179
KAJIAN PENGEMBANGAN WISATA RELIGI DI KABUPATEN
BANJAR KALIMANTAN SELATAN
RELIGIOUS TOURISM DEVELOPMENT STUDY IN BANJAR DISTRICT OF
KALIMANTAN SELATAN
M. Arief Anwar
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Dharma Praja I, Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia e-mail : arief_bjm2005@yahoo.co.id
Diserahkan : 30/11/2019, Diperbaiki : 13/12/2019, Disetujui: 20/12/2019 Abstrak
Salah satu prioritas pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah mewujudkan Kalsel sebagai salah satu destinasi wisata nasional. Salah satu jenis wisata yang sekarang berkembang adalah wisata religi. Kabupaten Banjar dengan ibukotanya Martapura dikenal dengan predikat “Kota Santri dan Serambi Mekkah”. Di Kabupaten Banjar banyak terdapat makam-makam para ulama dan masjid tua yang memiliki nilai sejarah. Makam-makam ulama dan masjid bersejarah tersebut ramai dikunjungi para wisatawan/peziarah yang bukan saja berasal dari wilayah Kalimantan tetapi juga datang dari berbagai daerah dari Pulau Jawa, Sumatera, Madura, Maluku, serta dari luar negeri. Dalam upaya mengembangkan potensi wisata religi yang ada, maka dipandang perlu melakukan suatu kajian terkait pengembangan wisata religi di Kabupaten Banjar. Tujuan dari kajian ini adalah: (1) Menganalisis sebaran objek wisata berbasis religi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata religi; (2) Menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi terkait pengembangan wisata religi yang telah ada berdasarkan; (3) Menetapkan rekomendasi/strategi kebijakan yang perlu diambil dalam pengembangan wisata religi yang ada di Kabupaten Banjar. Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dengan informan yang telah dipilih berdasarkan kompetensinya terhadap pengetahuan lokasi religi di Kab. Banjar. Hasil penelitian menunjukkan ada 27 wisata religi di Kabupaten Banjar. Kendala yang dihadapi adalah berkaitan dengan sarana dan prasarana, lemahnya daya dukung sumber daya lokal terhadap keberadaan objek wisata, dan minimnya pemasaran pariwisata bertema religi. Untuk mengatasi kendala tersebut maka strategi yang dapat dilakukan adalah pengembangan sarana dan prasarana wisata, pengembangan sumber daya lokal, dan pengembangan pemasaran.
Kata Kunci: Wisata, Religi, Kabupaten Banjar
Abstract
One of South Kalimantan's development priorities is to realize South Kalimantan as one of the national tourism destinations. One type of tourism that is now developing is religious tourism. Banjar Regency, with its capital city of Martapura is well-known as "Santri City and the Porch of Mecca", while the citizen were known to have religious potential for developing religious tourism. In Banjar Regency, there are many graves of old religious scholars and mosques that have tremendous historical value. The graves of historical scholars and mosques are crowded with tourists who not only come from the Kalimantan region but also come from various area such as Java, Sumatra, Madura, Maluku and even from abroad. In an effort to develop the potential of existing religious tourism, it is deemed necessary to conduct a study related to the development of religious tourism in Banjar Regency. The purpose of this study is; (1) Analysing the distribution of religious based tourism objects that can be developed as religious tourism objects; (2) Analysing the
180
problems and obstacles faced in relation to the development of existing religious tourism based on; (3) Establish policy recommendations / strategies that need to be taken in the development of religious tourism in the Banjar District. The analytical method used is descriptive qualitative analysis, use to describe the development of religious tourism. This research concludes that in general there are 27 religious tourism area in Banjar Regency, and the constraints that exist in religious tourism objects are related to facilities and infrastructure, weak local resources to support tourism objects, and weak tourism marketing. To overcome the obstacles, the strategy that can be done is related to the development of tourism facilities and infrastructure development, local resource development, and marketing development.
