• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian E-commerce - BAB II MUHAMMAD FADLAN NAFI MANAJEMEN'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian E-commerce - BAB II MUHAMMAD FADLAN NAFI MANAJEMEN'17"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian E-commerce

Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulannya, "E-commerce is a part of E-business" (Muhammad 2002, dalam Triana, 2014).

Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet. Pasalnya, penggunaan internetlah yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang „booming‟.

(2)

misalnya, kemajuan teknologi telah melahirkan metode transaksi yang dikenal dengan istilah e-commerce (electronic commerce). E-commerce merupakan transaksi jual beli produk, jasa dan informasi antar mitra bisnis melalui jaringan komputer yaitu internet. Internet merupakan “a global network of computer network” atau jaringan komputer yang sangat besar yang terbentuk dari jaringan-jaringan kecil yang ada di seluruh dunia yang saling berhubungan satu sama lain. Salah satu fungsi internet adalah sebagai infrastuktur utama e-commerce (Muhammad 2002, dalam Triana, 20014).

Secara umum menurut Baum, (2000) yang dikutip oleh Purbo dan Wahyudi, “E-commerceis a dynamic set of technologies, aplications,

and business process that link enterprises, consumers, and communities

trough electronic transactions and electronic exchange of goods,

services, and information”. E-commerce merupakan satu set dinamis teknologi aplikasi dan proses bisnis yangmenghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik. (Asnawi, 2004 dalam Triana 2014).

(3)

Sedangkan Purbo dan Wahyudi yang mengutip pendapatnya Baum (2000) menyebutkan bahwa: “E-commerce is a dynamic set of technologies, aplications, and business procces that link enterprises,

consumers, and communities through electronic transaction and the

electronic exchange of goods, services, and information”. Bahwa e-commerce merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. E-commerce digunakan sebagai transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, antara perusahaan dengan pelanggan (customer), atau antara perusahaan dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan public. Menurut Nuryani dalam Triana (2001) Jika diklasifikasikan, sistem e-commerce ter bagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:

a. Electronic Markets(EMs).

(4)

dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.

b. Electronic Data Interchange (EDI).

(5)

cepat, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.

c. Internet Commerce.

Internet commerce adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan / pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer kerekening penjual. Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat. Internet merupakan media promosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah, serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.

Secara garis besar, e-commerce saat ini diterapkan untuk melaksanakan aktivitas ekonomi business, business-to-consumer dan business-to-consumer-to-business-to-consumer (Nuryani, dalam Triana, 2001).

Berikut penjelasannya:

(6)

Merupakan sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis atau dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini pelaku bisnis) dan dalam kapasitas atau volume produk yang besar.

b. Business-to-consumer

Bentuk bisnis yang menghubungkan perusahaan dengan para pelanggan lewat internet, menyediakan instrumen penjualan produk-produk atau jasa-jasa dan mengatur komunikasi dan hubungan dengan para pelanggan.

c. Consumer-to-consumer

Merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula. Segmentasi consumer-to-consumer ini sifatnya lebih khusus karena transaksi dilakukan ke konsumen yang memerlukan transaksi.

Menurut Muhammad dalam Triana (2002), dalam dunia e-commerce, terdapat beberapa model bisnis yang dapat dikategorikan menjadi sembilan model bisnis. Kesembilan model ini adalah:

a. Virtual Storefront, yaitu menjual produk fisik atau jasa secara online, sedangkan pengirimannya menggunakan sarana-sarana tradisional.

