• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Pendekatan Perbaikan Terus Menerus guna Mencapai Green Industrial System yang berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aplikasi Pendekatan Perbaikan Terus Menerus guna Mencapai Green Industrial System yang berkelanjutan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 866

Aplikasi Pendekatan Perbaikan Terus Menerus guna

Mencapai Green Industrial System yang berkelanjutan

Fourry Handoko1, Ellysa Nursanti1, Sutriono1 1Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Malang

e-mail: fourryhand@gmail.com

ABSTRAK

Organisasi dunia baik pemerintah, universitas maupun dunia usaha, menjadikan program green environment sebagai isu penting dalam strategi politik, studi dan bisnis. Kemampuan untuk mengadaptasi, mengarahkan diri dan mengambil peran aktif untuk menerima dan mengembangkan program green environment, terbukti mampu meningkatkan daya saing organisasi-organisasi tersebut. Pemerintah Indonesia telah menginisiasi program Kebijakan Produksi Bersih, namun program ini belum tersosialisasikan dengan baik. Umumnya organisasi di Indonesia hanya berorientasi pada keuntungan finansial jangka pendek saja. Padahal konsep hemat energy dan ramah lingkungan untuk industri, pada hakekatnya tidak hanya membahas tentang pencemaran lingkungan, namun juga efisiensi berkaitan dengan waste elimination berujung pada keuntungan finansial dan peningkatan daya saing. Oleh karena itu, program green environment yang berkesinambungan, saat ini menjadi hal penting. Dalam penelitian ini, konsep green industrial system diterapkan pada industri manufaktur guna mendapatkan model kebijakan green industrial system yang berkelanjutan. Model kebijakan ini nantinya dapat digunakan sebagai platform untuk melakukan perencanaan, implementasi, penilaian, kontrol dan evaluasi terhadap aplikasi green industrial system di lapangan.

Kata kunci: Lingkungan, Green, Industrial, System, Berkelanjutan

Latar Belakang

Program ramah lingkungan dan hemat energi saat ini menjadi pusat perhatian negara-negara di dunia. Baik pemerintah maupun swasta memberikan perhatian khusus tentang ‘green environment’ tersebut. Peraturan-peraturan baru dan ratifikasi tentang lingkungan dan energi telah dibuat dan disepakati secara internasional, baik oleh negara maju maupun negara sedang berkembang (Boiral, 2007; UNEP, 2011).

Program hemat energi dan ramah lingkungan menjadi penting, manakala kesadaran akan lingkungan dan penyelamatan bumi semakin tumbuh (Chen dan Chai, 2010; Dedrick, 2010). Bumi ini menerima beban berat akibat tidak terkendalinya penggunaan sumberdaya alam, peningkatan jumlah limbah yang tidak teruraikan, serta pencemaran lingkungan yang semakin meluas yang mengakibatkan kerusakan dan perubahan alam yang signifikan dan secara cepat membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi umat manusia, seperti kerusakan lingkungan, pemanasan global, lobang lapisan ozon maupun perubahan alam yang lain (Brorson dan Larsson, 1999; Ip, 2009; Lin dan Ho, 2010).

(2)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 867 melalui standard internasional sertifikasi ISO seri 14000 dan program eco-labelling (Clements, 1996; Wiengarten dkk, 2012).

Saat ini negara-negara maju telah berhasil secara luas mengelola isu-isu tentang green environment tersebut dan mentransformasikan penerapan-penerapan standarisasi pencapaian green environment tersebut menjadi peningkatan daya saing mereka di dunia internasional, baik dari sisi lingkungan, energi dan produk (Lin dan Ho, 2010). Pelaku-pelaku usaha di negara maju mencapai keunggulan bersaing yang kuat sebagai hasil perubahan organisasi untuk menerapkan kebijakan berkaitan dengan isu-isu lingkungan, melalui kebijakan perusahaan, standard operating prosedur dan perbaikan terus-menerus (continous improvement) yang dilakukan di lapangan (Wang dkk, 2008).

