• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR MANUSIA DARI PERSPEKTIF SOSIAL ER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR MANUSIA DARI PERSPEKTIF SOSIAL ER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PERTAHANAN Dosen:

Kolonel Sus. Drs. Khaerudin, M.M.

TUGAS MATA KULIAH FAKTOR MANUSIA DALAM INDUSTRI PERTAHANAN

FAKTOR MANUSIA DARI PERSPEKTIF

SOSIAL ERGONOMI

Oleh:

Ezha Kurniasari Wahyu Solehah 120170401008

Riyadi Juhana 120170401013

Setiadi Arianto 120170401014

Yayang Bakhtiar 120170401016

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAHANAN PROGRAM STUDI INDUSTRI PERTAHANAN

BOGOR Desember, 2017

FAKTOR MANUSIA DARI PERSPEKTIF SOSIAL ERGONOMI

1. Pendahuluan

(2)

kerja tidak lagi berupa stasiun kerja (manusia dan alat kerja) namun dapat berupa organisasi perusahaan. Dalam hal konteks yang lebih makro ini, maka terdapat kebutuhan untuk melihat sistem kerja sebagai sistem terbuka, yang dipengaruhi oleh organisasi dan lingkungan eksternal. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai sistem sosioteknik, yang melihat sistem dalam lima komponen secara terintegrasi, yaitu subsistem personil, subsistem teknologi, subsistem lingkungan internal,subsistem lingkungan eksternal, dan subsistem organisasi.

2. Ergonomi Makro

Ergonomi makro merupakan pendekatan sistem sosioteknik secara top-down dalam menganalisis, merancang, atau memperbaiki sistem kerja dan organisasi kerja kemudian mengharmonisasikan perancangan tersebut ke dalam elemen-elemennya secara keseluruhan. Cakupan kajian ergonomi makro meliputi struktur organisasi, kebijakan organisasi, tata kelola proses kerja, sistem komunikasi, kerjasama tim, perancangan partisipasi, hingga evaluasi teknologi dan alih teknologi.

Ergonomi makro mengupayakan adanya keseimbangan antara faktor-faktor dalam sistem kerja dan organisasi kerja. Terjadinya perubahan pada salah satu elemen sistem kerja akan mempengaruhi elemen-elemen yang lain, sehingga jika semua elemen yang ada tidak dirancang secara sistem, maka akan terjadi ketidaksesuaian. Ketidaksesuaian ini dapat menyebabkan masalah pada keselamatan, produktivitas, efisiensi, dan kualitas. Tujuan yang ingin dicapai oleh ergonomi makro adalah untuk mengoptimalkan rencangan sistem kerja dalam kaitannya dengan sistem sosioteknik, dan kemudian membawa karakteristik hasil rancangan tersebut ke level yang lebih bawahnya (mikro) sehingga tercipta sistem kerja yang harmonis.

2.1 Sejarah Ergonomi Makro

(3)

dengan Human Factors and Ergonomics Society (HFES) pada tahun 1980 sebenarnya telah mengidentifikasi adanya kebutuhan akan pentingnya ergonomi makro. Dalam pertemuan tersebut komite ini menemukan beberapa perkembangan dalam manajemen organisasi dan teknologi yang perlu diantisipasi, yaitu:

 Kemunculan teknologi-teknologi baru yang secara mendasar akan mengubah cara kerja, contohnya mikroelektronika, otomatisasi, dan perkembangan komputer.

 Peningkatan jumlah tenaga kerja kantoran (white collar) yang memiliki tingkat pendidikan dan pengalaman yang lebih kompleks sehingga membutuhkan organisasi yang lebih adaptif.

 Adanya keinginan dari pekerja untuk dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan yang dilakukannya, ingin memiliki pekerjaan yang bermakna karena lebih partisipatif, serta ingin memiliki hubungan sosial di lingkungan tempat kerja.

 Kurang efektifnya intervensi ergonomi mikro (dengan pendekatan bottom-up) untuk mencapai tujuan organisasi dalam mengurangi jumlah cedera dan kecelakaan serta meningkatkan produktivitas.