(7)

c. Information Broker, yaitu menyediakan informasi mengenai produk, harga dan ketersediaannya dan kadang menyediakan fasilitas transaksi.

d. Transaction Broker, yaitu pembeli dapat mengamati berbagai tarif dan syarat pembelian, namun aktivitas bisnis utamanya adalah memfasilitasi transaksi.

e. Electronict Clearinghouses, yaitu menyediakan suasana seperti tempat lelang produk, dimana harga dan ketersediaan selalu berubah tergantung pada reaksi konsumen.

f. Reverse Auction, yaitu konsumen mengajukan tawaran kepada berbagai penjual untuk membeli barang atau jasa dengan harga yang dispesifikasi oleh pembeli.

g. Digital Product Delivery, yaitu menjual dan mengirim perangkat lunak, multimedia dan produk digital lainnya lewat internet.

h. Content Provider, yaitu menyediakan layanan dan dukungan bagi para pemakai perangkat lunak dan perangkat keras.

i. Online Service Provider, yaitu menyediakan layanan dan dukungan bagi para pemakai perangkat lunak dan perangkat keras.

(8)

a. Transaksi tanpa batas

Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line. b. Transaksi anonim

Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan, yang biasanya dengan kartu kredit.

c. Produk digital dan non digital

(9)

d. Produk barang tak berwujud

Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan barang tak berwujud separti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.

Implementasi e-commerce pada dunia industri yang penerapannya semakin lama semakin luas tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadisemakin dinamis dan global, namun telah membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik (Electronic Business Community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat bertemu, berkomunikasi, dan berkoordinasi ini secara intens memanfaatkan media dan infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri tempat bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Transaksi yang terjadi antara demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda karena kemajuandan perkembangan teknologi informasi, yang dalam hal ini adalah teknologi e-commerce (Indrajit &Eko, 2001).

(10)

berbeda dan bersifat lebih kompleks yaitu berupa ancaman penyalahgunaan dan kegagalan sistem yang terjadi. Hal ini meliputi: kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan, pencurian informasi rahasia, penggunaan akses ke sumber pihak yang tidak berhak, kehilangan kepercayaan dari para konsumen dan kerugian-kerugian yang tidak terduga misalnya gangguan dari luar yang tidak terduga, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik (Indrajit & Eko, 2001).

2. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan nilai yang paling dihargai dalam hubungan antar manusia. Kepercayaan adalah rasa percaya yang dimiliki orang terhadap orang lain, dimana kepercayaan ini didasarkan pada integritas, reliabilitas dan kredibilitas. Kepercayaan akan ada, apabila saling percaya dan itu terjadi jika saling terbuka, kompeten, adil, jujur, akuntabel dan penuh penghargaan. Dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya, seseorang harus dilihat sebagai orang yang jujur, kompeten dan memiliki ketulusan pada orang lain (Wibowo, 2006).

(11)

disamping proteksi secara vertikal seperti norma, nilai dan etika yang dianut oleh para pelaku bisnis. Dalam dunia online demikian pula, harmonisasi antara ketiga aspek di atas (value, law dan konsensus) dipadukan dengan mekanisme-mekanisme pembangun kepercayaan secara total dalam proses keseluruhan (Muhammad et al, dalam Triana, 2002). Menurut James (2003) beberapa elemen penting dari kepercayaan yaitu:

a. Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan masa lalu. Hal ini ditandai dengan adanya pembelian ulang.

b. Watak yang diharapkan dari partner, seperti dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

c. Kepercayaaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam resiko.

d. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri partner.

(12)

yang dilakukan oleh Kim et al. (2007), Pavlou (2003), dan Suh dan Han (2003).

Risiko dan kepercayaan memiliki hubungan erat karena kepercayaan akan sulit timbul apabila masih terdapat risiko yang terlalu besar (Artha, dalam Shomad 2011). Dalam penelitiannya yang dilakukan di Taiwan, Hung et al (2006) menyimpulkan bahwa kepercayaan berpengeruh positif terhadap sikap penggunaan layanan e-commerce. Penelitian yang dilakukan oleh Cho (2006) konsisten dengan hasil penelitian Hung et al (2006). Cho menyimpulkan bahwa kepercayaan pada jasa online mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap penggunaan jasa online.

3. Resiko

(13)

ditanggung oleh konsumen jika melakukan transaksi secara online. Persepsi resiko menunjuk pada rasa ketidakpastian yang dialami oleh konsumen saat memutuskan untuk melakukan pembelian melalui perusahaan online (Gurung, 2006 dalam Safina 2015).

