• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

DIVISI 6

PERKERASAN BERASPAL

SEKSI 6.1

LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT

6.1.1

UMUM

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Lapis Resap Ikat adalah lapisan dari aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi yang digunakan sebagai pengikat lapis fondasi perkerasan tanpa aspal dengan lapisan beraspal yang di atasnya. Sedangkan Lapis Perekat adalah lapisan dari aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi yang digunakan untuk meningkatkan pelekatan antara lapisan permukaan perkerasan beraspal dengan lapisan beraspal di atasnya.

b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini mencakup penyediaan dan penyemprotan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya.

6.1.2

PERSYARATAN

1) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) /RSNI :

SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi aspal emulsi kationik SNI 03-4799-1998 : Spesifikasi aspal cair penguapan sedang SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi aspal cair penguapan cepat. SNI 03-6832-2002 : Spesifikasi aspal emulsi anionik

RSNI S-01-2003 : Spesifikasi aspal keras berdasarkan penetrasi RSNI S-01-2004 : Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan British Standard :

BS 3403 : Industrial tachometers, institute of petroleum, safety regulator, UK 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Persiapan : Seksi 1.2

b) Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1

c) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1

d) Lapis Fondasi Tanah Semen : Seksi 5.3 e) Campuran Beraspal Panas : Seksi 6.3

f) Lasbutag : Seksi 6.4

g) Campuran Beraspal Dingin : Seksi 6.5 h) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1

i) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Perkerasan Berpenutup Aspal : Seksi 8.2

3) Persyaratan Bahan

a) Bahan Lapis Resap Ikat

(1) Aspal untuk Lapis Resap Ikat haruslah salah satu dari berikut ini :

(a) Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi pengikatan sedang (CMS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998.

(b) Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan sedang sesuai SNI 03-4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat sesuai SNI 03-4800-1998. Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80, yang memenuhi

(2)

RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) atau bensin (premium). Tipe aspal cair yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaannya.

(2) Bilamana lalu lintas diizinkan lewat diatas Lapis Resap Ikat maka harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos saringan No. 8 (2,36 mm).

b) Bahan Lapis Perekat

(1) Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998.

(2) Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998. Aspal cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-01-2003, diencerkan dengan bensin (premium).

c) Takaran dan Temperatur Pemakaian Aspal

(1) Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut dapat diulangi sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, bila jenis permukaan yang akan disemprot atau jenis dari aspal berubah. Takaran pemakaian Lapis Resap Ikat ditunjukkan pada Tabel 6.1.2-1, sedangkan untuk Lapis Perekat ditunjukkan pada Tabel 6.1.2-2.

Tabel 6.1.2-1 Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat Takaran (liter per meter persegi) pada

Jenis Aspal Lapis Fondasi Agregat Lapis Fondasi Bersemen Aspal Cair

Aspal Emulsi 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0

Tabel 6.1.2-2 Takaran Pemakaian Lapis Perekat Takaran (liter per meter persegi) pada

Perkerasan Beraspal Perkerasan Kaku Jenis Aspal Permukaan Baru atau Aspal Lama

yang licin Permukan Porous dan Terekspos cuaca Permukaan Baru Permukaan Aus atau licin Aspal Cair 0,10 - 0,15 0,15 - 0,35 0,15 – 0,20 0,15 - 0,25 Aspal Emulsi 0,15 - 0,20 0,20 - 0,50 0,20 – 0,25 0,20 - 0,35 (2) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 6.1.2-3, kecuali diperintahkan lain

oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.

Tabel 6.1.2-3 Temperatur Penyemprotan

Jenis Aspal Rentang Temperatur

Penyemprotan (ºC) Aspal cair penguapan cepat (RC–250) 65 - 105

Aspal cair penguapan sedang (MC- 70) 45 - 85 Aspal cair penguapan lambat (MC-30) 25 - 65

Aspal Emulsi -

(3)

Catatan : Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap aspal cair.

(3) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Direksi Teknik, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.

4) Persyaratan Peralatan a) Ketentuan Umum

Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, alat Aspal Distributor, peralatan untuk memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai untuk meratakan kelebihan aspal.

b) Alat Aspal Distributor

(1) Aspal Distributor harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keselamatan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.

(2) Sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan ketentuan pengamanan dari Institute of Petroleum, Inggris.

(3) Aspal Distributor harus dilengkapi dengan batang semprot dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 ± 1 cm dan dapat mensirkulasikan aspal secara penuh. Batang semprot harus terpasang dan dilengkapi dengan pipa semprot tangan yang dapat diatur menyemprot ke bawah.

(4) Alat penyemprot, harus dirancang, dilengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga aspal mendapat pemanasan dengan merata dan dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi.

c) Perlengkapan

Perlengkapan Aspal Distributor harus terdiri dari sebuah tachometer (pengukur kecepatan putaran), pengukur tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk pengendalian kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada alat Distributor harus dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.2.4).d) dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Teknik.

d) Toleransi Aspal Distributor

Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada Aspal Distributor dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan pada Tabel 6.1.2-4.