 Adanya tuntutan yang semakin tinggi pada produk dan tempat kerja untuk memperhatikan aspek keselamatan dan rancangan yang ergonomis.

Perkembangan di atas kemudian direspons oleh para ahli ergonomi dengan mengintegrasikan rancangan organisasi dan faktor manajemen dalam konteks ergonomi, yang memunculkan sub-disiplin ergonomi makro.

2.2 Hubungan Ergonomi Mikro dengan Ergonomi Makro

Sebagaimana yang dibahas pada bagian sebelumnya, ergonomi mengoptimalkan interaksi manusia dengan komponen sistem lainnya dalam suatu sistem kerja melalui lima lingkup kajian, yakni:

 manusia-mesin/perangkat keras: hardware ergonomics

 manusia-lingkungan: environment ergonomics

 manusia-perangkat lunak: cognitive ergonomics

(4)

 manusia-organisasi: macro ergonomics

Empat fokus kajian pertama menekankan pada individu atau level subsistem (ergonomi mikro) sedangkan fokus kajian kelima menekankan pada sistem kerja keseluruhan (ergonomi makro). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi makro merupakan bagian terpisah dan berbeda dari ergonomi mikro dalam hal penekanan pada fokus kajiannya. Dalam kaitannya dengan perancangan sistem kerja, keterkaitan ergonomi makro, dan ergonomi mikro dapat digambarkan sebagai berikut:

“Pendekatan ergonomi makro digunakan untuk menentukan karakteristik perancangan sistem kerja secara keseluruhan, yang selanjutnya rancangan tersebut dibawa ke dalam level ergonomi mikro. Penentuan karakteristik perancangan sistem kerja secara keseluruhan akan menentukan karakteristik rancangan pekerjaan dan hubungan manusia dengan sub-sistem lain pada lingkup kajian ergonomi mikro”.

Keilmuan ergonomi makro telah diterapkan dalam berbagai hal, walaupun masih sangat terbatas, misalnya:

 Aplikasi dalam mengurangi risiko cedera otot-rangka (Hendrik & Kleiner, 2002)

 Aplikasi dalam manajemen hazard (Hendrik & Kleiner, 2002)

 Aplikasi dalam pengembangan sistem training (Hendrik & Kleiner, 2002)

 Aplikasi dalam perubahan organisasi (Hendrik & Kleiner, 2001)

 Aplikasi dalam keselamatan penerbangan (Hendrik & Kleiner, 2002)

 Aplikasi dalam keselamatan pasien (Hallock dkk, 2006)

 Aplikasi dalam industri konstruksi (Haro & Kleiner, 2008)

Dalam berbagai penelitian di atas, penerapan ergonomi makro dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang unik dan variatif, dibandingkan dengan metode ergonomi mikro yang telah dibahas pada bab-bab sebelum ini.

2.3 Metode-Metode Ergonomi Makro

Secara umum, beberapa metode yang biasa digunakan dalam penelitian ergonomi makro adalah (Hendrik & Kleiner, 2001):

(5)

Field study merupakan teknik observasi secara sistematik atau naturalistik dengan melakukan penelitian pada kondisi yang sebenarnya. Dalam tahapan awal studi ergonomi makro, pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik struktural organisasi yang dapat meningkatkan maupun menghambat efektivitas fungsi organisasi dan untuk mengumpulkan data tentang potensi-potensi modifikasi rancangan organisasi untuk perbaikan

Metode Survei dengan Kuesioner

Survei kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam berbagai aspek sistem kerja, seperti tugas, kondisi organisasi, isu lingkungan, teknologi, dan karakteristik individual pekerja berdasarkan persepsi, pengalaman, atau pengetahuan responden. Survei kuesioner ini juga memungkinkan pengumpulan informasi dalam berbagai bentuk keluaran, seperti kualitas kehidupan kerja (termasuk kepuasan kerja), tekanan fisik dan psikologis, kesehatan fisik dan mental yang dialami pekerja, dan lain-lain.