Pengertian lain mengenai persepsi resiko adalah persepsi atas ketidakpastian dan konsekuensi yang akan dihadapi setelah melakukan aktivitas tertentu (Hsu dan Chiu, 2004). Resiko persepsian merupakan suatu persepsi-persepsi tentang ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi tidak diinginkan dalam melakukan suatu kegiatan (Hsu dan Chiu 2004 dalam Saraswati 2013). Persepsi resiko digunakan sebagai suatu pengganti resiko karena sukar untuk menangkap resiko sebagai suatu sasaran yang pasti. Menurut (Sjöberg et al, 2004 dalam Saraswati 2013), persepsi resiko merupakan penaksiran subyektif mengenai probabilitas tipe yang menspesifikkan kecelakaan yang terjadi dan bagaimana kekuatiran akan konsekuensi yang ditimbulkan.

4. Persepsi Manfaat

(14)

Individu yang merasa semakin mudah menggunakan internet, akan merasa semakin mudah mendapatkan manfaat dari teknologi tersebut. Margherio (1998) menyatakan bahwa konsumen internet melaporkan bahwa mereka melakukan pembelian di situs web karena adanya perceived benefit (misalnya, kenyamanan meningkat, penghematan biaya, penghematan waktu, peningkatan berbagai produk untuk memilih dari dibandingkan dengan belanja secara tradisional). Individu yang merasa semakin mudah dan memahami penggunaan internet, akan merasa semakin mudah mendapatkan manfaat dari teknologi tersebut. Persepsi manfaat (perceived usefulness) merupakan suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya (Wibowo,2008) yang juga mendasarkan pada (Davis, 1989 dalam Yolanda 2014).

Davis et al (1989) dalam Yolanda (2014) mendefinisikan persepsi manfaat (Perceived Usefulness) sebagai “the degree to which a person believes that using particular system would enhance his or her job

(15)

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul karena adanya ekspektasi yang dirasakan oleh individu itu sendiri dari hasil berinteraksi dengan sebuah aplikasi sistem teknologi informasi. Sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena adanya ekspektasi atas penggunaan aplikasi sistem teknologi informasi tertentu yang diterima dari luar.

5. Privasi

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain. Adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain dalam rangka menyepi saja (Prabowo 1998).

Adapun faktor – faktor privasi menurut (Prabowo1998) : a. Faktor personal

(16)

b. Faktor situasional

Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.

c. Faktor budaya

Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dinding dari bamboo terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

Adapun fungsi Privasi Menurut Altman dalam Prabowo, (1998) ada tiga fungsi dari privasi, yaitu:

a. Pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan oang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersamasama dengan orang lain dikehendaki.

b. Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain.

(17)

6. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku persepsian direfleksikan oleh pengalaman masa lalu dan juga kepemilikan sumber-sumber daya (misalnya uang, keahlian, waktu, kerjasama dengan organisasi lainnya) dan kesempatan-kesempatan, (Ajzen, 1991 dalam Novitasari 2015). Sedangkan menurut Pavlou dan Fygenson (2006) persepsi kontrol perilaku adalah kemudahan atau kesulitan konsumen dalam mendapatkan informasi produk dan pembelian produk dari vendor web yang dirasakan oleh masing-masing individu. Nazar dan Syahran (2008) menyatakan bahwa kemudahan dalam penggunaan merupakan sejauh mana seorang individu berpikir untuk bagaimana menggunakan atau menemukan sesuatu hal dengan mudah dengan pemikirannya dia, dan itu merupakan faktor penting untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.

7. Konsep Niat Penggunaan Sistem E-commerce

(18)

jauh kemungkinan seseorang akan melakukan perilaku di masa yang akan datang tersebut.

Dalam lingkup e-commerce, niat menunjuk pada kemauan seseorang untuk melakukan pembelian secara online. Sehingga, mengukur niat akan dapat memberikan indikasi terhadap perilaku konsumen untuk bertransaksi secara online (Gurung, 2006 dalam Novitasari 2015).

