• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN

TANPA LELANG

Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran tersebut mengakibatkan kerugian bagi nelayan. Namun demikian belum diketahui secara detail seberapa besar kerugian nelayan karena berurusan dengan tengkulak atau ketika mereka terlibat hutang dengan tengkulak. Tentu saja itu semua akan diperoleh setelah diketahui besaran keuntungan yang didapat oleh nelayan apabila tidak berurusan dengan tengkulak. Sebelum membahas lebih jauh mengenai besaran jumlah kerugian nelayan, perlu dibahas beberapa bentuk atau pola pemasaran hasil tangkapan nelayan baik dengan lelang dan tanpa lelang.

6.1 Bentuk Pemasaran Ikan

Secara garis besar terdapat 2 pola proses pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan, yaitu pemasaran dengan aktivitas lelang dan tanpa lelang di TPI. Sistim pemasaran ikan baik melalui aktivitas lelang maupun tanpa lelang memiliki beberapa kemiripan, salah satunya adalah bahwa konsumen dan produsennya sama. Akan tetapi perbedaannya terletak pada ikan yang dipasarkan setelah dilelang terlebih dahulu untuk pemasaran dengan lelang, tetapi untuk pemasaran tanpa lelang, ikan langsung dijual ke pedagang atau bahkan langsung kepada konsumen akhir.

Pemasaran Ikan melalui sistem lelang, khususnya yang terjadi di PPN Palabuhanratu umumnya dilakukan pada pagi hari. Aktivitas ini diikuti oleh pembeli-pembeli yang ingin membeli ikan dari nelayan beserta dengan pemilik kapal. Ikan yang tidak melalui proses lelang, setelah ikan didaratkan biasanya ikan langsung dijual kepada tengkulak, pedagang, maupun konsumen. Pernyataan berikut disampaikan oleh juru lelang di TPI PPN Palabuhanratu.

Beliau juga menambahkan bahwa dengan adanya transaksi yang dilakukan diluar lelang mengakibatkan TPI kesulitan melaporkan data berapa jumlah ikan yang didaratkan atau yang ditangkap. Tentunya hal tersebut berpengaruh terhadap

(2)

Pajak Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sukabumi yang berasal dari biaya retribusi lelang.

6.2 Kerugian Nelayan dalam Pemasaran tanpa Lelang

Pemasaran ikan yang dilakukan oleh nelayan bisa dikatakan merugikan baginya apabila harga yang terbentuk dari penjualan hasil tangkapan bukan ditentukan oleh dirinya atau yang ditentukan oleh pasar. Pada umumnya harga yang terbentuk menjadikan nelayan dalam posisi yang dirugikan apabila hasil tangkapan tidak dipasarkan melalui lelang.

6.2.1 Bentuk-bentuk kerugian

Bentuk-bentuk kerugian yang dirasakan oleh nelayan dari tengkulak biasanya dalam penentuan harga dari hasil tangkapan yang diperolehnya. Penentuan harga yang terlalu rendah membuat nelayan hanya mendapatkan penghasilan yang kecil setelah dikurangi biaya operasional. Ketidakmampuan nelayan dalam menentukan harga dikarenakan nelayan tidak menginginkan ikan yang ia dapat tidak laku terjual, atau dengan kata lain lebih baik terjual dengan harga yang murah dibanding tidak laku sama sekali. Sifat ikan yang mudah busuk menuntut nelayan harus menjual ikan secepatnya.

Selain dalam masalah penentuan harga, nelayan juga mengalami kerugian dari beberapa sistem yang ditetapkan oleh tengkulak. Tengkulak menetapkan peraturan bagi siapa saja yang hendak meminjam uang kepadanya. Namun sering kali nelayan yang meminjam dimanfaatkan oleh tengkulak demi keuntungan dirinya, yaitu nelayan harus menjual ikan hasil tangkapan yang didapat kepada tengkulak tersebut dengan harga yang lebih murah dari pada dijualnya ke TPI ataupun ke pedagang lainnya. Penentuan sistem ini diberlakukan karena dari pihak tengkulak sendiri tidak ingin rugi apabila nelayan yang meminjam uangnya tidak bisa mengembalikan. Oleh karena itu tengkulak menetapkan sistem tersebut agar menutup kerugian apabila nelayan yang diberikan pinjaman tidak mampu membayarnya, sekaligus mendapatkan keuntungan dari hasil jual ikan yang dibeli dari nelayan.

