• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI HUKUM TAJWID SISWA KELAS XI DI SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: HADI PURWANTO NIM. 120 111 1672 INSTITU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI HUKUM TAJWID SISWA KELAS XI DI SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: HADI PURWANTO NIM. 120 111 1672 INSTITU"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

MULYA PALANGKA RAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

HADI PURWANTO NIM. 120 111 1672

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan tajwid merupakan fardhu ‘ain atau kewajiban pribadi. Artinya siapa yang tidak membacanya dengan menggunakan aturan tajwid maka ia berdosa. Oleh karenanya, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui lebih dalam tentang pengaruh kemampuan membaca al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa. Adapun permasalah yang diangkat adalah: (1) Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya?; (2) Bagaimana kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya?; dan (3) Apakah ada pengaruh kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data melalui: editig, tabulating, dan coding,

Hasil penelitin ini adalah: (1) Kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya adalah sebesar 67,48 berada pada interval 62.52 – 81.27 termasuk dalam kategori mampu. dari total 37 siswa yang diteliti 11 siswa (29,73%) memiliki berkategori sangat mampu, 9 siswa (24,32%) berkategori mampu, 13 siswa (35,14%) berkategori kurang mampu, dan 4 siswa 10,81% yang memiliki kemampuan membaca al-Qur’an berkategori tidak mampu. (2) Kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya adalah sebesar 57,77 berada pada interval 51 – 75 termasuk dalam kategori paham. Dari total 37 siswa yang diteliti 10 siswa (27,03%) berkategori sangat paham, 9 siswa (24,32%) paham, 18 siswa (48,65%) berkategori kurang paham, dan tidak ada siswa atau 0 siswa (0%) yang memiliki kemampuan memahami hukum tajwid berkategori tidak paham. (3). Ada pengaruh yang signifkan antara kemampuan membaca al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya, hal ini terlilihat dari perolehan thitung sebesar 5,728 lebih besar dari ttabel baik pada

(7)

signifkansi 5% (0,325) maupun pada taraf 1% (0,418), yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

Kata kunci: Pengaruh, Kemampuan Membaca Al-Qur’an, Kemampuan Memahami Hukum Tajwid.

THE EFFECT OF READING AL-QUR'AN ABILITY TOWARD THE ABILITY OF UNDERSTANDING THE LAW OF TAJWID OF

XI GRADES STUDENTS OF SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA

ABSTRACT

Reading Al-Qur'an properly and correctly, appropriate with the rules of tajwid is fardhu 'ain or personal obligation. It is means that whoever does not read it by using the rules of tajwid he got sins. Therefore, this study intends to fnd out more about the efect of reading al-qur’an ability toward The students’ Ability Of Understanding The Law Of Tajwid. The problem raised were: (1) How is the reading Al-Qur'an ability of XI grades students of SMK Karsa Mulya Palangka Raya?, (2) How is the ability to understand the law of tajwid of XI grades students of SMK Karsa Mulya Palangka Raya ?; And (3) Is there any efect of reading Al-Qur'an ability Toward The Ability Of Understanding The Law Of Tajwid of XI grades of SMK Karsa Mulya Palangka Raya ?

The study used correlation quantitative approach. The subject of the study was the students of XI grades in SMK Karsa Mulya Palangka Raya which amounted to 37 students. Data collection techniques used tests, observations, and documentation. Data processing techniques used: editing, tabulating, and coding.

The results of the study were: (1) the reading al-Qur'an ability of XI grades students of SMK Karsa Mulya Palangka Raya was 67.48 which in the 62.52 - 81.27 interval included in capable category. From of 37 of students were studied, 11 students (29.73%) have a very capable category, 9 students (24.32%) categorized capable, 13 students (35.14%) categorized less capable, and 4 students 10.81% Had reading Qur'an ability categorized as incapable. (2) The ability to understand the law of tajwid of XI grades students in SMK Karsa Mulya Palangka Raya

(8)

and no students or 0 students (0%) Who do not understand the law of tajwid. (3). There is a signifcant efect between Reading Al-Qur'an Ability Toward The Ability Of Understanding The Law Of Tajwid of XI grades Students Of SMK Karsa Mulya Palangka Raya, it is seen from the calculation of tcount 5,728 was higher than ttable either at 5% signifcance (2.030) As well as at the level of 1% (2,724). The result of testing hypothesis with the result of product moment correlation (rxy) shown that 0,743 was bigger than rtabel using db or df = 35, both at 5% signifcance (0,325) and at 1% (0,418) signifcance, it is mean that Ha Accepted and Ho rejected.

Keywords: Efect, Reading Al-Qur'an ability, Ability to Understand the law of Tajwid.

KATA PENGANTAR

ِ ميِحّرلِنَٰم ّرل ِهّلل ِم ِب

ٱ ۡح ٱ ٱ ۡس

Alḥamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui, yang telah memberikan kemudahan, taufik dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI HUKUM TAJWID SISWA KELAS XI DI SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA”

Kasih sayang, penghormatan, dan juga shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan kepada baginda Muhammad Saw, keluarga Nabi dan para sahabatnya, semoga Allah Swt juga meridhai orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan benar hingga tiba hari pembalasan kelak. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari motivasi dan dukungan dari berbagai

(9)

1. Bapak Dr. Ibnu Elmi AS Pelu, S.H., M.H., Rektor IAIN Palangka Raya yang telah memberikan fasilitas selama kuliah.

2. Bapak Drs. Fahmi, M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangka Raya yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ibu Dra. Hj. Rodhatul Jennah, M.Pd, wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangka Raya yang telah memberikan dukungan dalam penelitian.

4. Ibu Jasiah M.Pd, Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Palangka Raya yang telah menyetujui judul penelitian dan penetapan pembimbing.

5. Bapak Asmail Azmy H.B. M.Fil.I ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Palangka Raya yang telah menyeleksi judul penelitian dan membantu dalam penilaian instrumen penelitian.

6. Bapak Ajahari, M.Ag pembimbing I dan Bapak Ali Iskandar, M.Pd pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penulisan skripsi.

7. Ibu Asmawati, M.Pd, Dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen di IAIN Palangka Raya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di IAIN Palangka Raya. 9. Bapak Marsiyo ST, Kepala SMK Karsa Mulya Palangka Raya yang telah

memberikan izin tempat penelitian.

(10)

11. Sahabat-sahabat PAI semuanya, keluarga besar mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dan seluruh mahasiswa IAIN Palangka Raya, yang telah menemani dalam perjuangan bersama menggali ilmu di IAIN Palangka Raya, semoga Allah Swt meridhainya. Penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah Swt, semoga segala motivasi dan dukungan dari siapapun agar mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya.

Akhirnya penulis hanya berserah diri kepada Allah SWT atas anugerah dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta para pihak yang telah memberikan bantuan maupun motivasi dengan segala ketulusan yang diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan taufik dan rahmat-Nya atas kebaikan semua, dan semoga skripsi yang disusun oleh penulis ini dapat bermanfaat buat penulis khususnya dan yang membacanya. Amin yarobbal „alamin.

Palangka Raya, 25 April 2017

Penulis,

Hadi Purwanto

NIM. 120 111 1672

(11)

. . .

.

لليِت َت َناَء ُق ِلّتَرَو

ۡر

ۡر ۡلٱ

/لّمّزملا)

٧٣

:

٤

(

“. . . . Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan” (Kementerian Agama RI, 2010 : 574)

(12)

Penulis persembahkan skripsi ini

untuk

Ibunda tercinta (Puryanti) dan Ayahanda tercinta (Rikin) yang telah berjuang membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih

sayang dan do’anya yang selalu dipanjatkan untuk kebaikan dan keselamatan penulis. Terima kasih atas motivasi dan dukungan yang

tiada henti-hentinya yang kalian berikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Adik pertama penulis (Siti Norhasanah almh.) semoga Allah memberikan tempat yang terbaik yakni di surga-Nya, adik kedua penulis (Neneng Suryani) serta untuk keluarga penulis yang lain (Mei

Marlina), kalian adalah salah satu sumber semangat dan inspirasi penulis. Do’a dan harapan penulis panjatkan untuk kalian tercinta, semoga kita selalu menjadi manusia yang semakin bertaqwa kepada Allah dan selalu menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, dan

sukses menggapai cita-cita.