Niat untuk melakukan pembelian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai salah satu komponen perilaku kognitif konsumen tentang bagaimana seorang individu bermaksud untuk membeli merek tertentu, (Linget al. 2010). Niat pembelian secara online adalah situasi ketika seorang pelanggan bersedia dan berniat untuk terlibat dalam transaksi online. Transaksi online dapat dianggap sebagai kegiatan di mana proses pencarian informasi, transfer informasi, dan pembelian produk, (Pavlou, 2003 dalam Novitasari 2015).

Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol perilaku persepsian yang merupakan unsur dari Theory of Planned Behavior. Theory of Planned Behavior merupakan pengembangan lebih lanjut dari

(19)

behavior, adalah niat seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu, (Jogiyanto, 2007 dalam Novitasari).

Penelitian ini akan menggunakan lima variabel independen yaitu kepercayaan, persepsi resiko, persepsi manfaat, persepsi privasi dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian ini digunakan untuk menguji apakah keempat variabel ini memiliki motivasi terhadap niat pengguanaan e-commerce.

8. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah mengkaji mengenai pengaruh kepercayaan, persepsi resiko, persepsi manfaat, persepsi privasi, dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat penggunaan sistem e-commerce. Antara lain:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Novitasari, 2015

Variabel Independen : kepercayaan (X1), persepsi resiko (X2), persepsi manfaat (X3), dan persepsi kontrol perilaku (X5)

Variabel Dependen :

Niat penggunaan E-commerce

Variabel kepercayaan,komitmen, persepsi manfaat, dan persepsi kontrol perilaku terbukti berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.Sebaliknya, konstruk persepsi resiko tidak berpen garuh terhadap niat penggunaan sistem

E-commerce.

2. Yutadi, 2015

Variabel Independen : Pengaruh Persepsi Privasi (X4), Persepsi Keamanan, PersepsiKepercayaan (X1), Persepsi Risiko (X2), Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan Variabel Dependen :

Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa minat penggunaan E-commerce

(20)

terhadap Minat Penggunaan

E-commerce.

kemudahan.

Sedangkan konstruk persepsi keamanan tidak memberikan pengaruh positif terhadap minat penggunaan e-commerce.

3. Shomad, 2013

Variabel Independen : Pengaruh Kepercayaan (X1), Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, dan Persepsi Risiko (X2).

Variabel Dependen : Perilaku

Penggunaan E-commerce

Hasil analisa adalah perilaku untuk menggunakanE-commerce

dipengaruhi oleh minat, serta konstruk minat dipengaruhi oleh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, dan persepsi risiko.

4. Saraswati, 2013

Penerimaan sistem E-commerce :

Pengaruh kepercayaan (X1), persepsi manfaat (X3) dan persepsi risiko (X2).

Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa konstruk minat berpengaruh terhadap perilaku untuk menggunakan layanan E-commerce, serta

konstruk kepercayaan dan persepsi manfaat berpengaruh terhadap minat digunakannya layanan sistem

E-commerce. Sedangkan konstruk persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap minat digunakannya layanan E-commerce.

5. Yolanda, 2014

Variabel Independen : Pengaruh Persepsi Manfaat (X3), Persepsi Kemudahaan, Persepsi Kenyamanan, Dan Norma Subjektif

Variabel Dependen :

Terhadap Minat Menggunakan

Electronic Commerce (E-commerce)

Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa persepsi manfaat dan persepsi kenyamanan berpengaruh terhadap minat menggunakan E-commerce.

Sebaliknya, persepsi kemudahaan dan norma subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap minat

menggunakan E-commerce.

