• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

49

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. PT. Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Seiring pertumbuhan di tahun 2014, BI memperkirakan hingga akhir tahun depan total aset perbankan syariah diperkirakan mencapai

(2)

Rp311,92 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp232,82 triliun. Sedangkan untuk penyaluran pembiayaan diperkirakan sebesar Rp239,54 triliun. Sementara per Oktober 2013, Bl mencatat total aset perbankan syariah sebesar Rp229,6 triliun, tumbuh 31,9% secara tahunan.

Sedangkan pangsa aset industri perbankan syariah di Indonesia terhadap total perbankan mencapai 4,9%. Dari sisi pembiayaan, totalyangdisalurkan mencapai Rp179,3 triliun, tumbuh 32,2%. Sedangkan, total penghimpunan DPK tercatat Rp174,2 triliun dengan pertumbuhan 29,4%. Panca menambahkan, peluang perbankan syariah untuk berkembang sangat besar.1

2. PT. Bank BNI Syariah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin

(3)

usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.

Bank BNI Syariah berhasil membukukan laba bersih sepanjang 2014 sebesar Rp163,24 miliar. Angka tersebut melesat 38,98% dibanding laba bersih tahun sebelumnya Rp117,46 miliar.Peningkatan laba tersebut seiring tumbuhnya aset perseroan yang mencapai 32,52% dari tahun sebelumnya, dengan posisi total aset per Desember 2014 mencapai Rp19,49 triliun. Bertambahnya aset didorong pertumbuhan pembiayaan yang meningkat 33,79%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan peningkatan rata-rata industri syariah, sekitar 12-13%.

Sebagian besar dari total pembiayaan sebesar Rp15,04 triliun dikontribusikan oleh pembiayaan konsumtif sebesar 52,60% atausekitarRp7,91triliun, kemudian pembiayaan produktif UKM 21,61% atau sebesar Rp3,24 triliun. Selanjutnya, pembiayaan komersial sebesar

(4)

16,15% atau sekitar Rp2,42 triliun, pembiayaan mikro 6,96% atau sebesar Rp1 triliun, dan pembiayaan kartu HasanahCard 2,68% atau sebesar Rp402,56 miliar.2

3. PT. Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia(Persero),Tbk., Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur

(5)

ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.

Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produkdan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.

Aset Bank BRI Syariah tumbuh sebesar 22,59 persen per Mei 2015. Nilainya meningkat dari Rp 17,79 triliun pada Mei tahun lalu menjadi Rp 21,81 triliun. kinerja keuangan Bank BRI Syariah memang mengalami pertumbuhan, peningkatan aset sebesar Rp 4,02 triliun dalam satu tahun ini ditunjang oleh pertumbuhan dana pihak ke tiga (DPK) yang jumlahnya naik sebesar Rp 3,09 triliun dari tahun sebelumnya.

(6)

Berdasarkan keterangan yang dikeluarkan pada Mei 2015, DPK yang didapatkan BRISyariah melonjak hingga 20,22 persen atau naik menjadi Rp 18,37 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 15,28 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga turut disumbang oleh peningkatan pembiayaan yang disalurkan instansi keuangan syariah yang juga berperan sebagai salah satu Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) 2015. nilai pem biayaan yang dicatat oleh BRISyariah naik sejumlah Rp1,62 triliun atau sebesar 11,58 persen selama satu tahun.3 4. PT. Bank Mandiri

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.4

Bank Mandiri berhasil menjaga momentum pertumbuhan sehingga total aset perseroan dapat mencapai Rp914,1 triliun. Peningkatan aset itu didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 13,8% pada triwulan kedua 2015 menjadi Rp552,8 triliun dari Rp485,8 triliun pada periode yang sama

3http://www.brisyariah.co.id. Diakses tanggal 14 oktober 2015. 4http://www.bankmandiri.co.id. Diakses tanggal 14 oktober 2015.

(7)

tahun 2014. komitmen Mandiri dalam mengoptimalkan fungsi intermediasi juga mendorong kinerja perseroan menjadi semakin solid. Sampai akhir Juni 2015, Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp9,9 triliun. Dalam penyaluran kredit, pada triwulan kedua tahun 2015, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp106,5 triliun ke sektor industri pengolahan. Jumlah itu naik 15,8% dibanding triwulan kedua tahun 2014 yang tercatat Rp91,9 triliun. Kredit untuk infrastruktur, khususnya untuk sektor konstruksi mencapai Rp20,8 triliun pada akhir Juni 2015, tumbuh 18% dibandingkan Juni 2014.

Sementara itu, kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp92,3 triliun, tumbuh 10,3% dibandingkan Juni 2014 yang sebesar Rp83,6 triliun. Penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut, lanjut Budi, merupakan upaya Bank Mandiri untuk menggerakan laju pertumbuhan ekonomi agar bergerak ke arah yang jauh lebih baik. Untuk lebih memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, Bank Mandiri juga memberikan perhatian yang tinggi terhadap sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor ini pada triwulan kedua tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi Rp74,4 triliun dari Rp65,9 triliun di triwulan kedua tahun 2014.Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit usaha mikro yang mencapai 25,8% dan usaha menengah yang tumbuh 19,7%. Peningkatan kredit ke sektor UMKM juga selaras dengan peningkatan

(8)

jumlah rekening kredit UMKM, dari 692,6 ribu rekening pada triwulan kedua 2014 menjadi 795,4 ribu rekening pada triwulan kedua 2015.5

5. PT. Bank BNI

Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam eraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.

Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.

Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin strategis dengan munculnyainisiatif untuk melayani seluruh lapisan

(9)

masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung, Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.

Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang memberikan edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung sejak dini. Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak-anak. Bahkan sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan di perguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta terkemuka di Indonesia.

Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas korporatnya untuk menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis.

(10)

Identitas pertama sejak BNI berdiri berupa lingkaran warna merah dengan tulisan BNI 1946 berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian, dan patriotisme yang memang merefleksikan semangat BNI sebagai bank perjuangan. Pada tahun 1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal & gelombang untuk merepresentasikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang siap memasuki pasar keuangan dunia dengan memiliki kantor cabang di luar negeri. Gelombang mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank komersial Negara yang berorientasi pada pasar.

Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI.Identitas baru ini dengan menempatkan angka ‘46’ di depan kata ‘BNI’. Kata ‘BNI’ berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka ‘46’ dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang modern.6

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membukukan laba bersih sebesar Rp 2,82 triliun pada kuartal I 2015 atau tumbuh 17,7 persen dibandingkan laba bersih tiga bulan pertama tahun sebelumnya. Laba bersih kuartal I tahun 2014 tercatat Rp 2,39 triliun atau hanya tumbuh 15,6

(11)

persen dari periode yang sama tahun 2013. Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh kinerja pada berbagai segmen bisnis yang menjadi sumber Pendapatan Bunga Bersih maupun Pendapatan Non-Bunga. pertumbuhan laba bersih tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan kredit kuartal I 2015 yang naik 9,1 persen, dari Rp 247,12 triliun pada kuartal I 2014 menjadi Rp 269,51 triliun. Adapun pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit segmen menengah yang tumbuh 27 persen. Selain itu, pertumbuhan pendapatan non-bunga kuartal I 2015 sebesar 23,8 persen dibandingkan kuartal I 2014 menjadi Rp 2,94 triliun juga disinyalir sebagai pendongkrak kenaikan laba bersih periode yang sama.

Pendapatan non-bunga tersebut didukung oleh kenaikan fee based income yang disumbang dari pendapatan premi asuransi, transaksi ATM, dana pensiun, billpayment dan payment point online bank (ppob), bancaassurance dan bisnis kartu. Adapun pendapatan bunga bersih BNI pada Kuartal I 2015 naik 15,3 persen, dari Rp 5,29 triliun menjadi Rp 6,1 triliun. Dengan kondisi demikian, BNI mampu meningkatkan Net Interest Margin (NIM) di level 6,5 persen meningkat dari NIM kuartal I 2014 sebesar 6,1 persen. Pada kuartal I 2015 BNI mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 menjadi Rp 407,22 triliun. Sementara itu Gross-Non Performing Loan