Sahabat-sahabatku yang baik hatinya dengan sejuta karakter, penulis tidak bisa sebutkan satu persatu terimakasih terima kasih untuk kalian

semua atas bantuan baik berupa saran ataupun kritik sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

(13)

Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

ا

: Alif

ط

: Ta

ب

: Ba

ظ

: Za

ت

: Ta

ع

: ‘ain

ث

: Sa

غ

: Gain

ج

: Jim

ف

: Fa

ح

: Ha

ق

: Qaf

خ

: Kha

ك

: Kaf

د

: Dal

ل

: Lam

ذ

: Zal

م

: Mim

ر

: Ra

ن

: Nun

ز

: Zai

و

: Waw

س

: Sin

ه

: Ha

ش

: Syin

ء

: Hamzah

ص

: Sad

ى

: Ya

ض

: Dad

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

نيدقعم

Ditulis Muta’aqqidain

ةةدع

Ditulis ‘iddah

C. Ta’ Marbutah

1. Bila dimatikan ditulis h

ةبه

Ditulis Hibbah

ةيزح

Ditulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

Bila dikehendaki dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

(14)

ditulis t.

رطفلا ةاكز

Ditulis Zakatul fitri

D. Vokal Pendek

-Fathah Kasrah Dammah

Ditulis Ditulis Ditulis

a i u

E. Vokal Panjang

Fathah + alif Ditulis a

ةيلهاج

Ditulis Jahiliyah

Fathah + ya’ mati Ditulis a

ىعسي

Ditulis Yas’a

Kasrah + ya mati Ditulis i

ميرك

Ditulis karim

Dammah + wawu

mati Ditulis u

ضورف

Ditulis furud

F. Vokal Rangkap

Fathah + ya’ mati Ditulis ai

مكنيب

Ditulis bainakum

Fathah + wawu mati Ditulis au

لوق

Ditulis qaulun

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan apostrof

متنأأ

Ditulis A’antum

ةتدعأ

Ditulis U’iddat

متركش نئل

Ditulis La’in syakartum
(15)

نارقلا

Ditulis Al-Qur’an

b. Bila Diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf

syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l” (el) nya.

ءامسلا

Ditulis As-Sama>’

سمشلا

Ditulis Asy-syams

I. Penulisan Kata-Kata Dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

ضورفلا ىوذ

Ditulis zawI al-furud

ةنسلا لهأ

Ditulis Ahl as-Sunnah
(16)

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS... ii

PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

NOTA DINAS ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

MOTTO ... xi

PERSEMBAHAN ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN... xiii

DAFTAR ISI... xvi

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Batasan Masalah ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya ... 13

B. Deskripsi Teoritik ... 15

(17)

4. Pengertian Hukum Tajwid ... 20

5. Pengertian Membaca Al-Qur’an ... 41

6. Fungsi Ilmu Tajwid dalam Membaca Al-Qur’an ... 42

7. Pengertian siswa ... 43

C. Hipotesis ... 44

D. Konsep dan Pengukuran ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

B. Pendekatan Penelitian ... 57

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 57

D. Populasi dan Sampel ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 63

G. Pengabsahan Instrumen ... 65

H. Teknik Pengolahan Data ... 71

I. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 79

B. Hasil Penelitian ... 82

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(18)

Tabel 2.1 Tanda-tanda Waqof dalam Al-Qur’an ... 35

Tabel 2.2 Kriteria Kemampuan Membaca Al-Qur’an ... 51

Tabel 2.3 Indikator Pemahaman Siswa terhadap Hukum Tajwid... 52

Tabel 2.4 Kriteria Kemampuan Memahami Hukum Tajwid ... 42

Tabel 3.1 Data Populasi Siswa yang Beragama Islam Kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya... 59

Tabel 3.2 Data Sampel Masing-masing Jurusan Kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya... 60

Tabel 3.3 Rincian Ayat al-Qur’an yang digunakan dalam Tes Kemampuan Membaca... 64

Tabel 3.4 Rincian Jumlah Soal Pemahaman Hukum Tajwid... 65

Tabel 3.5 Interpretasi Korelasi Product Moment... 77

Tabel 4.1 Keadaan Guru SMK Karsa Mulya Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017 ... 79

Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMK Karsa Mulya Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017 ... 80

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karsa Mulya Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017... 81

Tabel 4.4 Data Singkat Hasil Penilaian terhadap Isi Butir-butir Soal... 83

Tabel 4.5 Data Singkat Hasil Uji Validitas Soal... 84

Tabel 4.6 Data Singkat Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal... 85

(19)

Tabel 4.9 Data Singkat Tes Kemampuan Membaca Al-Qur’an... 87 Tabel 4.10 Data Singkat Tes Kemampuan Memahami Hukum Tajwid... 89 Tabel 4.11 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa kelas XI di

SMK Karsa Mulya Palangka Raya ... 90 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Siswa Kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya ... 92 Tabel 4.13 Kemampuan Memahami Hukum Tajwid Siswa kelas XI di

SMK Karsa Mulya Palangka Raya ... 94 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Kemampuan Memahami Hukum Tajwid

Siswa Kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya ... 95 Tabel 4.15 Data Pengaruh Kemampuan Memahahami Hukum Tajwid

terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an ... 98 Tabel 4.16 Perhitungan Skor Pengaruh (Variabel X) Kemampuan Membaca

Al-Qur’an terhadap Kemampuan Memahami Hukum Tajwid

(Variabel Y) Siwa Kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya. 101

(20)

Gambar 1 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas XI di SMK

Karsa Mulya Palangka Raya ... 92 Gambar 2 Kemampuan Memahami Hukum Tajwid Siswa Kelas XI

di SMK Karsa Mulya Palangka Raya ... 96

(21)

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebagai salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW untuk mengatur dan memberi petunjuk seluruh manusia. Walaupun demikian, jika ditelusuri lebih mendalam mengenai ajaran-ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an tidak hanya membawa rahmat bagi manusia saja, melainkan bagi seluruh alam semesta termasuk hewan, tumbuhan dan jin. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Anbiya/21:107., berikut ini:

َنيِمَلَٰع ّل ٗةَم َر ّلِإ َكَٰن َس

ۡل

ۡح

ۡل ۡر

َأ اَمَو

/ءايبنلا)

٢١

:

١٠٧

(

dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Kementrian Agama RI, 2010: 331)

Keberadaan Al-Qur’an di dunia ini merupakan suatu anugerah yang sangat mencerahkan kehidupan umat manusia, terutama bagi umat Islam yang idealnya seluruh ajaran dan perintah yang ada dalam Al-Qur’an dijalankan dan diterapkan secara menyeluruh di dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an merupakan sumber rujukan utama yang dijadikan sebagai landasan umat Islam. Salah satu usaha agar dapat memahami dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu seorang muslim harus memiliki kemampuan dalam hal membaca Al-Qur’an.

(22)

untuk membaca Qur’an dengan baik dan benar, yaitu dalam Q.S. Al-Muzammil/73:4., sebagai berikut:

. . . .

لليِت َت َناَء ُق ِلّتَرَو

ۡر

ۡر ۡلٱ

/لّمّزملا)

٧٣

:

٤

(

“. . . dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”.(Kementrian Agama RI, 2010: 547)

Ayat di atas menekankan agar membaca Al-Qur’an dengan tartil, adapun yang dimaksud membaca Al-Qur’an dengan tartil dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tartil Al-Qur’an adalah membacanya dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (ibtida’) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati isi kandungan pesan-pesannya. Sedang, yang membaca Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan firman Allah yang diterima oleh nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril dari ayat pertama Al-Fatihah sampai dengan ayat terakhir an-Nas. Dalam saat yang sama, Al-Qur’an juga merupakan nama dari bagian-bagiannya yang terkecil. Satu ayat pun dinamai ‘al-Qur’an’ (Shihab, 2002: 516).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah kegiatan membaca Al-Qur’an dengan perlahan-perlahan dengan cara memperjelas huruf-huruf berhenti (waqof) dan memulai (ibtida’) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati isi kandungan pesan-pesannya.