Keywords: Tourism, Religion, Banjar Regency
PENDAHULUAN
Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada koordinat 2°49’55 - 3°43’38 LS dan 114°30’20" - 115°35’37" BT, dengan luas wilayah adalah ± 4.668 km², yang merupakan wilayah terluas ketiga di Provinsi Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Penduduk Kab. Banjar pada tahun 2018 sebanyak 571.573 jiwa. Kabupaten Banjar dikenal sebagai “Kota Santri dan Serambi Mekkah” , karena masyarakatnya yang dikenal religius memberikan ciri khas tersendiri terhadap sektor sosial budaya di Kabupaten Banjar. Di daerah ini juga banyak terdapat Ulama-Ulama besar yang dikenal sampai luar daerah bahkan mancanegara, dan juga banyak terdapat daya tarik wisata religi, disamping objek wisata lainnya. Kabupaten Banjar banyak memiliki makam-makam para ulama dan masjid tua yang memiliki nilai sejarah. Makam-makam ulama dan masjid bersejarah tersebut ramai dikunjungi para wisatawan/peziarah. Salah satu makam ulama yang paling banyak dikunjungi adalah Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan Makam Syekh Muhammad Zaini Abdul Gani (Guru Sekumpul). Pengunjung yang melakukan ziarah ke makam tersebut bukan saja berasal dari wilayah Kalimantan tetapi juga datang dari berbagai pulau seperti Pulau Jawa, Sumatera, Madura, Maluku dan bahkan dari luar negeri antara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Selain kedua makam ulama tersebut, di Kabupaten Banjar masih banyak lokasi kegiatan religi yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata religi. Sejumlah makam ulama atau Tuan
Guru lain serta masjid-masjid bersejarah lain pun berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Hanya saja fakta yang ada menunjukkan pengelolaan atau manajemen, ketersedian sarana dan prasarana infrastruktur, serta strategi pemasaran atau dan pengembangannya masih belum optimal, sehingga wisata religi di Kabupaten Banjar masih belum berkembang secara maksimal. Dalam rangka untuk memperoleh manfaat dari keberadaan wisata religi yang ada di Kabupaten Banjar maka keberadaan objek dengan semua aspek pendukungnya harus dikembangkan, baik dari sisi manajemen, strategi pemasaran maupun infrastruktur yang ada. Dengan demikian perlu dilakukan suatu kajian agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan terkait pengembangan wisata religi yang ada di Kabupaten Banjar. Melalui hasil kajian ini dapat diketahui potensi, kendala dan solusi kebijakan yang dapat diberikan.
Tujuan khusus kajian ini adalah: (1) Menganalisis sebaran objek wisata berbasis religi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata religi; (2) Menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi terkait pengembangan wisata religi yang telah ada berdasarkan pengelolaan, akses, sarana prasarana, lingkungan, sosial budaya dan pemasarannya; dan (3) Menetapkan rekomendasi/strategi kebijakan yang perlu diambil dalam pengembangan wisata religi yang ada di Kabupaten Banjar.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan dengan objek penelitian lokasi religi yang ada. dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu
181
dimulai bulan Maret hingga September 2019. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan antara lain keberadaan objek wisata religi yang ada yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Variabel yang diamati dalam kajian ini antara lain lokasi, keunikan/daya tarik, aksesibilitas,ketersediaan sarana prasarana pendukung, pengelolaan dan kondisi masyarakat setempat. Data primer diperoleh dari pengamatan, observasi langsung, wawancara/dialog dengan masyarakat baik secara perorangan / kelompok masyarakat serta SKPD terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi /SKPD terkait. Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan memaparkan dan menginterpretasikan semua data dan informasi yang diperoleh di lapangan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Wisata Religi di Kabupaten Banjar
Sektor pariwisata, merupakan salah satu sektor potensial yang dapat mendatangkan devisa dari penghasilan non migas dan dapat memberikan efek kontributif terhadap bidang-bidang lainnya seperti menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian local culture dan
national culture, dan pelestarian lingkungan hidup (Chotib 2015). Peningkatan jumlah kunjungan dapat berdampak pada peningkatan ekonomi dan pendapatan daerah tujuan wisata yang bersangkutan (Rohman 2016). Di era global seperti ini, paradigma masyarakat secara luas dalam melakukan perjalanan wisata kini sudah mulai bergeser, dari masyarakat yang hanya ingin menikmati atau sekedar mencari hiburan duniawinya saja, menjadi masyarakat yang melakukan perjalanan dikarenakan sebuah alasan “menambah pengetahuan” (Anam 2017). Wisata religi merupakan salah satu dari jenis destinasi pariwisata, dimana destimasi wisata terbagi dalam beberapa destinasi diantaranya : destinasi alam, destinasi buatan, destinasi kuliner, destinasi bangunan bersejarah bernuansa keagamaan (religi) yang dibangun pengurus organisasi agama ataupun perorangan, seperti candi, masjid, gereja, klenteng (Bungaran Antonius Simajuntak, et.al 2017). Wisata religi adalah salah satu jenis produk
wisata yang berkaitan erat dengan sisi religius atau keagamaan yang dianut oleh umat manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya. Wisata religi ini banyak dihubungkan dengan niat dan tujuan sang wisatawan untuk memperoleh berkah, ibrah, tausiah dan hikmah dalam kehiduapannya. Tetapi tidak jarang pula untuk tujuan tertentu seperti untuk mendapat restu, kekuatan batin, keteguhan iman bahkan kekayaan melimpah (Chotib 2015). Religi mempunyai dua makna, pertama religi merupakan agama yang berkaitan dengan Tuhan, ajarannya diturunkan melalui Nabi dan wahyu. Kebenarannya mutlak tidak bisa di ganggu gugat berdasarkan keyakinan penganutnya. Kedua religi merupakan bagian dari kebudayaan, untuk memenuhi kesadaran kolektif dan sebagai identitas (Hariyanto 2016). Salah satu bentuk dari wisata religi secara umum biasanya dilakukan oleh masyarakat adalah ziarah, yakni dengan mengunjungi makam-makam para wali, ulama, para sultan, para pejuang, leluhur, dan keluarga untuk mendoakan dan menunjukkan rasa hormat bagi mereka. Di samping itu pula, biasanya karena makam sang tokoh dianggap memiliki kehebatan yang luar biasa, maka hal semacam ini memotivasi para peziarah untuk mengharapkan berkah atau keberuntungan. Mereka beranggapan makam dapat memberi berkah bagi pengunjungnya atau peziarahnya yang melaksanakan tirakat dengan khusuk dan ikhlas. Bungaran Antonius Simanjuntak dkk (2017), menyebutkan perjalanan yang sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, kepercayaan kelompok masyarakat juga termasuk dalam wisata obyek khusus yang disebut wisata pilgrim, yakni wisata yang dilakukan oleh orang atau kelompok dengan berkunjung ke tempat-tempat suci, makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, gunung, bukit, pantai yang dianggap keramat. Wisata pilgrim tersebut banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat wisatawan untuk memperoleh restu atau kekuatan batin, keteguhan iman, berkah, dan kekayaan yang berlimpah.
182
Seiring perjalanan waktu dengan pengembangan destinasi pariwisata yang begitu pesat, maka tidak keliru kalau makam sebagai destinasi wisata yang sebenarnya destinasi semacam ini sudah ada sejak puluhan tahun silam yang diawali dengan kunjungan ziarah ke makam-makam wali, para raja, orang tua dan makam-makam keramat lainnya. Di Kalimantan Selatan, objek wisata ziarah berupa makam adalah makam para tuan guru, syekh atau datu. Seorang ulama yang di daerah lain umumnya disebut Kyai, di Kalimantan Selatan disebut sebagai Tuan Guru atau Guru Agama.
Penyebutan “Syekh” (Bahasa Arab) merupakan sebutan masyarakat akademik untuk orang yang berilmu tinggi yang pernah mengkaji ilmu di Timur Tengah (Mekkah, Madinah, dan Mesir) sehingga dianggap sebagai guru besar. Sedangkan sebutan masyarakat lokal untuk orang berilmu tinggi adalah “Datu” (Hendraswati, Wajidi, Zulfa Jamalie, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh, di Kabupaten Banjar banyak terdapat daya tarik wisata religi. Berikut sebaran objek wisata di Kabupaten Banjar sebagaimana dijabarkan pada Tabel 1 berikut:.
Tabel 1. Sebaran Destinasi Wisata Religi Di Kabupaten Banjar
N O
OBJEK JENIS DAYA TARIK
1. Masjid Agung AL-Karomah Religi Mesjid bersejarah 2. Masjid dan Makam Datu Kelampayan (Syekh
Muhammad Arsyad Albanjari)
Sejarah- Religi Masjid dan makam ulama besar 3. Makam Guru Sekumpul (Muhammad Zaini
Abdul Ghani)
Religi Makam ulama besar 4. Mesjid Jami Sych Abul Hamid Abulung Religi Mesjid bersejarah 5. Makam Sultan Adam Ak Wasiq Billah Religi Makam raja banjar 6. Makam Sultan Tahlillullah dan Keluarga Religi Makam raja banjar 7. Makam Syech Aminullah (Datu Bagul)
Tungkaran
Religi Makam ulama 8. Makam Datu Fatimah dan Syech Abdullah
Bugis, Tungkaran
Religi Makam ulama 9. Makam Haji Abdullah (Syech Said Achdan
/Datu Kalangkala), Tungkaran
Religi Makam ulama 10
.
Makam Syech Umar (Datu Bajangut), Tungkaran
Religi Makam ulama 11 Makam Pangeran Abdurahman, Pasayangan Religi Makam ulama 12 Makam K.H Badaruddin, Tunggul Irang Religi Makam ulama 13 Makam H. Arga Kusuma, Bincau Religi Makam ulama 14
.
Makam Sultan Inayatullah Mustaiqbillah, Sungai Kitano
Religi Makam raja banjar 15 Makam Sultan Musta`im Billah (Raja Banjar 4) Religi Makam raja banjar 16 Makam Pangeran Tamjidillah, Dalam Pagar Religi Makam raja banjar 17 Makam K.H. Kaspul Anwar, Perbatasan Dalam
Pagar
Religi Makam ulama 18
.
Makam Guru K.H Anang Sya`rani, Kampung Melayu
Religi Makam ulama 19
.
Makam Syech Abduk Hamid Abukung, Sungai Batang
Religi Makam ulama 20 Makam K.H. Salim Maruf, Pekauman Dalam Religi Makam ulama 21
.
Makam Datu Ma`ad Bin Ali (Datu Panjang Rambut), Sungai Batang
Religi Makam ulama 22
.
Makam Syech Abdullah, Lok Gabang Astambul
Religi Makam ulama 23 Makam Syech Abdul Qadir, Danau Salak Religi Makam ulama 24
.
Makam Keramat Menteri Empat Kindu Mui, Desa Lok Baintan
Religi Makam ulama 25
.
Makam Sultan Sulaiman Rahmatullah, Karang Intan
183
26 .
Makam Pangeran M. Noor Bumi Kencana Bin Pangeran Datu Anom, Sei Pinang
Religi Makam raja banjar 27 Makam Datu Mar`I, Tungkaran Religi Makam ulama Sumber : Data primer yang diolah (2019)
Wisata religi yang sudah dikenal luas, pengunjungnya cukup ramai serta mempunyai nilai sejarah, dan arsitektur yang tinggi, di Kabupaten Banjar yaitu Komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kelampayan, Makam Guru Sekumpul (K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani) di Sekumpul Martapura, dan Masjid Al Mukarromah Martapura. Objek-objek wisata religi tersebut terkait dengan makam tokoh penting ulama besar di Kalimantan Selatan yang memiliki kharisma dan karomah, serta masjid bersejarah sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung wisata religi.
Gambar 1. Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kelampayan
(Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 2. Makam Guru Sekumpul (K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani) di
Sekumpul Martapura. (Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 3. Masjid Al Karomah di Martapura (Sumber : dokumentasi penelitian)
Permasalahan dan Kendala Wisata Religi di Kabupaten Banjar
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, di Kabupaten Banjar banyak terdapat objek wisata religi yang telah dikenal luas namun pengelolaannya masih belum optimal. Di lokasi ini juga telah dibangun beberapa fasilitas penunjang, baik oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat. Meski demikian, untuk menjadikan objek wisata tersebut semakin menarik dan ramai dikunjungi penziarah maka harus terus dikembangkan baik pengelolaan, akses, sarana prasarana, lingkungan, sosial budaya dan pemasarannya. Beberapa permasalahan dan kendala yang terdapat dalam pengembangan wisata religi di Kabupatan Banjar tersebut antara lain: 1). Pengelolaan wisata religi di Kabupaten Banjar umumnya dikelola oleh keturunan yang bersangkutan, manajemen pengelolaannya masih belum seprofesional pengelola wisata religi di Pulau Jawa. Namun ada wisata religi yang sudah maju seperti makam Guru Sekumpul yang pengelolannya sudah baik. 2). Informasi mengenai akses menuju wisata religi masih belum begitu baik. Sebagian besar wisatawan religi yang masih baru pertama kali kesulitan untuk menuju lokasi objek wisata religi karena minimnya petunjuk informasi menuju daerah tujuan. 3). Ketersediaan sarana dan prasarana yang masih terbatas. Sebagian besar sarana dan prasarana penunjang seperti akses jalan, parkir, toilet, tempat wudhu, mushola/masjid, tempat souvenir, dan tempat sampah, papan informasi
184
dan panduan ziarah, warung yang masih terbatas. 4). Kondisi pengelolaan lingkungan yang kurang tertata dan terkelola dengan baik. 5) Meskipun sebagian masyarakat dapat menerima wisatawan dengan ramah dan baik, namun masih perlu adanya peningkatan dalam hal keramah-tamahan kepada pengunjung agar para pengunjung merasa lebih nyaman; salah satu contonhnya adalah dengan tidak memaksakan penjualan barang tertentu. 6) pemasaran wisata religi masih belum dikelola dengan baik. Umumnya pengunjung wisata religi datang atas keinginannya sendiri untuk berziarah, bukan dari hasil pemasaran yang dilakukan. Belum ada paket wisata religi yang yg dijual oleh agen perjalanan wisata yang memaketkan beberapa wisata religi di Kabupaten Banjar.
Untuk mengembangkan
wisata religi di Kabupaten Banjar, maka
strategi yang dilakukan harus beranjak pada
kondisi
eksisting,
kendala
atau
permasalahan yang dihadapi, sehingga
dapat
dirumuskan
strategi
untuk
mengembangkannya.
Salah satu objek wisata religi di Kabupaten Banjar, yaitu Komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kelampayan. Jika dilihat dari sisi aksesibilitas, akses jalan darat menuju objek wisata religi ini relatif baik dan lancar. Dari sisi ketersediaan sarana prasarana pendukung telah terdapat beberapa sarana prasarana pendukung seperti lahan parkir, bangunan utama makam, tempat ibadah (mesjid), wc dan tempat wudhu, dan warung /tempat berjualan. Pemerintah juga telah membangunan berbagai sarana dan prasarana bagi penziarah, seperti pembangunan bangunan pendukung, penambahan areal lahan parkir. Dari sisi pengelolaan, pengelolaan objek wisata religi dikelola oleh yayasan keturunan (zuriat). Dari sisi kondisi masyarakatnya cukup baik,dimana masyarakatnya terbuka dan siap menerima wisatawan.
Meski demikian, pengembangan Komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kelampayan sebagai objek wisata religi mempunyai beberapa kendala, seperti akses menuju lokasi masih perlu diperbaiki, kondisi lingkungan yang belum tertata dengan rapi, kebersihan lingkungan areal komplek makam, ketersediaan toilet dan tempat wudhu yang masih kurang refresentatif, kurang terjaga kebersihannya lingkungan, ketertiban parkir dan
penjual yang masih kurang, bangunan utama makam yang perlu pembenahan, kurangnya kawasan RTH (Ruang terbuka Hijau), belum tersedianya secara layak fasilitas pendukung kebersihan lokasi lingkungan seperti tempat
sampah dan toilet, minimnya
petunjuk/pengaturan bagi wisatawan, serta masih lemahnya promosi dan informasi bagi wisatawan. Di sini juga minim tata tertib yang mengatur bagi peziarah dan pedagang, keharusan memakai busana muslim, tulisan anjuran untuk tidak berdoa kepada makam melainkan harus berdoa kepada Allah SWT.
Terkait dengan trip wisata religius, maka objek Komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kelampayan belum sepenuhnya terintegrasi sebagai sebuah paket wisata dengan objek wisata lainnya di Kabupaten banjar dan wilayah lainnya. Di lokasi komplek belum ada petunjuk memadai mengenai objek wisata lainnya. Gerai untuk penjualan souvenir sudah ada namun belum tertata dengan baik. Di objek wisata ini juga perlu ada pemandu yang secara pro aktif mengarahkan pengunjung yang datang ke komplek. Juga tidak ada papan informasi tentang sejarah, riwayat hidup (manakib) Datu Kelampayan yang mudah dilihat atau dibaca penziarah. Di sekitar komplek makam sudah tersedia tempat peristirahatan dan Masjid yang dapat digunakan oleh para pengunjung, namun belum begitu maksimal. Begitupula dengan kuliner tradisional Banjar di sekitar objek wisata itu masih belum memadai. Untuk keperluan penziarah, keberadaan gerai atau kios untuk penjualan souvenir sudah ada tetapi belum terkelola dengan baik. Di sini juga perlu ada industri kreatif berbasis komunitas yang mendukung pariwisata, dimana dalam kondisi seadanya atau tidak ada pembenahan yang memadai sebagai objek wisata religi unggulan. Khusus lingkungan komplek makam kebersihannya masih kurang, maka perlu penciptaan gerakan sadar wisata perlu digalakkan terutama untuk menciptakan lingkungan yang bersih, indah, dan nyaman bagi pengunjung.
185
Gambar 4. Kondisi Masjid Kelampayan (Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 5. Kondisi Lahan Parkir (Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 6. Kondisi pintu masuk komplek Makam (Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 7. Kondisi Bangunan Kubah Utama (Sumber : dokumentasi penelitian)
Gambar 8. Kondisi sekitar selasar (Sumber : dokumentasi penelitian)
Pengembangan Wisata Religi
Untuk mewujudkan wisata religi yang maju, pemerintah daerah Kabupaten Banjar dalam mengembangkan wisata religi didaerah dapat mencontoh dari wisata religi yang yang sudah eksis di Indonesia, seperti halnya wisata religi Wali Songo, dimana wisata religi tersebut dikelola dan dipasarkan secara professional. Sebagai contoh makam ulama besar Makam Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Maulana Malik Iberahim, Makam Sunan Derajat dan sejumlah makam wali lainnya. Lokasi makam ulama besar yang sebagian besar menyatu dengan masjid agung setempat berkembang menjadi sentra ekonomi rekreasi dan wisata, dan di sekitar makam-makam ulama para wali peyebar Islam itu berkembang dari waktu ke waktu menjadi destinasi atau tujuan
wisata religi dan menjadi cagar budaya Islam di Jawa Timur. Rombongan peziarah wisata religi Islam yang datang bukan saja khusus berziarah/berdoa, melainkan sekalian jalan-jalan rekreasi dan shoping di berbagai toko, kios dan outlet setempat, mereka makan minum di restoran dan café sekitar lokasi makam.
Makam-makam ulama besar, ulama Waliullah dan penyebar Islam menjadi ikon destinasi wisata religi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur mencatat pertumbuhan wisaya religi memberi kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan sektor pariwisata Jawa Timur. Jawa Timur dapat dijadikan acuan pengembangan wisata religi lainnya di berbagai daerah. Pengembangan wisata religi di Kabupaten Banjar dapat mengacu kepada konsep-konsep pengembangan wisata religi di Jawa Timur. Berdasarkan hasil kajian terhadap
186
kondisi eksisting berupa potensi dan kendala yang telah dipaparkan di muka, maka upaya pengembangan objek wisata religi diarahkan kepada pengembangan sarana dan prasarana atau infrastruktur wisata, pengembangan sumber daya lokal, dan pengembangan pemasaran.
Infrastruktur (sarana dan prasarana) merupakan hal yang penting dalam pengembangan objek wisata religi sebelum objek wisata dipasarkan. Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalananan wisatanyaa. Sedangkan prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya (Sulistiyaning 2016). Infrastruktur yang dibutuhkan dalam pengembangan wisata religi di Kabupaten Banjar meliputi aksesibilitas transportasi, sarana akomodasi, dan sarana pendukung objek wisata lainnya seperti WC, air bersih, papan informasi, cindera mata, kuliner, dan keperluan untuk penziarah. Pembangunan infrastruktur dimaksudkan agar produk wisata religi yang dipasarkan mampu memberikan kenyamanan bagi penziarah/wisatawan.
Penataan lingkungan sekitar juga sangat diperlukan, agar tercipta suasana objek wisata dan sekitarnya tertata rapi, bersih, dan tetap mempunyai nuansa tradisional dengan vegetasi khas setempat. Penataan lingkungan diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi para pengunjung yang dating. Terkait dengan kerajinan dan kuliner. Potensi ini harus ditangkap dengan penyediaan galeri-galeri yang menjual berbagai produk kerajinan, industri rumah tangga, aneka camilan khas Banjar atau industri kreatif berbasis budaya. Agar selaras
dengan selera pasar pariwisata, maka aneka produk kerajinan dan makanan khas Banjar itu perlu dimodifikasi, diversifikasi baik kemasan maupun produknya sehingga menarik pembeli. Hal yang penting lainnya adalah pembentukan/pemberdayaan lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat (Syafi 2015), seperti Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di sekitar makam agar masyarakat setempat memiliki rasa memiliki terhadap objek wisata yang dikembangkan, serta sadar akan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan). Dengan adanya kelompok tersebut diharapkan mereka proaktif menciptakan kenyamanan dan keamanan, memberikan pengenalan dan pengertian kepada pengunjung, sehingga pengunjung yang awam pun dapat menangkap pesan-pesan spritual yang dikandung oleh objek wisata religi.
Dukungan para pelaku kepariwisataan sangat diperlukan dalam pengembangan objek wisata religi. Oleh karena itu, diperlukan keterpaduan antara peran pemerintah, pengusaha, media massa, dan masyarakat secara serasi, selaras, dan seimbang, untuk mewujudkan potensi pariwisata yang memiliki kemampuan daya saing baik di tingkat lokal, regional maupun global. Pemerintah diperlukan sebagai pengambil kebijakan dan penyedia anggaran, sedangkan masyarakat akan bertindak baik sebagai penyedia kebutuhan maupun sebagai pemelihara kebersihan dan keserasan lingkungan, begitu pula halnya dengan biro perjalanan, pengusaha wisata yang tergabung dalam Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) dan lain sebagainya sangat diperlukan.
Beberapa strategi yang perlu dilakukan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Matriks Pengembangan Wisata Religi Di Kabupaten Banjar
NO MASALAH POKOK STRATEGI USUL SOLUSI KEBIJAKAN SKPD/PIHAK BERWENANG 1 2 3 4 5 1 Sarana dan Prasarana Wisata Pengembangan Infrastruktur
Renovasi Bangunan Utama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Corporate Sosial Responsibility (CSR) perusahaan BUMN dan Swasta
187
Penambahan bangunan pendukung penambahan/ renovasi toilet, pembangunan gerai atau galeri-galeri penjualan produk kerajinan, industri rumah tangga
Disbudpar, Dinas PUPR, CSR perusahaan BUMN dan Swasta
Pengembangan/Perluasan lahan parkir
Disbudpar, Dinas PUPR, CSR perusahaan BUMN dan Swasta Penambahan papan informasi
menuju lokasi wisata
Disbudpar, Dinas Perhubungan, CSR Perbaikan/pelebaran Akses
Jalan menuju lokasi
Disbudpar, Dinas Perhubungan, Dinas PUPR
Penataan Infrastruktur Penataan lahan parkir dan kios-kios penjualan
Disbudpar, Ulama dan tokoh masyarakat, Dinas Perhubungan Penataan Lingkungan
sekitar objek makam
Penataan lingkungan fisik, agar tercipta suasana yang tertata rapi, bersih, namun tetap mempunyai nuansa tradisional dengan vegetasi khas setempat Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim), Disbudpar, Ulama, Tokoh Masyarakat, dan PKK. Pengaturan Lalu Lintas Dinas Perhubungan,
Kepolisian, Satpol PP dan Tenaga
Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas
Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
Penyediaan papan informasi riwayat Hidup /manakip
Disbudpar, CSR perusahaan BUMN dan Swasta Pengaturan dan penyediaan
petunjuk pintu masuk dan keluar makam
Disbudpar
Penyediaan papan informasi paket wisata atau petunjuk arah bagi penziarah untuk melanjutkan kunjungan objek wisata lainnya Disbudpar,Dinas Perhubungan 2. Sumber Daya Lokal Penciptaan Masyarakat sadar wisata Pemberdayaan POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) dan Forum Pengembangan Objek Wisata
Disbudpar, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), Kelurahan Memberdayakan juru pelihara
makam atau Pokdarwis sebagai pemandu wisata
Disbudpar
Sosialisasi “Sapta Pesona” untuk peningkatan sadar wisata
Dinas Komunikasi dan Informatika,
Disbudpar, Dinas Lingkungan Hidup.
Penyediaan pemandu setempat yang bersikap proaktif dalam memberikan pengenalan dan pengertian kepada pengunjung makam.
Disbudpar, Pokdarwis, dan Juru Pelihara
188
Penyediaan cindera mata dan kuliner khas martapura
Penyediaan aneka hasil kerajinan dan kuliner khas martapura di sekitar makam
Pelaku usaha UMKM, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan Mengembangkan
Industri Kreatif Pendukung Wisata
Industri kreatif berbasis budaya-agamis
Disbudpar, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, PKK, Pokdarwis 3. Pemasaran Wisata Penyebarluasan informasi
Penyediaan papan informasi riwayat hidup, adab ziarah, dan aturan bagi penziarah.
Dinas Komunikasi dan Informatika,
Disbudpar, Dinas PUPR, Penyediaan papan informasi
berupa peta paket wisata Religi di Kabupaten Banjar dan Sekitarnya
Disbudpar
Pemanfaatan media cetak, elekronik, dan dunia maya atau internet seperti website, dan media sosial seperti facebook, instagram, whatshapp, twitter dalam penyebaran informasi objek wisata religi.
Dinas Komunikasi dan Informatika,
Disbudpar
Sumber : Hasil Analisis, 2019
Pengembangan wisata religi di Kabupaten Banjar memerlukan adanya masterplan pengelolaan yang didalamnya memuat tahapan pembangunan dan alokasi pendanaan, serta program jangka pendek, menengah dan panjang, sehingga arah pengembangannya menjadi jelas dan terarah. Dimana didalamnya juga mengatur peran dan kerjasama antara SKPD, pemangku kepentingan serta masyarakat dalam bentuk Pokdarwis. Dalam hal pemasaran wisata religi perlu mempunyai ketersediaan media publikasi sebagai bahan promosi baik itu berupa booklet, leaflet, panduan perjalanan, buku ilmiah populer, rute perjalanan, aksesibilitas, perkiraan waktu menuju lokasi, peta, termasuk pusat informasi, serta fasilitas umum pada rute perjalanan dan yang berada dilokasi. Hal ini dimaksudkan agar menarik minat dan mempermudah calon wisatawan dalam melakukan perjalanan.
Dalam hal pengembangan wisata religi diperlukan kerjasama antar semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan dimaksud adalah meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha (bisnis), komunitas masyarakat berupa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan
media massa. Dalam aspek legalitas, pemerintah daerah disarankan mengeluarkan produk hukum berupa perda atau minimal berupa keputusan bupati terkait pengembangan objek wisata religi yang terintegrasi dengan objek wisata religi lainnya. Dengan adanya penetapan tersebut dapat dijadikan landasan penganggaran dana dalam APBD untuk pengembangan objek wisata tersebut.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan
Kabupaten Banjar mempunyai potensi pengembangan wisata religi yang cukup besar. Terdapat 27 objek wisata religi yang ada di Kabupaten Banjar, namun dalam kenyataannya sebagian besar wisata religi yang ada belum di kelola secara optimal. Kendala yang ada pada objek wisata religi adalah berkaitan dengan sarana dan prasarana, masih lemahnya sumber daya lokal untuk mendukung objek wisata, dan lemahnya pemasaran pariwisata. Untuk mengatasi kendala maka yang strategi yang dapat dilakukan adalah berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana wisata,
189
pengembangan sumber daya lokal, dan pengembangan pemasaran.
Rekomendasi
Rekomendasi dalam penelitian ini antara lain (a) pengembangan dan penataan infrastruktur, yang meliputi renovasi bangunan utama, penambahan/renovasi bangunan pendukung seperti toilet, gerai /galeri penjualan produk kerajinan/industri rumah tangga, pengembangan / perluasan / penataan lahan parkir, penambahan papan informasi menuju lokasi wisata, perbaikan/pelebaran akses jalan menuju lokasi, dan penataan lingkungan sekitar objek makam. (b). Pengembangan sumber daya lokal, yang meliputi penciptaan masyarakat sadar wisata, pemberdayaan Pokdarwis, mengembangkan industri kreatif pendukung wisata religi, penyediaan cindera mata dan kuliner khas Banjar. (c). Pengembangan pemasaran wisata religi, meliputi peningkatan pemanfaatan media cetak, elekronik, dan dunia maya atau internet seperti website, dan media sosial. Penyediaan papan informasi berupa peta paket wisata religi di Kabupaten Banjar dan sekitarnya, penyediaan papan informasi riwayat hidup, adab ziarah, dan aturan bagi penziarah. (d). Dalam pengembangan wisata religi di Kabupaten Banjar dipelukan adanya masterplan pengelolaan yang didalamnya memuat tahapan pembangunan dan alokasi pendanaan, serta program jangka pendek, menengah dan panjang, sehingga arah pengembangannya menjadi jelas dan terarah. Dimana didalamnya juga mengatur peran dan kerjasama antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pemangku kepentingan serta masyarakat dalam bentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dalam aspek legalitas, pemerintah daerah sebaiknya membuat Perda atau Surat Keputusan Bupati terkait pengembangan objek wisata religi yang saling terintegrasi. Adanya regulasi akan dapat dijadikan landasan penganggaran dana dalam APBD untuk pengembangan objek wisata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alfisyah. 2007. “Tradisi Haul dan Kohesi Sosial”, SKH Banjarmasin Post, edisi 20 Juli 2007.
Anam, Moch. Musafa’ul. 2017. “Strategi Ikonik Wisata Untuk Memperkenalkan Kota Malang Sebagai Salah Satu
Destinasi Wisata Religi”. Jurnal Pesona
Vol. 2 No. 2.
Atmojo, Bambang Sakti. 1999/2000. ”Penelitian Arsitektur Makam Raja-Raja Di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur”. Berita Penelitian Arkeologi, Nomor 06, 1999/2000. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan. 2018. Kajian Ekonomi Kreatif dan Lokal dalam Menunjang Perekonomian pada Sektor Pariwisata. Banjarbaru: Republik Indonesia.
Bungaran, A dkk. 2017. Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Chotib, Moch. 2015.” Wisata Religi di Kabupaten Jember”. Jurnal Fenomena Vol. 11 No 2.
Hariyanto, Oda. 2016.” Destinasi Wisata Budaya Dan Religi Di Cirebon”. Jurnal Ecodemica Vol. IV No 2.
Hendraswati, dkk. 2012. Upacara daur Hidup Masyarakat Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Pontianak: STAIN Pontianak Press bekerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak. Hidayat, Komaruddin. 2012. Psikologi
Kematian, Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. Jakarta: Noura Books. Rohman, Auliyaur. 2016. “Dampak Ekonomi
Terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Wisata Religi Makam Sunan Drajat Lamongan”. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 2.
Sulistiyaning, Anita dkk. 2016. “Analisis Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 32 No. 1
Sulystianto, Bambang. 2004. Upacara Tiwah Masyarakat Dyak Ngaju di Pendahara. Dalam Berita Penelitian Arkeologi No. 13 Agustus 2004. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Syafi, Muhammad. 2015.” Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
190
Kabupaten Demak”. Jurnal Ruang Vol 1
No 2.
Tim Sahabat. 2013. Datu-datu Terkenal Kalimantan Selatan. Kandangan: Penerbit “Sahabat” Mitra Pengetahuan.
Wajidi dan M. Arief Anwar. 2015. Kajian Model Permukiman Komunitas Banjar di Kota Banjarmasin. Yogyakarta: Graha Cendekia.