• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI KULIAH

PENGANTAR ILMU HUKUM

DIBERIKAN KEPADA MAHASISWA

STKIP SUMENEP

(2)

PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL

KETIKA MAHASISWA BELAJAR HUKUM

APAKAH HUKUM ITU...?

(3)

Pendapat Hobbes

Thomas Hobbes pernah meyatakan bahwa

tanpa adanya

kesadaran pengendalian manusia terhadap

sesamanya akan

bersifat sebagai serigala,

Homo homoni

lupus

, dalam hal ini

mereka yang kuat selalu bersifat rakus,

tamak, dan selalu

berusaha untuk mengalahkan dan

menguasai yang lemah

(4)

Pengertian Hukum Yang Lain

Manusia adalah mahluk sosial. Di mana ada

masyarakat, di sana ada hukum (Ibi Ius Ubi

Societas)

(5)

Sekarang pertanyaan yg

muncul, apakah masyarakat

itu, Apa perbedaan dasar

(6)

Menurut Dasar

Perikehidupan/kebudayaan

masyarakat dibedakan:

1. Masyarakat primitif dan masyarakat modern. Masyarakat primitif adalah masyarakat yang masih serba sederhana baik cara hidup, cara berpakaian, peraturan tingkah lakunya dan lain sebagainya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah lebih maju dibandingkan

dengan masyarakat yang primitif mengenai segalanya.

2. Masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama di desa. Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup bersama di kota.

3. Masyarakat teritorial, adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam satu daerah tertentu.

4. Masyarakat genealogis adalah masyarakat yang anggota-anggotanya ada pertalian darah.

5. Masyarakat teritorial genealogis, adalah masyarakat yang para

(7)

Menurut Hubungan Keluarga, bentuk

Masyarakat dapat dibedakan:

1.

Keluarga inti

yang anggotanya hanya

terdiri atas suami, isteri, dan anaknya.

2.

Keluarga luas

yang anggotanya lebih luas

dari keluarga inti, meliputi orang tua,

saudara sekandung, saudara sepupu,

paman, bibi dan sanak saudara lainnya yang

masih ada hubungan darah satu sama lain.

3

. Suku bangsa

.

(8)

Pendapat N.S. Timashef yang

mengatakan bahwa, “Hukum baru ada

apabila suatu bangsa telah mencapai

kebudayaan tertentu, sehingga pada

waktu itu masih terdapat sejumlah

(9)

Faktor-faktor Pendorong untuk Hidup

Bermasyarakat:

1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk

memenuhi kebutuhan ekonomis.

2. Hasrat untuk membela diri.

3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

C. Ellwood

“kehidupan bermasyarakat itu penting

mengingat berbagai dorongan antara lain:

1. Dorongan untuk mendapatkan makanan, lebih mudah

mendapatkannya apabila manusia bekerja sama dibanding

dengan tindakan perorangan.

2. Dorongan utk mempertahankan dan melindungi diri.

3. Dorongan untuk melangsungkan dan mengembangkan

jenis, terutama penggabungan diri secara naluri untuk

(10)

Tata Tertib dan Beberapa Kaidah Hukum

Tata tertib itu lahirnya karena

kepentingan

manusia itu sendiri

. Karena kita ketahui dalam

masyarakat, setiap manusia pasti mempunyai

kebutuhan dan kepentingan yang

berbeda-beda, begitu juga pencapaiannya.

Tata tetib itu berwujud kumpulan aturan yang

tertulis

maupun yang

tidak tertulis

yang

(11)

Hubungan Norma Hukum dengan

norma Lainnya

1.

Kaidah agama

atau kaidah kepercayaan yaitu kaidah

yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan-larangan,

perintah-perintah dan anjuran-anjuran. Contoh-contoh

kaidah agama seperti, jangan memuja berhala,

berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih dari

segala sesuatu.

2

. Kaidah kesusilaan

, adalah aturan hidup yang berasal

dari

suara hati

manusia yang menentukan mana perbuatan

yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Oleh

sebab itu, kaidah kesusilaan itu bergantung pada pribadi

manusia itu sendiri. kaidah kesusilaan bersifat otonom.

Contoh membiarkan seseorang tergeletak kelaparan, atau

kita mengusir orang tua kita sendiri.

(12)

sambungan

3. Norma Fatsoen (sopan santun)

Aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat

tertentu dan

berlangsung secara tradisional, biasanya selalu dikaitkan

dengan adat

istiadat. dipaksakan oleh kekuasaan dari luar yaitu masyarakat

berupa

cemoohan. Contoh: membunyikan radio keras-keras pada waktu

tetangga sedang beristirahat (tidur).

4. Norma hukum

Norma hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang

dipositifkan secara resmi oleh penguasa dapat dipaksakan oleh

penguasa,. Dengan adanya kaidah hukum diharapkan keamanan

dan ketenteraman masyarakat dapat diwujudkan.

Contoh-contoh kaidah hukum barang siapa sengaja merampas

nyawa orang lain tanpa hak, diancam karena pembunuhan

(13)

Soerjono Soekanto, faktor-faktor

anggota masyarakat mematuhi hukum

1. Kepentingan-kepentingan para anggota masy. yang terlindung oleh

hukum;

2. Compliance atau pemenuhan keinginan, orang akan patuh pada hukum karena didasarkan pada harapan akan sesuatu imbalan atau sebagai

usaha untuk menghindarkan diri dari sanksi yang dijatuhkan manakala kaidah hukum itu dilanggar.

3. Identifcation atau identifkasi, pematuhan akan kaidah hukum itu bukan nilai yang sesungguhnya dari kaidah tersebut melainkan karena

keinginan para anggota masyarakat lainnya yang sekelompok atau segolongan, atau dengan para pemimpin kelompok atau dengan para pejabat hukum.

4. Internalization atau internalisasi, bahwa kepatuhan manusia/anggota masyarakat kepada hukum karena kaidah-kaidah hukum tersebut

ternyata sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan sebagian besar para anggota masyarakat. Kepatuhan yaitu adanya penjiwaan, kesadaran

(14)

Perbedaan kaidah hukum dg kaidah

agama dan kesusilaan

Ditinjau dari tujuannya

kaidah hukum bertujuan untuk

menciptakan tata tertib

masyarakat dan melindungi

manusia beserta kepentingannya, sedangkan kaidah agama

dan kaidah kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki

pribadi manusia agar menjadi manusia ideal.

Ditinjau dari sasarannya

kaidah hukum mengatur

tingkah laku

manusia dan diberi sanksi bagi setiap

pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah

kesusilaan mengatur

sikap batin

manusia sebagai pribadi.

Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai

dengan aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah

(15)

sambungan

Ditinjau dari sumber sanksinya

, kaidah hukum dan kaidah

agama sumber sanksinya berasal dari luar diri manusia

(

heteronom

), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya

berasal dan dipaksakan oleh suara

hati masing

-masing

pelanggarnya (

otonom

).

Ditinjau dari kekuatan mengikatnya

, pelaksanaan kaidah

hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar,

sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan

pada asasnya tergantung pada yang

bersangkutan sendiri

.

Ditinjau dari isinya kaidah hukum

memberikan hak dan

(16)

Perbedaan antara kaidah hukum dg

kesopanan

• kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberi kewajiban saja.

• Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat scr tidak resmi.

Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan.

• Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama, Tuhan dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.

• Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia.

(17)

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli.

• Menurut pendapat Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada

tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.

• Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.

• Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dengan menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain menuruti asas tentang kemerdekaan.

• Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan

(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang pengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

(18)

bersambung

Menurut S.M. Amin, SH., hukum adalah kumpulan-kumpulan

peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi

dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam

pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban

terpelihara.

Meurut J.C.T. Simorangkir hukum adalah peratura-peraturan

yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah aku

manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh

badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap

peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, dengan

hukuman tertentu.

Menurut M.H. Tirtaamidjaya, SH.,hukum ialah semua aturan

(norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku

(19)

Defnisi hukum sebagai pegangan dapat dilihat dari unsur-unsur, yaitu: Unsur-unsur hukum

Peraturan tingkah laku manusia.

Peratuan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang

berwajib.

Peraturan itu bersifat memaksa.

Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah

tegas (pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang

bersangkutan).

Ciri-ciri hukum adalah:

Adanya perintah dan atau larangan.

(20)

Tujuan Hukum menurut para ahli

1. Prof. Soebekti, SH. berpendapat bahwa tujuan hukum

adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu

mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan

rakyatnya.

2. DR. Soedjono Dirdjosisworo,SH.Tujuan hukum

melindungi individu dalam hubungannya dengan

masyarakat, sehingga dengan demikian dapat

diharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil.

Kesimpulkan dari beberapa pendapat, bahwa tujuan

hukum adalah

keseimbangan

kepentingan, ketertiban,

keadilan, ketenteraman, kebahagiaan

setiap

(21)

Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan

keteraturan masyarakat.

2. Fungsi ini memungkinkan untuk diperankan oleh

hakim karena hukum memberikan petunjuk kepada

masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah

laku. Dalam konteks kepabeanan, maka aparat bea

dan cukai berperan menjelaskan mana yang

diperbolehkan oleh hukum dan mana yang dilarang

oleh hukum.

3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan

keadilan sosial lahir batin

4. Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa serta

dapat dipaksakan oleh alat negara yang berwenang,

berpengaruh besar terhadap orang yang akan

melakukan pelanggaran.

(22)

Sambungan

Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan

5. Fungsi hukum sebagai alat penggerak pembangunan

karena ia mempunyai daya mengikat dan memaksa

dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk

mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih maju.

6. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritik)

Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya

mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan

juga untuk mengawasi para pejabat pemerintah, para

penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.

7. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan

(23)

Menurut Sjachran Basah, fungsi hukum

1. Direktif,

sebagai pengarah dalam membangun untuk

membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan

tujuan kehidupan bernegara;

2. Integratif

, sebagai pembina kesatuan bangsa;

3. Stabilitatif

, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya

hasil-hasil pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian,

dan keseimbangan dalam kehidupan benegara dan

bermasyarakat;

4. Perfektif,

sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan

administrasi negara, maupun sikap tindak warga dalam

kehidupan bernegara dan bermasyrakat;

(24)

Sumber hukum

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat

menimbulkan atau melahirkan hukum.

Singkatnya, sumber hukum dapat juga disebut

asal mula hukum.

Macam-macam sumber hukum

Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor

yang turut serta menentukan isi hukum.

mempelajari sumber-sumber hukum harus

ditinjau dari beberapa sudut cabang ilmu hukum

maupun disiplin ilmu lainnya, misalnya sosiologi

hukum, sejarah, agama, psikologi dan ilmu

(25)

sambungan

2. Sumber hukum formil

Yang dimaksud sumber hukum formil,

adalah sumber hukum dengan bentuk

tertentu yang merupakan dasar

berlakunya hukum secara formal.

Sumber hukum formil ialah

a. UU

b. Adat dan Kebiasaan

c. Traktat

d. Yurisprudensi

(26)

Sambungan

Undang-undang mengikat telah

diundangkan oleh mensesneg dan dimuat

dalam lembaran negara.

Lembaran Negara: tempat pengundangan

suatu UU agar mempunyai daya mengikat.

Tambahan lembaran negara: penjelasan

dari UU.

(27)

Asas berlakunya undang-undang

adalah

1. Undang-undang tidak berlaku surut.

2. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama (lex posterior derogat legi priori);

3. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling berentangan, maka hakim harus menerapkan undang yang lebih tinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex superior derogat legi inferiori).

4. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan perundangan yang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta saling bertentangan hakim harus menerapkan yang khusus dan

(28)

Sambungan

5. undang tidak dapat diganggu gugat.

Undang-undang tidak berlaku apabila:

a. Jangka waktu berlakunya undang-undang itu sudah

habis;

b. Hal-hal atau objek yang diatur oleh undang-undang

itu sudah tidak ada;

c. Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya

atau oleh instansi yang lebih tinggi.

(29)

Peraturan perundang yang berlaku di

Negara Indonesia menurut TAP MPRS No.

XX/MPRS/1966

1. UUD 1945;

2. TAP MPR;

3. UU/PERPU;

4. Peraturan Pemeintah;

5. Keputusan Presiden;

6. Peraturan Menteri/Instruksi Menteri;

7. Peraturan Pelaksanaan lainnya.

(30)

UU No. 10 Tahun 2004

1 Undang Undang Dasar 1945

2 Undang Undang/ Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang

3 Peraturan Pemerintah

4 Peraturan Presiden

(31)

Adat dan kebiasaan

Hk kebiasaan: Aturan-aturan hukum yg

bersumber pada kebiasaan

(32)

Hukum kebiasaan sebagai Sumber hukum

harus memiliki 2 unsur

Hukum kebiasaan dalam arti umum

1. Suatu perbuatan harus terus tetap

dilakukan

2. Ada keyakinan harus dilakukan krn

suatu kewajiban (dua unsur lagi yg

harus dipenuhi):

3. Pengakuan

4. Penguatan.

(33)

Beda hukum adat dengan kebiasaan

Hukum kebiasaan: belum menjadi tradisi,

adat bersifat sakral serta dari tradisi

rakyat/

Hukum kebiasaan: tidak tertulis, hukum

(34)

Traktat

Traktat: perjanjian antara negara,

1. Traktat bilateral,

2. Traktat multilateral

3. Traktat kolektif atau traktat terbuka.

4. Traktat, perjanjian antar negara yg

dianggap penting.

