Penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang dan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air)
Waktu (menit) ST 1, MP 1 (kg) ST 2, MP 1 (kg) ST 3, MP 1 (kg) 0 6,520 6,520 6,520 10 6,490 6,390 6,460 20 6,390 6,375 6,400 30 6,365 6,310 6,365 40 6,350 6,210 6,350 50 6,315 6,145 6,310 60 6,255 6,060 6,280 70 6,205 5,980 6,200 80 6,150 5,905 6,100 90 6,070 5,870 6,025 100 6,020 5,820 6,000 110 5,985 5,780 5,995 120 5,955 5,710 5,845 130 5,920 5,655 5,710 140 5,835 5,600 5,680 150 5,755 5,540 5,640
Dari Tabel 5 sampai dengan Tabel 8 menunjukan bahwa terjadi penurunan
massa pakaian selama 150 menit pada massa pakaian awal 6,520 kg. Pada tabel 5
terlihat bahwa penurunan massa pakaian yang terjadi sangat rendah. Namun
terlihat berbeda dengan data yang ditunjukan pada Tabel 6 sampai dengan Tabel
8. Ditunjukan bahwa penurunan massa pakaian yang dijemur dengan
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin lebih tinggi penurunannya
dibandingkan hanya diangin-anginkan/ dijemur diruang tanpa sinar matahari.
Hasil perhitungan rata-rata penurunan massa pakaian 0,233 kg/150 menit pada
penjemuran yang hanya di angin-angin (dijemur ditempat kurang sinar matahari),
sedangkan hasil perhitungan rata-rata penurunan massa pakaian pada semua
39 hasil 0,879 kg/150 menit. Ini membuktikan bahwa alat penelitian kami ini bisa
dipergunakan sebagai alat alternatif pada waktu musim hujan atau dingin untuk
menjemur pakaian tanpa harus membeli ataupun mencari sumber energi lain yang
biayanya mahal dan susah dicari. Lebih jelasnya akan ditunjukan pada Gambar 9
Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari
mesin pendingin tanpa koil pemanas dan penyimpan panas versus penurunan
massa pakaian diangin-anginkan.
Gambar 9 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin tanpa koil pemanas dan penyimpan panas dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering pakaian
Dalam grafik yang ditunjukan pada Gambar 9 terlihat sangat tampak
bahwa penurunan dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin tanpa koil
pemanas dan penyimpan panas lebih baik daripada hanya diangin-anginkan
diruangan tanpa sinar matahari. Hal ini juga nampak pada Gambar 10 Grafik
40 pendingin dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas versus penurunan massa
pakaian diangin-anginkan. Jika diperhatikan (Gambar 10 hasil penurunan dengan
memanfaatkan panas buang dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas) tidak
jauh berbeda dari Gambar 9.
Gambar 10 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering pakaian
Begitu pula pada Gambar 11 Grafik perbandingan penurunan massa
pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas
dan penyimpan panas sensibel (air) versus penurunan massa pakaian
diangin-anginkan. Hasilnya tidak berbeda dengan data yang ditunjukan pada grafik
41 Gambar 11 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensibel (air) dengan penurunan massa pakaian yang dijemur tanpa alat pengering pakaian
Hasil penurunan massa pakaian dalam variasi ST1, ST2, ST3 pada MP1
sangat signifikan dibandingkan dengan penurunan pakaian yang hanya
diangin-anginkan saja atau tanpa alat pengering pakaian. Dengan menegetahui hasil
penelitian dengan variasi ST1, ST2, ST3 pada M1,maka dilakukan penelitian yang
sama dengan membandingkan penurunan massa pakaian dengan massa awal
pakaian 6,520 kg (MP1) dengan massa awal pakaian 6,150 kg (MP2) dan 5,805 kg
42 Data dapat dibaca dengan jelas dengan ketentuan berikut ini :
Variasi-variasi pada :
1. Penjemuran dengan memanfaatan panas buang dari mesin pendingin :