9. Kerangka Pemikiran Teoritis

(21)

tertentu. Diungkapkan pula oleh Moorman (1992) dalam Setiwan, (2007), bahwa keterhubungan antara dua pihak yang melakukan pertukaran, dalam hal ini pengguna informasi penelitian dengan para peneliti, kualitas interaksi dengan peneliti, keterlibatan peneliti dalam proses penelitian, dan komitmen untuk melakukan keterhubungan. Artinya kepercayaan dan komitmen merupakan variable-variabel yang terkait erat dengan perilaku penggunaan informasi penelitian pasar. Berdasarkan penelitian Novitasari, (2015) dan Yutadi, (2015) bahwa kepercayaan berpengaruh positif terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

(22)

Yutadi, (2015) menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh positif terhadap minat penggunaan e-commerce.

Berbeda dengan hal itu, faktor persepsi manfaat pun bisa berpengaruh untuk melakukan penggunaan sistem e-commerce dikarenakan seseorang memahami sistem tersebut salah satu contohnya adalah manfaat kepraktisan. Kepraktisan ini menjadi nilai tambahan untuk sistem berbelanja online. Hasil penelitian Novitasari, (2015) dan Saraswati (2013) menunjukan bahwa persepsi manfaat berpengaruh positif terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

Begitu juga dengan persepsi privasi, bagaimana suatu perusahaan e-commerce bisa menjaga kepercayaan konsumen dengan tidak menyalahgunakan data pribadi konsumen yang akan berbelanja di e-commerce. Hal ini menjadi hal yang penting, karena tidak semua orang ingin hak privasinya terganggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yutadi, (2015), persepsi privasi memberikan pengaruh positif terhadap minat penggunaan e-commerce.

Dan persepsi kontrol perilaku dimana konsumen memiliki waktu yang bebas dan tempat yang bebas untuk melakukan aktivitas berbelanja online. Hasil penelitian Novitasari, (2015) menunjukkan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

(23)

akan dianalisis terhadap niat penggunaan e-commerce. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diambil suatu kerangka yang diterjemahkan ke dalam suatu model pengukuaran niat penggunaan sistem e-commerce yang secara sederhana yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kerangka pemikiran pada penelitian ini sebagaimana yang tampak pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

10. Hipotesis

Menurut Sugiyono, (2013) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah perlu penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat yang masih perlu dibuktikan benar atau tidak. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:

Niat Penggunaan

Sistem E-commerce

(Y)

Kepercayaan (X )

Persepsi Resiko (X )

Persepsi Manfaat (X3)

H1

H2

H3

H4

Persepsi Privasi (X4)

Persepsi Kontrol perilaku (X5)

H5

(24)

H1 = Kepercayaan secara parsial berpengaruh terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

H2 = Persepsi resiko secara parsial berpengaruh terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

H3 =Persepsi manfaat secara parsial berpengaruh terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

H4 =Persepsi privasi secara parsial berpengaruh terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

H5 = Persepsi privasi secara parsial berpengaruh terhadap niat penggunaan sistem e-commerce.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilihan mitra BGS/BSG dapat dilakukan penunjukan langsung terhadap BGS/BSG tertentu yang ditetapkan

dari hari ke 9 sampai SBB mencapai kenaikan suhu yang khas.. b) Dapat digabungkan dengan metode kontrasepsi lain, misalnya. dengan metode barrier. c) Aman dan murah tanpa

Adanya pengaruh murottal al-Qur’an pada bobot tetas DOQ diduga disebabkan karena pada saat telur puyuh diinkubasi dan diberikan paparan murottal al-Qur’an, maka

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ditemukan variasi jenis-jenis udang air tawar dari tujuh stasiun yang tersebar di wilayah Kabupaten Aceh Barat.. Penelitian

Kesulitan siswa dalam memahami konsep laju reaksi dapat dibantu dengan bahan ajar media pembelajaran berbasis android pada materi praktikum laju reaksi menggunakan

Nilai ROE perusahaan yang rendah dapat menimbulkan kesan yang buruk bagi para investor, tetapi jika nilai ROE yang rendah disebabkan karena perusahaan sedang melakukan

Contoh yang paling mudah dipahami adalah asas pada pendulum ( bandul / anak  lonceng ) serta gerak melingkar. Gerakan pada asas berayun dan menggantung dapat dijumpai pada

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang