BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkhitis
Bronkhitis merupakan suatu peradangan pada bronkhus (saluran udara ke paru-paru) (Suryo, 2010). Bronkhitis terbagi menjnjadi 2 yaitu : Bronkhitis kronik dan bronkhitis akut. bronkhitis kronik adalah adanya sekresi mukus yang berlebihan pada saluran penafasan secara terus menerus (Kronik) disertai batuk (Djojodibroto, 2009) . Bronkhitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan oleh infeksi dan inhalan yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial (Jan, 2000). Di Indonesia penyakit saluran penafasan (ISPA) menempati urutan kedua pada tahun 2007, menjadi urutan pertama pada tahun 2008 (DepKes RI, 2009) .
1. Etiologi
Penyebab bronkhitis pada umumnya adalah virus , seperti :
Rhinovirus,influenza A dan B,Coranavirus,Parainfluenza,dan Respiratory
Syntical Virus (RSV).Ada pula pula bakteri atypical yang menjadi penyebab bronkhitis yaitu: Staphylococcus aureus, Sterptococcus sp, Klebsiella pneunomia, Pseudomonas aeruginosa, Chlamydia pneumonia
ataupun Mycoplasma pneunomiae yang sering dijumpai pada anak-anak , raemaja, dan orang dewasa. Bakteri atypical ini sulit terdiagnosis , tetapi mungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari (DEPKES RI, 2005). Penyebab utama pada penyakit bronkhitis adalah Respiratory Syntical Virus (60 % kasus) dan Parainfluenza (20 % kasus) (Mandal et,al, 2008) .
2. Manifestasi Klinik
nyeri saat menelan, sakit kepala Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri (DEPKES , 2005).
3. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lender dan inflamasi. karena iritasi yang konstan ini kelenjar-kelenjar yang mensskresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Akibat bnya bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar,yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Kemudian pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernafasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan nafas. Pada waktunya,mungkin terjadi perubahan paru yang intervesibel kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis (Smeltzer, Bare ,2004).
4. Penatalaksanaan
pengobatan biasanya sangat membantu, terutama bila terdapat bronchiectasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika bronchospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi, dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial (Smeltzer & Bare, 2004)
Standar terapi bronkhitis (DepKes RI, 2005). Kondisi Klinik Patogen Terapi Awal
Bronkhitis akut Biasanya virus Lini I: Tanpa antibiotika
Lini II:Amoksisilin,amoksi-klav,
s.d.a. Lini I: Quinolon oral atau
parenteral, Meropenem atau
Ceftazidime/Cefepime+Ciprofloks
asin oral.
B. Antibiotik
dibuat secara semi sintesis, juga termasuk kelompok ini begitu pula semua senyawa sintesis dengan khasait antibakteri (Tjay& Raharja, 2007)
Melihat 20 rekam medik pasien secara acak pada tahun 2015 adalah Azitromisin,Cefixime,Ciprofloxacin.
1. Azitromisin
Azitromisin merupakan senyawa dengan cincin macrolide lactone 15-atom yang diturunkan dari eritromisin dengan penembahan suatu nitrogen yang di metilasi kedalam cincin lactone eritomisin. Azitromisin aktif terhadap kompleks M.avium dan T gondii. Azitromisin sedikit kurang aktif terhdap Staphylococcus dan Streptococcus,namun sedikit lebih aktif terhadap H.influenza, Azitromisin sangat aktif terhadap
Chlamydia (Katzung,2004) . Indikasi azitromicin yaitu infeksi saluran atas dan bawah ,kulit dan penyakit hubungan seksual . Dosis pemakaiannya adalah orang dewassa dan Lansia 500mg perhari selama 3 hari , sedangkan anak dengan usia > 6 bulan 10 mg/kg BB selama 3 hari . Efek samping dari obat azitromicin adalah rasa tidak nyaman ,mual ,gangguan ginjal akut ,muntah ,gangguan pendengaran ,diare,pusing atau vertigo , rasa tidak nyaman pada perut .Kontra indiakasi obat antibiotik azitromicin adalah hipersensitif terhadap azitromicin atau golongan makrolida lainnya (ISO, 2010).