(NPL) turun 2,3 persen menjadi 2,1 persen dan Net NPL turun dari 0,6 persen menjadi 0,5 persen (year on year).7

7

(12)

6. PT. Bank BRI

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

(13)

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.8

(14)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, telah mempublikasikan kinerja keuangan Tahun 2014. Menutup tahun 2014 ini, Bank BRI telah berhasil mencatatkan angka gemilang dalam industri perbankan, yaitu dengan membukukan Total Aset sebesar Rp. 778,02 Triliun tumbuh sebesar 28,34 % jika dibandingkan tahun 2013, yang tercatat sebesar Rp.606,37 Triliun. Selain itu, dari hasil kegiatan operasional Bank BRI, baik pinjaman maupun jasa perbankan lainnya, Bank BRI berhasil mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp.24,20 triliun (Bank Only) pada laporan Tahun 2014 atau meningkat sebesar 14,35% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Pertumbuhan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp. 981,- per lembar saham lebih besar dari angka di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp. 858,- per lembar saham.

Peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh kontribusi dari penyaluran kredit yang meningkat. Portofolio kredit Bank BRI tetap konsisten untuk fokus pada pengembangan bisnis UMKM. Sementara kredit di segmen korporasi diutamakan penyalurannya kepada bisnis yang dapat memiliki trickle down business terhadap bisnis UMKM. Penyaluran kredit BRI menguasai industri perbankan nasional, dengan total outstanding kredit BRI tahun 2014 meningkat sebesar Rp. 57.79 Triliun atau tumbuh sebesar 13,88 % (yoy), dari Rp 430.62 Triliun di tahun 2013 menjadi Rp.490,41 Triliun di tahun 2014.9

(15)

B. Analisis Data Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif yang akan dibahas meliputi: jumlah data (N), rata-rata sampel (Mean), nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi untuk variabel dependen dan independen. Hasil perhitungan dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (Mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation aset 18 10645 855039 3.12E5 316537.980 umur 18 7.00 120.00 40.6667 42.12865 Valid N (listwise) 18

Sumber : data sekunder yang diolah dengan Spss 16.0

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.1 tersebut dapat dijelaskan bahwa dari seluruh perbankan yang diteliti selama periode pengamatan tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 6 bank yang terdiri dari bank umum syariah dan bank umum konvensional dengan menggunakan

purposive sampling dimana 6 perbankan tersebut dikalikan periode tahun pengamatan (3 tahun), sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam

(16)

penelitian ini sebanyak 18 dan data pengamatan yang digunakan sejumlah 18.Mean merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan terpusat dari kelompok data. Standar deviasi merupakan pengukuran rata-rata penyimpangan masing-masing item data terhadap nilai yang diharapkan. Hasil interpretasi lebih lanjut atas statistik deskriptif masing-masing variabel adalah :

1. Aset

Dari data aset terendah (minimum) adalah 10.645 milyar yaitu PT Bank BNI Syariah pada tahun 2012 dan nilai tertinggi (maksimum) adalah 855.039 milyar yaitu PT Bank Mandiri pada tahun 2014. Nilai rata-ratanya (Mean) adalah 3,12E5 dengan standar deviasi sebesar 316.537,980

2. Umur

Dari data umur terendah (minimum) adalah 7 tahun yaitu PT Bank BRI Syariah dan nilai tertinggi (maksimum) adalah 120 tahun yaitu PT Bank BRI. Nilai rata-ratanya (Mean) adalah 40,6667dengan standar deviasi sebesar 42,12865.

2. Uji Mann-Whitney Test

Uji Mann-Whitney Test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon dari 2 populasi data yang saling independen. Uji ini termasuk dalam uji nonparametrik. Uji Mann-Whitney Test juga merupakan cara alternatif lain dari uji t parametrik ketika data yang diambil dalam penelitian lebih lemah dari skala interval.

