PENGUKURAN KADAR CO
2DI UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER
DENGAN TAMPILAN LCD
Trisno Yuwono Putro Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung Jl.Geger Kalong Hilir, Ciwaruga, Bandung
ABSTRAK
Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca yang perlu diteliti kadarnya. Karena
CO2 merupakan gas yang diduga paling berperan dalam perubahan iklim. Gas CO2 juga dihasilkan dari
fotosintesis tumbuhan, pembakaran hutan, pembuangan gas limbah industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain. Karena itulah alat ini dibuat dengan menggunakan sensor dan IC mikrokontroler. Dari pembuatan peralatan CO2 tersebut diperoleh secara perhitungan konsentrasi CO2 yang diukur yaitu ambien 387ppm dan
dengan gas pembakaran 2950 ppm. Pada pembuatan alat ini sensor yang digunakan adalah sensor Figaro. Dan juga menggunakan IC mokrokontroler FIC03272 dengan bahasa C sebagai bahasa pemrogramannya. Dengan alat ini diharapkan dapat mendeteksi dan mengukur kadar CO2 yang ada dan dapat pula diketahui
berapa besar ambang batas CO2 seharusnya.
Katakunci : sensor Figaro, Ic mikrokontroller FIC03272, karbondioksida. PENDAHULUAN
Karbondioksida adalah suatu senyawa yang terbentuk dari dua zat yaitu karbon dan oksigen
dengan rumus molekulnya yaitu CO2, dan
merupakan salah satu gas yang sudah banyak
dikenal yang terdapat di udara. Manusia
menghasilkan gas CO2 dari proses pernafasan.
Selain itu karbon dioksida merupakan gas yang
dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
proses fotosintesis di siang hari yang akan
menghasilkan oksigen. Karbondioksida juga
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor, pembakaran hutan, dll.
Meningkatnya kadar karbondioksida diudara
dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi
manusia, karena semakin banyak
karbondioksida diudara maka akan terjadi
perubahan iklim global hal tersebut
dikarenakan terjadi penyerapan radiasi sinar
matahari yang dipantulkan bumi sehingga
menyebabkan suhu dipermukaan bumi semakin meningkat. Seperti yang kita tahu populasi manusia dibumi ini semakin meningkat maka banyak terjadi perubahan lahan dan akan terjadi
ketidakseimbangan penyerapan CO2 sehingga
konsentrasi CO2 di atmosfer semakin tinggi.
Oleh karena itu alangkah baiknya apabila kita dapat menjaga kestabilan dan menjaga agar kadar gas di udara seimbang.
Sensor yang digunakan adalah sensor
Figaro TGS4161 dan IC mikrokontroler
FIC03272. Alat ini dibuat pada penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur kadar CO2 di udara.
Alat hasil rancangan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian
yang dapat ditembakkan ke udara untuk mengetahui berapa besar perubahan kadar CO2 di udara dan juga dapat digunakan di pengukuran kadar CO2 dalam ruangan.
Karbondioksida merupakan salah satu gas yang terdapat di udara, karbondioksida juga merupakan gas yang dikeluarkan oleh manusia pada proses pernafasan. Gas yang dibutuhkan manusia untuk bernafas adalah oksigen, setelah diproses didalam tubuh oksigen di serap oleh tubuh sedangkan sisanya dikeluarkan dalam bentuk gas yaitu karbondioksida dan gas-gas lain. Karbondioksida juga dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar pada kendaraan bermotor,
pembakaran hutan, dll. Meningkatnya kadar karbondioksida di udara dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi manusia, dan dapat menyebabkan perubahan iklim global. Para ilmuwan sudah menduga terjadinya perubahan iklim sekarang ini adalah akibat kadar CO2 yang
meningkat seiring berjalannya waktu dari 280 ppm (pada tahun 1750 sebelum revolusi industri) menjadi 378 ppm pada tahun 2004.
TGS 4161 adalah sensor solid elektrolit CO2
baru yang menawarkan miniaturisasi dan
kebutuhan tenaga yang rendah. TGS 4161 dapat mendeteksi CO2 pada range 350-5000 ppm, untuk
aplikasi pengontrol gas di dalam ruangan dan industri.
Elemen sensitif CO2 terdiri dari solid elektrolit
yang dibentuk antara dua elektroda, bersama
dengan printed heater (RuO2) substrat.
Dengan memonitoring perubahan gaya
electromotive/ Electromotive Force (EMF) yang dihasilkan antara kedua elektroda, ini dapat
memungkinkan untuk mengukur konsentrasi gas CO2.