2. Sefiksim
Sefiksim merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang stabil terhadap enzim β-Lactamase yang di produksi oleh mikroorganisme seperti (Goodman & Gilman ,2001). Aktivitas cefixime menurun terhadap Staphylococcus aerus, Listeria monocytogenes dan
tonsillitis. Dosis sefiksim untuk orang dewasa adalah 200-400 mg per hari .kontraindikasi cefixime penderita dengan riwayat shock dan hipersensitifitas akibat dari berapa bahan dari sediaan ini. efek samping dari penggunaan obat cefixime adalah sakit kepala,syok,gangguan gastrointestinal,gangguan pencernaan (ISO, 2010).
3. Siprofloksasin
siprofloksasin merupakan golongan fluorokuinolon yang terikat
pada sub unit β enzim DNA girase dan mengeblok aktivitas enzim yang
esensial dalam menjaga supercoiling DNA dan penting dalam proses replikasi DNA. Mutasi pada gen pengkode DNA girase menyebabkan diproduksinya enzim yang aktif namun tidak dapat diikat oleh fluorokuinolon (Pratiwi, 2008). Dosis ciprofloxacin untuk orang dewasa adalah 500mg tiap 12 jam .efek samping dari ciprofloxacin mual ,muntah ,pusing,diare ,sakit kepala (ISO, 2010) .
C. Resistensi
Resistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi terhadap kuman berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitive oleh perlakuan obat anti infeksi. Resistensi merupakan kegagalan pengobatan dengan suatu antibiotika dengan dosis terapi (Gran, 1983).
Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat, perubahan target atau sirkulasi enzim, berkurangnya akumulasi obat oleh adanya sel resisten, variasi jalur metabolisme.
1991). Bakteri yang resistensi tidak peka lagi terhadap antibiotik atau seng anti mikrobial (Brander et al., 1991). Resistensi sel mikroba atau alat sifat tidak tergantung kehidupan sel mikroba oleh anti mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Gran, 1983). Sebab-sebab terjadinya resistensi dapat dibagi menjadi :
1. Non Genetik
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih
bertahan hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan antimikroba yang sama. Proses ini dinamakan dengan seleksi (Jawetz et al., 2001).
2. Genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal, dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme (Anonim, 1994).
a. Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotik yang mempunyai sebab genetik kromosomal terjadi misalnya karena terjadinya mutasi spontan pada lokus DNA yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu (Anonim, 1994).
b. Resistensi ekstrakromosomal
Bakteri mengandung unsur-unsur genetic ekstrakromosomal
c. Resistensi silang
Suatu populasi kuman yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang dapat mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandromisin meskipun demikian adakalanya terjadi pula resistensi silang pada dua obat yang berlainan strukturkimianya sama
sekali, misalnya eritromisin dengan linkomisin (Anonim, 1994). Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotic diantaranya melalui mekanisme mikroorganisme menghasilkan enzim dan merusak obat yang aktif, mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat, mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat, mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat, dan mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat (Jawetz, et al., 2001).
D. Bakteri
Bakteri adalah domain yang terdiri dari mahluk hidup yang tidak memiliki membran inti (prokariota) (Postlethwait dan Hopson, 2006) . Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang berkembang biak dengan pembelahan menjadi dua sel (Gibson, J.M., 1996) .
menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari (DEPKES RI , 2005) .
Bakteri berkembang biak membelah diri karena begitu kecil maka hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang dapat melaksanakn beberapa fungsi hidup (Waluyo, 2004).
1. Ukuran Bakteri
Ukuran bakteri sangat kecil,umumnya bentuk tubuh bakteri dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000x atau lebih. Satuan ukuran tubuh bakteri adalah micrometer atau micron .satu micron sama dengan 1/1000 mm. Lebar tubuh umumnya antara 1-2 micron sedangkan panjangnya antara 2-5micron.
Bakteri berbentuk kokus mempunyai diameter 0,5 micro ada pula yang berdiameter 2,5 micro .Sedangkan bakteri bentuk basil mempunyai diameter 0,2-2 micro (Waluyo, 2004).
2. Bentuk bakteri
Bakteri memiliki baragam variasi bentuk seperti coccus, basil, dan spiral. Bakteri dapat hidup soliter maupun berkoloni dan berkembang biak dengan cara membelah diri.Bakteri memiliki habitat yang bervariasi,dari air,anah ,udarahingga dalam tubuh hewan. Bakteri ada yang hidup secara anaerob murni dan akan mati dengan adanya oksigen,ada yang bersifat aerob dan memerlukan oksigen untuk memetabolismenya. Ada yang bersifat aerob fakultatif yaitu dapat hidup pada kondisi anaerob,tetapi bila ada oksigen metabolitnya bersifat aerob (Betsy dan Keogh , 2005).
a. Klebsiella Pneunomia
Klebsiella pneumonia merupakan bakteri Gram negatif berukuran 2,0 – 3,0 x 0,6 μm, merupakan flora normal pada saluran usus dan pernafasan, hidup fakultatif anaerob. Klebsiella pneumonia
Klebsiella Pneunomiae merupakan bakteri gram negative berbentuk batang berpasangan atau membentuk rantai pendek dan non motil . Terdapat dalam saluran nafas dan fesessekitar 5% individual normal .klebsiella pneumonia dapat menimbulkan konsolidasi luas diserti nekrosis hemorogik pada paru . Organisme ini kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bacteremia yang di sertai dengan infeksi fokal pada pasien yang sangat lemah (Jawetz et al ,2001).
b. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok -kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak .Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus
yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 2008).
Klasifikasi
Dari Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus yaitu: Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : S. aureus
c. Streptococcus pneumonia
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram positif berbentuk bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak membentuk spora dan
tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan α -hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan deterjen..Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
Klasifikasi bakteri Streptococcus pneumonia menurut Jawetz et al (1986)
Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Diplococcic Ordo : Lactobacillales Family : Streptoccoceae Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia
E. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
dengan cara yang tepat ada kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga akan menggangu hasil yang di harapkan. Teknik aseptic juga aakan melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury ,2006). Dalam mengisolasi mikroba ada beberapa hal yang haruss di perhatikan yaitu sifat spesies bakteri atau mikroba yang akan di isolasi , tempat hidup atau asal mikroba ,medium untuk pertumbuhan yang sesuai,cara mengokulasi mikroba,lama inkubasi mikroba,cara menguji mikroba bahwa yang diisolasi berupa biakkan murni,dan cara memellihara agar mikroba yang telah diisolasi tetep merupakan biakkan murni (Waluyo,2008).
Identifkasi mikroorganisme dapat secara langsung atau tidak langsung . Identifikasi langsung yaitu mikroorganisme dibiakan pada media kultur yang sesuai, di isolasi kemudian di bawah mikroskop . Identifikasi secara tidak langsung: identitas mikroorganisme di simpulkan dari hasil tes pada darah (metode serologi),tes biokimia,dan sebagainya (Gibson,1996). Identifikasi dan determinasi suatu biakkan murni yang di peroleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni serta pengujian sifat-sifat fisiologi dan biokimianya . Bakteri dapat diindentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia dari bakteri tersebut dengan menanamkan bakteri pada medium maka akan di ketahui sifat-sifat suatu koloni suatu koloni bakteri .sifat metabolismeb akteri dalanm uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metaboli-metabolit yang dihasilkan dengan reagen kimia. Selain itu dilihat dari kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan sumber energy (Waluyo, 2004).
Ada 3 prosedur pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana (simple train), pewarnaan diferensial (diferential stain),dan pewarnaan khusus (special strain) (Pratiwi,2008)
1. Pewarnaan sederhana
larutan pewarna untuk mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan afinitas pewarna pada spesimen biologi .
2. Pewarnaan diferensial
Menggunakan lebih dari 1 warna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri .Pewarnaan gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri yaitu gram positif dan gram negatif.
3. Pewarnaan Khusus