(23)

dengan baik dan benar.

Dalam buku Ensiklopedia Islam di jelaskan bahwa, secara umum fungsi ilmu tajwid adalah untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Ilmu tajwid ditujukan dalam pembacaan Al-Qur’an, meskipun pengucapan huruf

hija’iyah (alfabet arab dari alif sampai ya’) di luar Al-Qur’an juga harus dilakukan secara benar karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang lain (Azra, dkk, 2005:39).

Selain itu, dijelaskan juga bahwa mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu merupakan fardhu kifayah atau kewajiban kolektif. Dan membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan tajwid merupakan fardhu ‘ain

atau kewajiban pribadi (Azra, dkk, 2005:38).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang ingin membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar harus memakai aturan tajwid dan apabila kita membaca Al-Qur’an dengan tidak menggunakan aturan tajwid maka kita akan berdosa. Hal ini dikarenakan membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan tajwid hukumnya adalah fardhu ain.

Kegiatan tadarus Al-Qur’an selalu dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka Raya setiap hari jum’at, kegiatan ini dilaksanakan ketika para siswa melaksanakan sholat jum’at di luar lingkungan sekolah. Berdasarkan observasi sementara yang penulis temukan dilapangan, bahwa menurut guru

(24)

dalam hal pemahaman tentang hukum bacaan tajwid masih ada siswa yang belum mengerti.

Setelah penulis memperhatikan silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SLTA sederajat, penulis menemukan bahwa membaca ayat Qur’an dan mengidentifikasi hukum bacaan tajwid dalam ayat Al-Qur’an termasuk indikator pencapaian dalam beberapa kompetensi pada materi kelas XI. Tentu hal ini harus diusahkan oleh guru pemegang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar seluruh anak didiknya mampu membaca Al-Qur’an dan menguasai ilmu tajwid, demi tercapainya tujuan pembelajaran dan menjadi bekal yang sangat berguna bagi peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu Standar Kompetensi (SK) yang berkaitan dengan hal itu adalah sebagai berikut:

 Standar Kompetensi (SK) 1 : tentang “Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan”;

 Kompetensi Dasar (KD) 1.1 : tentang “membaca QS. al-Baqarah ayat 148 dan QS. al-Fathir ayat 32”; dan

 Indikator pencapaian: (1) Membaca dengan fasih QS. al-Baqarah ayat 148 dan QS. al-Fathir ayat 32, (2) Mengidentifikasi hukum tajwid dalam QS. al-Baqarah ayat 148 dan QS. al-Fathir ayat 32.5

5 Silabus PembelajranPAI Satuan Pendidikan SMA/MA/SMKA, Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)

(25)

hukum tajwid NH menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pembahasan tentang ilmu tajwid diberikan selama 1 kali pertemuan secara penuh membahas tentang 1 (satu) hukum tajwid saja misalnya hukum nun mati dan tanwin, hal ini bertujuan agar peserta didik benar-benar paham mengenai hukum nun mati dan tanwin tersebut. Adapun langkah-langkah pembelajaran tentang hukum nun mati dan tanwin adalah sebagai berikut6:

1. Pembelajaran diawali dengan mengulang atau mengingatkan kembali terhadap materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya;

2. NH menyampaikan judul materi dan tujuan dari pembelajaran yang akan dipelajari hari itu kepada siswa yaitu tentang hukum nun mati dan tanwin; 3. Sebelum masuk ke materi inti, NH mengecek pemahaman siswa tentang

ilmu tajwid dengan cara menanyakan kepada siswa apa itu ilmu tajwid?, hukum tajwid apa saja yang kalian ketahui? dan lain-lain;

4. Dari respon siswa terhadap pertanyaan awal NH, tidak banyak siswa yang dapat menjawab pertanyaan NH. Kemudian NH mulai membahas materi inti dengan cara mengenalkan terlebih dahulu apa itu nun sukun / nun mati, menggambarkan bentuk nun mati di papan tulis, menjelaskan apa itu tanwin, menggambarkan bentuk tanwin di papan tulis, kemudian menjelaskan dan menggambarkan macam-macam tanwin di papan tulis.

6Hasil observasi awal proses pembelajaran hukum tajwid pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya, Sabtu, 27 Agustus 2016 pukul 09.15 WIB - selesai.

(26)

5. Selanjutnya NH menjelaskan tentang pembagian hukum nun mati dan tanwin yang 4 (empat). Dimulai dari hukum idzhar dengan cara menjelaskan pengertian idzhar, huruf-huruf idzhar, sebab terjadinya hukum idzhar, contoh hukum idzhar dalam Al-Qur’an dan cara membaca hukum idzhar. Begitu seterusnya hingga seluruh pembahasan tentang hukum nun mati dan tanwin tersampaikan kepada siswa;

6. Di dalam penjelasannya tentang hukum nun mati dan tanwin NH selalu menghubungkan dengan ayat Al-Qur’an yang telah di pelajari sebelumnya seperti pada Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 148, hal ini untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada siswa. Adapun untuk contoh hukum nun mati dan tanwin yang tidak terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 148 maka NH mengajak siswa untuk membuka dan mencari di dalam Al-Qur’an secara langsung.

7. Di akhir pembelajaran NH menyimpulkan pembelajaran yang telah disampaikannya kemudian memberikan evaluasi secara lisan tentang hukum nun mati dan tanwin ini sebelum menutup pembelaran.

Dari hasil observasi awal dapat diketahui urutan pembelajaran pada SK No.1 yaitu pertemuan pertama, membahas mengenai membaca ayat dan terjemahan Q.S. Al-Baqarah ayat 148 kemudian dilanjutkan dengan membahas mengenai isi kandungan Q.S. Al-Baqarah ayat 148. Pertemuan kedua, membahas mengenai hukum tajwid yang terdapat dalam Q.S.

(27)

Adapun hasil evaluasi materi Q.S. Al-Baqarah/2:148 :

ْاوةةُنوُكَت اةةَم َنَأ َٰر َخ ْاوُقِبَت َف َهيّلَوُم َوُه ٌةَه ِو ُكِلَو

ۡي ِۚت ۡي ۡلٱ

ۡسٱ ۖا

ۡج ّٖل

يِدةةةَق َ

ةةةش ّلةةةُ ك ٰىَلَع َهّلل ّنِإ لعيِمَج ُهّلل ُمُكِب ِت َي

ٞر

ٖء ۡي

ٱ

ۚا

ٱ

ۡأ

/ةرقبلا(

٢

:

٢٣

)

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”(Kementrian Agama RI, 2010: 23).

tentang kompetensi dalam kebaikan guru NH menyimpulkan bahwa, dalam membaca ayat Q.S. Al-Baqarah ayat 148 para siswa masih banyak yang belum sesuai dengan hukum tajwid. Akan tetapi untuk mengidentifikasi hukum tajwid pada hukum nun mati dan tanwin rata-rata peserta didik sudah mampu . Hal ini, terlihat dari hasil ulangan harian yang menurut NH banyak peserta didik yang berhasil menjawab dengan benar. Walaupun masih ada siswa yang masih salah dalam menjawab soal-soal yang berhubungan dengan hukum tajwid.7

Berdasarkan paparan di atas, dengan melihat keadaan di lapangan dan memperhatikan tujuan materi pembelajaran yang ada pada silabus maka penulis bermaksud untuk mengetahui lebih dalam tentang pengaruh kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya

7 Hasil wawancara dengan NH (guru PAI kelas XI) di SMK Karsa Mulya Palangka Raya,

Sabtu, 27 Agustus 2016 pukul 08.44 WIB. (Data Observasi Awal)

(28)

TAJWID SISWA KELAS XI DI SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA”.