Tabel 6.1.2-4 Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan Pengukur tekanan

penyemprotan

± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403

Tachometer kecepatan putaran pompa

± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403

Termometer ± 5ºC, rentang 0ºC – 250ºC, Pengukur volume atau

tongkat celup

± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter.

e) Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan

Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan harus disertakan pada alat semprot dan harus dalam keadaan baik setiap saat.

Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua petunjuk untuk cara kerja alat distributor.

(4)

Grafik Penyemprotan harus memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan konstan, beserta tekanan penyemprotannya harus diplot pada grafik penyemprotan.

Grafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel (yaitu setiap lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel).

f) Kinerja Aspal Distributor

(1) Penyedia Jasa harus menyiapkan alat distributor lengkap dengan perlengkapan dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Teknik. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Teknik kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian alat Aspal Distributor harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. (2) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh

aspal distributor harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembar kertas resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual, takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rencana.

(3) Ketelitian yang dapat dicapai alat Aspal Distributor terhadap suatu takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Teknik. Minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai nilai rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.2).a).(7) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70% dari kapasitas Aspal Distributor harus disemprotkan.

g) Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)

Bilamana diijinkan oleh Direksi Teknik maka penggunaan perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti aspal distributor.

Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari :

(1) Tangki aspal dengan alat pemanas;

(2) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat tersemprot keluar;

(3) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel), Batang semprot dan nosel setelah selesai penyemprotan harus dicuci bersih.

Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga operator yang terampil dan uji coba terlebih dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi Teknik.

(5)

5) Persyaratan Kerja

a) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan

Lapisan Resap Ikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering, bersih dari kotoran dan debu. Penyemprotan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.

b) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.

Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari aspal yang disemprotkan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan.

Untuk Lapis Resap Ikat, setelah proses pengeringan, aspal harus sudah meresap ke dalam lapis fondasi dan meninggalkan aspal pada permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis fondasi agregat sebelum disemprot Lapis Resap Ikat harus padat, tanpa butir-butir lepas dan rata sehingga setelah disemprot tidak ada genangan atau aspal yang tercampur agregat halus sehingga mudah dikupas dengan pisau. Perbaikan dari Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan, atas perintah Direksi Teknik, harus dilakukan pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Ikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama dan Seksi 8.2 Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Perkerasan Berpenutup Aspal. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi, dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan fondasi yang diikuti dengan pengerjaan kembali Lapis Resap Ikat.

c) Pengajuan Kesiapan pekerjaan dan Kerja

Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan, tujuh hari sebelum pekerjaan dimulai:

(1) Lima liter contoh dari setiap aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuatnya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.7.1).a).(2), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelaskan bahwa aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi sesuai jenis bahan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2.3) dari Spesifikasi ini.

(2) Sertifikat kalibrasi dari semua peralatan dan meteran pengukur serta tongkat celup ukur untuk alat Aspal Distributor, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.2.4).c) dan 6.1.2.4).d) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 14 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Tongkat celup ukur, semua peralatan dan meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.2.4).d) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.

(3) Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.2.4).e) dari Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.

(4) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan harian untuk pekerjaan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.2.3).c). dari Spesifikasi ini

(5) Setiap hari kerja penyemprotan, Penyedia Jasa harus menyiapkan: (a) Kebersihan pipa penyemprot dan nosel

(b) Pekerjaan baru dapat dimulai bila telah memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.

(6)

(1) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas.

(2) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal.

(3) Aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh Direksi Teknik.

(4) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan sarana pertolongan pertama pada kecelakaan.

e) Pengaturan Lalu Lintas

(1) Pengaturan lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.3, Pengaturan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.3.2).b) dari Spesifikasi ini.

(2) Penyedia Jasa harus melarang lalu lintas lewat di atas Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat yang baru dikerjakan.

6.1.3

PELAKSANAAN

1) Persiapan

a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama dan Seksi 8.2 Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Perkerasan Berpenutup Aspal.

b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.

c) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut Pasal 6.1.3.1).a) dan Pasal 6.1.3.1).b) di atas sebelum pekerjaan penyemprotan dilaksanakan.

d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.

e) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan

dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang telah disetujui Direksi Teknik dan bagian yang telah diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu.

g) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Ikat di atas Lapis Fondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus padat, rata , rapat, dan bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.

h) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknik.

2) Kegiatan Lapangan

a) Pelaksanaan Penyemprotan

(1) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai, khususnya untuk Lapis Resap Ikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).

(2) Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan. Jika penyemprotan dengan alat Aspal Distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Teknik dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

Penyemprotan aspal dengan alat distributor harus dioperasikan sesuai Grafik Penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian

(7)

batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

(3) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan maka lebar penyemprotan harus selebar rencana ditambah 20 cm kiri kanannya sehingga ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.