(35)

Yurisprudensi

Keputusan pengadilan atau keputusan hakim

Hakim membentuk/menghasilkan hukum

sifatnya terbatas.

Pembentuk UU, menghasilkan peraturan yang

abstrak, berlaku umum.

Macam Yurisprudensi:

1. Yurisprudensi tetap: sudah merupakan

standar bagi hakim utk mengambil keputusan

2. Yurisprudensi tdk tetap: bukan merupakan

(36)

doktrin

(37)

Mazhab-mazhab hukum

Hukum dapat didekati dari berbagai sudut pandang:

1. Sejarah.pendekatan dari sudut sejarah memandang bahwa hukum yang berlaku sekarang ini berlainan dengan hukum pada waktu yang lampau dan mungkin berbeda dengan hukum pada waktu yang akan datang.

2. sosiologi memandang hukum hanyalah sebagai gejala masyarakat. 3. flsafat, hukum itu merupakan hasil pikiran manusia yang selalu

berkembang sesuai dengan logika akal manusia.

4. Dari segi hukum itu sendiri mencoba mempelajari hukum terlepas dari unsur-unsur kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi.

Akibat dari perbedaan sudut pandang ini maka timbullah aliran-aliran pendapat (mazhab-mazhab): yakni (1) mazhab hukum kodrat, (2)

(38)

sambungan

1. Hukum Kodrat: Adalah suatu aliran yang menelaah hukum

dengan bertitik tolak dari keadilan yang mutlak, artinya bahwa

keadilan tidak boleh diganggu.

Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada

pandangan manusia.

Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja;

Bersifat universal, artinya berlaku bagi semua orang;

Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak

mengenal batas tempat;

Bersifat jelas dengan sendirinya bagi manusia.

Jadi hukum kodrat adalah hukum yang tidak bergantung pada

pandangan manusia, berlaku kapan saja, di mana saja, bagi

siapa saja, dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang

(39)

sambungan

2. MAZHAB SEJARAH.

Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Mazhab ini

merupakan reaksi terhadap para pemuja hukum alam atau hukum

kodrat yang berpendapat bahwa hukum kodrat itu bersifat rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa, untuk semua tempat dan waktu.

Mazhab sejarah berpendapat bahwa tiap-iap hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.

Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka hukum berpangkal pada

kesadaran bangsa. Namun demikian tidak berarti bahwa jiwa seiap

warga negara dari bangsa itu menghasilkan hukum, karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menghasilkan hukum positif.

(40)

TEORI TEOKRASI

Pada masa lampau di Eropa para ahli pikir (flsof) menganggap

dan mengajarkan, bahwa hukum itu berasal dari Tuhan YME,

dan oleh karena itu maka manusia diperintahkan oleh Tuhan

harus tunduk pada hukum. Perintah yang datang dari Tuhan

itu ditulis dalam kitab suci. Tinjauan mengenai hukum

dikaitkan dengan kepercayaan dan agama, dan ajaran

tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan kepada

kepecayaan dan agama. Adapun teori-teori yang

mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan YME

dinamakan Teori Ketuhanan (Teori Teokrasi).

Berhubung peraturan perudang-undangan itu ditetapkan

Penguasa Negara, maka oleh penganjur teori teokrasi

diajarkan, bahwa para penguasa negara itu mendapat kuasa

dari Tuhan: seolah-olah para Raja dan penguasa lainnya

(41)

TEORI KEDAULATAN RAKYAT

Mereka yang menganut mazhab ini menyatakan bahwa

undang-undang adalah satu-satunya sumber hukum,

sedangkan untuk

kebiasaan

sesungguhnya tidak

terdapat tempat sebagai sumber hukum. Segala hukum

itu adalah langsung dari kehendak para pemegang

kedaulatan, kekuasaan tertinggi dalam negara, dengan

demikian maka hanya undang-undanglah yang

merupakan sumber hukum.

Timbulnya mazhab ini karena para ahli hukum

merasakan bahwa semakin banyaknya Hukum

Kebiasaan maka hukum itu akan semakin kabur dan

(42)

TEORI KEDAULATAN NEGARA

Pada abad 19, teori perjanjian masyarakat ini dtentang

oleh teori yang mengatakan, bahwa kekuasaan hukum

tidak dapat didasarkan atas kemauan bersama seluruh

anggota masyarakat. Hukum itu ditaati karena negaralah

yang menghendakinya; hukum adalah kehendak Negara

dan Negara itu mempunyai kekuasaan tak terbatas.

Penganjur teori kedaulatan Negara yaitu

Hans Kelsen

dalam buku

“Reine Rechtslehre”,

yang mengatakan

bahwa hukum itu adalah tidak lain daripada “kemauan

negara” (

Wille des States

). Namun demikian, menurutnya

orang yang taat kepada hukum bukan karena negara

(43)

TEORI KEDAULATAN HUKUM

Prof. Mr. F. Krabbe dari Universitas Leiden

menentang teori Kedaulatan Negara, dalam bukunya

yang berjudul

Die Lehe der Rechtsouveranitet

(1906). Menurutnya sumber hukum ialah “rasa

keadilan” . menurut Krabbe hukum adalah apa yang

memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak yang

ditundukkan padanya. Suatu peraturan yang tidak

sesuai dengan rasa keadilan dari jumlah terbanyak

orang tidak dapat mengikat, peraturan-peraturan

demikian bukanlah “hukum”, walaupun masih

(44)

ASAS KESEIMBANGAN

Prof. Mr. R. Kranenburg (murid dari dan pengganti Prof.

Krabbe), mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya

kesadaran hukum orang. Kranenburg menguatkan ajaran

Krabbe, bahwa

kesadaran hukum

orang itu menjadi

sumber hukum

. Hukum itu berfungsi menurut suatu dalil

yang nyata (riil). Dalil yang riil dan nyata dirumuskan

sebagai berikut: Tiap orang menerima keuntungan atau

mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah

ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.

Pembagian keuntungan dan kerugian dalam hal tidak

(45)

Penemuan Hukum

1.Pembentukan Hukum oleh

Hakim

2.Penafsiran Hukum

(46)

Pembentukan hukum oleh hakim

1. Hakim merupakan Faktor Pembentuk Hukum

Pengadilan sebagai tempat setiap orang mencari

keadilan

dilarang menolak suatu perkara yang diajukan

kepadanya

untuk diperiksa dan diputuskannya dengan

alasan bahwa

hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib

memeriksa

dan menyelidikinya; hal ini disimpulkan dari

ketentuan

pasal 22 AB dan pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970

(UU

tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan

kehakiman).