B. Rumusan masalah

Adapun permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya?

2. Bagaimana kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas di XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya?

3. Apakah ada pengaruh kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya.

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami hukum bacaan tajwid di kelas XI di SMK Karsa Mulya Palangka Raya.

(29)

Mulya Palangka Raya.

D. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya pembahasan tentang ilmu tajwid, maka penulis memutuskan untuk tidak meneliti secara keseluruhan dari ilmu tajwid tersebut. Penelitian hanya akan dilakukan pada beberapa hukum yang terdapat dalam ilmu tajwid yang telah dipilih dan ditentukan terlebih dahulu oleh penulis.

Dalam memilih dan menentukan ilmu tajwid yang akan diteliti penulis menggunakan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Hukum-hukum tajwid yang dipilih menyesuaikan dari materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik. Hal ini beracuan pada silabus pembelajaran untuk SLTA sederajat dan informasi dari guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Karsa Mulya Palangka Raya; 2. Pertimbangan selanjutnya adalah memilih hukum-hukum tajwid yang

dianggap lebih penting dari hukum-hukum tajwid yang ada. Misalnya penulis lebih memilih hukum waqof ketimbang hukum mim matihal ini dikarenakan hukum waqof dianggap lebih penting dari hukum mim mati, karena salah mewaqofkan akan berdampak pada berubahnya makna dari ayat Al-Qur’an yang dibaca; dan

3. Pertimbangan lain adalah tempat penelitian, mengingat tempat dilakukannya penelitian ini adalah sekolah yang fokus pendidikannya

(30)

untuk dipelajari.

Berikut ini merupakan hukum-hukum tajwid yang dipilih oleh penulis untuk diteliti:

1. Hukum nun mati dan tanwin meliput: idzhar kholqi, idghom (bigunnah

dan bila gunnah), iqlab, dan ikhfa’;

2. Hukum qolqolah meliputi: qolqolah sugro dan qolqolah kubro; 3. Hukum madd thobi’i (madd ashli);

4. Hukum waqof meliputi: penggunaan tanda waqof dan keteparan melafalkan lafazh yang diwaqofkan.

Hal yang tidak berhubungan dengan pembahasan di atas, penulis tidak membahasnya dalam skripsi ini.

E. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat berguna dan bermanfaat antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi pengetahuan dan rujukan ilmiah bagi lembaga penyelenggara pendidikan, khususnya bagi pelaksana pendidikan di SMK Karsa Mulya Palangk Raya;

2. Sebagai bahan informasi bagi guru SMK Karsa Mulya Palangka Raya tentang pengaruh kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid.

(31)

4. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan untuk mengembangkan teori dan khazanah keilmuan khususnya dalam Pendidikan Agama Islam. 5. Sebagai bekal pengalaman praktis dalam mengaktualisasikan pengetahuan

dan keterampilan yang dipelajari di Institutit Agama Islam Negeri Palangka Raya serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam dari Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis uraikan dalam proposal skripsi ini disusun dalam lima bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian teoritik yang berisikan penelitian sebelumnya, memaparkan tentang deskripsi teoritik yang menjadi dasar dalam melaksanakan kegiatan penlitian, hipotesis, serta konsep dan pengukuran.

BAB III : Metode penelitian yang berisikan waktu dan tempat dilaksanakannya penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik

(32)

BAB IV : Hasil penelitian yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian.

BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

(33)

A. Penelitian Sebelumnya

Keberadaan Al-Qur’an di dunia ini merupakan suatu anugerah yang sangat mencerahkan kehidupan umat manusia, membaca dan memahami Al-Qur’an tentu merupakan suatu kewajiban bagi manusia khususnya umat Islam. Dalam membaca Al-Qur’an kita dianjurkan untuk membacanya dengan tartil

atau dengan kata lain membaca Al-Qur’an itu dengan baik dan benar, yakni dengan menggunakan dan menerapakan aturan-aturan hukum tajwid. Dengan demikian tentu sangat penting bagi kita untuk memahami hukum tajwid agar dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan baik dan benar. Oleh karena alasan itulah penelitian tentang pengaruh kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid ini sangat penting untuk dilaksanakan.

Ada beberapa penelitian yang sejalan dengan penilitian yang akan diteliti oleh penulis ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maisaroh pada tahun 2012 dengan judul “KEMAMPUAN SISWA MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN TAJWID DI KELAS XI SMA-NU PALANGKA RAYA”. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

(34)

a. Bagaimana kemampuan siswa membaca Al-Qur’an berdasarkan tajwid di kelas XI SMA-NU Palangka Raya pada hukum bacaan nun mati/tanwin?

b. Bagaimana kemampuan siswa membaca Al-Qur’an berdasarkan tajwid di kelas XI SMA-NU Palangka Raya pada hukum bacaan mim mati? Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa:

a. Kemampuan siswa membaca Al-Qur’an berdasarkan tajwid di kelas XI SMA-NU Palangka Raya pada hukum nun mati/tanwin yang termasuk dalam bacaan izhar, idgham iqlab, ikhfa', yang memperoleh skor 3,50-4,00 kategori (sangat mampu) tidak ada atau 0%, yang memperoleh skor 2,50-3,49 kategori (mampu) adalah 1 orang atau 3,6%, yang memperoleh skor 1,50-2,49 kategori (cukup mampu) adalah 16 orang atau 57,1%, dan yang memperoleh skor 1,00-1,49 kategori (tidak mampu) adalah 11 orang atau 39,3%.

(35)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Masdinar pada tahun 2010 yang mengangkat judul: “KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS V SDN B-1 SUKAMANDANG DESA SUKAMAJU KECAMATAN SERUYAN TENGAH KABUPATEN SERUYAN”. Adapun permasalahan yang diangkat dalam peneitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai makhraj huruf

pada siswa kelas V SDN B-1 Sukamandang Desa Sukamaju Kecamatan Seruyan Tengah Seruyan ?

b. Bagaimana kemamuan membaca hukum nun mati dan tanwin,

qalqalah, mim mati pada siswa kelas V SDN B-1 Sukamandang Desa Sukamaju Kecamatan Seruyan Tengah Seruruyan ?

Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan membaca al-Qur’an sesuai dengan makhraj huruf siswa kelas V SDN B-l Sukamandang Desa Sukamaju Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan, tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah skor adalah 286, dan nilai mean tertinggi 2.4 dan nilai terendah 1.6 dengan jumlah 57.2 sehingga diperoleh rata-rata 2, maka kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai makhraj huruf berkategori kurang sesuai. b. Kemampuan membaca hukum bacaan nun mati dan tanwin, qalqalah,

(36)

diperoleh rata-rata 2, maka kemampuan membaca membaca hukum bacaan nun mati dan tanwin, qalqalah, dan mim mati berkategori cukup mampu (Masdinar, skripsi: 2010).

Berdasarkan beberapa pemaparan penelitian sebelumnya di atas, dapat penulis kemukakan beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakasanakan oleh penulis. Adapun kesamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum tajwid. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang perlu penulis tekankan yaitu ada beberapa hal diantaranya: Pertama, penelitian sebelumnya di atas tidak mengukur dan mencari tahu sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami hukum tajwid. Kedua, fokus penelitian ini tentunya akan mencari tahu apakah ada pengaruh dari kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan memahmi hukum tajwid siswa. Dengan demikian, maka penelitian ini masih orisinil dan mengandung unsur kebaharuan.

B. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Pengaruh

(37)

Menurut Rama (2006:372) menyatakan bahwa, “pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, orang, benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib dan sebagainya”.