Di sisi lain, organisasi, terutama organisasi bisnis di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, semakin tertekan dalam menghadapi lingkungan eksternal yang semakin kompleks akibat perubahan paradigma tentang green environment.

Umumnya para pelaku bisnis di Indonesia hanya peduli dengan keuntungan finansial jangka pendek, belum merespon green environment dengan baik, walaupun sebenarnya konsep green environment sejatinya adalah konsep waste elimination. Menerapkan green environment akan berdampak pada peningkatan efektivitas dan efisiensi yang berujung pada peningkatan keuntungan bagi perusahaan. Berangkat dari keberhasilan perusahaan-perusahaan asing dalam menerapkan green environment di dunia internasional, maka perlu dilakukan kajian lebih jauh tentang implementasi green environment untuk industri dengan pemilik modal asing di Indonesia sebagai role-model untuk industri secara umum di Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah menginisiasi program green environment dalam bentuk program produksi bersih (www.menlh.go.id), namun program ini belum tersosialisikan dengan baik (PP. RI. 2012 no 27 dan 47). Menyikapi hal ini, perlu dilakukan kajian tentang distorsi kebijakan terhadap implementasi green environment tersebut.

Mempertimbangkan bahwa industri terdiri dari manufaktur dan jasa maka sistem industry yang dimaksud harus dapat mengakomodasi penerapan di kedua jenis industri tersebut. Pada akhirnya diharapkan pemerintah dapat memberikan pendampingan bagi industri untuk mengaplikasikan program green environment secara berkelanjutan. Guna membangun mdel kebijakan berbasis green tersebut, penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh model kebijakan berbasis green baik green manufacturing system berkelanjutan maupun kebijakan green jasa system berkelanjutan yang mana kebijakan tersebut kemudian akan dikomparasi dan disinergikan guna mendukung implementasi green industrial system berkelanjutan bak didalam dinding-dinding pabrik maupun diluar dinding-dinding tersebut.

Perubahan Organisasi Dalam Menyikapi Isu Green Environment

Paradigma ‘green environment” sebagai salah satu penentu penting keunggulan bersaing telah diakomodir dengan cepat oleh organisasi organisasi baik, pemerintah, bisnis maupun non profit di negara maju. Kebijakan organisasi yang cepat dan tepat dalam menyikapi perubahan paradigma ini merupakan aplikasi dari perubahan organisasi dalam rangka merespon tuntutan lingkungan eksternal akan isu green environment. Kebijakan tersebut terbukti mampu mempertahankan dan meningkatkan keunggulan bersaing dari pelaku-pelaku organisasi di negara maju. Hal ini menjadi bukti bahwa paradigma baru tentang green environment membutuhkan suatu perubahan organisasi yang tepat dalam menyikapinya untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya (Bergmiller dan McRght, 2009; Delmas dkk., 2009).

(3)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 868 memberikan dampak yang positif bagi performance organisasi. Oleh sebab itu, dalam menyikapi paradigm green environment, sangat penting bagi organisasi untuk merespon dengan perubahan organisasi dengan cepat dan tepat.

Continuous Improvement Ke Arah Green Environment

Kebijakan organisasi memainkan peran penting dalam kemampuan merespon cepat perubahan lingkungan eksternal yang sedang terjadi. Dengan melakukan perbaikan terus-menerus dan didukung arah kebijakan organisasi yang jelas dan tepat terhadap paradigma green environment, diharapkan mampu mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Singh dan Singh, 2009). Namun, tentu saja keberhasilan kebijakan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan motif dari masing-masing organisasi tersebut. Keragaman karakteristik dan motif berpotensi mempengaruhi keberhasilan program green environment. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami karakteristik dan motif organisasi terkait pencapaian program green environment (Weingarten dkk.,2012). Dalam penerapannya program continuous improvement ke arah green environment harus dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Model

Stakeholders Input Continuous Improvement Process Output

Gambar1. Model Kontemporer Kebijakan Green Industrial System (Tim Hibah Pascasarjana ITN Malang)

Kajian penelitian dilakukan secara lengkap menyeluruh mulai dari industri manufaktur dan industri jasa. Industri manufaktur dibahas detail untuk divisi-divisi yang berhubungan langsung dengan program hemat energi dan ramah lingkungan (green environment) meliputi divisi produksi, perencanaan dan teknik, logistik, riset dan pengembangan, serta pemasaran dan penjualan.

Industri jasa juga dibahas detail untuk industri jasa yang terkait bidang kajian yang pendidikan, kesehatan, perbankan dan retail. Hasil dari industri manufaktur dan jasa dikomparasi dan diintegrasikan dengan pemerintah sehingga diperoleh model hubungan antara industry manufaktur-jasa-pemerintah, sehingga pada akhirnya diharapkan pemerintah dapat memberikan kebijakan pendampingan yang dapat mendukung terwujudnya green industrial system yang berkelanjutan.

Bisnis Universitas

Adaptasi kebijakan

Performance; Readiness

Karakteristik dan Kebijakan

Pemerintah

Green Environment

Daya saing

Kebijakan ‘green’

berkelanjutan

Green Industrial System

(4)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 869 Mengembangkan Alternatif Solusi

Alternatif-alternatif solusi dikembangkan dengan metode green quality function deployment (Astuti, dkk, 2004). Paradigma perbaikan terus menerus (continous improvement) digunakan untuk mengembangkan model kebijakan yang berkelanjutan.

Pendekatan yang digunakan adalah manajemen perubahan yang dapat mengarahkan budaya dan perilaku setiap personil di perusahaan. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang dikuantifikasi sehingga pencapaiannya terukur. Green Value Stream Mapping dan Root Cause Analysis digunakan untuk mengidentifikasi variabel dan atribut, selanjutnya akan diprioritaskan melalui Analytical Hierarchy Process. Model kebijakan diperoleh dari alternatif-alternatif solusi yang dikembangkan melalui konsep Green Quality Function Deployment. Studi komparasi dan kemamputerapan solusi aplikasi green industrial system secara keseluruhan melalui theory of constraint sehingga diperoleh manfaat bagi pemerintah berupa model kebijakan green industrial system yang berkelanjutan.

Uji Lapangan

Pada uji coba lapangan, didapatkan temuan perbaikan yang signifikan terhadap pembuangan limbah kimia (Handoko et al, 2014). Dengan diterapkannya pendekatan-pendekatan dari pengembangan alternative solusi, didapatkan hasil perbaikan untuk menuju produktifitas berbasis pendekatan green.

Kesimpulan

Penelitian perbaikan terus menerus untuk memperoleh kondisi ideal dalam mencapai Green Industrial System telah diaplikasikan pada Industri manufaktur. Dari hasil temuan berdasarkan tolak ukur yang dibangun, diperoleh aplikasi green manufacturing terbatas yang masih membutuhkan perbaikan terus menerus dengan parameter yang bisa ditentukan berdasarkan regulasi yang ada. Ha ini menunjukkan bahwa responden memiliki wawasan tentang green industrial sistem, meskipun terbatas namun pengetahuan tersebuat dapat digunakan sebagai dasar adanya upaya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Lebih jauh, pengetahuan tentang green industrial system, meskipun terbatas, namun memungkinkan untuk memperkecil friksi atau perlawanan terhadap aturan tentang pendekatan green yang ada. Hal ini disebabkan kesadaran responden akan pentingnya aplikasi sistem produksi yang ramah lingkungan, yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing mereka terutama di pasar internasional.

Penelitian ini dibiayai oleh DIKTI dibawah skema Hibah Pascasarjana (tahun pertama) 2014

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S.P., Ciptomulyono, U., dan Suef, M. (2004), Evaluasi Konsep Produk Dengan Pendekatan Green Quality Function Deployment II, Jurnal Teknik Industri, 6: 156-168.

Bergmiller, G.G., dan McCrght, P.R. (2009), Lean Manufacturers’ Transcendence to Green Manufacturing, Proceedings of the 2009 Industrial Engineering Research Conference. Boiral, O. (2007), "Corporate Greening Through ISO 14001: A Rational Myth?", Organization

Science, 18: 127.

Brammer, S., Walker, H., (2011); ”Sustainable procurement in the public sector: an international

comparative study”, International Journal of Operation & Production Management, 31.

(5)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 870 Stockholm.

Chen, T.B., Chai, L T., (2010): “Attitude towards The environment and Green Product” Journal of

Management Science and Engineering, 4: 27-39.

Clements, R.B (1996), Complete Guide to ISO 14000, Prentice Hall, Upper Saddle River.

Dedrick, J. (2010); “Green IS: Concepts and Issues for Information System Research”, Communications of the Association for Information Systems, 27.

DEFRA (2005), Sustainable Development Strategy, DEFRA, London

Deif, Ahmed M. (2011), A System Model for Green Manufacturing, Journal of Advances in Production Engineering & Management, 6: 27-36.

Delmas, Magali, Montiel, dan Ivan (2009), "Greening the Supply Chain: When is Customer Pressure Effective?", Journal of Economics & Management Strategy, 18: 171.

Etzion, D. (2007): ‘Research on Organizations and the Natural Environment, 1992–Present: A

Review’, Journal of Management, 33: 637–664.

http://www.menlh.go.id/kebijaksanaan-produksi-bersih-di-indonesia/ diunduh 18 April 2013. Imai, Masaaki (1986), Kaizen: The Key to Japan's Competitive Success, New York: Random

House.

Ip, P. K. (2009): ‘The Challenge of Developing a Business Ethics in China’, Journal of Business

Ethics, 88:211–224.

Lin, C.Y., Ho,Y.H, (2010); ”Determinants of Green Practice Adoption for Logistics Companies in

China”, Journal of Business Ethics, 98:67-85.

Liu, J., H. Viney, D. Holt: (2004): ‘Environmental Issues in China’, European Business Journal,

16:59–69.

Maurer, Robert (2004), One Small Step Can Change Your Life: The Kaizen Way, Workman. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab

Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Singh, J., Singh, H. (2009): “Kaizen Philosophy: A Review of Literature,” The ICFAI Journal of

Operations Management,,8:51-72.

Teece, D.J., (2007); “Explicating Dynamic Capabilities: the Natural and Microfoundations of

(sustainable) Enterprise Performance”. Strategic Management Journal, 28:1319-1350.

UNEP Year Book., 2011; “Emerging issues in our environment” United Nation Environment.

Wang, Q., F. Lai, X. Zhao, (2008):, ‘The Impact of Information Technology on the Financial Performance of Third-Party Logistics Firms in China’, Supply Chain Management: An International Journal, 13:138–150.

Wiengarten, F., Pagell, M., Fynes., (2012);” ISO 14000 certification and investments in

Referensi

Dokumen terkait

- 16041930 Ikan lainnya utuh atau dalam potongan, tetapi tidak dicincang diolah atau diawetkan, dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Diasapi 0305490000 - Ikan

Apabila pendapatan meningkat relatif dengan negara lain maka makin besar kemungkinan impor yang berarti makin besar permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing

Studi akan lebih memaparkan mengenai strategi politik identitas yang digunakan caleg perempuan dalam pemenangan konstelasi pileg di tingkat lokal pada tahun 2019 dengan

Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang terorganisasi untuk memecahkan permasalahan. Kemampuan berpikir kritis ini perlu dikembangkan

Rubrik ini dibuat dengan tujuan karena setiap divisi di PT PLN (Persero) Distribusi Jakrta Raya dan Tangerang memiliki program dan tanggung jawab, sehingga

Dari penelitian didapat hasil debit pemompaan maksimum tiap siklus sebesar 1,2 liter/menit, daya pemompaan maksimum sebesar 0,65watt dan efisiensi pemompaan

Crisp input dari system kontrol logika fuzzy untuk weight feeder adalah sinyal error antara setting point dengan output sensor berat.. Nilai sinyal error tersebut

Fenomena tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi perangkat desa, kepemimpinan kepala desa, dan partisipasi