• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen yang dapat terjadi setiap kelahiran hidup, dalam kematian pasti ada seseorang yang ditinggalkan. Dalam masa kematian itu terjadi ada wanita dewasa awal yang mengalami berkabung setelah ditinggal mati oleh ayahnya.

Masalah kematian adalah hal yang tabu dalam masyarakat kita dan situasi ini memberikan kontribusi sulit, wanita dewasa awalpun banyak yang menerima dan menghadapi kematian orang yang dicintai, dan ada pula yang menghambat proses kesedihan, dan kehilangan.

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, hangatnya sebuah keluarga akan menciptakan sebuah kenyamanan yang berarti bagi anak. Ketika wanita dewasa awal dihadapkan dengan suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidupnya pasti akan terasa berat untuk menerimanya, terutama kematian seorang ayah.

Levy (1999) Kematian orang tuanya merupakan pengalaman kesempatan terakhir: anak yatim sebagai orang dewasa terjadi pada hampir setiap orang. Levy

(2)

mengatakan kematian mereka memaksa kami untuk menghadapi sebuah kematian dan untuk menyesuaikan identitas baru kami sebagai yatim piatu dewasa.

Grollman (1974) menyatakan ia berbicara tentang kematian yang menyamar melalui bahasa eufimistis, orang yang mati tidak hanya mati mereka “berlalu”, “melanjutkan”, “pergi ketempat yang lebih baik”. Banyak orang yang hidup dengan mitos bahwa jika kematian tidak dibicarakan, itu akan berlalu tanpa rasa sakit yang terkait dengan hilangnya orang yang dicintai. Tidak sedikit dari mereka yang ditinggalkan merasa tidak berarti lagi bahkan mencapai depresi.

Menurut Yusuf (2004) stress pada masa dewasa yang dialami orang dewasa umumnya bersumber dari faktor-faktor; kegagalan perkawinan, ketidak harmonisan hubungan dalam keluarga, masalah nafkah hidup atau kehilangan pekerjaan (seperti PHK), ketidak puasaan dalam hubungan seks, penyimpangan seksual suami atau istri, perselingkuhan suami atau istri, keadaan hamil, menopause, gangguan kesehatan fisik, anak yang nakal, dan kematian orang terdekat.

Menurut Aldwin dan Levenson (2001) dewasa awal yang telah menamati pendidikannya dan telah memulai karier, pernikahan, tau menjadi orang tua secara umum atusias dalam menjalani hidup yang sudah mereka persiapkan. Jika mendadak terkena penyakit atau cedera yang berpotensi mematikan, mereka cenderung sangat frustasi.

(3)

Berbagai temuan dari penelitian MIDUS menyatakan, kehilangan kedua orang tua pada masa dewasa awal merupakan pengalaman non-normatif yang bisa memengaruhi kesehatan mental atau fisik secara negative. Yang membedakan pemikiran dan kecerdasan orang dewasa; beberapa peneliti mengajukan bentuk kognisi dewasa yang berbeda setelah oprasional formal. Berfikir reflektif menekankan pada logika kompleks; pemikiran pascaformal melibatkan intuisi dan juga emosi.

Dalam kematian ayah pada wanita dewasa awal pasti yang ditinggalkan akan mengalami fase berkabung, dimana berkabung adalah kehilangan seseorang yang dekat melalui kematian merupakan sumber stress akut yang dialami dalam durasi waktu yang singkat tetapi memiliki konsekuensi yang kronis dan lebih kompleks. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda – beda terhadap kematian seseorang yang dekat dengannya.

Dalam salah satu penelitian yang diterbitkan dalam American Psychologist, Dr. Louise Silverstein menuliskan bahwa ada bukti korelasi anak akan lebih memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang baik jika memiliki kedekatan dengan ayah. kedekatan anak dengan ayah akan memberikan pengaruh positif pada anak, kedekatan juga memiliki manfaat yang positif bagi sang ayah dan keberhasilan dalam menjadi ayah yang baik juga memberikan self efteem yang baik bagi ayah.

(4)

Wanita dewasa awal yang harus mampu memecahkan masalah psikologis dalam menghadapi kematian dan melewati proses berkabung. Dampak keberhasilan pribadi pada sifat dan kualitas hidup tergantung tentu saja pada tujuan kemana ia akan menempatkannya. Wanita dewasa awal yang menghadapi proses berkabung paska kematian ayahnya sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologisnya.

Berkabung merupakan pengalaman emosional yang pribadi pada setiap individu, beberapa orang yang dapat mengatasi kesedihan dan perasaan duka cita yang dialaminya lebih cepat dibandingkan dengan orang lain. Namun, ada juga yang membutuhkan waktu hingga bertahun – tahun untuk melalui fase berkabung. Masa berkabung bagi orang yang ditinggalkan tidak berakhir setelah kematian usai, sebaliknya emosi yang dirasakan setelah kematian orang yang dicintai semakin mendalam setelah ia ditinggalkan seorang diri. Ekspresi berkabung yang dialami umumnya menyakitkan bagi orang yang mengalami kehilangan karena kematian (Aiken, 1994; Papalia & Olds, 1998; Turner & Helms, 1995).