(4) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan lembaran plastik selebar minimum 3 meter. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan di atas bahan pelindung sehingga diperoleh awal dan akhir penyemprotan yang lurus.

Aspal distributor harus mulai bergerak kira-kira 25 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya sudah dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, dan batang semprot mencapai bahan pelindung dengan kecepatan tetap dan harus dipertahankan sampai melewati bahan pelindung akhir, aspal mulai disemprotkan pada material di atas pelindung awal dan dihentikan saat di atas pelindung akhir.

(5) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.

(6) Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.

Takaran pemakaian rata-rata aspal pada setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung Sebagai volume aspal yang telah dipakai dikurangi volume aspal di pelindung, dibagi luas bidang yang disemprot. Luas bidang penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.2.3).c).(1) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini:

1 % dari volume tangki

= + 4 % dari takaran yg diperintahkan + ---

Toleransi takaran pemakaian

Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

(7) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.

(8) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.

Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Ikat yang menunjukkan adanya aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.3).a).(2) dari Spesifikasi ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Ikat.

(9) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar aspal harus dilabur kembali dengan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.

(10) Untuk bahan resap ikat atau perekat, baru boleh di lapis dengan lapisan di atasnya, bila bahan pengencernya telah menguap semua dapat ditandai dengan bau minyak bila dicium.

(8)

b) Pembukaan Bagi Lalu Lintas (1) Lapis Resap Ikat

Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai aspal telah meresap dan mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut untuk aspal cair tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap Ikat. sedangkan untuk aspal keras dapat segera dilewati setelah ditabur bahan penyerap (blotter material). Bahan penyerap yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.3).a).(2) dari Spesifikasi ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Bahan penyerap harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan bahan penyerap pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) aspal sesuai dengan Pasal 6.1.3.2).a).(3) dari Spesifikasi ini. Pemakaian bahan penyerap harus dilaksanakan seminimum mungkin. (2) Lapis Perekat

Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai dikerjakan.

6.1.4

PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan Bahan

a) Penyimpanan bahan harus memenuhi ketentuan pada butir 1.2.7.3) dari Spesifikasi ini. b) Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.2.5).c).(1) dari Spesifikasi

ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan.

c) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari Aspal Distributor, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan. d) Aspal distributor harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.4).b) dari

Spesifikasi ini sebagai berikut :

(1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut;

(2) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai;

(3) Apabila distributor mengalami kerusakan atau dimodifikasi, perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

e) Gradasi bahan penyerap (blotter material) harus diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan.

f) Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan, termasuk pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.10 seperti terdapat pada Gambar Rencana. 2) Pemeliharaan Hasil Pekerjaan

a) Pemeliharaan Lapis Resap Ikat

Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.2.5).b) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya hanya dapat dihampar setelah Lapis Resap Ikat telah meresap ke dalam dan mengikat lapis fondasi.

Untuk Lapis Resap Ikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Teknik minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas, cuaca, jenis aspal dan bahan lapis fondasi yang digunakan.

(9)

Lapis Perekat harus disemprotkan sebelum penghamparan lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat sesuai rentang waktu penguapan dan pengikatan aspal (setting/curing). Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.

6.1.5

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Untuk Pembayaran

a) Kuantitas aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil di antara berikut ini : jumlah liter menurut takaran yang diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter aktual yang terhampar dan diterima. Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan penyemprotan.

b) Setiap bahan penyerap (blotter material) yang digunakan harus dianggap termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Ikat yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.

c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan lapis dasar yang di atasnya diberi Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.3.1).a) dan 6.1.3.1).b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini.

d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal 6.1.3.2).(4) sampai 6.1.3.2).(7) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat yang telah selesai menurut Pasal 6.1.4.2).b) dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Teknik menurut Pasal 6.1.2.5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sesuai dengan ketentuan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan

Pengukuran

6.1 (1) Lapis Resap Ikat Liter

(10)

SEKSI 6.2

LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS

(BURDA)

6.2.1

UMUM

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) adalah lapis penutup aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, sedangkan Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) adalah lapis penutup aspal yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.

b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat. Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Ikat, atau di atas lapisan beraspal.

6.2.2

PERSYARATAN

1) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles.

SNI 03-2439-1991 : Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal.

SNI 03-3407-1994 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk batu terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat.

SNI 03-3979-1995 : Tata cara pelaksanaan laburan aspal satu lapis (burtu) untuk permukaan jalan

SNI 03-3980-1995 : Tata cara pelaksanaan laburan aspal dua lapis (burda) untuk permukaan jalan

SNI 03-4137-1996 : Metoda pengujian tebal dan panjang rata-rata agregat SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi aspal emulsi kationik.

SNI 03-4799-1998 : Spesifikasi aspal cair penguapan sedang. SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi aspal cair penguapan cepat.