Metode Wawancara

Metode wawancara di dalam ergonomi makro digunakan untuk mengidentifikasi akar masalah pada sistem kerja dan sistem organisasi secara utuh dan mendalam. Pada umumnya, wawancara dimulai dengan mengarahkan partisipan pada diskusi secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan transisi dan pertanyaan kunci yang lebih fokus.

Metode Focus Group

Saat ini focus group menjadi salah satu metode utama yang digunakan untuk memperoleh informasi berharga secara berkelompok. Dalam suatu focus group, sekumpulan individu saling berbagi dan berinteraksi dalam menanggapi suatu kasus atau masalah, misalnya berkaitan dengan suatu sistem kerja. Diskusi yang berlangsung dapat diarahkan untuk menggali intervensi yang dapat dibangun untuk perbaikan kondisi kerja, dan lebih lanjut memperbaiki fungsi organisasi secara keseluruhan

Ergonomi Partisipasi

(6)

dan implementasi teknologi. Ergonomi partisipasi adalah suatu filosofi baru dalam perancangan, peningkatan, dan pengoperasian organisasi dengan melibatkan karyawan. Ergonomi partisipasi menuntut adanya keterlibatan pekerja secara aktif dalam melengkapi pengetahuan tentang ergonomi dan prosedur di tempat kerja.

2.4 Metodologi Ergonomi Makro

Perlu dicatat bahwa ergonomi makro bukanlah filosofis semata, tapi ia juga merupakan subdisiplin, metode, dan bersifat aplikatif. Seperti halnya subdisiplin ilmu ergonomi lainnya, ergonomi makro juga memiliki metodologi implementasi yang unik. Beberapa metodologi yang berkaitan dengan ergonomi makro yang dapat digunakan untuk penelitian adalah.

2.4.1 Macro-Ergonomics Analysis and Design (MEAD)

Perlu dicatat bahwa ergonomi makro bukanlah filosofis semata, tapi ia juga merupakan subdisiplin, metode, dan bersifat aplikatif. Seperti halnya subdisiplin ilmu ergonomi lainnya, ergonomi makro juga memiliki metodologi implementasi yang unik. Salah satu metodologi yang cukup jelas menggambarkan tahapan implementasi ergonomi makro adalah Macro-Ergonomics Analysis and Design (MEAD), seperti yang diusulkan Hendrick and Kleiner (2002).

2.4.2 Perancangan Organisasi dalam Perspektif Ergonomi Makro

(7)

perancangan struktur organisasi sistem kerja dan terkait dengan proses untuk mencapai tujuan organisasi.

2.4.3 Sistem Sosioteknik sebagai Moderator Perancangan Organisasi

Untuk melakukan perancangan organisasi dibutuhkan analisis yang sistematis mengenai karakteristik kunci dari teknologi, personnel subsystem, dan lingkungan eksternal yang relevan pada organisasi. Perancangan organisasi dengan konsep ergonomi makro harus memperhatikan hal-hal berikut:

 harus berbasis pada manusia (human centered),

 harus menggunakan pendekatan manusiawi dalam perancangan alokasi tugas dan fungsi,

 harus mempertimbangkan variabel sistem sosioteknik yang relevan dalam implikasinya pada perancangan organisasi dan sistem kerja serta perancangan pekerjaan, proses kerja yang spesifik, dan interface manusia-sistem.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, perancangan struktur organisasi dan proses terkait melibatkan pertimbangan tiga komponen utama sistem sosioteknik yang berinteraksi dan mempengaruhi optimalitas perancangan organisasi.

2.4.4 Macroergonomics Analysis of Structure (MAS)

(8)

Gambar 1 Model analitis empiris MAS untuk analisis komponen-komponen sistem sosioteknik (Sumber: Haro dan Kleiner, 2008)

3. Pembahasan

(9)

Dari penelitian yang dilakukan Grisanti Gadesiwati tersebut diperoleh beberapa hasil yang dapat menunjukkan keunikan dari ergonomi makro sebagai bagian dari ilmu ergonomi, sebagai berikut:

 Analisis dan perancangan organisasi dengan ergonomi makro menggunakan framework metode Macro-Ergonomics Analysis and Design (MEAD) dapat mengakomodasi perbedaan kebutuhan organisasi berdasarkan karakteristiknya. Hal ini menegaskan ergonomi makro sebagai bagian ilmu ergonomi yang mengakomodasi perancangan sistem kerja sesuai dengan faktor manusia di dalamnya.