a. ST1, MP1 = Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 6,520 kg
dan setting temperatur evaporator pada skala 2
b. ST1, MP2 = Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 6,150 kg,
dan setting temperatur evaporator pada skala 2
c. ST1, MP3 = Penjemuran pakaian dengan massa pakaian awal 5,805 kg,
dan setting temperatur evaporator pada skala 2
Tabel 9 Penurunan massa pakaian dengan mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
Waktu ST 1, MP 1 (kg) ST 1, MP 2 (kg) ST 1, MP 3 (kg) 0 6,520 6,150 5,805 10 6,385 6,140 5,780 20 6,310 6,025 5,690 30 6,255 5,970 5,615 40 6,195 5,900 5,545 50 6,110 5,835 5,475 60 5,960 5,755 5,420 70 5,835 5,705 5,345 80 5,785 5,650 5,285 90 5,695 5,565 5,205 100 5,680 5,500 5,145 110 5,650 5,445 5,115 120 5,625 5,400 5,090 130 5,570 5,360 5,030 140 5,510 5,300 4,985 150 5,420 5,255 4,915
43 Tabel 10 Penurunan massa pakaian pada mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas
Waktu ST 1, MP 1 (kg) ST 1, MP 2 (kg) ST 1, MP 3 (kg) 0 6,520 6,150 5,805 10 6,465 6,110 5,760 20 6,390 6,025 5,660 30 6,310 5,975 5,565 40 6,270 5,940 5,530 50 6,205 5,900 5,485 60 6,145 5,820 5,410 70 6,080 5,775 5,360 80 6,010 5,740 5,315 90 5,960 5,705 5,280 100 5,930 5,665 5,250 110 5,880 5,585 5,210 120 5,825 5,555 5,200 130 5,795 5,545 5,165 140 5,740 5,495 5,110 150 5,690 5,430 5,060
Tabel 11 Penurunan massa pakaian pada mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang dengan koil pemanas dan penyimpan panas sensible (air) Waktu ST 1, MP 1 (kg) ST 1, MP 2 (kg) ST 1, MP 3 (kg) 0 6,520 6,150 5,805 10 6,490 6,110 5,770 20 6,390 6,065 5,710 30 6,365 6,025 5,665 40 6,350 5,975 5,605 50 6,315 5,920 5,555 60 6,255 5,850 5,505 70 6,205 5,800 5,470 80 6,150 5,745 5,370 90 6,070 5,660 5,310 100 6,020 5,610 5,270 110 5,985 5,550 5,265 120 5,955 5,495 5,245 130 5,920 5,465 5,195 140 5,835 5,395 5,150 150 5,755 5,340 5,110
44 Dapat dilihat pada Tabel 9 sampai Tabel 11 bahwa rata-rata penurunan
massa pakaian pada setiap variasi massa pakaian awal (MP1, MP2, MP3) yang
tidak jauh berbeda. Dapat disimpulkan bahwa pada setiap variasi massa awal
pakaian (MP1, MP2, MP3) sama-sama mengalami penurunan massa pakaian yang
rata-rata penurunan setiap 10 menitnya kurang lebih sama yaitu . Lebih jelasnya
lihat pada Gambar 12 sampai Gambar 14 dibawah ini.
Gambar 12 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin tanpa koil pemanas dan penyimpan panas
Pada Gambar 12 penurunan massa pakaian pada model pengering pakaian dengan
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin tanpa koil pemanas dan
penyimpan panas laten, terlihat penurunan massa pakaian yang kurang lebih sama
dalam renggang waktu 10 menit pada masing-masing variasi massa pakaian awal
45 memanfaatkan panas buang mesin pendingin dengan menggunakan koil pemanas
tanpa penyimpan panas yang ditunjukan pada Gambar 13.
Gambar 13 Grafik perbandingan penurunan massa pakaian memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin dengan koil pemanas tanpa penyimpan panas
Pada Gambar 13 penurunan massa pakaian pada model pengering pakaian dengan
memnafaatkan panas buang dari mesin pendingin menggunakan koil pemanas
tanpa penyimpan panas, juga terlihat penurunan massa pakaian pada
masing-masing variasi massa pakaian awal (MP1, MP2, MP3) mengalami penurunan
massa yang kurang lebih sama pada renggang waktu 10 menit. Hal serupa juga
didapatkan pada penurunan massa pakaian pada model pengering pakaian dengan
memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan koil pemanas dan