• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-issn: p-issn: Pengembangan Modul Berbasis Guided Inquiry Pada Matakuliah Biologi Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-issn: p-issn: Pengembangan Modul Berbasis Guided Inquiry Pada Matakuliah Biologi Dasar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Modul Berbasis GuidedInquiry Pada Matakuliah Biologi Dasar Saidil Mursali, Titi Laily Hajiriah

Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram Email: saidilmursali@ikipmataram.ac.id

Abstract: This research aims to develop guided inquiry based module in Basic Biology course. This type of research is developmental research, using Four-D Mode model adapted to Model 4-P, which is defining, designing, developing, and counseling. The research instruments used are module validation sheet and quantitative descriptive data analysis technique. The results showed that the average value of module validity reached 3.6 with very good category and reliability reached 77.78% with reliable category. Based on that, the conclusion of this research is the Basic Biology module based on guided inquiry developed has validity with very good and reliable category, so it is appropriate for use in learning.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul berbasis guided inquiry pada mata kuliah Biologi Dasar. Jenis penelitian ini adalah developmental research, dengan menggunakan model Four-D Mode yang diadaptasi menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyuluhan. Instrumen penelitian adalah lembar validasi modul dan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai validitas modul mencapai 3,6 dengan kategori sangat baik dan reliabiltas 77,78 % dengan kategori reliabel. Berdasarkan hal itu, simpulan penelitian ini adalah modul Biologi Dasar berbasis guided inquiry yang dikembangkan memiliki validitas dengan kategori sangat baik dan reliabel, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Pengembangan, Modul, GuidedInquiry.

Pendahuluan

Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup atau life skills

(Murti, 2013). Hal ini sebagai bentuk antisipasi terhadap persaingan bebas di era globalisasi saat ini. Nugroho dkk, (2013) menyatakan bahwa pendidikan abad 21 mempunyai tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan berkembang dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran. Sistem pembelajaran tersebut menuntut setiap satuan pendidikan untuk merubah pendekatan pembelajaran teacher center menjadi pendekatan student center.

Salah satunya adalah dalam pembelajaran sains.

Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik membangun sendiri kemampuannya dengan mengeksplorasi seluruh pikiran dalam mempelajari dan menemukan sendiri konsep belajarnya. Sejalan dengan itu, Toharudin dkk (2011), menyatakan bahwa pembelajaran sains yang ideal adalah ketika peserta didik mampu belajar dengan mengeluarkan seluruh kemampuan dalam penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep belajar secara mandiri, dan dapat melakukan suatu kegiatan penemuan seperti halnya seorang ilmuan. Biologi sebagai bagian dari sains memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung agar mereka mampu memahami

(2)

alam sekitar (Depdiknas, 2003). Oleh sebab itu, pembelajaran biologi tidak hanya membutuhkan pengamatan saja tetapi juga memperhatikan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah.

Salah satu proses berpikir adalah kemampuan dan keterampilan yang merupakan modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan menjadi sangat penting bagi peserta didik di setiap jenjang pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Sehingga, kompetensi ini harus dilatihkan dan dikembangkan pada mahasiswa sebagai calon pendidik.

Kemampuan dan keterampilan mahasiswa dapat dilatihkan melalui pembelajaran guided inquiry, karena dalam prosesnya bersifat student center. Joolingen (1999) dan Solikhah ddk (2014) menyatakan bahwa guided inquiry merupakan metode pembelajaran yang menekankan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan dan tugas pendidik membimbing mereka agar kegiatan menjadi terarah. Sejalan dengan itu, Ibrahim (2010) mengungkapkan pembelajaran inkuiri merupakan proses bertanya dan mencari jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan, yang melibatkan proses berpikir. Permasalahan yang bersifat menantang akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki termasuk kemampuan berpikir kritis. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu mengalami suatu kegiatan yang dirancang

agar mereka mampu menemukan dan memahami konsep, teori, hukum serta memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Ketersediaan modul Biologi Dasar berbasis guided inquiry sangat dibutuhkan oleh mahasiswa maupun dosen dalam kegiatan pembelajaran. Bagi mahasiswa modul akan sangat bermanfaat untuk mengarahkan pembelajaran yang akan dilakukan. Modul berbasis guided inquiry

ini, diyakini mampu memberikan konstribusi besar akan bekal pengalaman dan kemampuan mahasiswa, diantaranya kemampuan berpikir kritis dan penguasan konsep. Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan mutu pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik (Mursali, dkk, 2014; Maelani, dkk, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlulah dikembangkan modul Biologi Dasar berbasis guided inquiry. Modul ini diyakini mampu memperbaiki kualitas pembelajaran terutama pada aspek kemampuan dan keterampilan. Kedua aspek ini sangat penting bagi mahasiswa sebagai calon guru IPA.

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian secara adalah Bagaimanakah kelayakan modul berbasis guided inquiry pada matakuliah

Biologi Dasar yang dikembangkan?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengembangkan modul berbasis guided inquiry pada matakuliah Biologi Dasar; (2) mendeskripsikan kelayakan modul berbasis

guided inquiry pada matakuliah Biologi Dasar yang dikembangkan.

(3)

Manfaat yang diperoleh dari modul yang dikembangkan ini adalah sebagai berikut: (1) Menyajikan alternatif pembelajaran Biologi Dasar dan meringankan tugas dosen Biologi dalam melatih kemampuan dan ketempilan mahasiswa. (2) Modul yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyusun bahan ajar sejenisnya pada materi atau mata kuliah yang berbeda. (3) Data-data yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya.

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Supriyatno (2006) menyatakan modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Modul sebagai bahan belajar membuat pembacanya dapat belajar secara mandiri. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip.

Pembelajaran guided inquiry

merupakan salah satu tingkatan dalam pembelajaran inkuiri dimana dalam prosesnya bersifat student center. Ibrahim (2010) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Beberapa fase dalam pembelajaran guided inquiry hanya fase merumuskan masalah yang dilakukan oleh

pendidik dan selanjutnya merumuskan hipotesis sampai pada menyajikan materi dilakukan oleh peserta didik dalam kerja kelompok. Aktivitas ini menuntut peserta didik untuk diskusi, bertanya, dan menjawab pertanyaan, serta mengemukakan pendapat dalam kelompok maupun kelas ketika menyajikan hasil percobaan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

developmental research (penelitian pengembangan), karena mengembangkan modul berorientasi guided inquiry pada mata kuliah Biologi Dasar. Model pengembangan yang digunakan adalah 4-D Mode yang diadaptasi menjadi model 4-P, yaitu pendefinisian, perencanaan, pengembangan, dan penyebaran (Ibrahim, 2002). Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai langkah ketiga yaitu pengembangan. Subjek penelitian ini adalah Modul berbasisguided inquiry pada matakuliah Biologi Dasar. Tahap penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dilakukan yaitu Model 4-P, meliputi Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyuluhan dengan rincian deskripsi sebagai berikut; (1) Tahap Pendefinisian, Pada tahap pendefinisian dilakukan beberapa analisis ujung-depan atau analisis kebutuhan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan saat ini dengan menganalisis kondisi saat ini dan tuntutan masa depan (Surono, 2008). Analisis pada tahap ini meliput: analisi kurikulum, analisis mahasiswa, analisis tugas, analisis materi, dan spesifikasi tujuan pembelajaran; (2) Tahap Perancangan, Tahap perancangan bertujuan untuk menyiapkan komponen-komponen modul,

(4)

diantaranya judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau

langkah kerja, dan penilaian. Kegiatan pada

tahap ini terfokus pada penyusunan modul, pengadopsian perangkat, konsultasi secara intensif dengan Tim Peneliti. Hasil dari tahap perancangan awal ini adalah berupa prototipe modul Biologi Dasar (Draft I). yaitu berupa modul Biologi Dasar, lembar observasi kemampuan berpikir kritis, lembar tes penguasan konsep, lembar obsevasi keterlaksanaan pembelajaran dan kendala, serta lembar validasi perangkat; (3) Tahap Pengembangan, Kegiatan pada tahap pengembangan ini meliputi proses validasi modul yang dikembangkan. Proses validasi dilakukan oleh dua orang pakar yang berkompeten di bidangnya. Tahap berikutnya adalah revisi yang akan menghasilkan Draft II, yang selanjutnya menguji coba perangkat yang dikembangkan (tahap selanjutnya dari penelitian ini; dan (4) Tahap Penyuluhan, Tahap ini tidak

dilakukan dalam peneltian ini, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi modul. Instrumen ini digunakan untuk menilai kelayakan komponen perangkat yang dikembangkan. Acuan kelayakkan komponen perangkat ini mengacu kepada kelayakan buku dari BSNP tahun 2007. Untuk mendapatkan data penelitian, digunakan teknik validasi, yaitu penilaian modul guided inquiry yang dilakukan oleh penelaah ahli (validator) berdasarkan Instrumen Validasi yang telah dikembangkan. Perangkat dikatakan valid dan layak untuk digunakan jika memperoleh skor 2,6 – 4,0 atau mempeoleh kategori baik. Data hasil validasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan merata-rata skor yang diperoleh dari kedua validator. Hasil skor rata-rata tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel Kriteria Pengkategorian Hasil Validasi

Interval Kategori Keterangan 1,0 ≤SV≤ 1,5 Tidak baik Belum dapat digunakan, memerlukan konsultasi 1,6 <SV 2,5 Kurang baik Dapat digunakan dengan banyak revisi 2,6 <SV

3,5 Baik

Dapat digunakan dengan sedikit revisi 3,6 <SV 4,0 Sangat baik Dapat digunakan, tanpa revisi

(diadaptasi dari Ratumanan dan Laurens, 2006) Data penilaian dari dua validator kemudian

digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen. Tingkat reliabilitas dihitung menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

A = Frekuensi kecocokan antara penilai, D = Frekuensi ketidakcocokan antara penilai,

(5)

R = Reliabilitas instrumen.

Instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas yang diperoleh ≥ 75% (Borich, 1994 dalam Ibrahim, 2005).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Produk yang dikembangkan adalah modul guided inquiry pada matakuliah Biologi Dasar. Modul merupakan materi pelajaran yang disusun sehingga pembaca diharapkan dapat belajar secara mandiri dan menguasi materi dengan baik. Produk penelitian yang telah dikembangkan kemudian divalidasi dan ditelaah oleh dua

orang validator (pakar). Hasil validasi dan penelaahan tersebut kemudian direvisi sesuai saran yang diberikan oleh kedua pakar. Adapun hasil validasi perangkat tersebut sebagai berikut:

Validitas LKM

LKM yang dikembangkan divalidasi oleh dua orang validator (pakar). Hasil validasi tersebut kemudian direvisi sesuai masukan dan saran dari validator. Adapun hasil validasi perangkat tersebut sebagai berikut:

Tabel Data Hasil Validasi Modul

No Aspek Yang Dinilai Nilai Kategori Keterangan

A. Komponen Kelayakan Isi 3,6 Sangat Baik Dapat digunakan, tanpa revisi

1 Materi 3,5 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

2 Alat dan bahan pembelajaran Sangat baik Dapat digunakan, tanpa revisi

3 Kemampuan berpikir kritis 3,4 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

B. Komponen Kebahasaan 3,3 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

1 Kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik 3,3

Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

2 Komunikatif 3 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

3 Dialogis 3,3 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

4 Kelugasan 3 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

5 Koheren dan kerunutan alur berpikir 3,5 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

6 Kesesuaian dengan kaidah BI yang

benar 3,5

Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

C. Komponen Penyajian 3,8 Sangat Baik Dapat digunakan, tanpa revisi

1 Teknik penyajian 4 Sangat baik Dapat digunakan, tanpa revisi

2 Pendukung penyajian 3,5 Baik Dapat digunakan, sedikit revisi

3 Penyajian pembelajaran 4 Sangat baik Dapat digunakan, tanpa revisi

Rata-rata 3,6 Sangat Baik Dapat digunakan, tanpa revisi

(6)

Tabel di atas menginformasikan bahwa modul yang telah dikembangkan mencapai kategori baik dan sangat baik dimasing-masing aspek atau komponen. Komponen kelayakan isi dan penyajian mencapai kategori sangat baik dengan keterangan dapat digunakan dan tanpa revisi. Sedangkan pada komponen kebahasaan mencapai kategori baik dengan sedikit revisi dan dapat digunakan. Secara umum, hasil validasi modul yang

telah dikembangkan mencapai nilai rata-rata 3,6 dengan kategori sangat baik. Selain itu, nilai reliabilitas mencapai 77,78%, sehingga instrumen yang digunakan reliabel yang artinya hasil penilaian konsisten. Berdasarkan hasil validasi dan revisi yang telah dilakukan, maka modul yang telah

dikembangkan layak untuk

diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran Biologi Dasar.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa modul berbasis guided Inquiry pada matakuliah Biologi Dasar yang telah dikembangkan, divalidasi, dan direvisi, secara keseluruhan dinilai layak dan dapat digunakan dalam pembelajaran serta bisa menjadi rujukan bagi dosen, guru atau pengembang lain untuk mengembangkan materi pembelajaran serupa. Adapun saran yang bisa diberikan dari penelitian ini adalah: (1) Dosen, Guru ataupun pihak pengembang lainnya bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan dalam mengembangkan materi pembelajaran serupa; (2) Dosen ataupun pihak yang berkompeten hendaknya selalu berupaya mengembangkan pembelajaran sebagai wujud menciptakan inovasi dalam dunia pendidikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

Daftar Pustaka

Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. New York: Mcmillan Publishing Company. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis

Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Ibrahim, M., 2002. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Ibrahim, M., 2005. Asesmen Berkelanjutan

Konsep Dasar Tahapan

Pengembangan dan Contoh. Surabaya: Unesa University Press. Ibrahim, M., 2010. Model Pembelajaran

Inkuiri. (Online)

(http://fisika21.wordpress.

com/2010/07/09/model-pembelajaran-inkuiri/, diakses tanggal 16 April 2014.

Joolingen, W.V., 1999. Cognitive Tools For Discovery Learning. Internasional Journal Of Artificial Intelligence In Education (IJAIED) 10. (Online). Diakses 5 Januari 2013.

Maelani, R.S., Mursali, S., Lesmana, I.P., 2016. Pengaruh Pembelajaran

Guided Inquiry Terhadap Motivasi dan Kemampuan Kognitif Siswa.

Artikel Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram.

Mursali, S., Dewi, N.I., Jayanti, T.E., Primawati, N.S., 2014. “Implementasi Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri untuk Melatih Keterampilan Proses

(7)

Merencanakan Percobaan Guna Meningkatkan Mutu Pembelajaran IPA Biologi”. Jurnal Kependidikan LPPM IKIP Mataram. Vol. 13/No. 1; ISSN: 1412-6087

Murti, E.K., 2013. “Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk Paket Keahlian Desain Interior”. Artikel Kurikulum 2013 SMA. Widyaiswara Madya.

Nugroho, A.P., Sunarno W., dan Sugiyarto. 2013. “Pengembangan Modul Biologi Berbasis Guided Inquiry

untuk Memberdayakan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali”.

Artikel. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Solikhah, N., Winarti, E.R., dan Kurniasih, A.W. 2014. “Keefektifan Model

Guided Inquiry dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”.

Jurnal Kreano FMIPA UNNE. Volume 5 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2014, ISSN : 2086-2334.

Supriyatno, N. 2006. Pengembangan Modul.

Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Surono. (2008). “Pengembangan Buku Panduan Eksperimen Gelombang Optik Berorientasi Pada Inkuiri Ilmiah Di Laboratorium Eksperimen Fisika Universitas Negeri Surabaya”.

Tesis. Surabaya: UNESA.

Toharudin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A., 2011. Membangun

Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Gambar

Tabel Data Hasil Validasi Modul

Referensi

Dokumen terkait

Pabrik etilene oksida dibuat dengan cara mereaksikan etene dan udara, dengan katalis Ag2O di dalam reaktor fixed bed multi tubular yang beroperasi pada suhu 250 o C dan

[r]

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan menentukan optimasi kondisi PCR untuk analisis mikrosatelit varian jati arboretum dengan teknik deteksi menggunakan

Angket digunakan pada proses validasi ahli (ahli materi, media dan model pembelajaran Virtual Laboratory), dan juga untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran dan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pengaruh penerapan

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana

reciprocal teaching dan model pembelajaran langsung kelas X SMA Negeri 3 Jeneponto. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian

1) Langkah pertama, yaitu mengambil data dari film Sultan Agung dengan memutar filmnya. Kemudian mengelompokkan data yang berupa dialog dan gambar yang