Menurut Hadi (1997:20), Mengemukakan bahwa: “Pengaruh di sini diartikan mempunyai hubungan yang timbal balik antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud hubungan timbal balik adalah hubungan dimana satu variabel dapat menjadi sebab akibat dari variabel lainnya”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa, pengaruh adalah kekuatan yang timbul dari sesuatu yang memiliki kemampuan dengan menunjukan suatu keadaan yang berbeda sebelum dan sesudah informasi diterima oleh penerima. Adapun yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini merupakan hubungan timbal balik antara kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan memahami hukum tajwid siswa kelas XI SMK Karsa Mulya Palangka Raya.

2. Pengertian Kemampuan

Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:707) menyebutkan bahwa: “kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa/sanggup) melakukan sesuatu kemudian ditambah dengan awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’, sehingga menjadi kata kemampuan yang mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.”

(38)

kemampuan adalah kemampuan manusia sekarang untuk melakukan pekerjaan tertentu, jika keadaan luar yang diperlukan cukup”.

Menurut Usman (1995:14) dalam bukunya Menjadi Guru Professional mengemukakan bahwa pengertian “kemampuan adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.

Sedangkan menurut Semiawan (1991:23), kemampuan adalah daya untuk melakukan sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.

Dari beberapa pengertian tentang kemampuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan dan kecakapan dalam berbuat atau melakukan sesuatu baik secara perilaku maupun pikiran untuk mencapai sesuatu.

3. Pengertian Memahami

Kata memahami dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdiknas, 2005:811) berasal dari kata “paham” yang memiliki arti mengerti benar (akan), tahu benar (akan). Adapun kata “memahami” memiliki pengertian mengerti benar (akan), mengetahui benar (akan). Kata memahami di sini mengarah kepada suatu kemampuan atau kesanggupan dalam memahami materi pelajaran.

(39)

bahwa hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kamampuan, mulai dari hasil yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.

Salah satu, jenjang dalam domain kognitif (cognitive domain)

adalah pemahaman (comprehension). Adapun kaitannya dengan penelitian ini adalah kata “memahami” yang dimaksud penulis dalam penelitian ini lebih mengarah pada jenjang pemahaman (comprehension)

dalam domain kognitif (cognitive domain)

Pemahaman (comprehension) dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahamai atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukisan kata-kata sendiri, meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan.

Lebih rinci Daryanto (2005:106) dalam bukunya yang berjudul

(40)

a. Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation)

arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model.

Kata kerja operasional yang digunakan untuk merumuskan dan mengukur kemampuan menerjemahkan ini adalah: menerjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, dan sebagainya.

b. Menginterpretasi (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation)

Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk kemampuan ini adalah memperhitungkan, memprakirakan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.

(41)

a. Siswa mampu mengilustrasikan sebab terjadinya hukum bacaan tajwid dalam suatu ayat yang disajikan oleh penulis.

b. Siswa mampu mengenal suatu hukum tajwid yang terdapat dalam suatu ayat yang disajikan oleh penulis.

c. Siswa mampu membedakan beberapa hukum tajwid yang terdapat dalam suatu ayat yang disajikan oleh penulis.

d. Siswa mampu menentukan hukum tajwid yang terdapat dalam suatu ayat yang disajikan oleh penulis.

4. Pengertian Hukum Tajwid

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:410),

kata hukum memiliki beberapa pengertian salah satu pengertian tersebut adalah patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu. Sedangkan arti kata tajwid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah cara membaca al-Qur’an dengan lafal atau ucapan yang benar (Depdiknas, 2005:1123).

Buku Ensiklopedi Islam (bagian 7 Taaw-Zunn) (Azra dkk, 2005:38) menjelaskan bahwa:

Tajwid berasal dari kata jawwada, yujawwidu, atau tajwidan (membuat bagus). Dalam ilmu qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberi sifat yang dimilikinya, baik yang asli maupun yang akan datang kemudian. Jadi tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara baca dengan baik.

(42)

dalam bukunya yang berjudul Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an,

disebutkan bahwa “tajwid merupakan ilmu yang mengajarkan cara bagaimana seharusnya membunyikan atau membaca huruf-huruf hijaiyyah

dengan baik dan benar sempurna, baik ketika berdiri sendirian maupun bertemu dengan huruf lain”.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukum tajwid merupakan kaidah atau hukum tentang membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan tujuan untuk memberikan tuntunan cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara.

Masalah yang dicakup dalam ilmu tajwid adalah makharij al-huruf

(tempat keluar masuk), ahkam al-huruf (hubungan antar huruf), ahkam al-madd wa al-qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkam waqf wa al-ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan), dan al-khat al-Usmani

(bentuk tulisan mushaf [lembar yang sudah dibukukan] Usmani) (Azra dkk, 2005:38).

Dalam penelitian ini, permasalahan hukum tajwid yang akan diteliti adalah tentang ahkam al-huruf (hubungan antar huruf) yang meliputi hukumnun matidantanwin(meliputi Idzhar, Idghom, Iqlab dan Ikhfa’),

(43)

Di bawah ini akan penulis kemukakan mengenai beberapa hukum tajwid yang akan diteliti:

a. Hukum Nun mati dan Tanwin

Apabila ada nun sukun / nun mati (

ْن

) atau ada tanwin

لٌٍ)

) bertemu dengan huruf Hijaiyah maka hukum bacaannya terbagi 4 bagian.

1) Idzhar Kholqi (

ِقْلاَخْلا ُراَهْظِ ْلَا

)

Secara bahasa kata idzhar artinya menerangkan atau menjelaskan dan kholqi artinya tenggorokan, yang berarti harus dibaca secara terang, pendek dan jelas apabila nun sukun atau anwin bertemu dengan salah satu huruf kholqi.

Adapun huruf kholqi ada 6 yaitu : ha’ (

ح

), kha’ (

خ

), ‘ain (

ع

), gain (

غ

), ha’ (

ه

), hamzah (

ء

). Huruf-huruf ini disebut kholqi

karena makhroj (tempat keluarnya suara huruf) tersebut adalah kerongkongan.

Cara membaca nun mati dan tanwin yang demikian itu harus terang, jelas dan pendek, bunyi suara tetap jelas, tidak samar dan tidak mendengung (al-Abror, 2011:11-12).

Contoh – contoh idzhar kholqi:

(44)

ِم

َح ْن

ٍفْو

الرْي

َخ ٍة

ّرَد

2) Idghom (

ُماَغْدِ ْلَا

)

Idghom menurut bahasa adalah memasukan sesuatu kepada sesuatu. Sedangka menurut istilah adalah idghom ialah bertemunya huruf yang bersukun dengan huruf yang berharakat sehingga kedua huruf tersebut menjadi satu huruf dan huruf yang kedua menjadi bertasydid, kemudian lisan mengucapkan huruf tersebut dengan sekali ucapan.

Wahyudi (2008:96) menjelaskan “Idghom dalam hukun nun mati dan tanwin dibagi menjadi dua bagian yaitu idghom bigunnah

dan idghom bila gunnah”. Kedua jenis idghom ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Idghom bigunnah (

ُماَغْدِ ْلَاٍةّنُغِب

)

Secara bahasa idghom bigunnah artinya “memasukkan”, bigunnah artinya “dengan dengung”. Dalam pengertian hukum nun mati dan tanwin, idghom bigunnah ialah apabila nun mati dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf

idghom yang empat

yaitu ya’ (

ي

), nun (

ن

), mim (

م

), dan wawu (

و

), maka dinamakan

idgom bigunnah. Keempat huruf idgom bigunnah itu terkumpul

(45)

Cara membaca idghom bigunnah adalah dengan memasukan suara nun mati atau tanwin kepada huruf idghom bigunnah yang ada dihadapannya sehingga menjadi satu ucapan, seakan-akan satu huruf. Pada waktu mengidghomkan, suara harus ditasydidkan kepada huruf idghom bigunnah yang ada didepan nun mati atau tanwin, kemudian ditahan kira-kira dua ketukan dengan memakai gunnah (dengung) ketika membacanya.