 Secara umum dibandingkan dengan dua pendekatan perubahan organisasi secara evolusioner lainnya, yaitu pendekatan Total Quality Management (TQM) serta pendekatan pekerja dan kelompok kerja yang fleksibel, perancangan organisasi dengan ergonomi makro memiliki kelebihan dalam hal perhatian terhadap keseluruhan komponen sistem sosioteknik yang terdapat dalam organisasi baik dalam proses analisis maupun perancangan organisasi. Dengan demikian, diharapkan tercapainya harmonisasi antara keseluruhan rancangan aspek sistem sosioteknik sehingga dapat dihasilkan organisasi yang efektif. Selain itu, efektivitas organisasi juga diharapkan dapat dicapai melalui penyesuaian rancangan organisasi terhadap kemampuan, keterbatasan, dan sifat manusia sebagai anggota organisasi, bukan sebaliknya memaksakan manusia untuk menyesuaikan diri dengan organisasi yang dirancang.

(10)

Gambar 2 Skema tahapan analisis dan perancangan ergonomi makro

4. Kesimpulan

Ergonomi Makro atau Sosio Teknik merupakan pengembangan dari Ergonomi Mikro yang menitik beratkan pada penelitian-penelitian yang mengintegrasikan subsistem personil, subsistem teknologi, subsistem lingkungan internal, subsistem lingkungan eksternal, dan subsistem organisasi.

(11)

Referensi

Gadesiwati, G. (2011). Pengembangan metode Macro-Ergonomics Analysis and Design (MEAD) pada proses pelayanan kesehatan. Tesis Magister. Teknik & Manajemen Industri ITB, Bandung.

Hallock, M. L., Alper, S. J., & Karsh, B. (2006). A macro-ergonomics work system analysis of the diagnostic testing process in an outpatient health care facility for process improvement and patient safety. Ergonomics, 49, 544-566.

Hendrick, H. W. & Kleiner, B. M. (2001). Macroergonomics: An Introduction to Work System Design. Santa Monica, CA: Human Factors and Ergonomics Society.

Hendrick, H. W. & Kleiner, B. M. (2002). Macroergonomics: Theory, Methods, and Applications. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc. Publishers.

Kleiner, B. M. (2002). Macro-Ergonomics Analysis and Design (MEAD) of work system processes. Proceedings of Human Factors and Ergonomics Society 46th Annual Meeting-2002.

Gambar

Gambar 1 Model analitis empiris MAS untuk analisis komponen-komponen sistem
Gambar 2  Skema tahapan analisis dan perancangan ergonomi makro

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut juga diperkuat dengan nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel (7,082 > 1,9893), sehingga t hitung berada di daerah penolakan Ho yang menunjukkan adanya

Jumlah Peserta KB Aktif menurut tempat pelayanan pada bulan Mei 2013, pelayanan di Pemerintah sebanyak 391.704 peserta dan di Swasta sebanyak 251.707 peserta, sedangkan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih Dengan Metode Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tunagrahita di SDLB-C TPA

Penelitian ini adalah penelitian tindakan ( action research ). Subjek penelitiannya adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY kelas A. Objeknya

6 Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepa- danya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian:

Dalam penelitian yang dilakukan Rahman (2011) tentang Peran manajemen dan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, menemukan Kekeliruan

Penurunan kemampuan boiling heat transfer dengan nano fluida pada dua penelitian tersebut dikarenakan terbentuknya lapisan yang berasal dari nano partikel pada

Kedudukan hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional melalui perjuangan yang cukup panjang dan baru mendapat titik terang setelah Pidato Menteri Kehakiman RI,