Dalam menjalankan fase berkabung setiap wanita dewasa awal memiliki tahapan yang berbeda – beda, dan tidak semua wanita dewasa awal yang mengalami kematian ayahnya menjalani proses berkabung sesuai urutan yang dijelaskan oleh Kubler-Ross (1965) memang tidak pasti bahwa wanita dewasa awal yang ditinggal mati oleh ayahnya, akan mengalami semua fase denial, anger, bargaining,

depression, acceptance tersebut atau bahkan dari mereka akan hanya mengalami

(5)

Ross (1969) menyatakan sangatlah penting untuk mengetahui bahwa tahapan-tahapan ini tidak berarti harus diselesaikan atau kronologis. Tidak semua yang mengalami peristiwa yang mengancam nyawa atau peristiwa yang mengubah hidup, merasakan kelima tahapan tersebut, mereka melakukannya dalam urutan tahapan yang berbeda, sebagian akan mengalami kembali dan bagian lain mungkin akan terjebak pada satu tahapan.

Rice (1993) mengemukakan bahwa kehilangan orang yang dicintai diidentifikasi sebagai suatu kehilangan yang sangat mendalam. Bagi seorang dewasa baik wanita maupun pria pasti memiliki perasaan kehilangan yang sangat mendalam.

Schultz dan Schultz (2005) menyimpulkan adanya perbedaan antara orang yang memiliki self efficacy rendah dan tinggi. Seseorang yang memiliki self efficacy rendah akan cenderung merasa tidak berdaya, tidak mampu melakukan pengaturan pada keadaan yang terjadi dalam hidupnya. Sedangkan orang yang memiliki self

efficacy tinggi akan membangun usaha – usaha mereka untuk menghadapi suatu

hambatan.

Paska kematian wanita dewasa awal akan mempunyai self efficacy, yaitu dimana ia yakin atas kemampuan yang dimilikinya dalam melewati masa berkabung. Dalam menjalani masa berkabung wanita dewasa awal mempunyai self efficacy yang berbeda – beda, beberapa wanita dewasa awal memiliki self efficacy rendah dan self

(6)

seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ia punya atas pengaruh peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Bandura (1986) menyatakan bahwa self efficacy merupakan sebuah bentuk persepsi yang berkaitan dengan kontrol yang dipunyai oleh seseorang dalam hidupnya. Orang – orang yang berusaha melakukan kontrol terhadap peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka, dengan menggerakan pengaruh dibidang – bidang dimana mereka dapat perintah kontrol mereka akan mampu mewujudkan masa depan yang diinginkan dan untuk mencegah yang tidak diinginkan. Berjuang untuk kontrol atas keadaan hidup menembus hampir semua orang melakukannya karena dapat mengamankan mereka keuntungan pribadi dan sosial yang tak terhitung banyaknya kemampuan untuk mempengaruhi hasil membuat mereka diprediksi.

Wanita dewasa awal yang memiliki self efficacy yang rendah ketika menghadapi hambatan mereka akan dapat cepat menyerah bila pada usaha pertama telah mengalami kegagalan, self efficacy yang rendah tidak akan melakukan upaya apapun untuk mengatasi hambatan yang ada karena mereka percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan tidak akan membawa pengaruh apa pun. Sedangkan wanita dewasa awal yang memiliki self efficacy tinggi mereka akan berusaha melewati proses yang mereka jalani, ia yakin atas kemampuan untuk melewati proses yang mereka jalani.

(7)

Persepsi wanita dewasa awal tentang self efficacy adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ia punya atas pengaruh peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka, keyakinan self efficacy menentukan bagaimana wanita dewasa awal merasa, berfikir, memotivasi diri, dan berperilaku.

1.2 Rumusan Masalah

Hal yang ingin diketahui oleh penelitian ini adalah bagaimana gambaran self

efficacy perempuan dewasa awal dalam menghadapi proses berkabung paska

kematian ayah.

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran self efficacy perempuan dewasa awal dalam menghadapi proses berkabung paska kematian ayah.

(8)

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran self efficacy perempuan dewasa awal dalam menghadapi proses berkabungpaska kematian ayah.

1.4 Manfaat Penelitian

 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi psikologi klinis dan perkembangan dan memperoleh gambaran self efficacy perempuan dewasa awal dalam menghadapi proses berkabung paska kematian ayah.

 Manfaat Praktis

Dapat mengetahui bagaimanagambaran self efficacy perempuan dewasa awal dalam menghadapi proses berkabung paska kematian ayah, sehingga peneliti selanjutnya dapat lebih memahami tentang gambaran self efficacy dalam menghadapi proses berkabungpada perempuan dewasa awal kematian ayah.

Referensi

Dokumen terkait

Terapi pembinaan santri/ anak bina korban penyalahgunaan narkoba di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya khususnya dalam penerapan materi terapi dzikir ditempuh dalam waktu selama

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dengan media lingkungan sebagai berikut: Guru membagi siswa kedalam beberapa kelempok, kemudian melakukan kegiatan kerja

Hapsoro (2005) telah melakukan penelitian konfrehensif terhadap kedua kultivar kacang tanah transgenik tersebut antara lain untuk: (1) mengevaluasi respons tanaman kacang

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada berbagai pihak khususnya keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah pensiun agar dapat memberikan dukungan

Mild persistent or moderate- severe intermittent Oral antihistamines, Intranasal corticosteroids, intranasal Intranasal decongestants, Sodium cromoglicate Sodium

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur 21 hst perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh tidak nyata terhadap ketiga variabel pertumbuhan yang diamati (tinggi

satu strategi pembelajaran yang dalam pelaksanaannya setiap siswa bisa mengeluarkan argumen atau pendapatnya dalam berbagai perspektif dari masalah yang di

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti belum diketahuinya hal-hal yang dipentingkan konsumen saat membeli beras, penilaian konsumen yang kurang baik terhadap beras