Berbeda dengan hukum lainnya, hukum idghom disini hanya terjadi pada susunan dua kata dan tidak terjadi pada satu kata.

Contoh – contoh idghom bigunnah:

َا

ُي ْن

اْوّرِبَك

َل

َن ْن

َرِبْص

ِم

َم ْن

ْمِهِدَعْق

ِم

ّو ْن

ْمِهِئاَر

ّيِصَو

ّي ٍة

ىَصْو

اَهِب

َطِح

َن ٌة

ْرِفْغ

ْمُكَل

ْوَق

َملل

الفْوُرْع

ْفَن

ّو ٍس

ٍةَدِحا

Pengecualian:

Apabila terjadi pengecualian huruf yang memenuhi syarat idghom dalam satu kata, maka ahli Qiraat (Tajwid) sepakat membacanya dengan hukum idzhar mutlak. Hal ini dilakukan karena takut tertukar dengan kalimat mudlo’af

(46)

Yang demikian ini, dalam al-Qur’an hanya ada pada empat kata, antara lain (Wahyudi, 2008:97-98):

لَا

ْنّد

اَي

ُب

اَيْن

ٌب

ِص

َوْن

ٌنا

ِق

َوْن

ٌنا

dan tanwin adalah apabila ada nun mati dan tanwin bertemu

dengan salah satu lam (

ل

) dan ra’ (

ر

), dinamakan idghom bila

gunnah.

Cara membaca idghom bila gunnah ialah dengan memasukkan nun mati atau tanwin sepenuhnya kepada huruf lam atau ra’ tanpa memakai dengung (sengau). Pada waktu mengidghomkan, suara harus ditasydidkan kepada huruf lam dan ra’ seraya menahan sejenak.

Contoh – contoh idghom bila gunnah (Wahyudi, 2008:98-99):

ِم

َل ْن

َكْن ُد

ِم

ّر ْن

ْمُكّب

ْيَخ

ّلٌر

َك

ْوُفَغ

َر ٌر

ٌمْيِح

3) Iqlab (

ُب َلْقِ ْلَا

)

Iqlab menurut bahasa ialah memindahkan sesuatu dari bentuk asalnya (kepada bentuk lain). Sedangkan menurut istilah,

iqlab ialah menjadikan suatu huruf kepada makhroj huruf lain dengan tetap menjaga gunnah (sengau pada huruf yang ditukar).

(47)

keduanya ditukar dengan huruf mim (

م

), tetapi hanya dalam bentuk

suara, tidak dalam bentuk tulisan.

Cara membaca iqlab adalah dengan mengubah suara nun mati atau tanwin menjadi mim. Kedua bibir dirapatkan untuk mengeluarkan bunyi dengan dibarengi dengung (sengau) yang keluar dari pangkal hidung. Kemudian ditahan sejenak kira-kira dua ketukan sebagai tanda bahwa disana terdapat hukum iqlab.

Contoh bacaan iqlab :

ُيَل

َبْن

ّنَد

ِم

َب ْن

ِدْع

َم

َب ْن

َلِخ

َفْسَنَل

اِب الع

ٍةَيِصاّنل

ِح

ِب ّل

ِدَلَبْلا اَذَه

اَرِك

َب ٍم

ٍةَرَر

Ada tiga alasan yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama tentang terjadinya hukum iqlab, yaitu:

1) Karena huruf nun dan tanwin mengangdung gunnah sedang untuk mengucapkan huruf ba’, bibir harus tertutup, ini akan mengakibatkan terhalangnya gunnah apabila dibaca dengan

idzhar.

2) Antara huruf nun dan tanwin dengan huruf ba’ berbeda

makhroj dan sifat, karena itu ia tidak memenuhi syarat untuk dibaca idghom.

(48)

Karenanya cara yang terbaik adalah dengan menukar huruf nun mati atau tanwin dengan huruf mim. Disamping karena huruf mim mempunyai sifat yang sama dengan nun, yakni gunnah, juga karena makhroj keduanya sama dengan ba’. Sehingga pengucapannya menjadi mudah dan sifat gunnahnya tidak menjadi hilang (Wahyudi, 2008:99-100).

4) Ikhfa’ (

ُءاَفْخِ ْلَا

)

Ikhfa’ menurut bahasa adalah As-Satru (

ُرْتّسلَا

), artinya

sa-mar atau tertutup. Sedangkan menurut istilah, ikhfa adalah mengucapkan huruf dengan sifat antara idzhar dan idghom, tanpa

tasydid dan dengan menjaga gunnah pada huruf yang diikhfa’kan.

Ikhfa’ dalam pengenrtian hukum nun mati dan tanwin adalah apabila ada nun mati dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf

ikhfa’ berjumlah lima belas yaitu ta’ (

ت

), sa (

ث

), zai (

ز

), dal (

د

), zal (

ذ

), jim (

ج

), sin (

س

), syin (

ش

), sad (

ص

), dad (

ض

), ta’ (

ط

), za’ (

ظ

), fa’ (

ف

), qaf (

ق

), dan kaf, (

ك

), maka dinamakanikhfa’ haqiqi.

Cara membaca huruf Ikhfa’ adalah memadukan antara suara nun mati dan tanwin dengan suara huruf ikhfa’ yang ada dihadapannya. Suara ikhfa’ akan terdengan samar, antara idzhar

(49)

terdengar namun juga samar. Saat proses ikhfa’ berlangsung, suara ditahan sejenak kira-kira dua ketukan, baru kemudian disambung dengan pengucapan huruf ikhfa’ (Wahyudi, 2008:101-102).

Contoh – contoh ikhfa’ (al-Abror 2011:17-18) :

َلَو

ْنَا

ْمُت

َم

َث ْن

ْتَلُق

ِم

ُج ْن

ٍعْو

َم

َد ْن

اَهاّس

َاَف

َذْن

ْمُكُتْر

َا

َزْن

اَنْل

ِم

ِس ْن

ٍلْيّج

ِم

َس ْن

ّر

اَف

َصْن

ْب

َم

ُضْن

ٍدْو

َع

َط ْن

ٍقَب

َي َلَفَا

ُظْن

َنْوُر

ُم

َف ْن

َنْيّك

َا

َقْن

َض

ِا

َ ك ْن

َنا

اَن

َت الر

ىّطَل

عاَطُم

َث ٍ

ٍنْيِمَا ّم

ُح

ّمَج اّب

ال

َد

َد اّك

اّك

ْوَي

ِذ ٍم

ٍةَبَغْسَم ْي

ِئَمْوَي

ُز ٍذ

القْر

َشَب

َس الر

اّيِو

ْي َش

َش ٍء

ٍدْيِه

َص

َص اّف

اّف

ْوَق

اَض الم

َنْيّل

ْوَق

اَط الم

َنْيِغ

ْوَق

اَظ الم

َنْيِمِل

ْوَقَل

َف ٌل

ٌلْص

ْنَذ

ُق ٍب

ْتَلِت

َيِصاَن

اَك ٍة

ٍةَبِذ

b. Hukum qolqolah

Wahyudi (2008:153) menjelaskan Qolqolah menurut bahasa artinya bergerak atau bergetar. Sedang menurut istilah, qolqolah

adalah suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang mati setelah menekan pada makhroj huruf tersebut. Huruf

(50)

Qolqolah dibagi menjadi dua, yaitu qolqolah sugro (

ٌةَلَقْلَق

ىٰرْغُص

)

dan qolqolah kubro (

ىٰرْبُك ٌةَلَقْلَق

). Adapun penjelan dari kedua jenis

qol-qolah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Qolqolah Sugro (

ىٰرْغُص ٌةَلَقْلَق

)

Al-Abror (2011:66) menjelaskan Sugro artinya kecil. Apa-bila terdapat salah satu huruf qolqolah yaitu Qof (

ق

), Tho (

ط

), Ba’ (

ب

), Jim (

ج

), dan Dal (

د

) yang berharokat sukun/mati (

ْ

) dan matinya itu dari asal kata-kata dalam bahasa arab, maka hukumnya disebut qolqolah sugro.

