Product liability
Oleh : FAUZUL A
FAKULTAS HUKUM
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Tanggung jawab produsen di bidang goods (barang) dan bukan jasa, karena pertanggungjawaban jasa telah khusus yaitu Proffesional liability yang
bersandar pada contractual liability.
Dalam product liability dikenal dua caveat yaitu Caveat Emptor (konsumen berhati-hati) dan Caveat Venditor (produsen berhati-hati)
pertanggung jawaban produk ini merupakan tanggungjawab produsen kalau produknya menimbulkan kerugian dan merupakan tanggungjawab perdata.
Untuk melindungi konsumen terdapat dua ketentuan yaitu hukum publik
dan hukum perdata, di mana dalam hukum perdata terdiri dari hukum perjanjian dan hukum tentang perbuatan melawan hukum.
Hukum perjanjian didalamnya terdapat tanggungjawab atas dasar kontrak (contractual liability) sedangkan hukum tentang perbuatan melawan hukum atas dasar Tortius liability (Tanggungjawab atas dasar perbuatan melawan hukum
PERTANGGUNGJAWABAN PRODUK (
PRODUCT
Hubungan Product Liability dan
Perlindungan Konsumen
CONSUMER PROTECTION
Civil Law
Public Law
Law of Obligations (Perikatan)
Law of Contract (Perjanjian)
Law of Tort (Hk Tentang
Perbuatan Melawan Hukum
Contractual Liability (tanggung jawab
atas dasar kontrak) atas dasar perbuatan melawan hukum Tortius Liability ( Tanggungjawab
Fault Liability (Klasik:
tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata
No Fault Liability/ Strict Liability
PRODUCT LIABILITY Building Owner
Hubungan Product Liability dan
Perlindungan Konsumen
Fault Liability (Klasik:
tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata
No Fault Liability/ Strict Liability
PRODUCT LIABILITY Building Owner liability
Vicarious Liability
Bukan atas dasar kontraktual atau perjanjian, tetapi perbuatan
Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
bukan mendasarkan kontraktual atau perjanjian tetapi perbuatan
melawan hukum, karena dalam bisnis jarang sekali hubungan
produsen langsung ke konsumen (lihat model pemasaran 2).
Bila melihat bahwa produsen yang bertanggungjawab , maka kita
menggugatnya tidak dengan wanprestasi, karena tidak ada
hubungan kontraktual (Privity of contract, yaitu hubungan yang
langsung dengan konsumen). Jadi bila tidak ada hubungan tersebut
maka menggugatnya harus berdasarkan perbuatan melawan
hukum.
Kronologisnya hukum perikatan--- hukum perjanjian---
hukum perbuatan melawan hukum.
Bila berdasarkan hukum perjanjian adalah wanprestasi
(contractual liability) sedangkan berikutnya adalah
perbuatan melawan hukum (law of Tort) adalah tortius
liability.
Tortius liability terbagi atas:
Fault Liability menggugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata,
berarti siapa yang mendalilkan, dia harus yang membuktikan. Bila
diterapkan dalam kasus biskuit beracun, maka konsumen harus
membuktikan bahwa produsen yang bersalah. Ini tidak
menguntungkan bagi konsumen. Perlindungan terhadap
konsumen menjadi mustahil kalau berdasarkan fault liability,
karena yang mendalilkan harus membuktikan.
Isi Pasal 1365 KUHPerdata bila dikaji:
Perbuatan melawan hukum.
Kesalahan.
Kerugian
Hubungan Kausal (sebab akibat)
membuktikan kesalahan adalah upaya yang paling sulit. Bagaimana agar beban konsumen diperingan?.
Oleh karena itu unsur kesalahan yang tadinya dibebankan kepada konsumen dialihkan atau dibebankan kepada produsen yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Ketiga unsur lainnya tetap berada pada konsumen.
Ini yang disebut rezim baru yaitu
No fault liability
di mana
dalam
product liability penggugat/konsumen tidak perlu membuktikan
kesalahan produsen, melainkan produsen yang harus membuktikan
bahwa dia tidak bersalah.
Kesimpulan:
Fault: Penggugat membuktikan.
No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.
Strict liability disebut pula No Fault Liability.
Di Indonesia terdapat
Vicaroius liability,
yaitu
perbuatan melawan hukum yang berada dalam
tanggungjawab majikan terhadap pekerjaan
buruhnya (Pasal 1367 KUHPerdata).
Building Owner Liability: pemilik gedung.
Pete’s master Liability: pemilik binatang peliharaan yang
bertanggungjawab.
Perkembangan/munculnya Prinsip No Fault Liability.
Proses terjadinya menimbulkan polemik dalam hukum, khususnya
terhadap prinsip “Presumption innocence”, di mana harus
dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan baru dapat dikatakan
bersalah.
Awal mulanya terdapat prinsip RES IPSA LOQUITUR (the things speak for itself), artinya fakta telah bicara sendiri, tidak perlu dibuktikan lagi. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan no fault liability. Misal: sungai telah tercemar (berbusa) dari industri tersebut.
Muncul kasus-kasus yang PRIMA FACIE CASE (nyata-nyata tidak perlu diperdebatkan lagi, kejadian telah berbicara sendiri). Misal makan biskuit langsung mati, fakta telah membuktikannya.
Prinsip
No Fault Liability
dipelopori para advokasi/ praktisi
konsumen.
Hukum Konsumen menurut Mochtar Kusumaatmaja adalah:
“ Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/ atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.”
Hukum Perlindungan Konsumen adalah:
“Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/ atau jasa konsumen”.
Kesimpulan:
Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam
kedudukan sosial ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikannya.
Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak
yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah itu dalam masyarkat tidak seimbang.
BATASAN HUKUM KONSUMEN DAN
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Kepentingan Fisik konsumen:
“kepentingan badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan/ atau jiwa mereka dalam penggunaan
barang atau jasa konsumen. Dalam setiap perolehan barang atau jasa konsumen, barang atau jasa tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya)”.
Kepentingan sosial ekonomi konsumen:
“Setiap konsumen dapat memperoleh hasil optimal dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang atau jasa kebutuhan hidup mereka. Untuk keperluan itu, tentu saja konsumen harus mendapatkan informasi yang benar dan bertanggungjawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu informasi yang informatif tentang segala sesuatu kebutuhan hidup yang diperlukan.
kepentingan perlindungan hukum:
KEPENTINGAN-KEPENTINGAN
KONSUMEN
kepentingan perlindungan hukum:
Sampai saat ini masih merupakan
hambatan bagi konsumen atas perarutan yang diterbitkan
bukan tujuan utamanya mengatur dan atau melindungi
konsumen.
Kriteria konsumen dan apa kategori kepentingan konsumen.
Perilaku dari pelaku bisnis yang canggih, sehingga terhadap
perbuatan tersebut undang-undang tidak dapat
menjangkaunya.
Hukum acara yang ada tidak dapat secara mudah
dimanfaatkan oleh konsumen yang dirugikan dalam
hubungannya dengan penyedia barang dan/atau jasa.
KEPENTINGAN-KEPENTINGAN
KONSUMEN
Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:
Iklan pancingan (bait and switch ad)
iklan pancingan adalah iklan yang sebenarnya tidak berniat untuk
menjual produk yang ditawarkan tetapi lebih ditujukan pada
menarik konsumen ke tempat usaha tersebut. Setelah mereka
datang ditawarkan produk lainnya, karena produk tersebut
sudah habis.
Contoh: analogi iklan: Air Asia dsb.
iklan-klan yang menyesatkan ( mock up ad).
Iklan jenis ini mengesankan keampuhan suatu barang dengan
cara mendomontrasikannya secara berlebihan dan mengarah
menyesatkan. Umumnya menggunakan media televisi.
Contoh: iklan pencukur (shave cream).
Kunjungan penjual dan kiriman langsung
PRAKTEK NIAGA
Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:
Kunjungan penjual dan kiriman langsung
dilakukan dengan kunjungan penjual (salesman calls) yang selain
menawarkan juga menjual produk tersebut.
Praktek niaga kiriman langsung menimbulkan 2 (dua) masalah yaitu:
Apakah ia merupakan bagian dari perjanjian antara pengusaha dan konsumen atau tidak;
siapa yang dibebani kewajiban mengembalikan produk konsumen yang dikirim langsung, apabila tidak terjadi kesepakatan untuk mengadakan hubungan hukum mengenai produk itu.
PRAKTEK NIAGA
Konstruksi hukum:
Perjanjian
Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
Perbandingan:
Australia: Trade Practises Act 1974/1977
Unsolicited Goods and Services Act 1971
Kesimpulan dari 2 (dua) undang-undang di atas, bahwa
pengiriman barang atau jasa yang tidak dipesan atau diminta
oleh konsumen baik secara tertulis atau lisan merupakan
perbuatan melawan hukum.
Akibatnya tidak dapat meminta pembayaran atas barang
tersebut.
PRAKTEK NIAGA
Aspek Hukum Privat:
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Asas Hukum
Kaidah Hukum
• Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1) •Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).
•Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)
Hukum Perjanjian
• Perjanjian dengan syarat2 baku (standard contract).
• Lihat Praktik di Inggris
•“ The Unfair Contrcat Terms Act 1977 • Syarat baku dilarang berkaitan dengan:
• pengecualian tanggungjawab karena wan prestasi.
• Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan • barang.
•Pembatasan tanggungjawab ( jumlah gantirugi, •jangka waktu klaim, pemanfaatan hak)
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Kaidah Hukum
LIHAT PERIKATAN
Perjanjian
Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella, dan di
sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman “ginger beer”
dan es krim. Botol “ginger beer” itu guram sehingga orang tidak dapat
melihat apa yang ada didalamnya. Minchella menuangkan sebagian
“ginger beer” ke dalam gelas berisi es krim untuk Nyonya Donoghue
dan langsung diminumnya, sedangkan sisanya dituangkan teman
Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain yang tersedia, dan kini di dalam
gelas kosong tersebut terlihat keong (snail) dalam bentuk
terpotong-potong. Milihat barang menjijikan tersebut Nyonya Donoghue shock
dan menderita “gastro enteritis”. Atas gangguan kesehatan tubuh dan
kejiwaannya, ia menggugat gantirugi terhadap Stevenson, produsen
“ginger beer” itu.
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Perbuatan Melawan Hukum
• House of Lord memutuskan:
•Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat
Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.
• Pertimbangan House of Lord
• …. That a manufacturer owner a general duty to take care
to ultimate consumer”
Aspek Hukum Publik terdiri atas:
Hukum Administrasi: Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan barang.
Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan.
Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Hukum Pidana:
KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar KUHPidana.terdiri atas KUHAPidana
Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata (kasus biskuit beracun).
Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut barang-barang
pada umumnya.
Pasal 382 bis : persaingan curang.
TINJAUAN
Aspek Hukum Publik terdiri atas:
Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang, keadaan, sifat dst.
Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman dan obat-obatan.
Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obat-obatan palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut menjadi berkurang karena telah dicampur dengan bahan-bahan lain.
Dst.
Hukum Internasional:
Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.
Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam memeriksa dan
memutus sengketa yang terjadi.