2. Keputusan Hakim Bukan Merupakan

Peraturan Umum

Walaupun hakim ikut menentukan hukum,

menciptakan

peraturan-perundangan, namun kedudukan

hakim

bukanlah anlah sebagai pemegang kekuasaan

Legislatif.

Oleh karena itu, keputusan hakim hanya berlaku

pihak2

(47)

PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

Hakim memenuhi kekosongan hukum

Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu

hukum ada ruang kosong yang diisi hakim, belumlah dianut

orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai

kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup (paham

tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima

oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan

bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka

(

open system van het recht

) maksudnya hukum itu menjadi

dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.

Konstruksi hukum

Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat

(48)

Macam-macam Penafsiran

1. Penafsiran gramatikal

Yaitu penafsiran berdasarkan pada bunyi undang-undang

dengan pedoman pada

arti kata-kata

dalam hubungannya

satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam

undang-undang. Penafsiran gramatikal semata-mata hanya

berdasarkan pada arti kata-kata menurut tata bahasa atau

kebiasaan dalam penggunaan sehari-hari.

Contoh: Pasal 1140 KUH Perdata menentukan bahwa

(49)

2. Penafsiran historis

Yaitu penafsiran yang berdasarkan pada sejarah baik sejarah

terbentuknya undang-undang (proses pembentukan

undang-undang dari memori penjelasan, laporan sidang di

DPR, surat menyurat antara menteri dan DPR), maupun

sejarah hukum (termasuk penyelidikan terhadap maksud

pembentuk undang-undang pada waktu membentuk

undang-undang tersebut) dengan menyelidiki asal usul

suatu peraturan dikaitkan dengan suatu sistem hukum

yang pernah berlaku atau dengan suatu sistem hukum

asing tertentu. 

Contoh: seseorang yang melanggar hukum atau

melakukan tindak pidana dihukum denda Rp 5.000,00

(50)

3. Penafsiran sistematis

Yaitu penafsiran yang memperhatikan

susunan kata-kata yang berhubungan dengan

bunyi pasal=pasal lainnya baik dalam

undang-undang itu sendiri maupun undang-undang-undang-undang

lainnya. Asas monogami yang tercantum

dalam pasal 27 KUH Perdata adalah menjadi

dasar pasal-pasal 34, 60, 64, dan 86 KUH

(51)

4. Penafsiran teleologis (sosiologis)

Yaitu penafsiran yang memperhatikan tentang tujuan

undang-undang itu, mengingat kebutuhan masyarakat

berubah menurut masa atau waktu, sedang bunyi

undang-undang tetap. Konkritnya walaupun suatu

undang-undang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

akan tetapi kalau undang-undang itu masih berlaku,

maka tetap diterapkan terhadap kejadian atau

peristiwa masa kini. Namun pengertiannya

disesuaikan dengan situasi pada saat ketentuan itu

diterapkan. Jadi penerapan peraturan

(52)

5.Penafsiran otentik

Yaitu penjelasan terhadap kata-kata, istilah dan

pengertian di dalam peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh pembuat

undang-undang itu sendiri dalam peraturan

perundang-undangan yang bersangktan.

Contoh:

Pasal 95 KUH Pidana: “Kapal Indonesia adalah

kapal yang menurut undang-undang memiliki

surat-surat untuk dapat berlayar.

Pasal 98 KUH Pidana: “Malam hari adalah waktu

(53)

6. Penafsiran analogis

Penafsiran dengan memberi ibarat (kias) pada

kata-kata tersebut sesuai dengan asas

hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang

tidak cocok dengan peraturannya, dianggap

sesuai dengan bunyi peraturan itu.

Contoh:

Istilah menyambung listrik dianggap sama

dengan mengambil aliran listrik.

Menjual yang dimaksud dalam pasal 1576

KUH Perdata dianggap sama dengan

(54)

7. Penafsiran a contrario

Yaitu penafsiran dengan cara melawankan

pengertian antara soal yang dihadapi dengan

masalah yang diatur dalam suatu pasal

undang-undang.

Contoh:

Dalam pasal 34 KUH Perdata ditentukan bahwa

seorang janda dilarang menikah lagi sebelum

lewat 300 hari setelah perkawinan yang

terdahulu putus. Ketentuan pasal 34 KUH

Perdata tersebut tidak berlaku bagi duda,

(55)

8.Penghalusan hukum

Yaitu penafsian dengan cara menyempitkan berlakunya

ketentuan undang-undang karena jika tidak akan terjadi kerugian

yang lebih besar.

Contoh:

Perbuatan melawan hukum sebagaimana yang termaksud

dalam pasal 1365 KUH Perdata adalah sangat luas lingkupnya

sehingga pasal tersebut dapat diterapkan terhadap kasus

tertentu yang khusus sifatnya. Jika terjadi suatu peristiwa dimana

karena akibat perbuatan seseorang orang lain menderita rugi,

tetapi orang yang menderita rugi itu turut melakukan perbuatan

tersebut, maka orang yang menderita rugi itu hanya berhak

menuntut ganti rugi sebagian saja, karena dia juga turut

(56)

Disamping penafsiran-penafsiran tersebut di

atas masih ada penafsiran lain yaitu:

1 Penafsiran ekstensif, yaitu penafsiran dengan memperluas

arti kata-kata dalam peraturansehingga suatu peristiwa

dapat dimasukkannnya. Contoh: Aliran listrik ditafsirkan

sebagai benda (

imateriil)

.

2 Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti

kata-kata dalam peraturan. Contoh: kerugian ditafsirkan tidak

termasuk kerugian yang tidak berwujud (

imateriil)

.

3. Penafsiran komparatif yaitu penafsiran dengan cara

membandingkan dengan penjelasan-penjelasan berdasarkan

perbandingan hukum, agar dapat ditemukan kejelasan suatu

ketentuan undang-undang.

(57)

PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM

Menyusun suatu undang-undang memerlukan waktu yang lama sekali sehingga pada waktu undang-undang itu dinyatakan berlaku hal-hal atau keadaan yang hendak diatur oleh undang-undang tersebut sudah berubah, terbentuknya suatu peraturan-peraturan senantiasa terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang ada dalam perkembangan masyarakat.

1. Hakim memenuhi kekosongan hukum

Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada ruangan kosong yang diisi hakim, belumlah dianut orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup

(paham tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka (open system van het recht) maksudnya hukum itu

menjadi dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.

2. Konstruksi hukum

Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat menyempurnakan

sistem formal dari hukum, yakni sistem peraturan perundangan yang berlaku (hukum positif).

(58)

Kodifkasi

Hukum yang dikodifkasikan adalah hukum tertulis, tetapi tidak semua hukum tertulis itu telah dikodifkasikan, sehingga hukum dari bentuknya dapat dibedakan antara: 1. Hukum tertulis:

a. Hukum tertulis yang dikodifkasikan (codifcate). Contoh KUHP, KUH Perdata, b. Hukum tertulis yang tidak dikodifkasi. Contohnya, undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden.

2 Hukum tak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini oleh masyarakat serta ditaati berlakunya sebagai kaidah hukum. Hukum demikian lazim disebut hukum kebiasaan (Common Law).

Beberapa keuntungan dgn dilakukannya kodifkasi dikemukakan oleh para ahli al: 1. Kodifkasi itu menghindarkan tindakan sewenang2 dari para peguasa, para hakim, 2. Kodifksi menjamin adanya kepastian hukum (recht Zekerheid) sehingga para penguasa, para petugas hukum ataupun anggota masyarakat dapat mengetahui batas-batas hukum yang berlaku.

3. Kodifkasi memungkinkan adanya unifkasi dalam hukum, yaitu kesatuan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang sama yang berlaku bagi seluruh anggota masy. 4. Tanpa adanya kodifkasi, akan terjadi perbedaan-perbedaan perumusan peraturan hukum, terutama di daerah-daerah yang pada umumnya masih berlaku hukum tidak tertulis (hukum adat).  

(59)

Penggolongan Hukum

1.

Hukum berdasarkan sumbernya

a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam

prt peruu;

b. Hukum adat dan hukum kebiasaan, yaitu hukum yang diambil

dari

peraturan-peraturan adat dan kebiasaan;

c. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk dari

putusan peng;

d. Hukum traktat, yaitu hukum yang diterapkan oleh

negara-negara

peserta perjanjian internasional;

e. Hukum doktrin, yaitu hukum yang berasal dari pendapat para

ahli

hukum terkenal.

2. Hukum berdasarkan bentuknya, hukum dapat

digolongkan menjadi

:

a. Hukum tertulis, biasanya dalam bentuk prt

perundang-undangan.

- hukum tertulis yang dikodifkasikan (

codifcate

).

Kodifkasi adalah pengumpulan hukum sejenis, yang tersusun

secara

lengkap dan sistematis dalam sebuah kitab UU. Contoh

KUHP

-hukum tertulis yang tidak dikodifkasi. Contohnya, uu,

pp,keppres.

b. Hukum tidak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini

oleh masya.

(60)

Sambungan

3. Hukum berdasarkan isinya,

atau

kepentingan yang diatur, hukum dapat

digolongkan menjadi:

a. Hukum privat/sipil, adalah hukum yang

mengatur hubungan hukum antara orang

yang satu dengan orang menitikberatkan

pada kepentingan perorangan yang bersifat

pribadi.

b.Hukum publik,adalah hukum yang mengatur

hub hukum antara orang dengan negara

(61)

Perbedaan antara hukum privat dengan hukum publik:

Hukum Privat Hukum Publik

1. Mengutamakan

kepentingan

individu;

2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat

khusus;

3. Dipertahankan oleh individu;

4. Asas damai diutamakan, hakim

mengupayakannya..

5. Setiap saat gugatan penggugat

dapat ditarik kembali penggugatan;

6. Sanksinya berbentuk perdata.

1. Mengutamakan pengaturan kepentingan umum;

2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat umum;

3. Dipertahankan oleh negara melalui jaksa;

4. Tidak mengenal asas perdamaian;

(62)

Persamaannya

• Keduanya merupakan norma hukum yang

mengatur kehidupan manusia;

• Keduanya mempunyai sanksi hukum yang

dapat dikenakan kepada pelanggarnya;

• Keduanya tetap tunduk pada

(63)

4. Hukum berdasarkan tempat berlakunya

a. Hukum nasional, ialah hk yang berlakunya pada suatu neg ttentu; b. Hukum internasional, ialah hkm yang mengatur hub antara neg

satu dengan neg lain (hubungan internasional);

c. Hukum asing, adalah hkm yang berlaku di negara lain jika dipandang dari suatu negara tertentu.

5. Hukum berdasarkan masa berlakunya:

a. Hukum positif (ius constitutum), yaitu hukum yang berlaku saat ini, pada masy tertentu, dan wil tertentu. Hkm positif biasa juga disebut tata hukum. Contoh dari hukum positif, misalnya Hukum Pidana berdasarkan KUHP sekarang;

b. Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan berlaku pada masa yang akan datang (ius constituendum). Contoh dari hukum yang dicita-citakan, misalnya hukum keuangan

(64)

6. Hukum berdasarkan cara mempertahankannya, atau berdasarkan fungsinya, dapat digolongkan menjadi:

a. Hukum meteriil, yaitu hkm yang mengatur tentang isi hub

hkm antara sesama anggota masy, antara anggota masy

dengan penguasa neg, antara masy dengan penguasa

negara, dan antara masyarakat dengan masyarakat itu

sendiri. Di dalam hukum materiil ini ditetapkan mana sikap

tindak yang diharuskan (

gebod

), mana yang dilarang

(

verbod

), dan mana yang dibolehkan

(mogen

), termasuk

akibat hukum dan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Dgan

demikian hukum materiil menimbulkan hak dan kewajiban

sebagai akibat yang timbul karena adanya hub hkm.

b. Hukum formal, yaitu hkm yang mengatur bgm cara

penguasa mempertahankan dan menegakkan serta

melaksanakan kaidah-kaidah hukum materiil, dan

bagaimanakah caranya menuntutnya apabila hak

(65)

7. Hukum berdasarkan sifatnya

, atau kekuatan

berlakunya atau sanksinya, dapat digolongkan:

a. Hukum memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati dan bersifat mutlak daya ikatnya. Ini berarti bahwa kaidah hukum yang memaksa ini berisi ketentuan hukum yang dalam situasi apapun tidak dapat dikesampingkan melalui perjanjian para pihak. Ada hukum memaksa yaitu harus dilaksanakan. Contoh, Pasal 340 KUH Pidana, yang menetapkan:

“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara sumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.

b. Hukum mengatur (fakultatif), yaitu kaidah hukum yang dapat dikesampingkan oleh para pihak yang bersangkutan dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam

suatu perjanjian yang mereka adakan. Kaidah hukum semacam ini baru akan berlaku apabila para pihak tidak menetapkan aturan tersendiri di dalam perjanjian yang

mereka adakan. Ketentuan ini dapat kita lihat dalam Pasal 1152 KUH Perdata:

“hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bahwa diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak”.

Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa sering pemberi gadai tetap menguasainya. Misalnya menggadaikan mobil.

(66)

8. Hukum berdasarkan wujudnya, dapat terbagi dalam dua bagian:

a. Hukum objektif adalah mengatur pula hubungan antara anggota

masyarakat dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan lainnya, dan antara masyarakat dengan negara. Orang-orang yang

mengadakan hub hukum dinamakan subjek hkm

b. Hukum subjektif, ialah kewenangan atau hak yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum objektif. Seseorang yang mengadakan hubungan hukum dengan orang lain akan memperoleh hak dan kewajiban. Jadi hak atau kewajiban seseorang yang diperoleh karena saling mengadakan hubungan hukum itulah yang dinamakan hukum subjektif.

* Contoh: A mengadakan perjanjian jual beli sebidang tanah dengan B. A sebagai

pemilik tanah, B sebagai pembelinya. Apabila sudah tercapai kata sepakat di

antara A dan B, maka timbullah hak bagi A untuk menerima sejumlah uang harga

tanah yang sudah disepakati oleh B dan mempunyai kewajiban menyerahkan

tanah itu kepada B bila tanah telah dibayar lunas. Sebaliknya B mempunyai hak

untuk meneima dan memiliki tanah itu setelah kewajibannya memayar lunas

harga tanah itu dilaksanakan.

* Hukum yang mengatur perjanjian antara A dan B itu adalah hukum objektif,

sedangkan hak atau kewajiban yang timbul adalah hukum subjektif.

(67)

SUBJEK HUKUM

Dalam dunia hukum perkataan orang (

persoon

)

berarti

pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai

hak dan

kewajiban dan disebut subjek hukum. Dewasa

ini

subjek hukum itu terdiri dari:

»

manusia (natuurlijke persoon);

»

badan hukum (recht persoon),

yaiu:

(68)

Mereka yang oleh hukum telah

dinyatakan tidak cakap untuk

melakukan sendiri perbuatan ialah:

1. Orang yang masih di bawah umur (belum

mencapai usia 18 tahun) = belum dewasa.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

seorang laki-laki disebut dewasa apabila ia telah

berumur 18 tahun, sedangkan untuk perempuan

apabila ia telah berumur 15 tahun.

2. Orang yang tak sehat pikirannya (gila),

pemabuk, dan pemboros, yakni mereka yang

ditaruh di bawah curatele (pengampuan).

(69)

Suatu badan hukum hampir selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari

kekayaan anggotanya;

2. Memiliki hak dan kewajiban yang

terpisah dari hak dan kewajiban para

anggotanya secara pribadi.

3. Memiliki sifat keseimbangan, sebab hak

dan kewajiban badan hukum tetap

(70)

Di samping itu, dilihat dari bentuknya badan hukum dapat berbentuk:

1. Korporasi (

corporation

), yaitu sekumpulan orang,

yang untuk hubungan hukum tertentu sepakat

untuk bertindak dan bertanggungjawab sebagai

satu subjek hukum tersendiri. Misalnya,

Perseroan Terbatas, Partai Politik, dsb.

2. Yayasan (

foundation

), yaitu kekayaan yang

bukan milik seseorang atau suatu badan hukum,

yang diberi tujuan tertentu. Yayasan tidak

(71)

Objek hukum

Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi

subjek hukum dan dapat menjadi pokok suatu perhubungan

hukum yang dilakukan oleh subjek-subjek hukum.

Dalam bahasa hukum, objek hukum dapat juga disebut hak

atau benda yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki subjek

hukum.

Ada yang mengatakan hak:

sebagai izin atau kekuasaan yang diberikan hukum, ada yang mengidentikan hak dengan wewenang.

Istilah hak dan/atau wewenang

Bahasa Latin, ius,

Bahasa Inggris diberi istilah right.

Bahasa Perancis digunakan istilah droit.

(72)

Secara umum, kita dapat membedakan hak menjadi dua, yaitu:

1. Hak mutlak (absolut)

Adalah suatu hak yang diberikan kepada

seseorang guna melakukan suatu perbuatan, hak

mana dapat dipertahankan terhadap siapa pun

juga, dan sebaliknya siapa pun wajib menghormati

hak tersebut. Seperti hak asasi manusia (HAM), hak

publik, dan hak keperdataan.

2. Hak nisbi

Hak nisbi adalah suatu hak yang memberi

wewenang kepada seseorang untuk menuntut agar

orang lain memberikan sesuatu, melakukan

(73)

1. Benda berwujud, ialah segala sesuatu yang dapat dilihat

dan diraba dengan indra manusia. Contoh rumah, tanah,

meja, kursi, dan sebagainya.

2. Benda tidak berwujud, (benda immateriil) yaitu segala

macam hak, seperti hak. cipta, hak atas merek, dan

sebagainya.

Menurut pasal 504 KUH Perdata benda dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Benda bergerak (benda tak tetap) benda-benda yang

dapat dipindahkan..

Benda yang dapat bergerak sendiri (hewan).

Benda yang dapat dipindahkan (meja, kursi).

Benda bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai,

bunga).

(74)

2. Benda tidak bergerak, benda-benda yang tak dapat dipindahkan

Benda tidak bergerak karena sifatnya (tanah, rumah).

Benda tidak bergerak karena tujuannya (gambar,

kaca, alat percetakan yang ditempatkan di gedung).

Benda tak bergerak karena penetapan undang-undang

(hak pakai, hak usaha).

Subjek hukum dan objek hukum penting diketahui untuk

ditentukan siapakah yang menjadi pendukung hak yaitu,

hak dan kewajiban? Subjek sebagai pelaku yang

menyebabkan terjadinya hubungan hukum dalam

menyarakat dapat berupa:

Orang dengan orang

Orang dengan negara;

Orang dengan benda;

(75)

Peristiwa Hukum

Peristiwa hukum

rechtsfeit

adalah

peristiwa

kemasyarakatan yang akibatnya diatur

oleh

hukum. Karena peristiwa itu akan

menimbulkan akibat hukum. Perlu

diperhatikan

bahwa tidak setiap peristiwa

kemasyarakatan

(76)

Skema peristiwa hukum

Peristiwa

Hukum

Perbuatan hukum Perbuatan hukum bersegi satu
(77)

Istilah Perbuatan Hukum

adalah perbuatan atau tindakan subjek hukum

yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum

yang dikehendaki oleh pelaku.

Hak dan kewajiban yang timbul inilah yang

dimaksud dengan akibat hukum.

Perbuatan hukum dibedakan menjadi dua:

Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak).

Perbuatan hukum bersegi dua (timbal balik).

Perbuatan hukum bersegi banyak, seperti perjanjian

(78)

Hubungan hukum dibedakan menjadi dua:

Hubungan hukum sepihak, yaitu hubungan

hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban

bagi masing-masing pihak secara

berlawanan. Contoh: kasus penghibahan atas

tanah dari orang tua angkat kepada anak

angkatnya.

Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan

hukum yang dapat menimbulkan hak dan

(79)

Akibat hukum

akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala

perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap

objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan

karena kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang

bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai

akibat hukum.

Akibat hukum inilah yang kemudian melahirkan suatu hak dan

kewajiban bagi para subjek hukum.

akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa

hukum. Contoh mengenai akibat hukum, yaitu:

Terdapatnya suatu hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual adalah akibat dari perbuatan jual beli antara pemilik rumah dan pembeli

rumah;

Penjatuhan hukuman terhadap seorang pencuri adalah akibat hukum

(80)

Pengertian Hak

Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif

kepada subjek hukum. Misalnya kewenangan yang diberikan oleh

hukum objektif kepada seseorang yang memiliki tanah

Hak dibedakan menjadi dua, yaitu, hak mutlak ialah kewenangan

atau kekuasaan mutlak yang diberikan oleh hukum kepada

subjek hukum. Hak mutlak ada beberapa macam:

Hak asasi manusia (misalnya hak seseorang untuk bebas

memeluk agama);

Hak publik mutlak (misalnya hak negara untuk memungut

pajak);

Hak keperdataan (misalnya hak/kekuasaan orang tua

terhadap anak).

Hak relatif (hak nisbi), ialah yang memberikan kewenangan

(81)

Hapusnya hak karena:

1. Pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia

dan tidak ada pengganti atau ahli waris yang ditunjuk

baik oleh pemegang hak yang bersangkutan maupun

oleh hukum.

2. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat

diperpanjang lagi.

3. Telah diterimanya sesuatu benda yang menjadi objek

hak. Misalnya seseorang yang mempunyai hak waris

atau hak menagih piutang

4. Kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh

hak sudah dipenuhi.

(82)

Kewajiban juga dapat hapus:

1. Karena meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban

dan tanpa ada penggantinya, baik ahli waris maupun

orang lain atau badan hukum yang ditunjuk oleh hukum.

2. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang.

3. Kewajiban sudah dipenuhi oleh orang yang

bersangkutan.

4. Hak yang melahirkan kewajiban telah hilang.

5. Kadaluarsa (

verjaaring

)

extinctief

.

6. Karena ketentuan undang-undang.

7. Kewajiban telah beralih atau dialihkan kepada pihak lain.

8. Adanya sebab yang di luar kemampuan manusia,

(83)

PENYALAHGUNAAN HAK

Penyalahgunaan hak dianggap telah

terjadi manakala seseorang

menggunakan haknya dengan cara yang

bertentangan dengan tujuan untuk

(84)

ASAS-ASAS HUKUM

Menurut terminologi bahasa, yang

dimaksud

dengan istilah asas ada dua pengertian.

Pertama adalah dasar, alas, pondamen.

Kedua adalah sesuatu kebenaran yang

menjadi pokok dasar atau rumpun

berpikir atau berpendapat dan

(85)

Beberapa asas hukum, diantaranya:

Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars

,

adalah bahwa para pihak harus didengar. Contohnya

apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim

harus mendengar dari kedua belah pihak yang

bersengketa, bukan hanya dari satu pihak saja;

Cogitationis poenam nemo patitur,

tiada seorang

pun dapat dihukum oleh sebab apa yang

dipilkirkannya;

Fiat justitia ruat coelum

atau

Fiat justitia pereat

mundus,

sekalipun besok langit akan runtuh atau

dunia akan musnah, keadilan harus tetap

ditegakkan;

Geen straf zonder, tiada hukuman tanpa kesalahan;

(86)

Sambungan

Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior drogat legi

anteriori,

undang-undang yang lebih baru menyampingkan

undang-undang yang lama.

Lex specialis derogat legi generali,

undang-undang yang khusus

didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum.

Lex superior derogat legi inferiori,

undang-undang yang lebih

tinggi mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah

tingkatannya.

Presumption of innocence,

biasa juga disebut asas praduga tidak

bersalah, yaitu bahwa seseorang dianggap tidak bersalah

sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan

putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan yang tetap.

Qui tacet consentine videtur,

siapa yang berdiam diri dianggap

menyetujui.

(87)

Sistem hukum

Sistem hukum adalah suatu kesatuan

yang utuh

dari tatanan-tatanan yang terdiri dari

bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama

lainnya

saling berhubungan dan kait-mengait

secara

(88)

Lawrence M. Friedman, suatu sistem hukum dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

Komponen Struktural, adalah bagian-bagian dari sistem

hukum yang bergerak di dalam suatu mekanisme.

Contohnya lembaga pembuat undang-undang,

pengadilan, dan berbagai badan yang diberi wewenang

untuk menerapkan dan menegakkan hukum.

Komponen Substansi, adalah suatu hal nyata yang

diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil nyata ini dapat

berbentuk hukum

in-concreto

atau kaidah hukum

individual, maupun hukum

in-abstracto

atau kaidah

hukum.

Komponen Budaya Hukum, adalah sikap-tindak warga

masyarakat beserta nilai-nilai yang dianutnya. Misalnya,

adanya rasa malu dan rasa salah apabila melanggar

(89)

Fuller ada delapan asas (

Principles of

Legality

) yang harus dipenuhinya, yaitu:

Suatu sistem hukum itu harus mengandung aturan-aturan

yang tidak hanya memuat keputusan yang bersifat sementara

(ad-hoch

);

Peraturan itu setelah selesai dibuat harus diumumkan;

Berlaku asas fksi,

Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut,

Peraturan itu harus dirumuskan dan disusun dengan kata-kata

yang mudah dimengerti;

Suatu sistem hukum tidak boleh mengandung tuntutan yang

melebihi dengan apa yang dapat dilakukan;

Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan,

Suatu sistem tidak boleh mengandung aturan yang

(90)

Pengantar Tata Hukum Indonesia

Tata hukum ialah semua peraturan hukum yang

diadakan/diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan

berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu

TATA HUKUM INDONESIA DAN TUJUAN TATA HUKUM

a. Tata hukum di Indonesia saat ini (

ius consitutum

),

b. Hukum atau kaidah-kaidah yang kita cita-citakan (

Ius

constituendum

).  

Ilmu pengetahuan yang berobjekkan hukum yang sedang

berlaku dalam suatu negara dikatakan ilmu pengetahuan

hukum positif.

(91)

Saat Timbulnya Tata Hukum Indonesia

Pada saat proklamasi negara RI

17-08-1945

Aturan2 sebelum proklamasi dapat

berlaku dengan ketentuan:

a. Selama hukum tsb tidak

bertentangan dg

jiwa proklamasi

b. Selama belum diubah, dicabut, atau

diganti

dengan yang baru

c. Selama tidak bertentangan dengan

jiwa

(92)

Peraturan pada zaman Hindia Belanda

a. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia, disingkat A.B.

(Ketentuan-ketntuan Umum tentang Peraturan-Perundangan untuk

Indonsia). A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847 termuat dalam

Stb. 1847/23. Beberapa ketentuan penting dalam AB ini misalnya

terdapat dalam pasal 15 dan 22.

b. Regerings Reglement (R.R

)

yang dikeluarkan pada 2 September

1854 yang termuat dalam Stb. 1854/2. Ketentuan yang penting

dalam R.R. ini misalnya yang diatur dalam pasal 75.

c. Indische Staatsregeling (IS)

atau

Praturan Ketatanegaraan

Indonesia

. Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement

tersebut diubah menjadi

Indische Staatsregeling (I.S),

termuat

dalam Stb. 1925/415 yang mulai berlaku pada 1 Januari 1926.

R.R. dan IS ini adalah peraturan-peraturan pokok yang dapat

(93)

Peraturan Pokok di Zaman Penjajahan Jepang

Satu-satunya peraturan pokok yang

diadakan Pemerintah Militer Jepang di

Indonesia ialah Undang-undang No. 1

Tahun 1942 yang menyatakan

berlakunya kembali semua

(94)

Berlakunya peraturan sebelum Proklamasi

Pasal II Aturan Peralihan: “Segala badan negara

dan peraturan yang ada masih langsung berlaku

selama belum diadakan yang baru menurut

Undang-Undang Dasar ini”.

1. Tidak cukup waktu untuk membuat peraturan-

peraturan yang baru untuk menggantikan

semua peraturan-peraturan yang diadakan

kedua pemerintahan jajahan tersebut.

2. Jika peraturan perundangan Jepang dan

(95)

Berlakunya Peraturan masa RIS

Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 Agustus 1950

ialah segala peraturan-peraturan yang diadakan berdasarkan

Konstitusi RIS 1949, dan peraturan-peraturan yang dinyatakan

berlaku oleh Konstitusi RIS tersebut.

Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi

RIS itu adalah segala peraturan-peraturan yang telah ada

sebelum terbentuk Konstitusi RIS pada 6 Februari 1950, seperti

yang dinyatakan oleh Pasal 192 Ketentuan Peralihan Konstitusi

RIS

“Peraturan-peraturan dan ketentuan tata-usaha yang sudah

ada pada saat Konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku dengan

tidak berubah sebagai peraturan-peraturan dan

ketentuan-ketentuan Republik Indonesia sendiri selama dan sekedar

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut,

ditambah atau diubah oleh Undang-undang dan

(96)

UUDS-1950

Semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku pada masa Konstitusi

RIS yang diambil alih oleh UUDS-1950 (Pasal 142 Ketentuan Peralihan),

ditambah dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan UUDS-1950 tersebut selama masa UUDS 1950.

Peraturan Perundangan yang dinyatakan berlaku oleh UUDS-1950 ialah segala

peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus 1950. Sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142 Ketentuan Peralihan:

“Peraturan undang-undang dan ketentuan-ketntuan tata usaha negara yang

sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai ketentuan RI sendiri, selama dan sekedar

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, ditambah, atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD ini.”

Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan-peraturan perundangan yang ada

(97)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

• Akhirnya semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku

selama masa berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih oleh UUD 1945 (UUD 1945 dinyatakan berlaku dengan Dekrit Presiden), ditambah: 1. Peraturan perundangan yang dibuat berdasarkan UUD 1945.

2. ditambah lagi dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan Dekrit Presiden (sebagai peraturan-peraturan pelaksanaan Dekrit

Presiden tersebut sepanjang belum dicabut) berlaku pada masa sekarang ini.

Alhasil dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan:

• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Setelah Dekrit Presiden) juncto (berhubungan dengan);

• Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI 1950 juncto;

• Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi RIS 1949 juncto;

• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Proklamasi) juncto;

(98)

Hukum Perdata

SEJARAH HUKUM PERDATA

• Hukum Perdata Barat itu semua berasal dari Hukum Romawi. Sekitar tahun 50 Sebelum Masehi, bangsa Romawi berhasil menguasai Eropa Barat di bawah pimpinan Julius Caesar, yang kemudian memberlakukan hukumnya di samping hukum asli yang telah lebih dulu berlaku.

• Setelah berabad-abad berlangsung ketidak satuan hukum itu, maka Perancis ketika di bawah kekuasaan raja Louis XV mulai berusaha membentuk kesatuan hukum.

Tahun 1804 Code Civil des Francais,

Tahun 1807 diundangkan lagi dengan nama Code Napoleon, meliputi Code Civil de Commerce dan Code Penal.

Kodifkasi hukum perdata itu terutama bersumber dari

Hukum Romawi di samping juga bersumber dari hukum asli Perancis

dan Hukum Gereja (hukum Katolik).

• Dalam tahun 1811 s.d. 1813 kode Napoleon.

• Setelah berakhirnya penjajahan perancis, Belanda membentuk kodifkasi hukum perdata nasionalnya, dengan BW yang diundangkan dalam tahun 1838, walaupun sebagian besar bersumber dari Code Civil Perancis.

• Belanda menjajah Indonesia,1 Mei 1948 BW juga diberlakukan di Indonesia setelah disesuaikan dengan kondisi Indonesia saat itu. Diberlakukannya BW di Indonesia itu berdasarkan asas konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di

Referensi

Dokumen terkait

PT Mandiri Manajemen Investasi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, dan setiap penawaran produk dilakukan oleh petugas yang telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas

Bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2015

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif

Apabila Pimpinan Perusahaan tidak bisa/berhalangan hadir dapat di wakilkan oleh Pengurus yang namanya tercantum dalam Akte Perusahaan dengan membawa surat Kuasa/ Tugas bermaterai

Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan (TS 056) 1

Mohammad Ibn Ishaaq stated of Wahb Ibn Munbah said that when Allah took Kalih Ibn Yofra (Jephtha) after Joshua, Ezekiel Ibn Buzi succeeded him as the prophet to the Israelites..

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,