• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 PERIHAL

Pengujian UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan [Pasal 1 angka 3] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON 1) H. Muhammad Mawardi 2) Hambit Bintih 3) Duwel Rawing 4) H. Zain Alkim 5) H. Ahmad Dirman 6) Akhmad Taufik ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Rabu, 10 Agustus 2011 Pukul 09.40 – 10.15 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Muhammad Alim 2) Harjono 3) Anwar Usman (Ketua) (Anggota) (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir A. Pemohon: 1) Muhammad Mawardi 2) Duwel Rawing 3) H. Zain Alkim 4) H. Ahmad Dirman 5) Akhmad Taufik 6) Hambit Bintih

B. Kuasa Hukum Pemohon:

1) Agus Surono 2) Teddy Turangga 3) M.E. Manurung 4) Rio Tiyadi 5) Imron Halimi

(4)

1. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Sidang Pemeriksaan Permohonan Nomor 45/PUU-IX/2011, kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Saudara para Pemohon, supaya memperkenalkan diri dahulu. Kemudian kalau kuasa…, sebagai kuasa dari Pemohon yang mana yang hadir pada saat ini? Saya persilakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb.

3. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Waalaikumsalam.

4. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, izinkan kami terlebih dahulu memperkenalkan.

Kami dari Kantor Advokat Triple M Law Firm yang dalam hal ini mewakili para Pemohon. Kami sendiri, Dr. Agus Surono, S.H., M.H., kemudian di sebelah kanan kami Teddy Turangga, S.H., L.L.M., di sebelah kiri Manurung, S.H., kemudian di sampingnya lagi adalah Rio Tiyadi, S.H., dan yang paling ujung adalah Bapak Imron Halimi, S.H.

5. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya.

6. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Adapun para Pemohon yang dalam hal ini hadir, yang pertama adalah Pemohon I yang dalam hal ini adalah Bapak Muhammad…, Ir. H. Muhammad Mawardi, M.M., kemudian Drs. Duwel Rawing.

7. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya.

SIDANG DIBUKA PUKUL 09.40 WIB

(5)

8. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Kemudian Drs. H. Zain Alkim, kemudian H. Ahmad Dirman, dan yang terakhir adalah Drs. Akhmad Taufik, M. Pd. Mohon izin Yang Mulia, ada yang Drs. Hambit Bintih pada hari ini berhalangan hadir, namun beliau ada yang mewakili.

9. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya.

10. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Baik.

11. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Kan Saudara juga sudah mendapat kuasa dari dia toh?

12. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Betul, Yang Mulia.

13. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Makanya, di sini ada Drs. Hambit Bintih, M.M., itu sudah memberikan kuasa kepada Saudara berlima ya?

14. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Baik, Yang Mulia.

15. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Mereka hadir, tidak hadir bukan urusan. Yang penting Kuasanya hadir lima-lima ya?

16. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Baik, Yang Mulia.

17. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Oke. Baiklah, jadi satu yang tidak hadir Prinsipalnya ya? Pak Drs. Hambit tidak hadir, tetapi kan sudah memberi kuasa kepada Saudara.

(6)

Baiklah, ini sudah hadir semua Kuasanya dan kami persilakan untuk menyampaikan secara singkat pokok-pokok permohonannya karena kan kami sudah membacanya juga. Nanti sesudah itu, mungkin ada nasihat-nasihat dari Bapak-Bapak Hakim, itu dipersilakan.

Ndak usah dibaca seluruhnya, yang pokoknya saja apa yang menjadi masalahnya.

18. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Ya. Baik Yang Mulia, izinkan kami menyampaikan resume permohonan judicial review ini secara ringkas. Pertama bahwa permohonan ini, pada intinya adalah pengujian Pasal 1 angka 3 Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap Undang-Undang-Undang-Undang Dasar 1945.

Pertama, izinkan secara ringkas kami juga menyampaikan tentang kewenangan dari Mahkamah Konstitusi, dimana berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa Mahkamah mempunyai kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Ya, baik, baik, Yang Mulia. Baik, Yang Mulia. Baik, Yang Mulia. Yang selanjutnya, kami akan menyampaikan tentang legal standing dari para Pemohon, yang kami mulai dengan kedudukan Pemohon I, yaitu selaku Pemerintah Daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang MK dan Pasal 51 ayat (1) huruf d Undang-Undang MK, dimana pada intinya bahwa pemerintah daerah sebagai lembaga negara, mempunyai…, mempunyai hak untuk mengajukan permohonan-permohonan ini.

Nah, dimana kami mulai dari bahwa Pemohon I ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Bupati Kapuas sesuai Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.62-170/2008 tentang Pengesahan, Pemberhentian, dan Pengesahan Penganggkatan Bupati Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah tertanggal 10 Maret 2008.

Kemudian di samping itu, dalam mengajukan permohonan ini, Pemohon juga telah mendapat tugas dari dewan yang terhormat di DPRD Kabupaten Kapuas, tanggal 13 Mei. Berdasarkan hal tersebut, maka Pemohon I sebagai Pemerintah Daerah mempunyai legal standing

untuk mengajukan permohonan ini.

Kemudian yang kedua, izinkan kami menyampaikan tentang kedudukan Pemohon II, III, IV, V, dan VI, yang dalam hal ini adalah sebagai perorangan. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) huruf a Undang-Undang MK maka, “Perorangan warga negara Indonesia dapat mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945.” Bahwa Pemohon II, III, IV, V, dan VI adalah war…, perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan identitas,

(7)

yang hak-hak konstitusionalnya telah dirugikan oleh berlakunya Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan. Dengan demikian maka Pemohon II, III, IV, V, dan VI mempunyai kapasitas sebagai perorangan untuk bertindak sebagai Pemohon dalam permohonan ini.

Selanjutnya setelah kami menguraikan tadi mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi, kemudian legal standing para Pemohon, izinkan kami menguraikan secara singkat tentang kerugian konstitusional para Pemohon yang secara lengkap permohonannya telah kami sampaikan.

Bahwa merujuk Putusan Mahkamah Konstitusi, Nomor 006 dan seterusnya, Mahkamah berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional, sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) harus memenuhi lima syarat;

1. Adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon.

2. Hak dan/atau kewewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan.

3. Kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik, khusus, dan aktual, atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi.

4. Adanya hubungan sebab-akibat antara kerugian dimaksud dengan berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian.

5. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulnya permohonan, maka kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.

Kami akan kelompokkan kerugian konstitusional ini ke dalam Pemohon yang (…)

19. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Sebentar dulu!

20. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Ya, baik, Pak.

21. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ini ada Pemohon Prinsipal yang mau masuk. Ini terlambat tapi kali ini saya perkenankan, tapi kalau kali berikutnya tidak. Silakan masuk. Silakan, Pemohon berapa ini? Yang baru datang itu Pemohon berapa?

22. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Pak Hambit, Yang Mulia.

(8)

23. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Oh, ya, ya. Ini Saudara Pemohon nanti lain kali kalau mau datang, datanglah tepat pada waktunya ya. Kalau tidak sempat datang kan sudah ada kuasanya. Oke, kali ini saya perkenankan.

Silakan, teruskan.

24. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Baik, Yang Mulia. Kami mulai kerugian konstitusional Pemohon, kami mulai dari kerugian konstitusional Pemohon yang pertama yaitu selaku Pemerintah Daerah sebagai berikut;

1. Tidak adanya jaminan kepastian hukum dalam menjalankan kewenangannya, khususnya terkait dengan pemberian izin baru maupun perpanjangan izin yang telah ada sebelummnya di bidang perkebunan, pertambangan, perumahan, dan permukiman, maupun sarana dan prasarana lainnya.

2. Tidak dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya karena kawasan yang akan dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti perkebunan, pertambangan, perumahan, dan permukiman, maupun sarana dan prasarana lainnya seluruh wilayah yang akan dimanfaatkan masuk sebagai kawasan hutan.

3. Tidak dapat mengimplementasikan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan peraturan daerah Provinsi Kalimantan Tengah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) karena seluruh wilayahnya masuk sebagai kawasan hutan.

4. Dapat dipidana karena memasuki dan menduduki kawasan hutan tanpa izin atau memberikan izin di dalam kawasan hutan.

5. Hak kebendaan dan hak milik masyarakat Kabupaten Kapuas atas tanah dan bangunan berpotensi dirampas oleh negara karena dianggap masuk kawasan hutan.

Bahwa merujuk kepada putusan Mahkamah sejak Putusan Nomor 06 Tahun 2005 hingga putusan-putusan Mahkamah selanjutnya, maka Pemohon I telah memenuhi syarat pertama dan kedua. Karena hak dan/atau kewenangan Pemohon satu sebagai lembaga negara yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 18 ayat (5), Pasal 18 ayat (6), Pasal 18A ayat (2), dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, serta hak konstitusional masyarakat Kabupaten Kapuas, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 dilanggar dengan adanya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan, khususnya yang menyangkut frasa ‘ditunjuk dan/atau.’

Pemohon I juga telah memenuhi syarat ketiga dan keempat sebagaimana diuraikan. Dan selanjutnya Pemohon I juga memenuhi

(9)

syarat kelima dimana jika frasa ‘ditunjuk dan/atau’ dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat atau jika kawasan hutan diartikan sebagai wilayah tertentu, telah mengalami proses pengukuhan, baik itu penunjukan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, maka kerugian konstitusional Pemohon tidak akan atau tidak lagi terjadi karena dengan adanya mekanisme pengukuhan kawasan hutan, khususnya meliputi penataan batas, pemetaan, dan penetapan, maka hak-hak pihak..., pihak ketiga masyarakat Kabupaten Kapuas dan Pemohon I akan terlindungi.

Selanjutnya, kami akan menguraikan tentang kerugian konstitusional Pemohon 2, 3, 4, dan 5 selaku perorangan. Kerugian yang pertama, dapat dipidana karena memasuki dan menduduki kawasan hutan tanpa izin dari pihak yang berwenang.

Yang kedua, dapat dipidana karena memberi izin baru dan/atau memperpanjang izin yang ada sebelumnya untuk usaha bidang pertambangan, perkebunan, dan usaha lainnya di wilayah kabupaten Pemohon II, III, IV, dan V karena wilayah tersebut masuk kawasan hutan.

Dengan memperhatikan..., maaf, dengan merujuk kepada Putusan Mahkamah Konstitusi dari mulai Nomor VI Tahun 2005 hingga putusan-putusan selanjutnya, maka Pemohon II, III, IV, dan V telah memenuhi syarat pertama dan kedua karena hak dan/atau kewenangan Pemohon II, III, IV, dan V selaku perorangan yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dilanggar dengan adanya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan, khususnya yang menyangkut frasa ‘ditunjuk dan/atau.’

Selanjutnya Pemohon II, III, IV, dan V juga telah memenuhi syarat ketiga dan keempat. Syarat kelima juga terpenuhi di mana jika frasa ‘ditunjuk dan/atau’ dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat atau jika kawasan hutan diartikan sebagai wilayah tertentu telah mengalami proses pengukuhan, baik berupa penunjukan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, maka kerugian konstitusional Pemohon tidak akan atau tidak lagi terjadi karena dengan adanya mekanisme pengukuhan kawasan hutan yang meliputi penataan batas, pemetaan, dan penetapan maka terdapat kepastian hukum terkait dengan wilayah Pemohon II, III, IV, dan V.

Selanjutnya, terkait dengan kerugian konstitusional Pemohon ke VI selaku perorangan adalah sebagai berikut;

1. Tidak adanya jaminan kepastian hukum dalam mengurus hak kebendaan dan hak milik karena tanah yang dimohonkan haknya dianggap berada di kawasan hutan.

(10)

2. Tidak dijaminnya hak atas kebendaan karena adanya ancaman bahwa kebendaan atau lahan tersebut dianggap berada di kawasan hutan.

3. Tidak dijaminnya hak milik kebendaan karena sewaktu-waktu berpotensi diambil oleh negara karena dianggap bahwa lahan tersebut berada di kawasan hutan.

Merujuk kepada Putusan Mahkamah Konstitusi mulai dari tah..., Nomor 06 Tahun 2005 hingga putusan-putusan selanjutnya, maka Pemohon ke-VI telah memenuhi syarat pertama dan kedua karena hak dan/atau kewenangan Pemohon VI sebagai perorangan yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 dilanggar dengan adanya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan, khususnya yang menyangkut frasa ‘ditunjuk dan/atau.’

Pemohon VI juga telah memenuhi syarat ketiga dan keempat, sebagaimana diuraikan dalam butir enam. Syarat kelima juga terpenuhi, di mana jika frasa ‘ditunjuk dan/atau’ dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat atau jika kawasan hutan diartikan sebagai wilayah tertentu telah mengalami proses pengukuhan, baik itu penunjukan, dan..., penunjukan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Maka kerugian konstitusional Pemohon tidak akan atau tidak lagi terjadi karena dengan adanya mekanisme pengukuhan kawasan hutan yang meliputi penunjukan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan maka hak-hak Pemohon VI akan dilindungi.

Setelah kami menguraikan tentang kerugian konstitusional para Pemohon, maka izinkan kami menguraikan secara singkat apa yang menjadi alasan dalam mengajukan permohonan pengujian ini. Permohonan pengujian ini karena dengan berlakunya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan bertentangan dengan beberapa ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Pasal 1 ayat (3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 18 ayat (5), Pasal 18 ayat (6), Pasal 18A ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (1), Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebabkan hak-hak konstitusional Para Pemohon dirugikan. Secara singkat, secara ringkas, dan secara khusus kami akan menyampaikan alasan-alasan tersebut.

Namun Yang Mulia, secara lengkap kami telah sampaikan permohonannya mengenai alasan-alasan tersebut.

1. Secara singkat, bahwa alasan-alasan yang pertama adalah Pemohon berhak…, Para Pemohon berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil.

2. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan menimbulkan ketidakpastian hukum terhadap status kawasan hutan.

(11)

3. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan menimbulkan ketidakpastian hukum di wilayah Para Pemohon.

4. Bahwa hak konstitusional Para Pemohon atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil dalam negara hukum, terutama yang menyangkut proses pidana menjadi tidak pasti karena Para Pemohon sewaktu-waktu dapat dipidana jika ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan masih menjadi rujukan. 5. Bahwa penulisan ‘dan/atau’ dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang

Kehutanan tidak lazim dalam penulisan sebuah pasal dalam peraturan perundang-undangan.

6. Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan tidak konsisten dengan Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Kehutanan.

7. Bahwa lokasi-lokasi di Kabupaten Kapuas, wilayah Pemohon I, secara faktual bukan berupa hutan. Namun dinyatakan sebagai kawasan hutan akibat adanya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan.

8. Bahwa aset-aset daerah Pemohon I maupun fasilitas lainnya yang dibangun sejak tahun 1950, dinyatakan sebagai kawasan hutan akbiat adanya Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan.

9. Bahwa Pemohon I tidak bisa mengembangkan potensi daerah karena seluruh wilayahnya ditunjuk sebagai kawasan hutan.

10. Bahwa kewenangan Pemohon I untuk terlibat dalam proses pengukuhan kawasan hutan menjadi hilang, jika penunjukan kawasan hutan dipersamakan dengan penetapan kawasan hutan. 11. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan mengakibatkan

pemerintah pusat dapat sewenang-wenang dalam memberikan status kawas…, kawasan hutan di daerah Para Pemohon.

12. Bahwa hak konstitusional masyarakat Kabupaten Kapuas dan Pemohon VI berupa hak kebendaan, dirugikan dengan adanya ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan.

13. Bahwa hak konstitusional masyarakat Kabupaten Kapuas dan Pemohon VI berupa hak milik, dirugikan dengan adanya Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan.

Akhirnya, izinkan kami, Yang Mulia. Setelah menjelaskan alasan, kami akan menyampaikan petitum. Dengan memperhatikan seluruh dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, dengan ini Para Pemohon memohon kepada Yang Muia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk kiranya berkenan memberikan putusan sebagai berikut; 1. Menerima dan mengabulkan permohonan pengujian Pasal 1 angka

3 Undang-Undang Kehutanan terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Menyatakan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan sepanjang frasa ‘ditunjuk’, ‘dan/atau’, bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 18 ayat (2), Pasal 18 ayat (5), Pasal 18 ayat (6), Pasal 18A

(12)

ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3. Menyatakan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan sepanjang frasa ‘ditunjuk’, ‘dan/atau’, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sehingga berbunyi, “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.”

4. Atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon Majelis Hakim menyatakan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Kehutanan adalah sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 secara bersyarat, conditionally constitutional, yaitu konstitusional sepa…, sepanjang dimaknai: kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang dikukuhkan sebagai kawasan hutan oleh pemerintah untuk dipertahankan keper…, keberadaannya sebagai hutan tetap melalui penunjukan penataan batas, pemetaan, dan penetapan kawasan hutan.

5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya, ex aequo et bono.

Demikian, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, uraian ringkas permohonan pengujian kami. Mohon kiranya agar Yang Mulia Majelis Hakim berkenan untuk memberikan saran, masukan, guna penyempurnaan permohonan ini.

Dan pada kesempatan ini, izinkan, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, untuk berkenan memberikan kesempatan kepada salah satu wakil dari Pemohon untuk menyampaikan kondisi aktual yang terjadi di wilayah Para Pemohon. Dan harapannya atas permohonan ini secara singkat.

Demikian, wassalamualaikum wr. wb.

25. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Mengenai permohonannya supaya salah seorang Pemohon Prinsipal itu menyampaikan dulu, tidak…, tidak perlu. Nanti kalau sudah…, Pleno yang menyidangkan, ini kan pendahuluan dulu untuk memberikan saran-saran yang diperlukan untuk Saudara.

26. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Ya, Yang Mulia.

27. HAKIM ANGGOTA: HARJONO

(13)

Saudara Pemohon, saya sampaikan bahwa permohonan Anda sudah memadai bagi saya. Oleh karena itu, saya akan jatuhkan pada Anda apakah justru Anda masih akan memperbaiki atau tidak, tapi bagi saya pribadi itu sudah memadai. Begitu saja. Terima kasih.

28. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN

Ada beberapa hal yang memang dilihat dari struktur atau format permohonan para Pemohon sudah mencukupi seperti yang disampaikan oleh Yang Mulia Bapak Hakim Harjono, tapi ada beberapa hal mungkin yang perlu dicermati.

Yang pertama, mengenai pencantuman Pasal 1 angka 3 dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, itu memang sesuai dengan bukti yang Pemohon sampaikan. Tetapi di website Setneg, itu tertulis Pasal 1 huruf j, ya tadi…, coba nanti di…, dicek.

Kemudian, hal lain mengenai di dudukannya para Pemohon itu berbeda, walaupun jabatannya sama, yaitu jabatannya sebagai bupati. Ada yang sebagai perorangan, tapi ada yang mewakili Pemerintah Kabupaten, ya? Jadi, apakah memang seperti itu ya? Artinya ada maksud tertentu dari masing-masing para Pemohon, terutama untuk Pemohon II sampai Pemohon V.

Berikutnya, ya kalau dilihat secara substansial, permohonan para Pemohon ini mengarah kepada sengketa kewenangan. Maksud saya, dilihat dari alasan-alasan maupun petitum.

Nah, andaikan…, atau andai kata permohonan para Pemohon dikabulkan, apakah nanti secara serta-merta ya, dengan dihilangkan frasa atau yang dimohonkan itu. Kewenangan itu akan beralih dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Kehutanan kepada masing-masing Pemerintah Daerah. Jadi supaya nanti para Pemohon ya memberi reasoning, pertimbangan yang lebih tajam lagi bahwa perkara ini atau permohonan ini tidak mengarah ke sengketa kewenangan.

Yang terakhir, mungkin mengenai petitum ada hal-hal memang yang…, yang kurang lazim, yaitu Petitum Nomor 1 dan Nomor 2. Umumnya, yaitu kalau Petitum 1 menerima dan mengabulkan permohonan para Pemohon seluruhnya, misalnya untuk kemudian, tapi ya tidak menyalahi.

Dan terakhir, juga mengenai petitum, yaitu petitum angka 2, cukup memuat pertentangan dengan Undang-Undang Dasar, lazimnya seperti itu. Sekali lagi bahwa ini juga tidak menyalahi, itu ya dari…, apa…, reasoning menyusun permohonan. Terima kasih, Pak Ketua.

29. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Saudara Pemohon, seperti sudah dengarkan tadi ada dua Bapak Hakim yang memberikan…, memberikan arahan…, apa…, saran-saran

(14)

apa…, halaman 4 dan tolong dilihat ini dalam bahasa Indonesia saja. Itu di angka 3, itu peratu…, baris kedua itu peraturan perundangan secara hierarkis. Kalau bahasa Indonesia yang benar itu hie-rarkis. Ada di…, bisa dilihat di kamus, itu cuma…, sorry, sorry.

Kemudian tadi itu petitum yang ditekankan petunjuk dan/atau…, kemudian ini pengujian undang-undang…, cukup memang hanya dikatakan mengabulkan permohonan, mestinya para Pemohon karena tak seorang Pemohonnya, ada enam orang kan? Ya, jadi para Pemohon. Lalu yang angka 2 itu, sepanjang frasa ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 saja, tidak usah lagi sebut pasalnya di situ karena sudah disebut di depan.

Lalu petitum ketiga, sepanjang frasa (suara tidak terdengar jelas) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, sehingga mestinya itu hampir sama, sehingga pasal tersebut berbunyi, ya kan? Artinya, sesudah dikeluarkan itu tinggal begini bunyinya, begitu kan gitu?

Ya, saya kira sudah itu cukup. Ya, saya kira cukup itulah. Saya persilakan Saudara barangkali ada tanggapannya mengenai saran-saran dari Majelis.

30. KUASA HUKUM PEMOHON: AGUS SURONO

Yang Mulia, saya kira..., terima kasih saran-saran dari Majelis. Insya Allah kami akan perbaiki tadi saran-saran dari Yang Mulia.

31. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya. Begini, jikalau nanti pada…, mempersiapkan memang mungkin ada Saksi atau Ahli yang akan Anda ajukan. Nanti buatkan daftarnya dikirim ke sini, tetapi khusus untuk perbaikan ini paling lama…, paling lama 14 hari. Bukan 14 hari kerja, 14 hari. Jadi mulai…, mulai besok dihitung 14 hari paling lama sudah Anda perbaiki. Andai kata Saudara tidak memperbaiki dengan anjuran-anjuran misalnya itu, itu dianggap hanya inilah yang permohonan Saudara dan ini yang akan diteruskan. Jadi…, tapi kalau Anda memperbaikinya masih dalam tenggang waktu 14 hari itu, itu adalah hak Saudara. Nanti bisa Saudara…, pada sidang berikutnya akan belum lagi diperiksa Saksi dan Ahlinya itu karena masih akan…, akan ditentukan lagi, sudah ada perbaikan. Jadi Saudara memang harus mempersiapkannya lebih dahulu, hubungi yang akan dihubungi. Sudah…, sudah cukup ya, Saudara?

Baiklah dengan demikian, sidang perkara ini kami nyatakan selesai dan ditutup.

(15)

Jakarta, 10 Agustus 2011 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah,

t.t.d. Paiyo

NIP. 19601210 198502 1 001

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.15 WIB KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

Disdikpora dan Dinas Sosial 6 Rabu, 31 Maret 2015 15.00 Wita - Selesai - Pembukaan Lomba-Lomba Oleh Bupati Gianyar dalam rangka HUT Ke-244 Kota Gianyar Lapangan Astina

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan.. Lembaran Negara Republik Indonesia

b. Terkait dengan kualifikasi pendidikan, Kantor regional I BKN mengadakan Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daerah, dengan Narasumber dari BKN Pusat jakarta. Selain

Penelitian ini merupakan sebuah perbandingan hasil analisis isi SK dan KD dengan KI dan KD. Rumusan Masalah:1)bagaimanakah Taksonomi Tujuan Pembelajaran dalam SK

Melalui tahap-tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atau membangun pemahaman

Perubahan identitas terlihat dari Jerman yang tadinya merupakan negara agresor, dimana norma yang tertanam di masyarakat pada saat itu adalah pemusnahan terhadap

Berdasarkan dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti yang telah diuraikan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengaruh Metode Bermain (Permainan Beberan

Dasar-dasar yang dilakukan ini merupakan pembaharuan yang dijalankan oleh kerajaan serta kementerian pendidikan malaysia bagi mewujudkan pelajar yang mempunyai daya