(3)

6.2.2 Besaran kerugian

Besaran kerugian yang diterima oleh nelayan tentunya berbeda-beda, tergantung jenis alat tangkap yang digunakan, semakin banyak hasil tangkapan yang diperoleh semakin besar pula kerugian yang didapatkan. Akan tetapi jika jumlah hasil tangkapan yang diperoleh lebih besar, nelayan tidak mendapatkan kerugian sebesar apabila nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit.

Nelayan yang diambil contoh dalam penelitian ini ialah nelayan bagan, rumpon, payang dan gill net untuk daerah PPN Palabuhanratu sedangkan untuk daerah PPI Cisolok yaitu nelayan payang, gill net, pukat pantai dan bagan. Jenis-jenis alat tangkap diatas dipilih berdasarkan jumlah alat tangkap yang dominan beroperasi di masing-masing lokasi.

Perhitungan kerugian yang akan dilihat disini ialah kerugian yang diperoleh oleh nelayan per alat tangkap per jenis hasil tangkapan per trip. Dengan meninjau point-point diatas kita dapat mengetahui seberapa besar kerugian yang diperoleh oleh nelayan dari segi penghasilannya. Berikut tabel-tabel yang akan menjelaskan pendapatan, keuntungan dan kerugian yang dialami nelayan.

Tabel 24 Pendapatan (A) nelayan per trip jika menjual hasil tangkapan ke TPI di PPN Palabuhanratu

Jenis Alat

Tangkap TangkapanHasil Jumlah(kg) (per kg)Harga Harga total(Rp) Retribusi(2%) Pendapatan (A)rata-rata (Rp) Payang Eteman 50 10.000 500.000 75.200 3.684.800 Cakalang 200 12.000 2.400.000 Tongkol 100 8.000 800.000 Pepetek 30 2.000 60.000 Rumpon Tuna 400 28.000 11.200.000 471.500 23.103.500 Cakalang 800 12.000 9.600.000 Tongkol 300 8.000 2.400.000 Baby tuna 25 15.000 375.000 Bagan Layur 5 10.000 50.000 4.600 225.400 Tembang 10 7.000 70.000 Teri 15 6.000 90.000 Pepetek 10 2.000 20.000 Gillnet Tenggiri 20 15.000 300.000 40.000 1.960.000 Cakalang 25 12.000 300.000 Tongkol 25 8.000 200.000 Tuna 40 28.000 1.200.000 Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Dari data pada Tabel 24 dan Tabel 25 menunjukkan perbedaan antara pendapatan yang diperoleh nelayan dari menjual hasil tangkapan ke TPI dan ke

(4)

tengkulak. Hasil yang didapat terlihat adanya perbedaan pada besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan, dimana pendapatan yang diperoleh nelayan jika menjual hasil tangkapannya ke TPI lebih menguntungkan dibanding menjual hasil tangkapan ke tengkulak.

Penjualan hasil tangkapan yang dilakukan melalui TPI (tempat pelelangan ikan) bisa dinilai menguntungkan karena pada pendapatan yang diperoleh nelayan merupakan harga yang dibentuk oleh pasar, bukan monopoli harga yang ditentukan oleh tengkulak. Pada nelayan payang khususnya pendapatan yang diterima sebesar Rp 3.684.800,00; kemudian untuk nelayan rumpon sebesar Rp 23.103.500,00; nelayan bagan Rp 225.400,00; dan untuk nelayan gillnet sebesar Rp 1.960.000,00. Pendapatan yang diperoleh nelayan didapat dari perkalian jumlah hasil tangkapan (Kg) dikalikan dengan harga per Kg dilelang di TPI menurut jenisnya (contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 2 dan 3 ).

Tabel 25 Pendapatan (B) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke tengkulak di PPN Palabuhanratu

Jenis Alat

Tangkap TangkapanHasil Jumlah(kg) (per kg)Harga Harga total(Rp) Pendapatan (B)rata-rata (Rp) Payang Eteman 50 9.000 450.000 3.395.000 Cakalang 200 11.000 2.200.000 Tongkol 100 7.000 700.000 Pepetek 30 1.500 45.000 Rumpon Tuna 400 25.000 10.000.000 21.250.000 Cakalang 800 11.000 8.800.000 Tongkol 300 7.000 2.100.000 Baby tuna 25 14.000 350.000 Bagan Layur 5 9.000 45.000 202.500 Tembang 10 6.000 60.000 Teri 15 5.500 82.500 Pepetek 10 1.500 15.000 Gillnet Tenggiri 20 14.000 280.000 1.730.000 Cakalang 25 11.000 275.000 Tongkol 25 7.000 175.000 Tuna 40 25.000 1.000.000 Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Penjualan yang dilakukan melalui tengkulak dapat dilihat nilai yang lebih kecil daripada menjual hasil tangkapan di TPI. Alasan mengapa nelayan mendapatkan pendapatan yang lebih rendah jika menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dari pada ke TPI tak lain karena tengkulak mengambil keuntungan dari nelayan yang lebih besar dibanding pajak retribusi yang ditetapkan oleh pihak