Gambar 1 Sensor TGS 4161
Bagian atas dari sensor berisi adsorbent (zeolite) yang ditujukan untuk mengurangi pengaruh gangguan gas dari luar. TGS 4161
menunjukkan hubungan linear antara ∆EMF dan
konsentrasi gas CO2 dalam skala logaritmik.
∆EMF didefinisikan sebagai berikut :
∆EMF = EMF1 - EMF2 . . . (1)
dimana : EMF1 = EMF dalam 350 ppm
CO2.
EMF2 = EMF dalam 1000 ppm CO2.
Selanjutnya dari hasil tersebut kita dapat melakukan ploting pada skala logaritmik.
Dasar pengukuran rangkaian
Gambar 2 Dasar Pengukuran Rangkaian Sensor TGS 4161 membutuhkan tegangan
input pemanas (VH). Tegangan pemanas digunakan
untuk mengintegrasi panas agar memelihara unsur perasa pada temperatur spesifik yang optimal untuk dirasakan. Gaya elektromotif (Electromotive force/ EMF) pada sensor seharusnya diukur menggunakan Op-Amp (Operational Amplifier) dengan impedansi tinggi (>100GΩ) dengan arus bias <1pA (Contohnya Texas Instrumen model #TLC271). Sensor solid elektrolit juga berfungsi sebagai baterai, nilai EMFnya sendiri akan
mengalir menggunakan dasar pengukuran
rangkaian. Bagaimanapun perubahan nilai EMF
menunjukkan hubungan dengan perubahan
konsentrasi CO2. Oleh karena itu agar
mendapatkan pengukuran yang akurat dari CO2.
Untuk memproses sinyal menggunakan TGS 4161
dibutuhkan mikroprosesor yang baik yaitu
FIC03272.
Struktur dan Dimensi
Gambar 3 Struktur dan dimensi TGS4161
Struktur Element Sensing
Gambar 4 Struktur elemen TGS 4161
Spesifikasi Sensor
Tabel 1 Spesifikasi sensor TGS4161
2.1.2 Mikroprosesor FIC03272
FIC03272 adalah mikroprosesor untuk
mengatasi sinyal dari sensor karbondioksida TGS 4161, memungkinkan untuk memelihara automasi kendali kualitas udara yang juga dapat digunakan pada bangunan yang berhubungan dengan aplikasi seperti ventilasi, air cleaning system dll.
Dimensi :
Gambar 5 Ukuran dimensi IC FIC03272 • Feature
1. Kalibrasi Otomatis
FIC03272 menggunakan konsep nilai
benchmark dari electromotive force (EMF) dalam penyediaan kalibrasi otomatis. Nilai
benchmark diasumsikan sama dengan level CO2
pada kondisi udara normal (mendekati 400 ppm) atau 350 ppm.
2. Sensitivitas tinggi terhadap CO2 dan luas range
deteksi dari 350ppm - 3000 ppm.
3. Dua Sinyal Output
FIC03272 menghasilkan dua sinyal output terpisah:
a) Untuk menghitung konsentrasi CO2, Dengan
ouputnya berupa sinyal PWM (Pulse Width Modulated)
b)Sinyal On/off dihasilkan sebagai sinyal
pengendali peralatan ventilasi fan, redaman dll. Mikroprosesor didesign untuk nilai yang
tinggi dari pembacaan EMF dari 350ppm CO2
(kondisi udara normal). Hasil pembacaan yang akurat tidak dapat dicapai apabila sensor
digunakan pada lingkungan yang konsentrasi CO2
-nya rendah atau kurang dari 350 ppm atau diatas 3000 ppm (digunakan tipe lain).
• Fungsi dasar
1. Penyetelan awal pada keadaan operasional.
Agar mencapai tampilan optimal dari sensor,
disediakan preset manual pada keadaan
operasional.
2. Operasi otomatis
Saat supply diberikan, warm-up timer akan aktif. Dan ketika waktu warm-up selesai, microprocessor secara otomatis akan memulai operasi dan menghasilkan dua sinyal output.
3. Line Test. mikroprosesor memiliki kemampuan
untuk melakukan line test untuk mengecek
fungsi mikroprosesor dan rangkaian
sekelilingnya. 4. Fungsi Pin Keterangan:
Pin 10: Input sinyal untuk mengeset Initial warm-up time.
Pin 11 & 12: Input sinyal VL dan TK untuk mengubah benchmark.
Pin 13: Input sinyal Tr untuk reset benchmark otomatis.
Pin 7: Input sinyal Vg Gas sensor
Pin 8: Input sinyal Vt Internal thermistor
Pin 24: Bias sinyal output
Pin 27: Reset benchmark manual sinyal input
Pin 25: PWM sinyal output untuk konsentrasi karbondioksida.
Pin 16: Kendali kelembaban sinyal output
Pin 18 & 19: Tampilan LED sinyal output
Pin 17: Malfungsi sinyal output
Pin 26: Pembaharuan status benchmark sinyal
output
Pin 4: Mode Line Test.
Dasar fungsi pin FIC03272 ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Dasar fungsi pin FIC03272
Menghitung/ menentukan kadar CO2 dari
sinyal output PWM
Untuk menentukan konsentrasi CO2 kita dapat
menghitungnya dengan melihat sinyal output PWM dari IC microprocessor yaitu pada pin 25. Penghitungannya yaitu sebagai berikut :
Gambar 7 Sinyal PWM untuk konsentrasi CO2
A,B,C merupakan lebar pulsa PWM yang bervariasi akibat adanya kadar CO2 yang terdeteksi oleh elektrolit sensor.
PERANCANGAN SISTEM
Rangkaian Aplikasi pengukur kadar CO2 di
udara
Blok diagram untuk menjalankan sensor dan memproses sinyal ditunjukkan oleh gambar berikut :
Gambar 6 Struktur Pin IC FIC03272
Gambar 8 Rangkaian Aplikasi.
Gambar 9 Blok diagram pemprosesan sinyal
Prinsip kerja alat pengukur kadar CO2 di
udara
Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah input gas CO2 yang ditangkap oleh sensor TGS 4161 di
masukkan kedalam rangkaian buffer amplifier dalam bentuk tegangan, kemudian oleh amplifier dikuatkan 4.5 kali dan dikuatkan lagi 10 kali kemudian masuk ke rangkaian pembanding, dan diumpanbalik ke IC untuk diproses.
IC mikroprosesor mengambil tegangan output atau gaya elektromotif (EMF) dari sensor TGS 4161 dan sinyal outputnya ada hubungannya
dengan konsentrasi CO2 di lingkungan.
Konsentrasi CO2 dihitung pada mikroprosesor
berdasarkan pada ∆EMF, yang merupakan
perubahan nilai EMF dari nilai normal lingkungan. Mikroprosesor juga terdiri dari software untuk mengkompensasi sinyal sensor dalam temperatur dan faktor dasar lingkungan.
Dari gambar 7 dan 8 perlu untuk dicatat :
• +5V seharusnya diberikan pada Pin No.6
untuk pemanas TGS4161.
• +3.8V adalah tegangan sepsifik untuk pin
No.5 yaitu untuk dihubungkan ke
thermistor yang dihubungkan secara seri ke resistor 8,2 KΩ.
Perubahan EMF menunjukkan perubahan konsentrasi CO2, kadar konsentrasi CO2 ditentukan
dengan melihat output dari microprocessor di pin 25 yaitu grafik pulsa high-nya kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan pada Gambar 7. Ket : bentuk gelombang PWM dapat dilihat dengan osiloskop pada pin 25.:
Blok diagram untuk menjalankan sensor dan memproses sinyal ditunjukkan oleh gambar berikut
Gambar 10 Blok Diagram Rangkaian.
Pengoperasian Alat Pengukur Gas CO2
Untuk mengoperasikan alat pengukur
konsentrasi gas CO2 dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Atur power supply dengan catu +5V dc.
• ON-kan Power Supply, berikan input +5V dc
ke rangkaian.
• Ketika supply sudah masuk ke rangkaian,
maka Led Hijau akan berkedip High/Low atau On/Off, 0.5 detik On dan 0.5 detik Off. Ini
menunjukkan bahwa rangkaian sedang
melakukan warming-up atau memanaskan sensor.
• Setelah ½ jam warming-up, Led hijau akan
high/On.
• Kemudian kalibrasi rangkaian dengan
menggunakan gas standar yaitu CO2 dengan
kadar 350ppm dengan mengatur
• potensiometer, untuk mengetahui ppm dari
output rangkaian hubungkan pin 25 dengan osiloskop. Lihat grafik gelombang PWM yang muncul dan hitung berapa kadar CO2-nya.
Atur potensiometer sampai 350ppm.
• Setelah dikalibrasi, tes rangkaian dengan
menggunakan gas CO2 yang kadar
konsentrasinya lebih tinggi,
misalnya dengan menggunakan asap
pembakaran kertas. Catat output yang
dihasilkan.
• Lakukan pengukuran berulangkali dan catat
output yang dihasilka HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data hasil pengukuran terlihat pada tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 3 Pengukuran Pertama pada pin 25 IC mikrokontroler FIC03272 (lihat gambar 8)
Tabel 4 Pengukuran Kedua
Pengukur an Grafik gelombang pada osiloskop (PWM) EMF (V) Kadar CO2 (ppm) Gas Standar 54ms 8ms T = 62ms 0.407 387 Kondisi Ruangan 50ms 12ms T = 62ms 0.66 580 Diberi Asap Bakaran kertas 61ms 1ms T = 62ms 2.32 2950 Penguku ran Grafik gelombang pada osiloskop (PWM) EMF (V) Kadar CO2 (ppm) Gas Standar 54ms 8ms T = 62ms 0.407 387 Kondisi Ruangan 50ms 12ms T = 62ms 0.6 580 Diberi Asap Bakaran kertas 61ms 1ms T = 62ms 2.3 2900
Tabel 5 Pengukuran tegangan di tiap TP
∆ = 4.4V O = 5V □ = 3.8V
PEMBAHASAN
Dari hasil pengukuran, dapat kita lihat pada Tabel 5 tegangan di tiap test point nilainya sudah sesuai dengan nilai tegangan yang seharusnya sesuai dengan simbolnya masing-masing. Dengan demikian tegangan yang diinginkan sudah sesuai dengan spesifikasi.
Dari hasil pengukuran pada Tabel 3 dan 4, pada saat rangkaian diberi gas standard tegangan output yang dihasilkan 0.4 V dengan konsentrasi CO2 387
ppm mendekati 350ppm. Pada saat kondisi ruangan
menunjukkan tegangan output 0.6 V maka ∆EMF =
0.6-0.4 = 0.2V. Pada saat diberikan asap
pembakaran kertas konsentrasi naik hingga
mencapai 2950ppm dengan tegangan outputnya
2.32V maka ∆EMF = 2.32-0.4 = 1.92V.
Gambar 11 Grafik skala Logaritmik
Grafik hubungan antara konsentrasi CO2 dan
EMF menunjukkan grafik yang linier sedangkan grafik hubungan antara konsentrasi CO2 dengan
∆EMF tidak linier. TP Tegangan seharusn ya (V) Tegangan Terukur (V) Error 1 5 4.96 0.8% 2 4.4 4.25 3.4% 3 4.4 4.25 3.4% 4 4.4 4.25 3.4% 5 3.8 3.66 3.6% 6 4.4 4.25 3.4% 7 4.4 4.25 3.4% 8 3.8 3.67 3.6% 9 5 4.96 0.8% TP Tegangan seharusn ya (V) Tegangan Terukur (V) Error 10 4.4 4.24 3.4% 11 3.8 3.66 3.6% 12 5 4.97 0.6% 13 5 4.97 0.6% 14 5 4.97 0.6% 15 4.4 4.21 5.2% 16 4.4 4.25 3.4% 17 5 4.94 1.2%
Rangkaian Buffer
Karena tegangan output pada gas standar adalah 0.4V, agar mempermudah pengkonversian dari analog ke digital atau ke ADC maka kita memerlukan rangkaian Buffer untuk membuat keluaran dari output tegangan gas standar menjadi nol. Berikut rangkaiannya:
Gambar 12 Rangkaian Buffer
Rangkaian ini menggunakan Op-amp single supply +5V, tegangan referensi diatur dengan menggunakan Rv potensiometer. Karena tegangan output gas standar 0.4V, maka tegangan referensi diatur sampai 0.4V agar output dari op-amp menjadi
0 sesuai dengan rumus penguat diferensial.
Gambar 13 Rangkaian penguat deferensial Pada rangkaian buffer konsentrasi CO2 yang terukur
akan dikurangi dengan tegangan referensi atau tegangan dari gas standar (0.4V). Tegangan keluaran dari buffer selanjutnya akan masuk ke rangakaian ADC kemudian mikrokontroller dan LCD.
Gambar 14 Blok Diagram untuk Display
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pengamatan pengukuran dan hasil analisa maka dapat disimpulkan:
Pengukur kadar CO2 merupakan suatu alat
sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur kadar CO2 pada suatu lokasi atau suatu ruangan
yang menggunakan sensor figaro TGS4161 dan memiliki keluaran berupa tegangan
1. Pengukur kadar CO2 memiliki sensitivitas
yang tinggi dan dapat mendeteksi hingga 3000ppm. Keadaan standar dari sistem tersebut adalah 350ppm.
2. Semakin besar perubahan tegangan EMF
maka semakin besar pula kadar CO2-nya.
3. Hubungan antara perubahan EMF dengan
perubahan konsentrasi CO2 akan mendekati
garis linier pada skala logaritmik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boylestad, Robert . (1992) . Electronic Device And Circuit Theory, SevenEdition New Jersey : Prentice Hall International, INC.
2. http//:www.figarosensor.com 3. http//:www.figaro.co.jp 4. http://www.mytutorialcafe.com/microcontroller