Dalam pengertian lain adalah huruf qolqolah tersebut mati ditengah kalimat, maka dinamakan qolqolah sugro.

Contoh – contoh qolqolah sugro :

َي

ْد

َنْوُلُخ

َت

ْق

لمْيِو

َ ْلاَوُه

ْب

ُرَت

َي ْمَلَا

ْج

ْلَع

َيَل

ْط

ىٰغ

2) Qolqolah Kubro (

ىٰرْبُك ٌةَلَقْلَق

)

Kubro artinya besar, maksudnya adalah apabila huruf

qol-qolah yang lima itu mati atau berharokat sukun (ْ) dari sebab waqof

atau (berhenti) atau titik koma, maka hukum bacaannya disebut

(51)

Dalam pengertian lain, apabila huruf qolqolah tersebut dalam keadaan mati diakhir kalimat, maka ia dinamakan qolqolah kubro.

Contoh-contoh qolqolah kubro:

ْوُرُبْلا ِتاَذ

ِج

َمّصلا ُهللا

ُد

َلَفْلا ّبَرِب

ِق

ْمِهِئاَرَو ْنِم

ْيِحُم

ٌط

َقاَو اَذِا

َب

c. Hukum Madd Thobi’i (

ّىِعْيِبّطلا ّدَمْلَا

)

Madd Thobi’i disebut juga madd ashli. Secara bahasa madd

artinya panjang dan thobi’i artinya biasa. Dalam penjelasan lain,

thobi’i artinya tabiat. Dinamakan demikian karena, seseorang yang mempunyai tabiat baik tidak mungkin akan mengurangi atau menambah panjang bacaan dari yang telah ditetapkan.

Huruf – huruf mad thobi’i ada tiga, yaitu

1) Alif (

ا

) mati jatuh setelah fathah, contoh :

سَوْلَا

اَوْ

فَاِس

اَوْ

الج

َط

اَرّ

ٌب

صلَا

اَتِ

ك

2) Wau (

و

) mati jatuh setelah dlommah, contoh :

َي

ْوُص

ُم

َط

ْوُه

الر

َا

ْوُع

ُذ

ْغَمْلَا

ْوُض

ِب

3) Ya’ (

ي

) mati jatuh setelah kasroh, contoh :

َر

ْيِح

ٌم

ْيِع

ٍة َش

ْيِج

اَهِد

ا

ىِبَ

ٍبَهَل

(52)

Membacanya kurang dari satu Alif hukumnya haram syar’i sedang membacanya lebih dari satu Alif sangat makruh (Wahyudi, 2008:161-162).

d. Hukum waqof

Waqof menurut bahasa ialah al-habsu (

ُسْبَحْلَا

) yang artinya

menahan. Sedangkan menurut istilah, waqof ialah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-Qur’an (Wahyudi, 2008:193).

Dilihat dari sebabnya, secara umum waqof terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1) Waqof Idl-Thirory (

ّىِراَرِطْضِ ْلا ُفْقَوْلَا

)

Menurut bahasa “Idl-thirory” berasal dari kata “

َرَرَض

” yang

artinya darurat (terpaksa). Sedangkan menurut istilah, waqof

Idl-thirory adalah berhenti mendadak karena terpaksa, seperti kehabisan nafas, batuk dan lupa.

2) Waqof Intizhory (

ُىِراَظِتْنِ ْلا ُفْقَوْلَا

)
(53)

yang tengah dibaca, ketika ia menghimpun beberapa Qiraat dan ada beberapa perbedaan riwayat.

Dari definisi di atas, jelaslah bahwa waqof intizhory terjadi apabila Qori’ berhenti pada lafazh yang diperselisihkan para ulama

Qiraat tentang boleh tidaknya berhenti pada lafazh tersebut. Sebagian ahli Qirat menyatakan boleh berhenti, tetapi sebagian yang lain melarangnya. Untuk mempertemukan dua pendapat ini dipakailah waqof intizhory, yaitu dengan cara berhenti dahulu pada lafazh tersebut, kemudian mengulangi bacacan dari lafazh sebelumnya dan berhenti pada lafazh lain yang disepakati bersama.

Contohnya pada surah al-Baqarah ayat 24 yang berbunyi:

يِتّل َراّنل ْاوُقّت َف ْاوةةةُلَع َت نَلَو ْاوةةةُلَع َت ّل نِإةةةَف

ٱ

ٱ

ٱ

ۡف

ۡف ۡم

ُساّنل اَهُدوُقَو

ٱ

َراَجِح َو

ُۖة

ۡلٱ

َنيِرِفَٰك ِل ّدِعُأ

ۡل ۡۡت

٢٤

Pada ayat di atas tepatnya pada kata “

ُۖة

َراَجِح َو

ۡلٱ

” ada yang berpendapat lebih baik washol tetapi adapula pula yang membolehkan waqof.

Untuk mempertemukan dua pendapat tersebut bacaan

dihen-tikan pada lafazh “

ُۖة

َراَجِح َو

ۡلٱ

”, kemudian mengulangi dari lafazh

يِتّل

ٱ

atau dari lafazh sebelumnya yang cocok dan baik. 3) Waqof ikhtibary (

ٌىِراَبِتْخِ ْلا ُفْقَوْلَا

)
(54)

be-rasal dari kata “

َرَبَخ

”, sedangkan menurut istilah Waqof ikhtibary

adalah berhenti pada suatu kalimat untuk menjelaskan al-maqthu’

(kalimat yang terpotong) dan al-maushul (kalimat yang bersambung), atau karena pertanyaan seorang penguji kepada seorang Qori yang sedang belajar bagaimana mewaqofkannya.

Waqof ini berhubungn erat dengan bentuk tulisan dan tata bahasa Arab. Dalam satu kata, kemungkinan ada huruf yang hilang (Makhzuzf) dari tulisan karena di idhofahkan dengan kata berikutnya. Pada dasarnya berwaqof pada kata yang demikian itu terlarang, tetapi hal ini dibolehkan karena suatu ikhtibary.

Misalnya seorang guru sengaja pada kata tersebut atau ia memerintahkan muridnya berhenti pada kata tersebut dengan tujuan memberitahukan atau menguji sang murid sekita al-Maqthu, al-Maushul, dan al-Makhzhuf.

Contoh dalam surah al-Maidah ayat 27 yang berbunyi:

ّقَح ِب َمَداَء َن

ۡلٱ

ۡي ۡبٱ

َأَبَن ِه َلَع ُل َو

ۡم ۡي

ۡتٱ ۞

. . . .

Kata “

ۡي ۡبٱ

َن

” asalnya adalah “

نْيَنْبِا

”, karena menjadi

idlofah

dengan kata “

َمَداَء

”, maka huruf nun nya hilang, apabila terpaksa

berhenti pada kata tersebut atau untuk mengetahui adanya huruf

(55)

guru yang menguji muridnya inilah yang disebut dengan waqof ikhtibary.

4) Waqof ikhtiyary (

ٌىِراَيِتْخِ ْلا ُفْقَوْلَا

)

Ikhtiyary berasal dari kata “

َرَيَخ

” yang berarti memilih. Se-dangkan menurut istilah, waqoh ikhtiyary adalah waqof yang disengaja (atau) dipilih bukan karena suatu sebab, seperti sebab-sebab di atas.

Jadi, waqof ikhtiyary adalah waqof yang dipilih dengan sengaja oleh Qori untuk menghentikannya bacaan al-Qur’annya pada suatu lafazh. Pilihannya untuk berhenti itu bukan karena alasan idl-thirory (terpaksa), inthizory (menunggu), atau ikhtibary

(diuji), teetapi karena pilihan sendiri.