SNI 03-6750-2002 : Spesifikasi bahan laburan aspal satu lapis (BURTU) dan bahan laburan aspal dua lapis (BURDA)

Brirish Standards :

BS 3403 : Industrial tachometers 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Persiapan : Seksi 1.2

b) Bahu Jalan : Seksi 4.2

c) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1 d) Lapis Fondasi Tanah Semen : Seksi 5.3 e) Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 f) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1

g) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan : Seksi 10.1

3) Persyaratan Bahan a) Persyaratan Agregat

Agregat yang digunakan untuk pekerjaan BURTU dan BURDA harus memenuhi Spesifikasi bahan sesuai SNI 03-6750-2002.

(11)

b) Persyaratan Aspal

(1) Aspal yang dipakai untuk pekerjaan BURTU dan BURDA dapat salah satu dari jenis aspal keras (Pen 60) dan , aspal cair (MC- 800, RC 800, MC 3000 dan RC 3000) dan aspal emulsi kationik (CRS-1 atau CRS-2) sesuai SNI 03-4798-1998. Temperatur penyemprotan untuk masing-masing jenis aspal ditunjukkan pada Tabel 6.2.2-1.

Tabel 6.2.2-1 Temperatur penyemprotan

Jenis Aspal Rentang Temperatur

Penyemprotan (ºC)

Aspal cair RC-MC-SC 800 90 – 130

Aspal cair RC-MC-SC 3000 105 - 145

Aspal Keras Pen 60 160 – 170

Aspal Emulsi --

Pen 120/150 130 – 140

Aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada temperatur penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel 6.2.2.1 di atas atau telah dipanaskan melebihi 170 °C, harus ditolak.

(2) Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) tidak memenuhi persyaratan, Direksi Pekerjaan Teknik dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Teknik Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen.

4) Persyaratan Peralatan

Peralatan yang harus disediakan dan digunakan, harus sesuai ketentuan pada SNI 03-3979-1995 dan SNI 03-3980-1995

5) Persyaratan Kerja

a) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan

Pelaburan aspal harus dilaksanakan pada permukaan yang kering dan bersih, serta tidak boleh waktu angin kencang, agregat lembab, hujan atau akan turun hujan. Pelaburan aspal harus dilaksanakan bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan. Aspal emulsi dan aspal cair tidak boleh disemprotkan menjelang malam hari. Bilamana aspal keras digunakan maka temperatur permukaan perkerasan jalan yang ada pada saat disemprotkan tidak boleh kurang dari 25°C.

b) Ketentuan Lalu Lintas

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan Teknik menyetujui permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

6) Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a) Direksi Pekerjaan Teknik akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan

dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan dibersihkan sesuai ketentuan dalam Pasal 6.2.3.2).a) dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa tidak

(12)

diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis dari Direksi TeknikPekerjaan.

b) BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari diameter agregat terbesar dan butiran agregat dipermukaan tidak boleh tenggelam dalam aspal lebih dari 2/3 tebal nominal agregat dan bebas dari bahan yang lepas setelah penggilasan yang diikuti oleh penyapuan.

c) Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari diameter agregat terbesar dan bebas dari bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan batuan. Pada lapisan kedua BURDA, agregat yang menonjol di atas aspal minimum 1/3 diameter batu nominal.

d) Pekerjaan BURTU/BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

e) Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus terlihat seragam, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan yang telah selesai harus dipelihara oleh Penyedia Jasa paling sedikit selama 3 hari atau sampai dengan agregat cukup kuat, tidak terlepas oleh lalu lalu lintas.

f) Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik yang dapat mencakup pembuangan atau penambahan bahan, dan pekerjaan penggantian atau pelaburan kembali dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini :

a) Lima (5) liter contoh dari setiap aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk dipakai dalam pekerjaan dan dilampiri sertifikat dari pabrik pembuatnya, hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.3).c) dan memenuhi Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan aspal, seperti diberikan dalam Pasal 6.2.2.3).b), harus diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

b) Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup untuk alat Aspal Distributor, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.2.4).c) dari Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.2.4).d) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai;

c) Grafik penyemprotan, harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.2.4).e) dari Spesifikasi ini dan harus diserahkan 7 (tujuh) hari sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai;

d) Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan pelaburan aspal disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada Pasal 6.2.2.3).a) dari Spesifikasi ini, harus telah diserahkan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai;

e) Harus diserahkan laporan produksi agregat dan lokasi penumpukan bahan yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan;

f) Contoh-contoh bahan aspal yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan catatan harian pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan bahan harus memenuhi Pasal 6.2.4 dari Spesifikasi ini.

8) Kondisi Tempat Kerja

a) Pohon, struktur atau bangunan yang berdekatan dengan pekerjaan pelaburan harus dilindungi dari percikan aspal dan kerusakan lainnya.

b) Aspal atau bahan lainnya tidak boleh dibuang ke selokan, saluran atau bangunan yang berdekatan.

(13)

c) Penyedia Jasa harus melengkapi dan memelihara fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan sarana serta pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di tempat pemanasan aspal.

9) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan

a) Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru disemprot aspal sampai permukaan tersebut telah selesai dilapisi dengan agregat.

b) Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi agregat sampai seluruh lokasi telah digilas paling sedikit 6 lintasan dengan alat pemadat yang tepat dan bahan yang lepas telah disapu sampai bersih. Rambu peringatan harus dipasang untuk membatasi kecepatan kendaraan sekitar 20 km/jam. Sedangkan rambu pengaman (Barikade) harus dipasang sepanjang agregat penutup belum selesai dipadatkan dan berumur 72 jam sesuai dengan butir 6.2.2.6).

c) Pengawasan dan pengaturan lalu lintas sebagaimana mestinya seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan dan sesuai dengan Pasal 1.3 dari Spesifikasi ini, harus dilaksanakan selama 24 jam penuh, dari saat dimulainya pekerjaan pelaburan untuk setiap ruas sampai minimum 72 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai. Bilamana hujan turun 48 jam setelah selesainya pekerjaan pelaburan, pekerjaan yang baru selesai ini harus ditutup untuk lalu lintas sampai permukaannya kering. Pengendalian penuh terhadap lalu lintas harus dilanjutkan selama 48 jam pada cuaca baik, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

d) Selama periode tunggu yang ditentukan dalam butir c di atas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi PekerjaanTeknik. Jika Direksi Teknik Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan Teknik dapat memerintahkan untuk melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan.

6.2.3

PELAKSANAAN

1) Persiapan

a) Sebelum permukaan lapis beraspal dilabur, maka semua kotoran dan bahan yang tidak dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual dengan sapu atau sikat yang lebih kaku.

b) Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot.

c) Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja blencong atau cara lain yang disetujui. Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan Teknik maka lokasi yang telah diratakan harus dicuci dengan air dan disikat secara manual.

d) Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima oleh Direksi PekerjaanTeknik.

e) Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal atau lapis fondasi, sebelum dilapisi BURTU atau BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Ikat, sesuai ketentuan dalam Seksi 6.1 Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis Resap Ikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila ditemukan lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Ikat dengan sempurna maka harus dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi PekerjaanTeknik. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi 6.1 Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk Direksi Teknik sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

f) Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa sampai diterima oleh Direksi Teknik, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

(14)

2) Kegiatan Lapangan

a) Kuantitas Bahan Yang Akan Dipakai

(1) Takaran pemakaian aspal untuk setiap lapis laburan aspal untuk setiap ruas jalan harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan yang tergantung dari ukuran terkecil rata-rata agregat, jenis aspal, kondisi dan tekstur permukaan lapis beraspal yang ada serta kepadatan lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil percobaan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

(2) Takaran penghamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadatan, sesuai dengan standar Spesifikasi dalam Pasal 6.2.2.6). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi yang memuat tata cara menghitung perkiraan takaran hamparan agregat.

b) Penyemprotan Aspal

(1) Penyemprotan aspal harus dilaksanakan sesuai takaran dan merata pada semua lokasi, dengan menggunakan peralatan batang semprot dari alat Aspal Distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana alat Aspal Distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi Teknik dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan.

Alat Aspal Distributor harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

(2) Temperatur pada saat penyemprotan aspal untuk BURTU dan BURDA harus sesuai dengan ketentuan pada Tabel 6.2.2-1.

(3) Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan Teknik bahwa lintasan penyemprotan aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian untuk yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 20 cm dari sambungan lapis pertama.

(4) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dibatasi dengan kertas penutup yang tebal dan cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh bagian yang dikerjakan tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur.

Alat Aspal Distributor harus mulai bergerak kira-kira 25 meter sebelum daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, dan batang semprot diaktifkan saat mencapai plastik penutup dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir, dan penyemprotan dimatikan saat sampai di atas plastik penutup. Plastik penutup harus dikeluarkan dan dibuang kesuatu tempat sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Teknik.

(5) Sisa aspal dalam tangki aspalalat distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau sebesar yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan untuk mencegah terperangkapnya udara pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah berkurangnya takaran penyemprotan selanjutnya.

(6) Jumlah aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyemprotan, atau jumlah yang disemprot secara manual harus diukur dengan cara memasukkan tongkat celup ke dalam tangki alat Aspal Distributor segera sebelum dan sesudah setiap lintasan penyemprotan atau setiap pemakaian secara manual.

(7) Lokasi yang telah disemprot, termasuk lokasi yang telah dikerjakan secara manual, didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh kertas penutup pada lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan.

(15)

Lebar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nosel yang bersebelahan.

(8) Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah penyemprotan selesai.

(9) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.2.3.2).a).(1) dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai berikut:

1 % dari volume tangki

= + 4 % dari takaran yg diperintahkan + ---

Toleransi takaran pemakaian

Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

(10) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada alat semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan tersebut diperbaiki.

(11) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran aspal harus dilabur dengan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitarnya.

c) Penghamparan Agregat

(1) Sebelum aspal disemprotkan, agregat dalam bak truk di lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar agregat. Agregat tersebut harus bersih, kering, dan dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan pada saat aspal masih cair dan batu dapat terekat dengan baik. dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Teknik.

(2) Agregat harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Teknik. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Teknik.

d) Penyapuan dan Penggilasan

(1) Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi Teknik, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan dua alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali.

(2) Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan, sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.2.6). dari Spesifikasi ini.

6.2.4

PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan Bahan

a) Penyimpanan bahan harus memenuhi ketentuan pada Seksi 1.2, Persiapan.

b) Contoh aspal dan data hasil ujinya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.2.7). dari Spesifikasi ini, harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.

(16)

c) Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari pemasok aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.

d) Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti disyaratkan dalam SNI 03-6750-2002 atau pada Pasal 6.2.2.3).a) dari Spesifikasi ini dengan minimum tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi Teknik, bilamana menurut hasil pengamatan terdapat perubahan mutu pada bahan atau sumbernya.

e) Alat aspal distributor harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.2.4).b) dari Spesifikasi ini sebagai berikut :

(1) Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;

(2) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih yang mana lebih dulu tercapai;

(3) Bilamana alat aspal distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

f) Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat sesuai Pasal 6.2.2.3).a) dari Spesifikasi ini atau SNI 03-6750-2002 harus dilakukan pada setiap tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 200 meter kubik agregat di dalam timbunan persediaan bahan.

g) Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan penyemprotan permukaan, termasuk pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat setiap hari penyemprotan dalam formulir yang sesuai.

2) Pemeliharaan Hasil Pekerjaan

a) Penghamparan agregat harus dilakukan setelah aspal memperoleh kondisi kelengketan yang maksimal sesuai rentang waktu penguapan/pengikatan aspal (setting/curing) dan segera dipadatkan. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. b) Selama periode tunggu, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang

lepas. Jika menurut Direksi Teknik bahwa permukaan tampak sudah kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana tidak, maka Direksi Teknik dapat memerintahkan untuk melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh.

c) Pemeliharaan harus dilakukan sampai pekerjaan telah diterima oleh Direksi Teknik.

d) Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.7) di atas, Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin dari semua pekerjaan ini yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1, Pemeliharaan Rutin Perkerasan, bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.5 dari Spesifikasi ini.

6.2.5

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Untuk Pembayaran

a) Pengukuran Aspal

(1) Aspal harus diukur untuk pembayaran dalam satuan liter sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual.

(2) Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah disemprot dengan aspal, diukur sesuai dengan Pasal 6.2.3.2).b).(7) dan Pasal 6.2.3.2).b).(8) dari Spesifikasi ini, dikalikan takaran pemakaian nominal aspal. Untuk pembayaran, takaran

(17)

pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih kecil dari ketentuan di bawah ini:

(a) Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan, ditambah toleransi yang diperkenankan dalam Pasal 6.2.3.2).b).(9) dari Spesifikasi ini.

(b) Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai dengan Pasal 6.2.3.2).b).(6) sampai 6.2.3.2).b).(9) dari Spesifikasi ini.

b) Pengukuran Agregat BURTU

Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURTU, dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar Rencana.

c) Pengukuran Agregat BURDA

Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai Spesifikasi ini dan Gambar Rencana.

d) Pengukuran Perbaikan Pekerjaan

Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Teknik menurut Pasal 6.2.2.7) di atas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan

Pengukuran

6.2 (1) Agregat penutup BURTU Meter Persegi

6.2 (2) Agregat penutup BURDA Meter Persegi

6.2 (3) Aspal untuk Pekerjaan BURTU Liter

(18)

SEKSI 6.3

CAMPURAN BERASPAL PANAS

6.3.1

UMUM

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Campuran Beraspal Panas adalah campuran yang terdiri atas kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan di Unit Pencampur Aspal (UPA) sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu

b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini mencakup pembuatan lapisan campuran beraspal panas untuk lapis perata, lapis fondasi, lapis permukaan antara dan lapis aus, yang dihampar dan dipadatkan di atas lapis fondasi atau dan permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan Gambar Rencana

c) Semua jenis campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan yang sesuai..

2) Jenis Campuran beraspal

Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar Rencana. a) Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir / Sand Sheet) Kelas A dan B

Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pemilihan Kelas A atau B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan.

b) Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton / HRS)

Lapis Lataston pada dasarnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal yang diberi sisipan butiran kasar dan dapat terdiri atas Lataston adalah lapis permukaan yang terdiri atas Lapis Aus (Lataston Lapis Aus / HRS-WC) dan Lapis Permukaan Antara (Lataston Lapis Permukaan Antara / HRS-Base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah : (1) Gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana butiran-butiran lolos nomor 30

paling sedikit 80% dari butiran-butiran lolos nomor 8. Untuk material Lataston hampir selalu dilakukan pencampuran pasir alam dan agregat halus pecah mesin.