(5)

TPI, sehingga besaran pendapatan yang diperoleh nelayan lebih kecil, seperti nelayan payang mendapatkan perndapatan sebesar Rp 3.395.000,00; kemudian nelayan rumpon Rp 21.250.000,00; nelayan bagan Rp 202.500,00; dan nelayan

gillnetmemiliki pendapatan sebesar Rp 1.730.000,00.

Dari hasil yang didapat diatas maka dapat ditentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh nelayan dari penjualan hasil tangkapan yang dilakukan di TPI dengan di tengkulak. Selanjutnya didapatkan hasil tabel keuntungan nelayan jika menjual hasil tangkapan ke TPI sebagai berikut :

Tabel 26 Keuntungan (A) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke TPI di PPN Palabuhanratu

Jenis Alat Tangkap Pendapatan

rata-rata (Rp) Biaya operasionalrata-rata (Rp) Keuntungan rata-rata(Rp) Payang 3.684.800 500.500 3.184.300 Rumpon 23.103.500 3.980.000 19.123.500 Bagan 225.400 50.000 175.400

Gillnet 1.960.000 598.000 1.362.000

Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Tabel keuntungan merupakan tabel yang menjelaskan seberapa besar keuntungan yang diperoleh nelayan jika menjual hasil tangkapannya baik ke TPI maupun ke tengkulak. Hasil yang didapat ialah terlihat perbedaan pada besarnya keuntungan yang diperoleh nelayan, yang dimana keuntungan yang diperoleh nelayan jika menjual hasil tangkapannya ke TPI lebih besar dibanding menjual hasil tangkapan ke tengkulak. Persentase rata-rata selisih nilai keuntungan yang diterima oleh nelayan sebesar 12,25%

Tabel 27 Keuntungan (B) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke Tengkulak di PPN Palabuhanratu

Jenis Alat Tangkap Pendapatan

rata-rata (Rp) Biaya operasionalrata-rata (Rp) Keuntungan rata-rata(Rp) Payang 3.395.000 500.500 2.894.500 Rumpon 21.250.000 3.980.000 17.270.000 Bagan 202.500 50.000 152.500

Gillnet 1.730.000 598.000 1.132.000

Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Penjualan hasil tangkapan yang dilakukan melalui TPI (tempat pelelangan ikan) bisa dinilai menguntungkan karena besaran tersebut setelah dikurangi

(6)

dengan besarnya biaya operasional melaut lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan hasil tangkapan di tengkulak. Pada nelayan payang khususnya, mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3.184.300,00; nelayan rumpon Rp 19.123.500,00; nelayan bagan Rp 175.400,00; dan nelayan gillnet Rp 1.362.000,00 per trip. Keuntungan yang diperoleh nelayan didapat dari pendapatan hasil melakukan penjualan di TPI setelah dikurangi biaya operasional (contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 4).

Penjualan yang dilakukan melalui tengkulak, diperoleh nilai yang lebih kecil daripada menjual hasil tangkapan di TPI. Alasan mengapa nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah jika menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dari pada ke TPI karena tengkulak meraup keuntungan dari nelayan yang lebih besar dibanding pajak retribusi yang ditetapkan oleh pihak TPI, sehingga besaran keuntungan yang diperoleh nelayan lebih kecil, seperti nelayan payang mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.894.500,00; nelayan rumpon Rp 17.270.000,00; nelayan bagan Rp 152.500,00; dan nelayan gillnet Rp 1.132.000,00 per trip.

Dari hasil yang didapat diatas maka dapat ditentukan seberapa besar kerugian yang diperoleh nelayan dari hasil penjualan hasil tangkapan yang dilakukan di TPI dengan menjual hasil tangkapannya ke tengkulak. Besaran kerugian yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara mencari selisih antara pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual hasil tangkapan ke TPI dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual hasil tangkapan ke tengkulak. Setelah mendapatkan besaran kerugian yang dialami oleh nelayan, dapat ditentukan pula persentase dari kerugian yang diperoleh nelayan (contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 6).

Tabel 28 Kerugian Nelayan di PPN Palabuhanratu

Jenis Alat

Tangkap Pendapatan (A)rata-rata (Rp) Pendapatan (B)rata-rata (Rp) Kerugian(Rp) Persentase(%) Payang 3.684.800 3.395.000 289.800 7,864 Rumpon 23.103.500 21.250.000 1.853.500 8,022 Bagan 225.400 202.500 22.900 10,159 Gillnet 1.960.000 1.730.000 230.000 11,734 Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

(7)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa menjual hasil tangkapan ke tengkulak lebih rugi dibanding menjual hasil tangkapan ke TPI. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel diatas yang menunjukkan bahwa kerugian yang didapat oleh nelayan dari hasil melakukan penjualan hasil tangkapan ke tengkulak khususnya untuk nelayan payang memiliki nilai sebesar 7,9% atau berkisar Rp 289.800,00 sedangkan kerugian yang didapat oleh nelayan rumpon memiliki nilai sebesar 8,0% atau berkisar Rp 1.853.500,00 kemudian untuk nelayan bagan memiliki nilai sebesar 10,1% atau berkisar Rp 22.900,00 dan untuk nelayan gillnet memiliki nilai sebesar 11,7% atau berkisar Rp 230.000,00. Rata-rata persentase kerugian nelayan adalah 9,4%.

Dari data diatas, selain kita dapat menyimpulkan bahwa melakukan penjualan hasil tangkapan di tengkulak lebih mengalami kerugian dibanding melakukan penjualan di TPI, kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa semakin besar jumlah pinjaman semakin besar persentase kerugian yang didapat oleh nelayan. Hal tersebut tentunya sangat merugikan nelayan jika mendapatkan hasil tangkapan yang lebih besar..

Tabel 29 Pendapatan (A) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke TPI di PPI Cisolok

Jenis Alat

Tangkap TangkapanHasil Jumlah(kg) (per kg)Harga Harga total(Rp) Retribusi(2%) (A) rata-rataPendapatan (Rp) Payang Eteman 20 10.000 200.000 37.200 1.822.800 Cakalang 80 12.000 960.000 Tongkol 80 8.000 640.000 Pepetek 30 2.000 60.000 Rampus Pepetek 20 2.000 40.000 11.300 553.700 Kwe 25 9.000 225.000 Eteman 15 10.000 150.000 Tenggiri 10 15.000 150.000 Pancing

Ulur TongkolTuna 3030 28.0008.000 240.000840.000 27.000 1.323.000 Layang 20 6.000 120.000 Kembung 15 10.000 150.000 Gillnet Tenggiri 15 15.000 225.000 37.300 1.827.700 Cakalang 30 12.000 360.000 Tongkol 20 8.000 160.000 Tuna 40 28.000 1.120.000 Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

(8)

Namun, hal tersebut ada pengecualian khususnya untuk nelayan gillnet yang memiliki nilai persentase berbeda dengan yang lainnya, yaitu memiliki nilai pendapatan yang lebih besar dari nelayan bagan akan tetapi memiliki nilai persentase kerugian yang lebih kecil dari pada nelayan bagan.

Sama halnya dengan daerah penelitian di PPN Palabuhanratu, hal yang ditinjau untuk mengetahui kerugian nelayan terhadap tengkulak di PPI cisolok juga menggunakan metode yang sama, yaitu tertera pada Tabel 29 dan Tabel 30. Perhitungan kerugian yang akan dilihat disini ialah kerugian yang diperoleh oleh nelayan per alat tangkap per jenis hasil tangkapan per trip. Dengan meninjau point-point diatas kita dapat mengetahui seberapa besar kerugian yang diperoleh oleh nelayan dari segi penghasilannya. Berikut tabel-tabel yang akan menjelaskan pendapatan, keuntungan dan kerugian yang dialami nelayan.

Tabel 29 dan Tabel 30 menunjukkan perbedaan antara pendapatan yang diperoleh oleh nelayan dari menjual hasil tangkapan ke TPI dan ke tengkulak. Hasil yang didapat terlihat perbedaan besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan, dimana pendapatan nelayan jika menjual hasil tangkapannya ke TPI lebih menguntungkan dibanding menjual hasil tangkapan ke tengkulak.

Tabel 30 Pendapatan (B) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke tengkulak di PPI Cisolok

Jenis Alat

Tangkap Hasil Tangkapan Jumlah(kg) (per kg)Harga Harga total (Rp) Pendapatan (B)rata-rata (Rp) Payang Eteman 20 9.000 180.000 1.665.000 Cakalang 80 11.000 880.000 Tongkol 80 7.000 560.000 Pepetek 30 1.500 45.000 Rampus Pepetek 20 1.500 30.000 505.000 Kwe 25 8.000 200.000 Eteman 15 9.000 135.000 Tenggiri 10 14.000 140.000 Pancing

Ulur TongkolTuna 3030 25.0007.000 210.000750.000 1.195.000 Layang 20 5.000 100.000 Kembung 15 9.000 135.000 Gillnet Tenggiri 15 14.000 210.000 1.790.000 Cakalang 40 11.000 440.000 Tongkol 20 7.000 140.000 Tuna 40 25.000 1.000.000 Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

(9)

Penjualan hasil tangkapan yang dilakukan melalui TPI (tempat pelelangan ikan) bisa dinilai menguntungkan karena pada pendapatan yang diperoleh nelayan merupakan harga yang dibentuk oleh pasar, bukan monopoli harga yang ditentukan oleh tengkulak. Pada nelayan payang khususnya pendapatan yang diterima sebesar Rp 1.822.800,00; kemudian untuk nelayan rampus sebesar Rp 553.700,00; nelayan pancing ulur Rp 1.323.000,00; dan untuk nelayan gillnet

sebesar Rp 1.827.700,00. Pendapatan yang diperoleh nelayan didapat dari perkalian jumlah hasil tangkapan (kg) dikalikan dengan harga per Kg dilelang di TPI menurut jenisnya (contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 7 dan 8).

Penjualan yang dilakukan melalui tengkulak dapat dilihat nilai yang lebih kecil daripada menjual hasil tangkapan di TPI. Alasan mengapa nelayan mendapatkan pendapatan yang lebih rendah jika menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dari pada ke TPI tak lain karena tengkulak mengambil keuntungan dari nelayan yang lebih besar dibanding pajak retribusi yang ditetapkan oleh pihak TPI, sehingga besaran pendapatan yang diperoleh nelayan lebih kecil, seperti nelayan payang mendapatkan pendapatan sebesar Rp 1.665.000,00 kemudian nelayan rampus Rp 505.000,00 nelayan pancing ulur Rp 1.195.000,00 dan nelayangillnetmemiliki pendapatan sebesar Rp 1.790.000,00.

Berdasarkan hasil yang didapat diatas maka dapat ditentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh nelayan dari penjualan hasil tangkapan yang dilakukan di TPI dengan di tengkulak. Selanjutnya didapatkan hasil tabel keuntungan nelayan jika menjual hasil tangkapan ke TPI dan tengkulak :

Tabel 31 Keuntungan (A) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke TPI di PPI Cisolok

Jenis Alat Tangkap Pendapatan

rata-rata (Rp) Biaya operasionalrata-rata (Rp) Keuntungan rata-rata(Rp) Payang 1.822.800 500.500 1.322.300 Rampus 553.700 248.000 305.700 Pancing Ulur 1.323.000 498.000 825.000

Gillnet 1.827.700 598.000 1.229.700

Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Tabel keuntungan merupakan tabel yang menjelaskan seberapa besar keuntungan yang diperoleh nelayan jika menjual hasil tangkapannya baik ke TPI maupun ke tengkulak. Hasil yang didapat ialah terlihat perbedaan pada besarnya

(10)

keuntungan yang diperoleh nelayan, yang dimana keuntungan yang diperoleh nelayan jika menjual hasil tangkapannya ke TPI lebih besar dibanding menjual hasil tangkapan ke tengkulak. Persentase rata-rata selisih nilai keuntungan yang diterima oleh nelayan sebesar 11,5%.

Tabel 32 Keuntungan (B) nelayan jika menjual hasil tangkapan ke Tengkulak di PPI Cisolok

Jenis Alat Tangkap Pendapatan

rata-rata (Rp) Biaya operasionalrata-rata (Rp) Keuntungan rata-rata(Rp) Payang 1.665.000 500.500 1.164.500 Rampus 505.000 248.000 257.000 Pancing Ulur 1.195.000 498.000 697.000

Gillnet 1.790.000 598.000 1.192.000

Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Penjualan hasil tangkapan yang dilakukan melalui TPI (tempat pelelangan ikan) bisa dinilai menguntungkan karena besaran tersebut setelah dikurangi dengan besarnya biaya operasional melaut. Pada nelayan payang khususnya, mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.322.300,00; nelayan rampus Rp 305.700,00; nelayan pancing ulur Rp 825.000,00; dan nelayan gillnet Rp 1.229.700,00 per trip. Keuntungan yang diperoleh nelayan didapat dari pendapatan hasil melakukan penjualan di TPI setelah dikurangi biaya operasional (contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 9).

Penjualan yang dilakukan melalui tengkulak, diperoleh nilai yang lebih kecil daripada menjual hasil tangkapan di TPI. Alasan mengapa nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah jika menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dari pada ke TPI karena tengkulak meraup keuntungan dari nelayan yang lebih besar dibanding pajak retribusi yang ditetapkan oleh pihak TPI, sehingga besaran keuntungan yang diperoleh nelayan lebih kecil, seperti nelayan payang mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.164.500,00 nelayan rampus Rp 257.000,00 nelayan pancing ulur Rp 697.000,00 dan nelayan gillnet Rp 1.192.000,00 per trip.

Dari hasil yang didapat diatas maka dapat ditentukan seberapa besar kerugian yang diperoleh nelayan dari hasil penjualan hasil tangkapan yang dilakukan di TPI dengan menjual hasil tangkapannya ke tengkulak. Besaran

(11)

kerugian yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara mencari selisih antara pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual hasil tangkapan ke TPI dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual hasil tangkapan ke tengkulak. Setelah mendapatkan besaran kerugian yang dialami oleh nelayan, dapat diitentukan pula persentase dari kerugian yang didapat oleh nelayan.

Tabel 33 Kerugian Nelayan di PPI Cisolok

Jenis Alat Tangkap Pendapatan (A) rata-rata (Rp) Pendapatan (B) rata-rata (Rp) Kerugian (Rp) Persentase (%) Payang 1.822.800 1.665.000 157.800 8,657 Rampus 553.700 505.000 48.700 8,795 Pancing Ulur 1.323.000 1.195.000 128.000 9,677 Gillnet 1.827.700 1.790.000 37.700 2,062

Sumber : Data olahan hasil penelitian 2011

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa menjual hasil tangkapan ke tengkulak lebih rugi dibanding kita menjual hasil tangkapan ke TPI. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel diatas yang menunjukkan bahwa kerugian yang didapat oleh nelayan dari hasil melakukan penjualan hasil tangkapan ke tengkulak khususnya untuk nelayan payang memiliki nilai sebesar 8,7% atau berkisar Rp 157.800,00 sedangkan kerugian yang didapat oleh nelayan rampus memiliki nilai sebesar 8,8% atau berkisar Rp 48.700,00 kemudian untuk nelayan pancing ulur memiliki nilai sebesar 9,7% atau berkisar Rp 128.000,00 dan untuk nelayan gillnet memiliki nilai sebesar 2,1% atau berkisar Rp 37.700,00.

Dari data diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa melakukan penjualan hasil tangkapan di tengkulak lebih mengalami kerugian dibanding melakukan penjualan di TPI seperti di PPN Palabuhanratu. Nilai persentase rata-rata kerugian yang diterima oleh nelayan berkisar 9,4% sedangkan di PPI Cisolok 6,8%. Kemudian kesimpulan lain ialah bahwa semakin besar jumlah pinjaman semakin besar persentase kerugian yang didapat oleh nelayan dikarenakan pengembalian akan menjadi lebih sulit yang disebabkan oleh bunga dan lamanya nelayan terikat kepada tengkulak.

(12)

Menurut Lubis et al (2012), terdapat bentuk kerugian lain selain akibat peminjaman modal adalah kerugian tidak langsung yaitu sebagai akibat terbatasnya es yang dibawa ke kapal oleh nelayan pancing sehingga sebagian (30%) dari hasil tangkapan mutunya menurun. Hasil tangkapan ini sering disebut dengan kualitas biasa, berupa ikan hasil tangkapan awal yang tidak diberi es, yang harganya menurun dari harga normal sebesar 30%.

Gambar

Tabel 24 Pendapatan (A) nelayan per trip jika menjual hasil tangkapan ke TPI di PPN Palabuhanratu
Tabel  25 Pendapatan (B) nelayan  jika  menjual hasil  tangkapan  ke  tengkulak di PPN Palabuhanratu
Tabel 28 Kerugian Nelayan di PPN Palabuhanratu Jenis Alat
Tabel 29 Pendapatan  (A)  nelayan  jika  menjual  hasil  tangkapan ke TPI di PPI Cisolok
+2

Referensi

Dokumen terkait