Waqof ikhtiyary dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

waqof

tam (

ُماّتلا ُفْقَوْلَا

), waqof kafi (

ىِفاَكْلا ُفْقَوْلَا

),

waqof hasan

(

ُنَسَحْلا ُفْقَوْلَا

), dan waqof qobich (

ُحْيِبَقلا ُفْقَوْلَا

) (Moh. Wahyudi, 2008:194-197).

a) Waqof tam (

ُماّتلا ُفْقَوْلَا

), berhenti pada ayat yang telah

sem-purna maknanya dan tidak terkait dengan ayat berikutnya baik

makna ataupun lafazhnya. Tandanya:

ط ىلق

, ,

(56)

sempurna maknanya namun lafaz} ayat tersebut berkaitan

dengan ayat berikutnya. Tandanya:

ج

c) Waqof hasan (

ُنَسَحْلا ُفْقَوْلَا

) berhenti pada ayat yang telah

sempurna, namun makna dan lafazh ayat tersebut berkaitan.

Tandanya:

ص ىلص

,

d) Waqof qobich (

ُحْيِبَقلا ُفْقَوْلَا

) berhenti pada ayat yang belum
(57)

Tabel 2.1. Tanda-tanda Waqof dalamAl-Qur’an (Al Abror, 2011:73-75) N o Tand a Waqo f Keterangan 1.

Waqof lazim artinya harus berhenti pada kata yang terdapat pada tanda tersebut, seperti:

ل لَثَم اَذٰهِب ُهّٰللا َداَرَا اَذاَم

ِهِب ّلِضُي

الرْيِثَك

ﻣ 2.

ط

Waqof muthlaq artinya lebih baik berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut dari pada disambung dengan kata berikutnya, seperti:

ِنيّدل ِم َي ِكِلَٰم

ٱ ۡو

ط

3.

ج

Waqof ja’iz : boleh berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut dan boleh juga disambung denga kata berikutnya, seperti:

اةةَمَو َك َلِإ َلِزةةنُأ اَمِب َنوُنِم ُي َنيِذّلَو

ۡۡۡي

ۡؤ

ٱ

َ كِلَق نِم َلِزنُأ

ۡب

ج

َنوةةُنِقوُي ُه ةِةَرِخ

ۡم

ٓأ ِبَو

ۡلٱ

٤

4.

ص

Waqof murokh-khos : diberi kebebasan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut karena darurat, yang disebabkan ayat atau kehabisan nafas, seperti:

لءاَنِب َءاَمّسلااو

ص

َلَزْنَاَو

5.

فق

Waqof mustachab artinya sebaiknya berhenti, tetapi tidaklah salah bila disambung dengan suku kata yang berikutnya, seperti:

َلْيِئ اَرْسِا ىِنَب َقاَثْيِم اَنْذَخَا ْذِاَو

َهّٰللا ّلِا َنْوُدُبْعَت َل

فق

ِنْيَدِلَوْلاِبَو

6.

ل

Washol artinya larangan berhenti kecuali jika dibawahnya terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara muthlaq, maka boleh berhenti tanpa diulangi lagi, bagi yang membolehan waqof, seperti:
(58)

َل

ةةةةةةةةةةش َت

َ

ۡف

ۙ

ِهّلل ىَلَعَو َمُهّيِلَو ُهّلل َو

ٱ

ۗا

ٱ

َنوُنِم ُم ِلّكَوَتَي َف

ۡؤ ۡلٱ

ۡل

١٢٢

7.

ۖۖ

Waqof mustachhabwaslah artinya lebih baik disambung, seperti:

اَي ّدل ةَةٰوَيَح ْاُوَرَت َنيِذّل َكِئَٰٓلْوُأ

ۡن ٱ

ۡلٱ

ۡشٱ

ٱ

َلَو ُباَذَع ُمُه َع ُفّفَخُي َلَف َرِخٓأ ِب

ۡلٱ

ۡن

ِۖة

ۡلٱ

َنوُرَصنُي ُه

ۡم

8.

ۗۖ

Waqaf awla artinya lebih utama berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut, seperti:

ِتَٰوَٰمّسل ُك ُم ُهَل َهّلل ّن

ٱ

ۡل ۥ

ٱ

َأ َلَت َلَأ

ۡم ۡع ۡم

نِم ِهّلل ِنوُد نّم مُكَل اَمَو

ٱ

ۗ ِض ۡر ۡلٱ

َأ َو

ٍريِصَن َلَو ِلَو

ّٖي

١٠٧

9.

ۛۛ

_

ۛ

Waqaf mu’anaqom artinya boleh berhenti pada salah satu kata yang ada tanda tersebut di atasnya, seperti:

َنيِقّتُم ّل ىٗدُه يِف َر َل ُبَٰتِك َكِلَٰذ

ۡل

ِۛه

َۛب ۡي

ۡلٱ

٢

Wahyudi 2008:129-232) menjelaskan cara melafazhkan huruf yang diwaqofkan adalah sebagai berikukut:

1) Apabila huruf terakhir berharakat sukun, maka cara membacanya tetap atau tanpa perubahan.

Qori harus berhati-hati ketika membaca waqaf suatu lafazh yang huruf akhirnya berupa qolqolah, hams, atau huruf yang harus dibaca tafkhim atau tarqiq. Sifat-sifat tersebut haruslah tampak. Contoh:

ْرِصَتْناَف - ْرَحْناَو - ْتَرّوُك - ْدَلْوُي - ْمُهُبْوُلُق

(59)

Demikian juga apabila huruf yang disukun tersebut merupakan huruf Madd, seperti wawu atau ya’, maka membacanya tetap dengan cara menyukunkan huruf tersebut atau tidak lantas dibaca panjang dua harakat. Alasannya sukun tersebut bukanlah

sukun aslhi, tetapi sukun Aridli.

Dan juga diperhatikan apabila huruf yang disukun tersebut merupakan huruf qolqolah, hams, atau huruf yang harus dibaca

tqrqiq atau tafkhimi. Sifat-sifat tersebut haruslah tetap tampak. Contoh:

-

ِلُسُرَو

ه

Dibaca

ِلُسُرَو

ْه

-

َمَرْكَا

َن

dibaca

َمَرْكَا

ْن

-

َمّصلَا

ُد

Diba

ca

ْد

َمّصلَا

-

َبّكَر

َك

dibaca

ْكَبّكَر

-

ُرَتْبَ ْلَا

Dibaca

ْرَتْبَ ْلَا

-

َوُهّلِا

dibaca

ْوُهّلِا

3) Apabila huruf terakhir merupakan ta’ marbuthoh (

ة

) maka ta’

ter-sebut disukun sambil mengubah bunyi menjadi Ha’.

Perubahan ta’ marbuthoh kepada Ha’ (

ه

) hanya terjadi

pa-da bunyi, pa-dan tipa-dak papa-da tulisan. Contoh:

-

َرِخَ ْلَا

ُة

Diba

ca

ْه

َرِخَ ْلَا

-

َنَمْيَمْلَا

ُه

dibaca

َنَمْيَمْلَا

ْه

-

ٌةَمِعاَن

Dibaca

ْهَمِعاَن

-

ْشَمْلَا

(60)

4) Apabila huruf terakhir merupakan huruf hidup dan huruf sebelumnya berharakat sukun, maka huruf terakhir tersebut disukun tetapi hanya dibaca sebagian huruf atau sekedar isyarat.

Isyarat ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada pendengar yang berdekatan bahwa selain huruf yang asalnya sudah bersukun, ada pula huruf lain yang disukunkan, contoh:

- ىِف

ةِضْرَ ْلا

dibaca

ىِف

ْضْرَ ْلا

- ُرْجَفْلَا

dibaca

ْرْ

Gambar

Tabel 2.1. Tanda-tanda  Waqof  dalamAl-Qur’an  (Al  Abror,2011:73-75)
Tabel 2.2. Kriteria Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Tabel 2.3. Indikator Pemahaman Siswa terhadap Hukum Tajwid
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait