• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mirza Azizah, Cholis Sa dijah, dan Abdul Qohar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mirza Azizah, Cholis Sa dijah, dan Abdul Qohar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI REACT DENGAN SETTING TWO STAY TWO

STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERSAMAAN

GARIS LURUS BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BLITAR Mirza Azizah, Cholis Sa’dijah, dan Abdul Qohar

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika

Universitas Negeri Malang

Abstract: The purpose of this research is to discribe the steps of learning using REACT strategy with the TSTS setting that can improve the students’

comprehension in equation of straight line at class VIII-B of SMP Negeri 4 Blitar. This reasearch is a classroom action research. Data collected in this study include: the observation during the learning process based on the observation sheet, the results of field notes, and the results of the final test cycle. The result showed that steps of REACT strategy with the TSTS setting improved the students'

comprehension.

Kata Kunci : REACT, TSTS, Pemahaman siswa

Guru sebagai subjek yang mendidik siswa, selain harus memiliki

penguasaan terhadap materi pelajaran dan keterampilan menyajikan materi sesuai dengan struktur kognitif siswa, juga mampu dalam memilih metode mengajar yang cocok dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak lepas dari kualitas

pembelajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Keadaan ini didukung dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menempatkan guru mempunyai kebebasan dalam metode

pembelajaran yang akan diterapkan (Isjoni, 2011:19). Dari peninjauan tujuan KTSP terhadap siswa yaitu siswa menerima pengetahuan maupun penerapan pengetahuannya yang di dapat melalui pembelajaran. Dengan demikian kompetensi siswa akan berkembang melalui proses belajar mengajar (Nurhadi, 2009:2) Jika guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi dan aktif dalam belajar, maka memungkinkan peningkatan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu permasalahan yang terjadi yaitu seorang guru yang telah memiliki penguasaan, kemampuan dan ketrampilan mengajar, namun kurang disertai dengan kreativitas pembelajaran akan membawa pada pencapaian hasil belajar pada peserta didiknya yang kurang memadai. Faktanya yang terjadi adalah pencapaian hasil pendidikan ditentukan oleh perwujudan kreativitas guru dalam menjalankan tugas utamanya.

Berdasarkan observasi pendahuluan serta wawancara kepada guru pengajar matematika di SMP Negeri 4 diketahui bahwa dalam proses pembelajaran jarang menerapkan metode atau model pembelajaran yang

bermacam-macam. Metode ekspositori atau ceramah masih menjadi pilihan utama beliau dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran seperti ini belum mengoptimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengemukakan pendapatnya. Metode yang diterapkan di sekolah tersebut masih perlu dikembangkan lagi agar dapat bervariasi.

(2)

Pemilihan strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik secara benar untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Menurut Isjoni (2011:7) bahwa “secara harfiah pemilihan model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memilih ketrampilan sosial dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”. Dari perpektif KTSP mempunyai pendekatan yang diharapkan dapat menghidupkan kelas yaitu pendekatan kontekstual. Menurut Nurhadi (2009:15) bahwa “pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari’.

Berdasarkan Center for Occupational Research Development (CORD, 1999) penerapan pembelajaran kontekstual ada lima prinsip dasar yaitu relating, experiencing, applying, cooperating dan transferring (REACT). Pada tahap relating (mengkaitkan), mempunyai arti dalam belajar materi harus dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari atau dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa. Experiencing (mengalami), mempunyai arti bahwa siswa belajar dengan mengalami secara langsung (doing mathematics) melalui kegiatan eksplorasi, penemuan dan penciptaan. Applying (menerapkan) yaitu belajar dengan

menempatkan konsep-konsep untuk digunakan yang bersifat realistik dan relevan. Siswa mengaplikasikan konsep ketika dihadapkan pada aktivitas pemecahan masalah. Cooperating (bekerja sama) yaitu belajar dalam konteks saling berbagi (sharing), saling menanggapi (responding), dan berkomunikasi dengan siswa yang lain. Transferring (mentransfer) yaitu menggunakan pengetahuan dalam konteks baru atau situasi baru, yaitu konteks yang belum tercakup dalam kelas (Crawford, 2001:3-13).

Pada tahap cooperating dalam REACT, yaitu pelaksanaan berkerja sama dalam kelompok dapat menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya menekankan kerjasama. Dalam pembelajaran kooperatif ada banyak metode yang dapat diterapkan di dalamnya. Salah satu motode pembelajaran kooperatif yaitu Two Stay Two Stray (TSTS). Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) adalah pembelajaran yang memeberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2010:61). Model kooperatif ini berguna untuk mereview atau membagikan tugas kelas. Di awal pembelajaran siswa bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain untuk bertanya dan mencari informasi dari bahan yang telah di diskusikan. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas menjawab

pertanyaan tamu dari kelompok lain, membagikan hasil kerja dan informasi dari kelompok tinggal ke siswa tamu. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok asal dan melaporkan hasil temuan dari kelompok lain dan mendiskusikan dengan anggota kelompok. Strategi REACT dengan setting metode kooperatif model Two

(3)

Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu bentuk kreatifitas dari guru dalam penerapan strategi maupun metode belajar dalam proses pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti dalam penelitian bertindak sebagai perencana, pengajar, pengamat, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Blitar dengan subyek penelitian siswa kelas VIII-B berjumlah 33 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 1) hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi aktivitas guru dan lembar obserasi aktivitas siswa selama penerapan strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS); 2) Data hasil catatan lapangan sebagai data pendukung untuk mecatat kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung; 3) hasil tes akhir siklus berupa tes kemampuan pemahaman konsep berupa tes uraian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi terdiri dari lembar validasi RPP, lembar validasi lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta lembar validasi bahan bacaan dalam LKS dan tes tulis, lembar observasi teridiri dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas guru, lembar tes tertulis sertalembar catatan lapangan.

Tahap pelaksanaan penelitian disusun berdasarkan model yang

dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Plan (perencanaan), (2) Act (tindakan), (3) Observe (pengamatan), (4) Reflect (refleksi) (Wiriaatmadja, 2008:66-67). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memilah sumber data, jenis data serta instrumen yang digunakan dalam penelitian yang terjasi dalam table berikut.

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan 1. Instrumen dan perangkat pembelajar an

Kevalidan perangkat dan instrumen pembelajaran Penilaian instrumen dan perangkat pembelajaran oleh validator Lembar Validasi

2. Siswa Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Tes tertulis di setiap akhir siklus Lembar Tes Tertulis 3. Guru & Siswa

Aktivitas guru & aktivitas siswa Observasi Lembar observasi aktivitas guru & Siswa

4. Guru & Siswa

Aktivitas siswa dan guru yang tidak terekam dalam lembar observasi

Observasi Lembar catatan lapangan Pelaksanaan tindakan dalam satu siklus akan dibagi menjadi tiga tahap sesuai dengan tahapan pembelajaran strategi REACT dengan setting TSTS yang telah tersusun dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

(4)

informasi yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajara mengajar berlangsung yang berpedoman pada lembar observasi aktivitas siswa maupun lembar observasi aktivitas guru. Refleksi yaitu peneliti mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi aktivitas siswa maupun observasi aktivitas guru, lembar catatan lapangan serta hasil tes akhir siklus siswa. Data dari tes akhir siklus dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun secara klasikal. Pemahaman dikatakan meningkat dari hasil tes akhir siklus apabila data hasil tes tulis menunjukkan bahwa minimal 75 % siswa memperoleh nilai lebih atau sama dengan 75. Untuk mengetahui presentase subyek yang mencapai ketuntasan belajar dengan

menggunakan rumus: kBk = Jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 75 ÷ Jumlah seluruh siswa x 100%

HASIL

Pada pembelajaran Strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS) ini terdiri dari 5 komponen dasar, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Model kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) tersebut dalam salah satu bagian strategi REACT yaitu cooperating.Pelaksanaan tindakan penelitian dalam 5 pertemun dan 1 pertemuan untuk tes akhir siklus seperti dalam tabel 2.

Tabel 2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 1

Pertemuan ke- Hari/Tanggal Materi

1 Selasa/ 23 Oktober 2012 pengertian Persamaan garis Lurus dan menggambar Grafik

2 Selasa/ 30 Oktober 2012 pengertian gradien

3 Jum’at/ 2 November 2012 menentukan gradien garis-garis sejajar dan menentukan gradien garis-garis tegak lurus

4 Selasa/ 6 November 2012 menentukan persamaan garis lurus jika memiliki gradient m melalui satu titik ( , )

5 Jum’at/ 9 November 2012 menentukan persamaan garis lurus yang melalui dua titik

( , ) dan ( , ). 6 Selasa/ 13 |November 2012 Tes Akhir Siklus

Setiap pertemuan pelaksanaan pembelajaran Strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS) terbagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berisi komponen relating yaitu untuk mengingat kembali materi prasyarat serta dengan memberikan contoh

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi persamaan. Kegiatan inti terdiri dari cooperating yaitu membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen yang terdiri dari 4 siswa, experiencing dan applying yaitu dalam kelompok mnyelesaikan LKS berisi membimbing siswa unuk memahmkan konsep materi dan menyeleaikan persoalan yang diberikan, cooperating setting TSTS yaitu siswa bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok yang lain untuk bertanya dan mencari informasi dari bahan yang telah di diskusikan. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas menjawab pertanyaan tamu dari kelompok lain, membagikan hasil kerja dan informasi dari kelompok tinggal ke siswa tamu. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok asal dan melaporkan hasil temuan dari kelompok lain dan mendiskusikan dengan

(5)

anggota kelompok, transferring yaitu siswa menyelesaikan soal tantangan yang diberikan. Kegiatan akhir yaitu memberikan penguatan materi dan membuat kesimpulan.

Refleksi tindakan siklus I digunakan untuk menentukan apakah terdapat kelemahan dan kekurangan dalam tindakan siklus I, disamping itu refleksi digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah paham materi persamaan garis lurus yaitu dengan kriteria minimal 75% siswa memiliki rata-rata lebih dari atau sama dengan 75. Dilihat dari pengerjaan tes akhir didapat 81,81% siswa tuntas belajar yakni sebanyak 27 siswa dari 33 siswa. Hal ini telah memenuhi kriteria peningkatan pemahaman yaitu data hasil tes tulis menunjukkan bahwa minimal 75 % siswa memperoleh nilai lebih atau sama dengan 75 maka peneliti memutuskan tidak melanjutkan penelitian pada siklus II. Selain itu, pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh salah satu guru matematika SMP Negeri 4 Blitar dan seorang sarjana pendidikan matematika didapatkan hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa masuk kategori “baik”.

PEMBAHASAN

Hasil pembelajaran matemates matematika siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Blitar meningkat setelah diterapkan pembelajaran melalui strategi REACT dengan settingTwo Stay Two Stray (TSTS). Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh pada tes akhir siklus 1, yakni sebesar 81.81 % siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Blitar telah berhasil mencapai SKBM yang ditetapkan sekolah. Hasil ini sesuai dengan kriteria peningkatan pemahaman siswa yang ditetapkan oleh peneliti yaitu minimal 75 % siswa kelas VIII-B memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75 pada rentang nilai 0 – 100. Oleh karena itu pemahaman siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Blitar meningkat setelah mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT dengan settingTwo Stay Two Stray (TSTS).

Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi persamaan garis lurus setelah diterapkannya pembelajaran melalui strategi REACT dengan settingTwo Stay Two Stray (TSTS)di kelas VIII-B SMP Negeri 4 Blitar dikarenakan siswa diajak untuk mengalami sendiri menemukan rumus-rumus dalam materi persamaan garis lurus. Sehingga siswa memahami konsep dasarnya dan tidak hanya menghafal. Sebelumnya siswa juga mengingat kembali materi prasyarat yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga materi baru dapat lebih lancar dipelajari siswa. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam menemukan suatu rumus atau dalam memecahkan masalah sehingga ilmu yang didapat lebih banyak karena saling bertukar pendapat dengan siswa lain. Untuk memantapkan pemahaman pada materi yang dipelajari, siswa juga dituntut untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi persamaan garis lurus. Serta siswa menyelesaikan soal tantangan yang diperlukan pemahaman untuk

mengerjakannya.

Pelaksanaan penelitian ini menerapkan pembelajaran melalui strategi REACT dengan settingTwo Stay Two Stray (TSTS) yang terdiri dari lima rangkaian kegiatan belajar unsur dari REACT yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (CORD, 1999) dan empat kegiatan belajar

(6)

dari Two Stay Two Stray (TSTS). Pada tahap Relating guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk mengaktifkan motivasi dan dapat memusatkan perhatian terhadap aspek yang relevan dalam pembelajaran. Kemudian mengulang materi materi prasyarat yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap Experiencing guru meminta siswa mengerjakan LKS yang akan menuntun siswa dalam menemukan suatu rumus atau kesimpulan dari materi yang dipelajari. Selain itu siswa juga melakukan kegiatan yang merupakan bagian dari proses mengalami dalam mencapai suatu kesimpulan tersebut. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar memahami tentang materi yang dipelajari, bagaimana rumus tersebut diperoleh sehingga siswa tidak mudah lupa dan lebih memahami konsep dari materi. Tahap Applying yakni guru meminta siswa mengaplikasikan

pengetahuan yang didapat setelah mengalami pada tahap experiencing untuk mengerjakan latihan soal yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari. Pada tahap Cooperating, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Kelompok tersebut diminta mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok. Pada tahap Transferring yakni memberikan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa pada materi yang dipelajari. Dengan pengetahuan yang mereka peroleh, siswa harus mentransfernya untuk memecahkan masalah baru yang sedikit berbeda dari soal yang biasa diberikan tetapi masih berhubungan dengan materi yang dipelajari.

Dalam pelaksanaan penelitian ini menerapkan pembelajaran melalui strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS), adapun setting TSTS yaitu (1)Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa yakni guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Kelompok tersebut diminta mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok, setiap siswa dalam kelompok sharing atau bertukar pendapat, saling memberi masukan atas jawaban masing-masing, sehingga tercipta interaksi yang positif, kerja sama, komunikasi dan saling ketergantungan positif; (2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain (Two Stray). Dua siswa dari tiap kelompok ini akan bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi yang didapat dari kelompok tamu hasil mengerjakan LKS; (3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok (Two Stay) bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka sehingga siswa tamu maupun siswa tinggal sharing atau bertukar pendapat, saling memberi masukan atas jawaban masing-masing, sehingga tercipta interaksi yang positif, kerja sama, komunikasi dan saling ketergantungan positif. (4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain kepada anggota kelompok mereka; (5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Pelaksanaan pembelajaran strategi REACT dengan setting TSTS pada materi persamaan garis lurus ini telah sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran. Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada penerapan pembelajaran ini masih terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti. Kendala serta solusi yang dihadapi peneliti dapat dilihat pada tabel berikut.

(7)

Tabel 3. Kendala dan Solusi Selama Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS)

Kendala Solusi

Ada beberapa siswa yang mengeluh saat guru mengumumkan pembagian kelompok

Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa semua siswa dalam satu kelas adalah teman dan tidak boleh membeda-bedakan teman

Ada beberapa siswa yang malas dan menggantungkan pada anggota lain dalam kelompoknya untuk mengerjakan LKS yang diberikan dalam diskusi kelompok

Sebelum pelaksanaan diskusi, guru

menyampaikan agar semua siswa mengerjakan LKS karena keaktifan siswa dalam diskusi kelompok akan dinilai serta guru berkeliling mengontrol pelaksanaan diskusi kelompok Saat siswa melaksanakan kegiatan pada tahap

experiencing dan cooperating, siswa banyak yang menggunakan kesempatan tersebut untuk mengobrol dan bermain-main sendiri

Guru harus tegas dalam mengarahkan siswa dan mengontrol kondisi kelas agar siswa tetap konsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

Beberapa siswa masih pasif, baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas

Memberikan motivasi kepada siswa secara terus menerus dan mengingatkan dengan tegas secara terus menerus bahwa dalam kerja kelompok harus dapat bekerja sama dan saling membantu

Pada saat dua siswa akan bertamu ke kelompok lain ataupun saat dua siswa kembali ke kelompok asal, suasana kelas gaduh

Guru menegaskan kepada siswa ketika dua siswa berpindah untuk bertamu ke kelompok lain maupun kembali ke kelompok asal tanpa suara serta guru memberikan aba-aba agar siswa secara bersamaan berpindah tempat Pada saat presentasi, hanya beberapa siswa

yang mendominasi dalam menjelaskan hasil diskusi

Sebelum memulai presentasi guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberitahu bahwa bagi siswa yang ikut berperan aktif dalam presentasi akan mendapatkan reward Dalam menyelesaikan soal tantangan (tahap

transferring)didominasi kelompok tertentu yang berhasil menyelesaikan dengan cepat dan tepat

Guru memberikan latihan soal untuk melatih berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan persoalan yang lebih luas dan memberikkan motivasi

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan paparan data, temuan penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan pemahaman persamaan garis lurus siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Blitar dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tahap relating, guru mengulang materi prasyarat yang berhubungan dengan materi persamaan garis lurus seperti materi fungsi dan koordinat Cartesius. Setelah itu, guru memberi motivasi siswa dengan menyampaikan cerita tentang kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan materi persamaan garis lurus; (2) Tahap cooperating, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Kelompok tersebut diminta melakukan diskusi kelompok melakukan untuk mengerjakan LKS; (3) Pada tahap experiencing, guru meminta siswa melakukan kegiatan yang terdapat pada LKS yang akan menuntun siswa dalam menemukan rumus yang berkaitan dengan materi persamaan garis lurus. Dalam hal ini siswa belajar dengan kelompok untuk mengalami langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan dan penciptaan; (4) Pada tahap applying, guru meminta siswa mengaplikasikan rumus yang didapatkan setelah mengalami pada tahap experiencing untuk mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi persamaan garis lurus dalam diskusi kelompok; (5) Pada tahap cooperatingsetting

(8)

Two Stay Two Stray (TSTS). Pada tahap ini setting yang dipakai adalah TSTS dengan langkah-langkah yaitu (a)Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa, (b) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain (Two Stray), (c) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka (Two Stay), (d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, (e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Setelah itu guru secara acak meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas; (6) Pada tahap transferring, guru memberikan latihan soal tantangan untuk menguji pemahaman siswa pada materi persamaan garis lurus. Dengan pengetahuan mereka peroleh, siswa harus

mentransfernya untuk memecahkan masalah baru yang sedikit berbeda dari soal yang diberikan tetapi masih berhubungan dengan materi persamaan garis lurus. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian pembelajaran melalui strategi REACT denga settingTwo Stay Two Stray (TSTS) pada materi lain. Pengelolaan pembelajaran dengan strategi REACT settingTwo Stay Two Stray (TSTS) memerlukan kemampuan guru dalam memilih topik yang cocok untuk diajarkan dengan strategi REACT settingTwo Stay Two Stray (TSTS), menyusun materi yang memungkinkan siswa belajar melalui komponen strategi REACT settingTwo Stay Two Stray (TSTS) dan memberikan bimbingan yang tepat. Kepada guru perlu memperhatikan keadaan siswa dalam kelompok kecil dan bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa yang mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

CORD . 1999. Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: CORD Comm., Inc.

Crawford, M. L. 2001. Teaching and Contextually. Research, Rationale, and Technique for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Waco, Texas: CCI Publising, Inc. Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajran

Matematika. Malang: UM

Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia

Nurhadi, dan Senduk, A. G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT. JePe Press Media Utama

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tim Penyusunan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya

Gambar

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data  No  Sumber
Tabel  2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 1
Tabel 3. Kendala dan Solusi Selama Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Strategi  REACT dengan setting Two Stay Two Stray (TSTS)

Referensi

Dokumen terkait

Buka file Peta format JPG hasil registrasi, dengan Global Mapper, maka akan muncul tampilan seperti berikut :... Simpan dengan nama file yang sama dengan nama file

Saya lebih senang menerima auditor yang berkenan merubah atau Mengganti prosedur dalam suatu penugasan jika:. Hasil Audit terdahulu tidak terkait dengan adanya masalah klien

bahwa STAD memiliki keunggulan: (1) Pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) Sistem evaluasi

Penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bima yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana bagi penulis untuk mengikuti pendidikan

untuk menemukan dan memcahkan masalah pembelajarn di kelas, proses pemecahan dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar di

Penentuan pengaruh waktu penyinaran UV terhadap aktivitas fotokatalis TiO 2 dilakukan dengan menggunakan limbah cair tapioka yang dikondisikan pada pH

Kaedah pembuatan emas yang ditatah dalam atau ‘gold inlay’ ini dijelaskan oleh Winstedt (1925) iaitu “where the base is a black oxydized metal, in which a pattern is chiselled

2ingkungan pengendalian sangat dipengaruhi oleh sejauh mana indi0idu mengenali mereka yang akan dimintai pertanggungjawaban. &ni berlaku sampai kepada