(17)

Tabel 4.2

Hasil Uji Mann-Whitney Test

Tabel diatas menunjukkan Nilai U sebesar 21.500 dan nilai W sebesar 66.500. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -1.910. nilai Sig atau P Value sebesar 0,056 > 0,05. Apabila nilai p value >0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional pada faktor risiko kredit atau yang berarti H1 ditolak. Test Statisticsb NPF Mann-Whitney U 21.500 Wilcoxon W 66.500 Z -1.910

Asymp. Sig. (2-tailed) .056

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .094a

a. Not corrected for ties.

(18)

Tabel 4.3

Hasil Uji Mann-Whitney Test Test Statisticsb

FDR

Mann-Whitney U 21.000

Wilcoxon W 66.000

Z -1.938

Asymp. Sig. (2-tailed) .053

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .094a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Tabel diatas menunjukkan Nilai U sebesar 21.000 dan nilai W sebesar 66.000. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -1.938. nilai Sig atau P Value sebesar 0,053 > 0,05. Apabila nilai p value >0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional pada faktor risiko likuiditas atau yang berarti H2 ditolak.

(19)

Tabel 4.4

Hasil Uji Mann-Whitney Test

Tabel diatas menunjukkan Nilai U sebesar 27.000 dan nilai W sebesar 72.000 apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -1.410. nilai Sig atau P Value sebesar 0, 159> 0,05. Apabila nilai p value >0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional pada faktor Good Corporate Governance

(GCG) atau yang berarti H3 ditolak. Test Statisticsb GCG Mann-Whitney U 27.000 Wilcoxon W 72.000 Z -1.410 Asymp. Sig. (2-tailed)

.159 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.258a a. Not corrected for ties.

(20)

Tabel 4.5

Hasil Uji Mann-Whitney Test Test Statisticsb

ROA

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 54.000

Z -3.194

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Tabel diatas menunjukkan Nilai U sebesar 9.000 dan nilai W sebesar 54.000. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -3.194. nilai Sig atau P Value sebesar 0,001 < 0,05. Apabila nilai p value < 0,05 maka terdapat perbedaan signifikan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional pada faktor risiko Rentabilitas (Earnings) atau yang berarti H4 diterima.

(21)

Tabel 4.6

Hasil Uji Mann-Whitney Test

Tabel diatas menunjukkan Nilai U sebesar 36.000 dan nilai W sebesar 81.000. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -1.000. nilai Sig atau P Value sebesar 0,317 > 0,05. Apabila nilai p value > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional pada faktor risiko Permodalan (Capital) atau yang berarti H5 ditolak.

Test Statisticsb

CAR

Mann-Whitney U 36.000

Wilcoxon W 81.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .730a

a. Not corrected for ties.

(22)

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji dan memberikan bukti yang meyakinkan terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Berikut ini uji hipotesis keempat faktor tingkat kesehatan bank umum yaitu

Risk Profile, Good Corporate Governance, earnings dan capital pada Bank Umum Syariah dan bank Umum Konvensional dengan alat uji hipotesis

Mann-Withney Test:

Tabel: 4.7

Kesimpulan Hasil UjiMann-Witney Test

No Variabel Nilai Z Hitung Nilai Signifikan Kesimpulan

1 Risk Profile NPF/NPL 0,056 0,05 Tidak ada perbedaan

tingkat kesehatan antara bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor risk profile.

FDR/LDR 0,053 0,05

Good corporate governance

GCG 0,159 0,05 Tidak ada perbedaan tingkat kesehatan antara bank umum syariah dan bank

(23)

umum konvensional pada faktor GCG.

3 Earnings ROA 0,001 0,05 Terdapat perbedaan

tingkat kesehatan antara bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor Earnings.

4 Capital CAR 0,317 0,05 Tidak ada perbedaan

tingkat kesehatan antara bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor Capital

Sumber : Data diolah,2015

4. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis non parametrik Mann-Witney Test

yang dikarenakan data dua sampel tidak saling berhubungan (independent).

