• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL POLYA BERBANTUAN SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEMESTER I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL POLYA BERBANTUAN SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEMESTER I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL POLYA BERBANTUAN SOAL CERITA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SEMESTER I

Ni Ketut Astriningsih

1

, Gede Sedanayasa

2

, I Gusti Ngurah Japa

3 1.3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK FIP

Universitas Pedidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ketutastriningsih16@gmail.com

1

, sedanayasa@yahoo.com

2

,

ngrjapa_pgsd@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menerapkan Model Polya berbantuan soal cerita pada siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 7 Banyuning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan tiap siklus adalah tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 7 Banyuning, yang berjumlah 20 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar Matematika. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menujukkan bahwa terjadi peningkatan persentase hasil belajar Matematika pada siswa kelas V di SD 7 Banyuning. Berdasarkan hasil tes, pada siklus I rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diperoleh sebesar 76,5% (kategori cukup). Selanjutnya, pada siklus II hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar Matematika siswa pada siklus II sebesar 86% (kategori tinggi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Polya berbantuan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 7 banyuning, Tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: Hasil belajar, Model Polya

Abstract

This research aims to improve learning outcomes by implementing the Model Polya Math aided about the story in class V students in the 2015/2016 school year Elementary School 7 Banyuning. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Implementation of the action of each cycle is three meetings. The subjects were fifth grade students in the 2015/2016 school year Elementary School 7 Banyuning, totaling 20 people. The object of this study is the improvement of learning outcomes in Mathematics. Collecting data in this study is done with test method. Data were analyzed with descriptive statistical analysis techniques. The results showed that an increase in the percentage of learning mathematics in elementary school fifth grade students at 7 Banyuning. Based on the test results, in the first cycle average mathematics student learning outcomes obtained at 71.1% (category enough). Subsequently, in the second cycle of Mathematics learning outcomes of students has increased. The average result of learning mathematics students in the second cycle of 86% (high category). Based on these results it can be concluded that the application of the Model Polya aided story problems can improve learning outcomes Mathematics Elementary School fifth grade students 7 Banyuning, school year 2015/2016.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya untuk

meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukanlah persoalan yang mudah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah ditempuh berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan, seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Pendidikan memegang peranan

yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) khusunya di Indonesia. Jika kualitas SDM rendah, maka secara otomatis bangsa Indonesia juga akan kena imbasnya. Indonesia akan menjadi negara yang terbelakang. Banyak

faktor yang mempengaruhi kualitas

pendidikan, antara lain proses

pembelajaran, guru, siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah, dan sumber belajar (Dimyanti dan Moedjiono, 1994). Hal itu berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk matematika. Faktor-faktor tersebut kiranya perlu mendapat perhatian khusus demi menghasilkan anak didik yang bermutu yang dapat bersaing dalam era globalisasi.

Salah satu mata pelajaran yang sangat penting utntuk dipelajari adalah matematika. Menurut Soedjadi (2003:143) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis. Dengan demikian Matematika merupakan sebagai sarana strategis dalam

mengembangkan kemampuan dan

keterampilan intelektual. Pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian anak. Oleh karena itu, pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, peserta

didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Data riil di lapangan

menunjukan bahwa pembelajaran

matematika sampai saat ini masih

merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian anak didik. Hal ini

dikarenakan kurangnya pemahaman

konsep yang dimiliki siswa. Dengan demikian, siswa menjadi tidak percaya diri untuk menyelesaikan soal matematika dan pada akhirnya siswa akan takut dengan mata pelajaran matematika. Rendahnya pemahaman konsep siswa akan berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang bersangkutan. Hal itu dapat menyebabkan

tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan tidak tercapai. Dengan kata lain, pembelajaran dapat dikatakan kurang berhasil. Menurut Pundana, 2004 (dalam Agung, 2006:1) menyatakan “hasil belajar matematika siswa yang cukup rendah

adalah salah satu indikasi kurang

berhasilnya pembelajaran yang dilakukan”. Hal itu ternyata terjadi pada siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2015/1016 di

sekolah dasar nomor 7 banyuning

kecamatan buleleng kabupaten buleleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru kelas V di SD N 7 Banyuning pada tanggal 7 maret 2015 diketahui bahwa: 1) proses pembelajaran di kelas, masih didominasi ceramah dari guru, 2) guru mengatakan bahwa pembelajaran dengan ceramah lebih mudah diterapkan di kelas, 3) ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, ada saja siswa yang bermain-main dengan teman sebangkunya, 4) siswa jarang mau bertanya terhadap hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang telah diberikan. Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketaui bahwa guru masih mendominasi proses pembelajaran dengan berceramah (teacher centered) sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa menjadi pasif dan jarang memberikan

respon terhadap penjelasan maupun

masalah yang diajukan guru.

Selanjutnya berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan di kelas V SD N 7 Banyuning menunjukkan bahwa: 1) guru jarang pemperhatikan keadaan siswa, 2) kurangnya interaksi antara guru dengan siswa sehingga membuat siswa kurang

(3)

aktif, 3) guru jarang memberikan motivasi ataupun reward kepada siswa yang mau bertanya atau mengeluarkan pendapatnya, 4) ada 4 orang siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya, 5) 16 dari 20 orang siswa terlihat pasif dan jarang memberikan respon terhadap penjelasan maupun masalah yang diajukan oleh guru.

Kegiatan pembelajaran yang demikian seperti terpapar di atas berdampak pada hasil belajar. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen kelas V SD N 7 Banyuning, menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa kelas V pada pelajaran Matematiaka adalah 63,8 yang tergolong kategori cukup . Dari 21 siswa, 9 orang siswa nilainya masih di bawah nilai standar yang ditetapkan sekolah yaitu 6,3. Hal ini berarti 47% siswa nilainya belum tuntas untuk pelajaran

Matematika. Adanya permasalahan

tersebut, menyebabkan perlunya sebuah usaha perbaikan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membangun

pengetahuan berdasarkan pengalaman

nyata sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dari permasalahan tersebut, perlu ditentukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan agar dapat maksimal memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa. Siswa akan lebih tertarik dengan penemuan-penemuan yang mereka dapatkan, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan solusi adalah Model Polya.

Dengan pembelajaran menggunakan model polya diharapkan dapat: (1) mengetahui permasalahan dengan melihat apa yang diketahui dan memahami apa yang ditanyaakan, (2) memikirkan rencana dan menetapkan apa yang harus dilakukan, (3) memecahkan rencana tersebut dan melaksanakannya (4) Memeriksa kembali, mengevaluasi hasil yang didapat.

Dari pemaparan di atas, maka dapat

diduga Model Pembelajaran Polya

berbantuan soal cerita dapat membantu meningkatkan hasil belajar Matematika. Untuk itulah pada kesempatan ini peneliti

ingin mengungkapkan permasalahan dalam sebuah penelitian yang berjudul:

“Penerapan Model Polya Berbantuan Soal Cerita Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 Di Sekolah Dasar Nomor 7 Banyuning Kecamatan Buleleng.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri

dari perencanaan, tindakan,

observasi/evaluasi, dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian akan berlangsung dalam beberapa siklus, jika siklus pertama tidak berhasil dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun tahapan dalan setiap siklus adalah sebagai berikut.

Perencanaa, Hasil dari refleksi awal terhadap permasalahan proses dan hasil belajar di kelas yang menjadi obyek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam kelas berupa penerapan model polya

berbantuan soal cerita dalam mata

pelajaran Matematika. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tindakan,dalam pelaksanaan ini disusun sesuai dengan tahap pelaksanaan penerapan model polya masalah melalui dalam mata pelajaran matematika untuk melihat tingkat kecakapan dan hasil belajar siswa.

Langkah-langkahnya sebagai

berikut.Persiapan pelaksanaan tindakan,

1)Menyusun persiapan mengajar atau satuan pelajaran yang akan diajarkan. 2) Menentukan metode media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi dan tes.

Pelaksanaan Tindakan Kelas

Langkah-langkah pelaksanaan

tindakan antara lain; Menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas atau diajarkan. Pelaksanaan tindakan dengan prosedur

sesuai matriks. Mengenai rancangan

tindakan untuk siklus I, II dan III adalah terlampir

(4)

Observasi/Evaluasi, a) Mengamati

keterampilan proses siswa dalam

melaksanakan tugas praktek yang

diberikan pada mata pelajaran

Matematika.b) Memberikan tes untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

Refleksi, Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar

Matematika dan keaktifan belajar

Matematika. Hasil renungan dan kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk didicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar Matematika. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada

rencana tidakan dalam penelitian tindakan kelas siklus II.

Metode pengumpulan data adalah

teknik atau cara-cara yang dapat

dingunakan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa. Untuk itu, metode yang dingunakan adalah metode tes. Berdasarkan metode tersebut, maka instrumen penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar siswa.

Data hasil belajar Matematika siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menghitung rata-rata(mean) nilai hasil

belajar siswa. Hasil penghitungan

persentase yang di peroleh selanjutnya data yang diperoleh dikonversikan kedalam PAP skala lima sesuai Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Penggolongan Data Hasil Belajar Siswa Persentase (%) Kriteria Hasil Belajar Matematika

90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 Sangat tinggi Tinggi Cukup kurang Sangat kurang (Sumber : Agung, 2010:16)

Kriteria yang digunakan untuk

menentukan keberhasilan tindakan ini adalah terjadi perubahan atau peningkatan hasil belajar siswa minimal mencapai kategori tinggi. Apabila indikator persentase keberhasilan pada hasil belajar Matematika siswa sudah tercapai maka penelitian akan dihentikan

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Ada beberapa hal yang

dipersiapkan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siklus I, yaitu (1) menyiapkan bahan ajar Matematika yang dipelajari dan dibahas, (2) membuat RPP yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan serta sesuai dengan

langkah-langkah model polya, (3)

menyiapkan materi pelajaran dari beberapa sumber, (4) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan materi yang dipelajari, dan (5) menyusun perangkat tes evaluasi belajar. Pokok bahasan yang dipelajari pada siklus I adalah Bilangan

pecahan. Banyak subjek dalam penelitian adalah 20 siswa.

Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes hasil belajar Matematika. Penelitian pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2015, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2015, dan tes hasil belajar Matematika dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2015.

Hasil observasi yang diperoleh pada siklus I, yaitu (1) guru sudah memberikan apersepsi dengan baik, (2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, (3) ketika guru mengajukan pertanyaan, dari 21 orang siswa, hanya 2

orang siswa yang mau menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru, (4) langkahlangkah pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan RPP dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (5)

(5)

media yang digunakan kurang bervariasi, (6) belum ada pemberian reward dari guru kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan, (7) dalam memilih kelompok

siswa masih membeda-bedakan

temannya, (8) saat kegiatan diskusi, dalam 1 kelompok siswa, hanya 1 sampai 2 orang yang terlihat tekun mengerjakan tugas, sementara siswa yang lain hanya

mengandalkan temannya untuk

mengerjakan tugas yang diberikan.

Evaluasi hasil belajar siswa menggunakan tes dalam esai, yang terdiri dari 5 soal. Hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Banyuning setelah tindakan pada siklus I

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata hasil belajar siswa adalah 76,5%. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa digunakan pedoman yang sesuai dengan tabel 3.1. Mengacu pada tabel tersebut, persentase hasil belajar siswa berada pada ketegori cukup dan belum

mencapai indikator keberhasilan.

Banyaknya siswa yang memperoleh skor ≥ 80 adalah 9 siswa dari 20 siswa yang mengikuti tes hasil belajar, sehingga ketuntasan belajar (KB) siswa yaitu 45 %

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pemberian tindakan pada siklus I, terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar Matematika siswa berada pada kategori cukup. Setelah dilakukan analisis dan refleksi ditemukanbeberapa hal, yaitu sebagai berikut. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, penerapan model polya berbantuan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun terjadi peningkatan, tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengikuti pencapaian hasil belajar sesuai kriteria yang ditargetkan. Berdasarkan hasil

observasi/evaluasi dan hasil diskusi dengan guru Matematika selama tindakan di siklus I, ditemukan beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut dapat dijelaskan secara rinci, yaitu sebagai berikut. a) Siswa belum dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model polya berbantuan soal cerita secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan siswa yang hanya

menjadi pendengar dan pencatat selama kegiatan pembelajaran. b)Dari 20 orang siswa, hanya 4 orang siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. c)Siswa masih membeda-bedakan temannya dalam memilih kelompok sehingga banyak waktu terbuang. d) Dalam kegiatan diskusi, kebanyakan siswa masih kurang aktif. Hal ini terlihat dari dalam 1 kelompok siswa, hanya 1 sampai 2 orang yang terlihat tekun mengerjakan tugas, sementara siswa yang lain hanya

mengandalkan temannya untuk

mengerjakan tugas yang diberikan. e) Belum ada pemberian reward kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. f) Media yang digunakan kurang bervariasi.

Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. a) Menjelaskan langkah-langkah atau petunjuk yang belum dipahami siswa dalam penerapan model polya, sehingga kegiatan siswa menjadi lebih aktif. b) Guru memberikan kesempatan menjawab kepada siswa dengan menunjuk nomor urut siswa. c) Kelompok ditentukan oleh guru dan guru memberikan arahan kepada siswa untuk tidak membeda-bedakan teman dalam memilih anggota

kelompok, agar tidak menghabiskan

banyak waktu. d) Guru mendekati dan

memberikan perhatian pada setiap

kelompok agar bisa bekerja bersama dalam berdiskusi dan memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif. e) Guru memberikan reward non verbal, berupa tepuk tangan atau hadiah,kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan. f) Guru memvariasikan media agar media yang digunakan tidak hanya media gambar.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus I, disusun rancangan tindakan siklus II. Pelaksanaan siklus II ini didasarkan atas adanya kelemahan kelemahan pada siklus I. Oleh karena itu, adanya perbaikan pada siklus II dilakukan untuk mengupayakan peningkatan hasil belajar Matematika Kelas V SD N 7 Banyuning

Secara umum, pelaksanaan siklus II hampir sama dengan pelaksanaan siklus I

(6)

Berikut ini diuraikan proses pelaksanaan siklus II.

Pada siklus II, yaitu: (1) menyiapkan bahan ajar Matematika yang dipelajari dan dibahas, (2) membuat RPP yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan serta sesuai dengan langkah-langkah model Polya berbantuan Soal cerita, (3) menyiapkan materi pelajaran dari beberapa sumber, (4) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan materi yang dipelajari, (5) menyususun perangkat tes evaluasi belajar. Pokok bahasan yang dipelajari pada siklus II adalah mengenai Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

Siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes hasil belajar Matematika. Penelitian pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 September 2015, dan tes hasil belajar Matematika dilaksanakan pada tanggal 10 September 2015.

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dalam kegiatan observasi dilaksanakan pengamatan terhadap proses kegiatan belajar mengajar dengan membuat catatan-catatan kecil mengenai proses belajar mengajar di kelas menggunakan lembar observasi (terlampir) yang diisi oleh observer (guru) yang digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Adapun pemaparan hasil observasi yang diperoleh pada siklus II, yaitu: (1) guru sudah memberikan apersepsi dengan baik, (2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, (3) siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan, 9 orang dari 20

orang siswa siswa mau menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru, (4) langkahlangkah pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan RPP dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (5) guru sudah memberikan reward berupa tepuk tangan dan pemberian hadiah

kepada siswa yang mau menjawab

pertanyaan, (6) dalam memilih kelompok

siswa tidak lagi membeda-bedakan

temannya karena kelompok langsung

ditentukan oleh guru, (7) saat kegiatan diskusi, semua siswa terlihat tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Evaluasi hasil belajar siswa menggunakan tes dalam bentuk esai, yang terdiri dari 5 soal. Hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Banyuning setelah tindakan pada siklus II.

Berdasarkan hasil tes belajar siklus II diperoleh jumlah skor siswa sebesar 1040, sehingga rata-rata skor hasil belajar (M) dan ketuntasan belajar (KB) siswa.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa persentase nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 86%. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa digunakan pedoman yang sesuai dengan tabel 3.2. Mengacu pada tabel tersebut, persentase hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi hasil belajar siswa pada pra siklus

Banyaknya siswa yang memperoleh skor ≥ 65 adalah 20 siswa dari 20 siswa yang mengikuti tes hasil belajar sehingga ketuntasan belajar (KB) siswa yaitu 100%

Melalui perbaikan proses

pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah mengalami peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar siswa. Temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. a) Secara umum, proses pembelajaran telah dapat berjalan sesuai denganrancangan pembelajaran yang direncanakan sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dan berjalan optimal. b) Kondisi pembelajaran pada siklus II tampak lebih kondusif, hal ini dikarenakan siswa sudah dapat beradaptasi dengan proses pembelajaran model polya berbantuan soal cerita dan guru sudah memvariasikan media yang digunakan. c) Siswa tidak lagi membeda-bedakan teman dan membuang banyak waktu dalam memilih kelompok karena kelompok langsung ditentukan oleh guru. d) Dari 20 orang siswa, 9 orang siswa sudah

sudah berani dan antusias dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan guru tanpa menunjuk nomor urut siswa. e) Dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi, masing-masing anggota kelompok sudah mampu bekerja sama dengan baik dan guru memberikan reward berupa tepuk tangan kepada siswa yang

(7)

aktif. f) Tes hasil akhir siklus II menunjukkan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Berdasarkan refleksi dari siklus II, penerapan model polya berbantuan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika siswa kelas V di SD Negeri 7 banyuning. Hai ini berarti hasil belajar Matematika telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya, sehingga penelitian dihentikan.Untuk

memudahkan mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II, maka dibuatlah ringkasan hasil penelitian yang tampak pada tabel 2. berikut .

Tabel 2. Ringkasan Persentase Hasil Penelitian Pada Siklus I dan Siklus II

Tahap Persentase Nilai Hasil Belajar Matematika Kategori

Siklus I 76,5% Cukup

Siklus II 86% Tinggi

Hasil analisis terhadap hasil belajar Matematika siswa dengan metode tes pada siklus I dan II ditampilkan dalam

grafik. Grafik hasil analisis hasil belajar Matematika siswa dengan metode tes pada siklus I dan II adalah sebagai berikut

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II

Gambar 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Pada

Siklus I dan II

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model polya

berbantuan soal cerita dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 7 banyuning. Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata hasil belajar Matematika siswa mencapai 71,1%. Bila dikonversikan berdasarkan PAP skala 5,

maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikategorikan cukup. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II, diperoleh persentase sebesar 86%. Jika dikonvesikan ke PAP, maka angka tersebut masuk dalam kategori tinggi.

Berdasarkan data di atas, ada peningkatan hasil belajar Matematika siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar Matematika siswa disebabkan oleh beberapa faktor.Pertama, penerapan model polya berbantuan soal cerita yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur, yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sangat berperan penting meningkatkan hasil belajar Matematika siswa. Penerapan model polya berbantuan soal

cerita, membuat siswa berminat

mengikuti proses pembelajaran. Menurut Polya (dalam Suherman, dkk 2003:99)

langkah-langkah pembelajaran dalam

model Polya berbantuan Soal cerita

meliputi memahami masalah,

merencanakan pemecahan masalah,

menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Langkah pertama yaitu memahami masalah, dimulai dengan mencari apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan dimunculkan kepada

siswa untuk membantunya dalam

memahami masalah.

(8)

yang diketahui dari soal? (b) apakah yang ditanyakan soal? (c) apa sajakah informasi yang diperlukan? (d) bagaimana akan menyelesaikan soal? (Aisyah, 2007).

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

tersebut, siswa lebih mudah untuk mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan soal. Langkah kedua yakni merencanakan pemecahan masalah yang akan dilakukan. Siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk

menyelesaikan masalah melalui

pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya. Langkah ketiga adalah menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun pada langkah kedua. Rencana yang telah dirumuskan

kemudian diimplementasikan untuk

menghasilkan sebuah penyelesaian.

Langkah keempat yaitu memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Guru membimbing siswa untuk memeriksa kembali dan menarik kesimpulan dari hasil yang telah diperoleh.

Keempat tahap tersebut mampu

membantu siswa merealisasikan

pengetahuan yang telah diperoleh untuk diterapkan pada situasi baru, proses ini

menuntun siswa untuk memperoleh

pengetahuan baru dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Kegiatan belajar menjadi berpusat pada siswa (student centered).

Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian yang mendukung adalah Utami (2013) yang menyatakan model Polya berbantuan soal cerita

menggunakan langkah-langkah

penyelesaian yang urut dan mudah

dipahami siswa serta selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis masalah dengan langkah

penyelesaian berdasarkan Polya

berlangsung, usaha para siswa untuk belajar terwujud dengan baik. Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang dilakukan Nitya (2013) yang menyatakan model Polya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa dalam pelajaran matematika.

Peningkatan hasil dan aktivitas belajar matematika siswa dikarenakan model Polya

yang diterapkan dapat mengubah situasi belajar yang tadinya masih berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru saja melainkan juga berpusat pada siswa. Siswa dapat lebih leluasa untuk belajar dengan memikirkan permasalahan yang dibahas secara mandiri terlebih dahulu kemudian

mendiskusikan pemikirannya dengan

pasangannya/kelompoknya dan akhirnya berbagi kepada seluruh teman-temannya di dalam kelas.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model Polya berbantuan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 7 Banyuning

Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran

2015/2016. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SD Negeri 7 Banyuning, penerapan model polya berbantuan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V di SD Negeri 7 Banyuning Kecamatan

Buleleng Kabupaten Buleleng tahun

Pelajaran 2015/2016. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar Matematika siswa adalah 45,9 persentase rata-rata adalah 76,5% dengan predikat cukup. Pada siklus II, terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar menjadi 52 dengan persentase rata-rata 86% (predikat tinggi).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zamal. 1989. Studi Tentang Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri di

Kodya Banda Aceh dalam

Menyelesaikan Soal Hitungan dan Soal Cerita. Tesis. Malang : PPs IKIP Malang

Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

(9)

Arnyana, Ida Bagus Putu. 2007. Buku Ajar Srategi Belajar Mengajar. Singaraja :

FPMIPA Universitas Pendidikan

Ganesha.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-teori

Belajar. Jakarta : Pendidikan

Kebudayaan

Haji, Saleh. 1994. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Cerita di Kelas V SD Negeri

Percobaan Surabaya. Tesis. PPs IKIP Surabaya.

Johnson, Elaine B.2007. Contextual

Teaching And Learning.Bandung:

Mizan Media Utama

Nurhadi. 2004. kurikulum 2004 pertanyaan

dan jawaban. Jakarta : PT Gramedia

Polya, G,. 1957. How to Solve It. Princeton, N.J., Princeton University Press. Roestiyah. 1991. Didaktik Metodik. Jakarta:

Bina Aksara.

Rusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan

Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung:Remaja Karya Offset

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. srategi pembelajaran

berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta: kencana prenada

media group.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 1998 / 1999. Strategi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan ; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Syamsuddin, H. 2001. Kesulitan Siswa Kelas III SD Menggunakan Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dalam

Menyelesaikan Soal Cerita

(Pengembangan Model

Pembelajaran). Tesis S2. Surabaya : UNESA Surabaya

Gambar

Tabel 2.  Ringkasan Persentase Hasil Penelitian Pada Siklus I dan Siklus II  Tahap  Persentase Nilai Hasil Belajar Matematika  Kategori

Referensi

Dokumen terkait

4.2.1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum cannum Sims.) dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans 31 4.2.2 Analisis Hasil Penelitian untuk

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi terbaik sari kulit buah naga ( Hylocereus costaricensis ) dan ekstrak angkak untuk membuat permen jelly dengan

Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah pertambangan

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Dari Tabel 2.1 diatas dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari proses yang tersedia, sehingga dalam pra-rancangan pabrik pembuatan sorbitan monooleat dari sorbitol dan asam

Hasil uji manova pada Tabel 19, menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,001< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

Tampilan menu surat menyurat untuk Camat, berisi rekap surat menyurat yang telah dikirim oleh warga dan diproses oleh Dukuh maupun Kepala Desa... Menu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris dengan menggunakan data sekunder, mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,