(2) Rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.

c) Laston (Lapisan Aspal Beton / AC)

Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Permukaan Antara (AC-BC) dan Laston Lapis Fondasi (AC-Base). Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Asbuton atau Aspal Multigrade atau aspal keras Pen 60 atau Pen 40 yang dicampur dengan Asbuton butir disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

6.3.2

PERSYARATAN

1) Standar Rujukan

(19)

SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles SNI 06-2432-1991 : Metoda pengujian daktilitas bahan-bahan aspal

SNI 06-2433-1991 : Metoda pengujian titik nyala dan titik bakar dengan alat cleveland open cup

SNI 06-2434-1991 : Metoda pengujian titik lembek aspal dan ter SNI 03-2439-1991 : Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal

SNI 06-2440-1991 : Metoda pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A SNI 06-2441-1991 : Metoda pengujian berat jenis aspal padat

SNI 06-2456-1991 : Metoda pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen

SNI 03-3407-1994 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk batu terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat

SNI 03-3640-1994 : Metode pengujian kadar aspal dengan cara ekstraksi menggunakan alat soklet

SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,075 mm)

SNI 03-4428-1997 : Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir

SNI 06-6399-2000 : Tata cara pengambilan contoh aspal

SNI 06-6721-2002 : Metode pengujian kekentalan aspal cair dengan alat saybolt SNI 03-6757-2002 : Metode pengujian berat jenis nyata campuran beraspal padat

menggunakan benda uji kering permukaan jenuh SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal

SNI 03-6877-2002 : Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan SNI 03-6885-2002 : Metode pengujian noda aspal minyak

SNI 03-6893-2002 : Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal

SNI 03-6894-2002 : Metode pengujian kadar aspal dan campuran beraspal cara sentrifius RSNI M-01-2003 : Metode pengujian campuran beraspal panas dengan alat Marshall RSNI M-04-2004 : Metode pengujian kelarutan aspal

RSNI M-06-2004 : Cara uji campuran beraspal panas untuk ukuran agregat maksimum dari 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci) dengan alat Marshall RSNI T-01-2005 : Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong atau pipih dan

lonjong. AASHTO :

AASHTO T283-89 : Resistance of compacted bituminous mixture to moisture induced damaged

AASHTO T301-95 : Elastic recovery test of bituminous material by means of a ductilometer AASHTO T165-97 : Effect of water on cohesion of compacted bituminous paving mixtures ASTM :

ASTM E 102-93 : Saybolt furol viscosity of asphaltic material at high temperature British Standard :

BS 598 Part 104 (1989) : The compaction procedure used in the percentage refusal density test 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.

a) Persiapan : Seksi 1.2

b) Lapis Resap Perekat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 3) Toleransi

a) Toleransi tebal lapisan ditunjukkan pada Tabel 6.3.2-1.

b) Bilamana campuran beraspal (khususnya Lataston dan Laston) yang dihampar lebih dari satu lapis, toleransi tebal seluruh lapisan tidak boleh lebih dari toleransi lapis teratas yang

disyaratkan dalam Tabel 6.3.2-1

(20)

Tabel 6.3.2-1 Tebal Nominal Minimum Lapisan Beraspal dan Toleransi Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal

Minimum (mm)

Toleransi Tebal (mm)

Latasir Kelas A SS-A 15

Latasir Kelas B SS-B 20 - Lapis Aus HRS-WC 30 Lataston Lapis Permukaan Antara HRS-BC 35 ± 4

Lapis Aus AC-WC 40 ± 3

Lapis Permukaan Antara

AC-BC 50 ± 4

Laston

Lapis Fondasi AC-Base 60 ± 5

d) Toleransi kerataan harus memenuhi ketentuan berikut ini : (1) Kerataan Melintang

Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu jalan tidak boleh melampaui 4 mm untuk lapis aus, 6 mm untuk lapis permukaan antara dan 8 mm untuk lapis fondasi.

(2) Kerataan Memanjang

Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus beroda (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm.

e) Perbedaan elevasi melintang untuk lapis aus, lapis antara dan lapis fondasi tidak boleh lebih 5% dari kemiringan rencana.

f) Perbedaan elevasi sumbu jalan dan tepi-tepi untuk setiap 5 m panjang untuk lapis aus tidak boleh lebih dari 5 mm, lapis permukaan antara tidak boleh melampaui 8 mm dan untuk lapis fondasi tidak boleh melampaui 10 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

4) Persyaratan Bahan a) Agregat

(1) Umum

(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan campuran (lihat Pasal 6.3.2.5)), memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2-2 sampai dengan Tabel 6.3.2-3.

(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknik. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11 dari Spesifikasi ini.

(c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi agregat untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran beraspal satu bulan berikutnya.

(d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran beraspal.

(e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.

(f) Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.

(21)

(a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2-2. (b) Fraksi agregat kasar harus batu pecah dan harus disiapkan dalam ukuran nominal.

Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran nominal maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.

(c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2-2.

(d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih. Tabel 6.3.2-2 Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat

SNI 03-3407-1994 Maks.12 % Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 % Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90(*)

Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10 % Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 % Catatan :

(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5

(e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal (UPA) dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.

(f) Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 6.3.2-2

(g) Pembatasan lolos saringan No. 200 < 1%, pada saringan kering karena agregat kasar yang dilekati lumpur tidak dapat dipisahkan pada waktu pengeringan sehingga tidak dapat dilekati aspal.

(3) Agregat Halus

(a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengsaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm) sesuai SNI 03-6819-2002.

(b) Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk terpisah.

(c) Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum yang diijinkan untuk laston (AC) adalah 10 %.

(d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.4).a).(1). Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih.

(22)

(e) Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.

(f) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.3.2-3.

Tabel 6.3.2-3 Ketentuan Agregat Halus

Pengujian Standar Nilai

Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50 % Material Lolos Saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 Min 45 %

(4) Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portland, bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak menggumpal.

Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI 03-4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos saringan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % dari yang lolos saringan No. 30 (600 micron) dan mempunyai sifat non plastis.

b) Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukkan dalam Tabel 6.3.2-4. Gradasi agregat gabungan Laston harus berada di dalam batas-batas titik kontrol (control point) dan harus berada di luar Daerah Larangan dan sebagaimana yang diberikan dalam Tabel 6.3.2-4.

Tabel 6.3.2-4 Gradasi Agregat Gabungan

% Berat Yang Lolos Ukuran

Saringan Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)2

ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base

1½” 37,5 100 1” 25 100 90 – 100 ¾” 19 100 100 100 90 – 100 Maks.90 ½” 12,5 90 - 100 90 - 100 90 – 100 Maks.90 3/8” 9,5 100 75 - 85 65 - 100 Maks.90 No.4 4,75 100 No.8 2,36 50 - 721 35 - 551 28 – 58 23 – 49 19 – 45 No.16 1,18 No.30 0,600 35 - 60 15 - 35 No.200 0,075 10 – 15 8 - 13 6 - 12 2 - 9 4 - 10 4 - 8 3 – 7 DAERAH LARANGAN No.4 4,75 - - 39,5 No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8 No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1 No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6 No.50 0,300 15,5 13,7 11,4 Catatan :

1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, harus dijaga kesenjangannya, dimana paling sedikit 80% dari butiran yang lolos saringan No. 8 harus juga lolos saringan No. 30 (0,600 mm).

2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan

(23)

pada saringan ukuran nominal maksimum, saringan menengah (2,36 mm) dan saringan terkecil (0,075 mm).

c) Aspal

(1) Aspal yang digunakan harus salah satu dari jenis Aspal Keras Pen 40, Aspal Keras Pen 60, Aspal Polimer, Aspal dimodifikasi dengan Asbuton dan Aspal Multigrade yang memenuhi persyaratan pada Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 6.3.2-9, dan campuran yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan campunan beraspal yang diberikan pada salah satu Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14 sesuai dengan jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Direksi Teknik. (2) Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000.

Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah, dan bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpanan sebelum hasil pengujian tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini. Bilamana hasil pengujian tersebut lolos pengujian, tidak berarti aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final kecuali aspal dan contoh yang mewakili telah memenuhi sernua sifat-sifat aspal yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Kegagalan dipenuhinya salah satu uji sebagai yang disyaratkan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

(3) Campuran beraspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 ml, partikel mineral yang terkandung harus dipisahkan dengan alat sentrifugal. Pemisahan ini dianggap telah terpenuhi bilamana kadar abu dalam aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002.

Tabel 6.3.2-5 Persyaratan Aspal Keras Pen 40 dan Pen 60

Persyaratan

No. Jenis Pengujian Metode

Pen 40 Pen 60 1. Penetrasi, 25 °C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 59 60 - 79 2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 51 - 63 48 - 58 3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 200 Min. 200 4. Daktilitas 25 °C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 Min. 100 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 Min. 1,0 6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % berat RSNI M -04-2004 Min. 99 Min. 99 7. Penurunan Berat (dengan TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8 Max. 0,8 8. Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 58 Min. 54 9. Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 - Min. 50 10. Uji noda aspal

- Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylene

SNI 03-6885-2002 Negatif Negatif

11 Kadar paraffin, % SNI 03-3639-2002 Maks. 2 Maks. 2

Catatan : Apabila uji noda aspal disyaratkan, Direksi Teknik dapat menentukan salah satu pelarut yang akan digunakan.

Gambar

Tabel 6.1.2-1 Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat  Takaran (liter per meter persegi) pada
Tabel 6.2.2-1 Temperatur penyemprotan
Tabel 6.3.2-3 Ketentuan Agregat Halus
Tabel 6.3.2-5 Persyaratan Aspal Keras Pen 40 dan Pen 60  Persyaratan
+7

Referensi

Dokumen terkait