Pada uji hipotesis pertama yaitu tingkat perbedaan kesehatan bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor risk profile yang di dapat dari risiko kredit dengan nilai Z hitung 0,056 dan risiko likuiditas dengan nilai Z hitung 0,053 lebih besar dari nilai signifikan 0,05 dengan demikian

(24)

maka dari nilai risiko kredit dan risiko likuiditas antara bank umum syariah dan bank umum konvesional tidak memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan risiko yang dihadapi perbankan syariah relatif sama dengan yang dihadapi bank konvensional selain itu pedoman penerapan manajemen risiko yang selama ini dijalankan oleh perbankan syariah sebagian besar mengadopsi dari perbankan konvensional, hal inimengakibatkan tingkat resiko bank juga tidak memiliki perbedaan signifikan.

Pada uji kedua tentang tingkat perbedaan kesehatan bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor good corporate governance (GCG) didapat nilai Z hitung 0,159 lebih besar dari pada nilai 0,05 dengan demikian hipotesis kedua juga tidak didukung. Berlandaskan pada lima prinsip penerapan GCG pada perusahaan perbankan yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab,indepedensi dan kewajaran, mengakibatkan antara bank umum syariah dan bank konvensional tidak memiliki perbedaan signifikan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP 2013 penerapkan lima prinsip dasar bank syariah dan bank konvensional juga menilai tingkat kesehatan dengan meliputi 11 faktor penilaian GCG sehingga tidak ada beda antara keduannya.

Uji ketiga pada faktor rentabilitas (earnings) tingkat kesehatan bank umum syariah dan bank umum konvensional dengan Mann-Witney Test di dapat nilai Z hitung 0,001 lebih kecil dari pada nilai signifikan 0,05 dengan demikian hipotesis ketiga didukung. Hal ini dikarenakan perbedaan tingkat perolehan laba antara bank umum syariah dan bank

(25)

umum konvensional yang berbeda. Mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank umum syariah dan bank umum konvensional pada perode tertentu telah dibuktikan bahwa ada perbedaan antara keduanya. Perbedaan jumlah aset pada bank umum syariah dan bank umum konvensional mengakibatkan perbedaan diantara keduanya karena semakin banyak aset semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank semakin baik pula tingkat kesehatan bank pada faktor

earnings dan dari segi penggunaan aset. Jika dilihat dari umurnya bank umum konvensional lebih tua dibanding dengan bank umum syariah yang masih tergolong masih muda dalam industri perbankan di Indonesia. Sehingga aset yang didapat bank umum konvensional lebih tinggi dibanding bank umum syariah.

Uji keempat tingkat kesehatan bank syariah dan konvensional pada faktor permodalan (capital), setelah di uji dengan Mann-Withney Test

didapat hasil bahwa nilai Z hitung 0,317 lebih besar dari pada nilai signifikan 0,05, dengan demikian hipotesis keempat tidak didukung. Tidak adanya perbedaan tingkat kesehatan bank hal ini disebabkan kemampuan bank dalam penyedian modal minimum yang di tetapkan oleh bank Indonesia kepada seluruh bank umum baik syariah maupun konvensional yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui perbedaan pencapaian kompetensi belajar IPS

Berdasarkan latar belakang inilah dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauhmana pengaruh model pembelajaran dalam proses internalisasi nilai terhadap

Tujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah Cukup kalori, protein, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta plasenta, pada makanan

Memenuhi Bahan baku yang diterima perusahaan telah dilengkapi dengan dokumen angkutan yang sah dan diterbitkan dokumen tanda TerimaTerima sebagai tanda terima dari

55 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2019- 2024 Visi Kabupaten Tapanuli Utara dengan Visi “Tapanuli Utara sebagai Lumbung

Hasil analisis sidik ragam Bau kecap ikan memberikan pengaruh tidak nyata (P ˃ 0,05), hal ini dikarenakan enzim bromelin yang berperan mengurai protein dari tubuh

Artinya ada hubungan kepedulian dan peran orang tua terhadap penggunaan sikat gigi berlampu sebagai pengukur waktu (Light Up Timer Tooth Brush) pada anak usia 4-5

Tingkat pendidikan sebagian besar dokter gigi di Kota Semarang memiliki pendidikan yang tinggi, dimana dalam bangku pendidikan dokter gigi menerima berbagai macam ilmu