• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Layanan - PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KINERJA KERELASIAN NASABAH (Surveipadanasabah BRI BritAmawilayahpemasaranPurbalingga) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Layanan - PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KINERJA KERELASIAN NASABAH (Surveipadanasabah BRI BritAmawilayahpemasaranPurbalingga) - repository perpustakaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kualitas Layanan

2.1.1 Pengertian Kualitas Layanan

Definisi kualitas layanan menurut produsen adalah kesesuaian

terhadap spesifikasi, dimana produsen memberikan toleransi tertentu

yang dispesifikasikan untuk dimensi-dimensi kritis dan tiap bagian

yang dihasilkan. Pada bidang jasa, kualitas layanan dipertahankan

dengan memenuhi standar pelayanan. Dari sudut pandang konsumen,

kualitas layanan berarti nilai yaitu seberapa baik suatu produk atau jasa

menyajikan tujuan yang dimaksudkan dengan tingkat harga yang

bersedia dibayar oleh konsumen.

Menurut Tjiptono dan Chandra (2005) kualitas layanan merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Menurut Stanton (2000), pelayanan adalah kegiatan yang dapat

didefinisikan secara tersendiri yang pada hakekatnya bersifat tak teraba

(intangible), yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus

terikat penjualan produk atau jasa lain. Pelayanan adalah merupakan

tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak

kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak

(2)

Menurut Kotler (2004:83) definisi pelayanan adalah setiap

tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau

tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku

produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga

mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum

dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang

bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta

pembelian ulang yang lebih sering.

Menurut Tjiptono (2001:165) bahwa kualitas layanan merupakan

tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan

jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan

atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi,

penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi

persepsi evaluatif terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu

tertentu. Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan/konsumen.

2.1.2 Dimensi Kualitas Layanan

Zeithaml dan Bitner (2000), serta Gronroos (2001) mendefinisikan

(3)

excellent’ atau ”superior” dibandingkan dengan harapan nasabah.

Apabila jasa yang diterima oleh nasabah sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan bank dipersepsikan

baik/memuaskan, jika pelayanan yang dirasakan melampaui harapan

nasabah, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik/ideal, dan

sebaliknya jika pelayanan yang dirasakan lebih rendah dari pada yang

diharapkan nasabah, maka kualitas pelayanan akan dipersepsikan

sangat jelek/kurang ideal sehingga mereka akan merasa tidak puas.

Karena itu, baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada

kemampuan penyedia jasa untuk dapat secara konsisten memenuhi

ekspektasi nasabahnya.

Menurut Zeithaml (2003:93), dimensi kualitas layanan dibagi

menjadi lima (5), yaitu:

a. Reliability

Kemampuan untuk diandalkan dalam menunjukkan layanan yang

dijanjikan dengan tanggung jawab dan akurat kepada

konsumennya. Reliability berarti perusahaan menepati apa yang

dijanjikan, baik mengenai pengantaran, pemecahan masalah dan

harga.

b. Responsiveness

Kesadaran atau keinginan untuk cepat bertindak membantu tamu

dan memberikan layanan yang tepat waktu. Dimensi ini

(4)

dengan permintaan konsumen, pertanyaan, komplain, dan masalah

yang terjadi. Responsiveness juga berhubungan dengan pelanggan

mengenai berapa lamanya waktu yang diperlukan untuk menunggu

pertolongan atau bantuan, menjawab pertanyaan atau memberikan

perhatian.

c. Assurance

Pengetahuan karyawan dan keramahtamahan, serta kemampuan

karyawan untuk menerima atau membawa kepercayaan dan

kenyamanan. Ciri-ciri dari dimensi ini yaitu berkompetensi untuk

memberikan layanan, sopan dan memiliki sifat hormat terhadap

tamu. Dimensi ini mungkin menjadi bagian penting dari layanan

dimana konsumen merasa aman (secure) dan terjamin, bahwa

konsumen akan dilayani oleh karyawan yang memiliki kemampuan

dan pengetahuan yang baik tentang produk atau jasa yang dijual

oleh produsen.

d. Empathy

Kemampuan untuk mengerti keinginan konsumen, serta

memperhatikan emosi atau perasaan konsumen dan juga

tersedianya perhatian atau atensi untuk para konsumen. Dimensi

empati ini memiliki ciri-ciri: kemauan untuk melakukan

pendekatan, memberikan perlindungan dan usaha untuk mengerti

keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu. Pokok dari empati adalah

(5)

pribadi atau khusus. Konsumen mengerti betapa pentingnya

perusahaan menyediakan layanan untuk mereka. Para karyawan

dalam perusahaan layanan yang kecil seringkali mengenal nama

pelanggan dan membangun hubungan yang merefleksikan

pengetahuan dari para karyawan mengenai keperluan dan pilihan

konsumen.

e. Tangibles

Tangible adalah faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen

dari segi visual (berhubungan dengan lingkungan fisik). Tangible

yang baik akan mempengaruhi persepsi konsumen. Pada saat yang

bersamaan aspek tangible ini juga merupakan salah satu sumber

yang mempengaruhi harapan konsumen. Karena tangible yang

baik, maka harapan konsumen menjadi lebih tinggi, penting bagi

suatu perusahaan untuk memberikan impresi yang positif terhadap

kualitas layanan yang diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan

konsumen yang terlalu tinggi. Hal ini meliputi lingkungan fisik

seperti exterior dan interior bangunan, penampilan personel yang

rapi dan menarik saat memberikan jasa. Lingkungan fisik ini

merupakan gambaran dari layanan dimana konsumen baru akan

menggunakannya untuk mengevaluasi kualitas. Industri layanan

yang menegaskan lingkungan fisik dalam strategi layanan,

(6)

untuk mendapatkan layanan seperti di restoran, hotel, toko dan

perusahaan hiburan.

2.2 Kinerja Kerelasian Nasabah 2.2.1 Pengertian Kinerja

Menurut Hasibuan (2000) “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapaan, pengalaman

dan keunggulan serta waktu”. Penilaian kinerja adalah (performance

appraisal) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk

mengevaluasi pelaksanaan kerja individu pegawai (Simamora, 2004).

Keadaan Kinerja Kerelasian Nasabah Bank BRI berusaha

mempertahan nasabah dalam jangka panjang dengan membangun

kerelasian nasabah. Menurut Gronroos (2001) menyatakan ”Customer

satisfaction has a favorable effect on the strength of a relationship.

Strong relationship make customer loyal”. Donaldson dan O’Tolle

(2002) menyatakan pengukuran kinerja kerelasian (relationship

performance measurement) dapat diukur berdasarkan outcome perilaku

(non-financial) seperti pengukuran kepuasan nasabah terhadap kualitas

pelayanan (produk jasa). Pada penelitian ini, pengukuran kinerja

kerelasian nasabah dilakukan dengan cara seperti pengukuran

kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan yaitu dengan cara

(7)

(expected customer relationship) dengan kinerja kerelasian yang

dirasakan nasabah (perceived customer relationship).

2.2.2 Kinerja Kerelasian Nasabah (Customer Relationship Performance)

Kerelasian nasabah (customer relationship) adalah suatu ikatan

(bond) atau koneksi (connection) antara sebuah bank (perusahaan) dan

nasabah (pelanggan)-nya, dalam bentuk kerelasian bisnis atau

pertukaran (exchange relationship) yang dapat mencakup manfaat:

emosional, sosial, dan psikologik serta finansial. Bank dapat

mengimplementasikan beberapa strategi dan taktik atau program

kerelasian nasabah. Berry and Parasuraman (dalam Zeithaml and

Bitner, 2000) menyatakan: ”The specific strategies and tactics used by

firms to build relationships and tie customers closer to the firm….

Four types of retention tactics idea: financial bonds, social bonds,

customization bonds, structural bonds.” Ada empat tipe taktik

mempertahankan (retention) atau kerelasian (relationship) nasabah

yang dapat diimplementasikan disesuaikan dengan kemampuan

masing-masing bank yaitu: (1) ikatan finansial (financial bonds), (2)

ikatan sosial (social bonds), (3) ikatan kemudahan (customization

bonds), dan (4) ikatan struktural (structural bonds). Penelitian ini

hanya memilih penerapan taktik atau program kerelasian nasabah:

ikatan keuangan, ikatan sosial, dan ikatan kemudahan. Kinerja

kerelasian nasabah yang memuaskan dapat memperkuat dan

(8)

2.2.3 Dimensi Kinerja

Kinerja (performance) mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas

yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Kinerja merefleksikan

seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan.

Sering di salah tafsirkan sebagai upaya, yang mencerminkan energi

yang dikeluarkan, kinerja diukur dari segi hasil.

2.2.4 Dampak Penilaian Kinerja atas individu karyawan

Karena arti penting penilaian kinerja bagi kalangan karyawan,

metode penilaian yang diterapkan dan bagaimana hasilnya

dikomunikasikan dapat memiliki imbas positif maupun imbas negatif

terhadap moral kerja karyawan. Tatkala penilaian kinerja dipakai

untuk tindakan disiplin, kenaikan gaji, promosi, pemecatan atau

pemberhentian sementara, penilaian kinerja bakal dianggap

menakutkan oleh orang-orang yang kurang produktif dan orang-orang

merasa bahwa penilaian kinerja akan dilakukan secara srampangan dan

tidak adil.

2.2.5 Dampak Penilaian atas organisasi

Dampak penilaian kinerja terhadap organisasi membantu dalam

hal-hal seperti pengambilan keputusan kompensasi dan pemberian

umpan balik atas kinerja, hasil proses penilaian kinerja dapat memasok

data yang berfaedah tentang keberhasilan aktivitas-aktivitas lainnya

(9)

Penilaian kinerja mempunyai peranan penting dalam peningkatkan

motivasi ditempat kerja. Penilaian kinerja ini (performance appraisal)

pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu

organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan

memerlukan balikan berkenaan dengan potensi mereka dan penilaian

menydiakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka

jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan

kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun

rencana peningkatan kinerja (Desseler dalam Narmodo dan Wadji,

2006)

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran adalah kesimpulan yang bersifat sementara dari

tinjauan pustaka yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang

diteliti.

Gronroos (2001) yang menyatakan: ”Customer satisfaction has a

favorable effect on the strength of a relationship. Strong relationship make

customer loyal. Customer satisfaction has a direct impact on relationship

strength.” Peran penting kualitas pelayanan yang memuaskan nasabah

berpengaruh terhadap penguatan kerelasian nasabah. Kaitan kualitas

pelayanan dengan kinerja kerelaian nasabah dengan bank atau perusahaan

lain pada umumnya dikemukanan oleh Zeithaml dan Bitner (2000) yang

(10)

unless there is a solid base of service quality and customer satisfaction to

build on.” Pendapat ini didukung oleh Barnes (2003) yang menyatakan

bahwa tidak akan berhasil untuk mencoba melakukan strategi

mempertahankan (retensi) nasabah dengan kualitas pelayanan yang

mutunya rendah (inferior service).

Donaldson and O Tolle (2002) menyatakan: ”Some buyer/seller

relationship performance depends on technical and functional quality.

Kinerja kerelasian pembeli dengan penjual penyedia jasa tergantung

kualitas fungsional dan kualitas teknikal pelayanan. Pendekatan yang

profesional, ketrampilan interpersonal yang baik, kemampuan

berkomunikasi, sikap yang positif, pengetahuan produk yang baik, dan

faktor senyuman, semuanya dapat berperan pada suatu citra dan tingkat

kepuasan pelanggan yang selanjutnya menjadi pendorong kerelasian

nasabah dengan bank. Kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan

hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan kerelasian

nasabah. Faktor-faktor lain seperti komitmen nasabah dan juga berbagai

ikatan yang dilakukan oleh bank juga mempengaruhi kekuatan suatu

kerelaian antara nasabah dengan bank. Storbacka dan Lehtinen (2001)

menyatakan: ”Customer satisfaction on service quality is only one factor

that influences the strength of a relationship. Other influential factors

include the customer’s commitment to the relationship and the bonds that

(11)

Dari kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan antar variabel

penelitian di atas, dapatlah disusun sebuah paradigma penelitian yang

menggambarkan keterkaitan variabel bebas dengan variabel terikat seperti

gambar berikut (Putra, 2009) :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 HIPOTESIS

Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus

dikumpulkan. Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan

yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya.

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan (reliability,

responsiveness, assurance, empathy, tangible) terhadap kinerja

kerelasian nasabah (ikatan finansial, ikatan sosial, dan ikatan

kemudahan). KUALITAS PELAYANAN 1. Reliability

2. Responsiveness

3. Assurance

4. Empathy

5. Tangible

KINERJA KERELASIAN

(12)

H2 : Keadaan Kualitas pelayanan (reliability, responsiveness, assurance,

empathy, tangible) dan kinerja kerelasian (ikatan finansial, ikatan

sosial, ikatan kemudahan) memuaskan nasabah produk BRI

Gambar

gambar berikut (Putra, 2009) :

Referensi

Dokumen terkait

an Liiokligai B€ ahai JaEn Tembus (DESA WONORFJO) Jaan Liigkung6i Dusui Peunpaig oESA BFIoX. Jaan LiiONuigan Pemakananllmum Jl AMD Maiungga ousunEka Jayalidah Ds

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Tegalpanggung maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam berttuk cetakan ditempat yang telah ditentukan oleh panitia dengan membawa bukti pengambilan dari panitia5. 6, Rapat Penjelasan

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh tanggung jawab untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. POKJA ULP Prograrn P2K3L Pada Kegiatan

[r]

However the strongest evidence and opinion across the entire research study, including the case studies, related to staff time, staff development and understanding the management

Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mengambil Dokumen Pengadaan.. Dokumen Pengadaan dapat diambil dalam bentuk softcopy melalui

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk paket