MATERI KULIAH
PENGANTAR ILMU HUKUM
DIBERIKAN KEPADA MAHASISWA
STKIP SUMENEP
PERTANYAAN PERTAMA YANG MUNCUL
KETIKA MAHASISWA BELAJAR HUKUM
APAKAH HUKUM ITU...?
Pendapat Hobbes
Thomas Hobbes pernah meyatakan bahwa
tanpa adanya
kesadaran pengendalian manusia terhadap
sesamanya akan
bersifat sebagai serigala,
Homo homoni
lupus
, dalam hal ini
mereka yang kuat selalu bersifat rakus,
tamak, dan selalu
berusaha untuk mengalahkan dan
menguasai yang lemah
Pengertian Hukum Yang Lain
Manusia adalah mahluk sosial. Di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum (Ibi Ius Ubi
Societas)
•
Sekarang pertanyaan yg
muncul, apakah masyarakat
itu, Apa perbedaan dasar
Menurut Dasar
Perikehidupan/kebudayaan
masyarakat dibedakan:
1. Masyarakat primitif dan masyarakat modern. Masyarakat primitif adalah masyarakat yang masih serba sederhana baik cara hidup, cara berpakaian, peraturan tingkah lakunya dan lain sebagainya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah lebih maju dibandingkan
dengan masyarakat yang primitif mengenai segalanya.
2. Masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama di desa. Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup bersama di kota.
3. Masyarakat teritorial, adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam satu daerah tertentu.
4. Masyarakat genealogis adalah masyarakat yang anggota-anggotanya ada pertalian darah.
5. Masyarakat teritorial genealogis, adalah masyarakat yang para
Menurut Hubungan Keluarga, bentuk
Masyarakat dapat dibedakan:
1.
Keluarga inti
yang anggotanya hanya
terdiri atas suami, isteri, dan anaknya.
2.
Keluarga luas
yang anggotanya lebih luas
dari keluarga inti, meliputi orang tua,
saudara sekandung, saudara sepupu,
paman, bibi dan sanak saudara lainnya yang
masih ada hubungan darah satu sama lain.
3
. Suku bangsa
.
Pendapat N.S. Timashef yang
mengatakan bahwa, “Hukum baru ada
apabila suatu bangsa telah mencapai
kebudayaan tertentu, sehingga pada
waktu itu masih terdapat sejumlah
Faktor-faktor Pendorong untuk Hidup
Bermasyarakat:
1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk
memenuhi kebutuhan ekonomis.
2. Hasrat untuk membela diri.
3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.
C. Ellwood
“kehidupan bermasyarakat itu penting
mengingat berbagai dorongan antara lain:
1. Dorongan untuk mendapatkan makanan, lebih mudah
mendapatkannya apabila manusia bekerja sama dibanding
dengan tindakan perorangan.
2. Dorongan utk mempertahankan dan melindungi diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan dan mengembangkan
jenis, terutama penggabungan diri secara naluri untuk
Tata Tertib dan Beberapa Kaidah Hukum
•
Tata tertib itu lahirnya karena
kepentingan
manusia itu sendiri
. Karena kita ketahui dalam
masyarakat, setiap manusia pasti mempunyai
kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda-beda, begitu juga pencapaiannya.
•
Tata tetib itu berwujud kumpulan aturan yang
tertulis
maupun yang
tidak tertulis
yang
Hubungan Norma Hukum dengan
norma Lainnya
1.
Kaidah agama
atau kaidah kepercayaan yaitu kaidah
yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan-larangan,
perintah-perintah dan anjuran-anjuran. Contoh-contoh
kaidah agama seperti, jangan memuja berhala,
berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih dari
segala sesuatu.
2
. Kaidah kesusilaan
, adalah aturan hidup yang berasal
dari
suara hati
manusia yang menentukan mana perbuatan
yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Oleh
sebab itu, kaidah kesusilaan itu bergantung pada pribadi
manusia itu sendiri. kaidah kesusilaan bersifat otonom.
Contoh membiarkan seseorang tergeletak kelaparan, atau
kita mengusir orang tua kita sendiri.
sambungan
3. Norma Fatsoen (sopan santun)
Aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat
tertentu dan
berlangsung secara tradisional, biasanya selalu dikaitkan
dengan adat
istiadat. dipaksakan oleh kekuasaan dari luar yaitu masyarakat
berupa
cemoohan. Contoh: membunyikan radio keras-keras pada waktu
tetangga sedang beristirahat (tidur).
4. Norma hukum
Norma hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang
dipositifkan secara resmi oleh penguasa dapat dipaksakan oleh
penguasa,. Dengan adanya kaidah hukum diharapkan keamanan
dan ketenteraman masyarakat dapat diwujudkan.
Contoh-contoh kaidah hukum barang siapa sengaja merampas
nyawa orang lain tanpa hak, diancam karena pembunuhan
Soerjono Soekanto, faktor-faktor
anggota masyarakat mematuhi hukum
1. Kepentingan-kepentingan para anggota masy. yang terlindung olehhukum;
2. Compliance atau pemenuhan keinginan, orang akan patuh pada hukum karena didasarkan pada harapan akan sesuatu imbalan atau sebagai
usaha untuk menghindarkan diri dari sanksi yang dijatuhkan manakala kaidah hukum itu dilanggar.
3. Identifcation atau identifkasi, pematuhan akan kaidah hukum itu bukan nilai yang sesungguhnya dari kaidah tersebut melainkan karena
keinginan para anggota masyarakat lainnya yang sekelompok atau segolongan, atau dengan para pemimpin kelompok atau dengan para pejabat hukum.
4. Internalization atau internalisasi, bahwa kepatuhan manusia/anggota masyarakat kepada hukum karena kaidah-kaidah hukum tersebut
ternyata sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan sebagian besar para anggota masyarakat. Kepatuhan yaitu adanya penjiwaan, kesadaran
Perbedaan kaidah hukum dg kaidah
agama dan kesusilaan
•
Ditinjau dari tujuannya
kaidah hukum bertujuan untuk
menciptakan tata tertib
masyarakat dan melindungi
manusia beserta kepentingannya, sedangkan kaidah agama
dan kaidah kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki
pribadi manusia agar menjadi manusia ideal.
•
Ditinjau dari sasarannya
kaidah hukum mengatur
tingkah laku
manusia dan diberi sanksi bagi setiap
pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan mengatur
sikap batin
manusia sebagai pribadi.
Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai
dengan aturan, sedangkan kaidah agama dan kaidah
sambungan
•
Ditinjau dari sumber sanksinya
, kaidah hukum dan kaidah
agama sumber sanksinya berasal dari luar diri manusia
(
heteronom
), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya
berasal dan dipaksakan oleh suara
hati masing
-masing
pelanggarnya (
otonom
).
•
Ditinjau dari kekuatan mengikatnya
, pelaksanaan kaidah
hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar,
sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan
pada asasnya tergantung pada yang
bersangkutan sendiri
.
•
Ditinjau dari isinya kaidah hukum
memberikan hak dan
Perbedaan antara kaidah hukum dg
kesopanan
• kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberi kewajiban saja.
• Sanksi kaidah hukum dipaksakan oleh masyarakat secara resmi, sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat scr tidak resmi.
Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan.
• Asalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama, Tuhan dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
• Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia.
Pengertian Hukum Menurut Para Ahli.
• Menurut pendapat Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada
tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
• Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
• Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dengan menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain menuruti asas tentang kemerdekaan.
• Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang pengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
bersambung
•
Menurut S.M. Amin, SH., hukum adalah kumpulan-kumpulan
peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi
dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terpelihara.
•
Meurut J.C.T. Simorangkir hukum adalah peratura-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah aku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap
peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, dengan
hukuman tertentu.
•
Menurut M.H. Tirtaamidjaya, SH.,hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku
Defnisi hukum sebagai pegangan dapat dilihat dari unsur-unsur, yaitu: Unsur-unsur hukum
•
Peraturan tingkah laku manusia.
•
Peratuan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
•
Peraturan itu bersifat memaksa.
•
Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah
tegas (pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang
bersangkutan).
Ciri-ciri hukum adalah:
•
Adanya perintah dan atau larangan.
Tujuan Hukum menurut para ahli
1. Prof. Soebekti, SH. berpendapat bahwa tujuan hukum
adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
rakyatnya.
2. DR. Soedjono Dirdjosisworo,SH.Tujuan hukum
melindungi individu dalam hubungannya dengan
masyarakat, sehingga dengan demikian dapat
diharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil.
Kesimpulkan dari beberapa pendapat, bahwa tujuan
hukum adalah
keseimbangan
kepentingan, ketertiban,
keadilan, ketenteraman, kebahagiaan
setiap
Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan
keteraturan masyarakat.
2. Fungsi ini memungkinkan untuk diperankan oleh
hakim karena hukum memberikan petunjuk kepada
masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah
laku. Dalam konteks kepabeanan, maka aparat bea
dan cukai berperan menjelaskan mana yang
diperbolehkan oleh hukum dan mana yang dilarang
oleh hukum.
3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan
keadilan sosial lahir batin
4. Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa serta
dapat dipaksakan oleh alat negara yang berwenang,
berpengaruh besar terhadap orang yang akan
melakukan pelanggaran.
Sambungan
Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan
5. Fungsi hukum sebagai alat penggerak pembangunan
karena ia mempunyai daya mengikat dan memaksa
dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk
mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih maju.
6. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritik)
Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan
juga untuk mengawasi para pejabat pemerintah, para
penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.
7. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan
Menurut Sjachran Basah, fungsi hukum
1. Direktif,
sebagai pengarah dalam membangun untuk
membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan
tujuan kehidupan bernegara;
2. Integratif
, sebagai pembina kesatuan bangsa;
3. Stabilitatif
, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya
hasil-hasil pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan dalam kehidupan benegara dan
bermasyarakat;
4. Perfektif,
sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan
administrasi negara, maupun sikap tindak warga dalam
kehidupan bernegara dan bermasyrakat;
Sumber hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan atau melahirkan hukum.
Singkatnya, sumber hukum dapat juga disebut
asal mula hukum.
Macam-macam sumber hukum
Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor
yang turut serta menentukan isi hukum.
mempelajari sumber-sumber hukum harus
ditinjau dari beberapa sudut cabang ilmu hukum
maupun disiplin ilmu lainnya, misalnya sosiologi
hukum, sejarah, agama, psikologi dan ilmu
sambungan
2. Sumber hukum formil
Yang dimaksud sumber hukum formil,
adalah sumber hukum dengan bentuk
tertentu yang merupakan dasar
berlakunya hukum secara formal.
Sumber hukum formil ialah
a. UU
b. Adat dan Kebiasaan
c. Traktat
d. Yurisprudensi
Sambungan
Undang-undang mengikat telah
diundangkan oleh mensesneg dan dimuat
dalam lembaran negara.
Lembaran Negara: tempat pengundangan
suatu UU agar mempunyai daya mengikat.
Tambahan lembaran negara: penjelasan
dari UU.
Asas berlakunya undang-undang
adalah
1. Undang-undang tidak berlaku surut.
2. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang terdahulu, sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama (lex posterior derogat legi priori);
3. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan saling berentangan, maka hakim harus menerapkan undang yang lebih tinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex superior derogat legi inferiori).
4. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan perundangan yang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta saling bertentangan hakim harus menerapkan yang khusus dan
Sambungan
5. undang tidak dapat diganggu gugat.
Undang-undang tidak berlaku apabila:
a. Jangka waktu berlakunya undang-undang itu sudah
habis;
b. Hal-hal atau objek yang diatur oleh undang-undang
itu sudah tidak ada;
c. Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya
atau oleh instansi yang lebih tinggi.
Peraturan perundang yang berlaku di
Negara Indonesia menurut TAP MPRS No.
XX/MPRS/1966
1. UUD 1945;
2. TAP MPR;
3. UU/PERPU;
4. Peraturan Pemeintah;
5. Keputusan Presiden;
6. Peraturan Menteri/Instruksi Menteri;
7. Peraturan Pelaksanaan lainnya.
UU No. 10 Tahun 2004
1 Undang Undang Dasar 1945
2 Undang Undang/ Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
3 Peraturan Pemerintah
4 Peraturan Presiden
Adat dan kebiasaan
Hk kebiasaan: Aturan-aturan hukum yg
bersumber pada kebiasaan
Hukum kebiasaan sebagai Sumber hukum
harus memiliki 2 unsur
Hukum kebiasaan dalam arti umum
1. Suatu perbuatan harus terus tetap
dilakukan
2. Ada keyakinan harus dilakukan krn
suatu kewajiban (dua unsur lagi yg
harus dipenuhi):
3. Pengakuan
4. Penguatan.
Beda hukum adat dengan kebiasaan
Hukum kebiasaan: belum menjadi tradisi,
adat bersifat sakral serta dari tradisi
rakyat/
Hukum kebiasaan: tidak tertulis, hukum
Traktat
Traktat: perjanjian antara negara,
1. Traktat bilateral,
2. Traktat multilateral
3. Traktat kolektif atau traktat terbuka.
4. Traktat, perjanjian antar negara yg
dianggap penting.
Yurisprudensi
Keputusan pengadilan atau keputusan hakim
Hakim membentuk/menghasilkan hukum
sifatnya terbatas.
Pembentuk UU, menghasilkan peraturan yang
abstrak, berlaku umum.
Macam Yurisprudensi:
1. Yurisprudensi tetap: sudah merupakan
standar bagi hakim utk mengambil keputusan
2. Yurisprudensi tdk tetap: bukan merupakan
doktrin
Mazhab-mazhab hukum
Hukum dapat didekati dari berbagai sudut pandang:
1. Sejarah.pendekatan dari sudut sejarah memandang bahwa hukum yang berlaku sekarang ini berlainan dengan hukum pada waktu yang lampau dan mungkin berbeda dengan hukum pada waktu yang akan datang.
2. sosiologi memandang hukum hanyalah sebagai gejala masyarakat. 3. flsafat, hukum itu merupakan hasil pikiran manusia yang selalu
berkembang sesuai dengan logika akal manusia.
4. Dari segi hukum itu sendiri mencoba mempelajari hukum terlepas dari unsur-unsur kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi.
Akibat dari perbedaan sudut pandang ini maka timbullah aliran-aliran pendapat (mazhab-mazhab): yakni (1) mazhab hukum kodrat, (2)
sambungan
1. Hukum Kodrat: Adalah suatu aliran yang menelaah hukum
dengan bertitik tolak dari keadilan yang mutlak, artinya bahwa
keadilan tidak boleh diganggu.
•
Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada
pandangan manusia.
•
Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja;
•
Bersifat universal, artinya berlaku bagi semua orang;
•
Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak
mengenal batas tempat;
•
Bersifat jelas dengan sendirinya bagi manusia.
•
Jadi hukum kodrat adalah hukum yang tidak bergantung pada
pandangan manusia, berlaku kapan saja, di mana saja, bagi
siapa saja, dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang
sambungan
2. MAZHAB SEJARAH.
• Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Mazhab ini
merupakan reaksi terhadap para pemuja hukum alam atau hukum
kodrat yang berpendapat bahwa hukum kodrat itu bersifat rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa, untuk semua tempat dan waktu.
Mazhab sejarah berpendapat bahwa tiap-iap hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
• Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka hukum berpangkal pada
kesadaran bangsa. Namun demikian tidak berarti bahwa jiwa seiap
warga negara dari bangsa itu menghasilkan hukum, karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menghasilkan hukum positif.
TEORI TEOKRASI
Pada masa lampau di Eropa para ahli pikir (flsof) menganggap
dan mengajarkan, bahwa hukum itu berasal dari Tuhan YME,
dan oleh karena itu maka manusia diperintahkan oleh Tuhan
harus tunduk pada hukum. Perintah yang datang dari Tuhan
itu ditulis dalam kitab suci. Tinjauan mengenai hukum
dikaitkan dengan kepercayaan dan agama, dan ajaran
tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan kepada
kepecayaan dan agama. Adapun teori-teori yang
mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan YME
dinamakan Teori Ketuhanan (Teori Teokrasi).
•
Berhubung peraturan perudang-undangan itu ditetapkan
Penguasa Negara, maka oleh penganjur teori teokrasi
diajarkan, bahwa para penguasa negara itu mendapat kuasa
dari Tuhan: seolah-olah para Raja dan penguasa lainnya
TEORI KEDAULATAN RAKYAT
•
Mereka yang menganut mazhab ini menyatakan bahwa
undang-undang adalah satu-satunya sumber hukum,
sedangkan untuk
kebiasaan
sesungguhnya tidak
terdapat tempat sebagai sumber hukum. Segala hukum
itu adalah langsung dari kehendak para pemegang
kedaulatan, kekuasaan tertinggi dalam negara, dengan
demikian maka hanya undang-undanglah yang
merupakan sumber hukum.
•
Timbulnya mazhab ini karena para ahli hukum
merasakan bahwa semakin banyaknya Hukum
Kebiasaan maka hukum itu akan semakin kabur dan
TEORI KEDAULATAN NEGARA
•
Pada abad 19, teori perjanjian masyarakat ini dtentang
oleh teori yang mengatakan, bahwa kekuasaan hukum
tidak dapat didasarkan atas kemauan bersama seluruh
anggota masyarakat. Hukum itu ditaati karena negaralah
yang menghendakinya; hukum adalah kehendak Negara
dan Negara itu mempunyai kekuasaan tak terbatas.
•
Penganjur teori kedaulatan Negara yaitu
Hans Kelsen
dalam buku
“Reine Rechtslehre”,
yang mengatakan
bahwa hukum itu adalah tidak lain daripada “kemauan
negara” (
Wille des States
). Namun demikian, menurutnya
orang yang taat kepada hukum bukan karena negara
TEORI KEDAULATAN HUKUM
•
Prof. Mr. F. Krabbe dari Universitas Leiden
menentang teori Kedaulatan Negara, dalam bukunya
yang berjudul
Die Lehe der Rechtsouveranitet
(1906). Menurutnya sumber hukum ialah “rasa
keadilan” . menurut Krabbe hukum adalah apa yang
memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak yang
ditundukkan padanya. Suatu peraturan yang tidak
sesuai dengan rasa keadilan dari jumlah terbanyak
orang tidak dapat mengikat, peraturan-peraturan
demikian bukanlah “hukum”, walaupun masih
ASAS KESEIMBANGAN
•
Prof. Mr. R. Kranenburg (murid dari dan pengganti Prof.
Krabbe), mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya
kesadaran hukum orang. Kranenburg menguatkan ajaran
Krabbe, bahwa
kesadaran hukum
orang itu menjadi
sumber hukum
. Hukum itu berfungsi menurut suatu dalil
yang nyata (riil). Dalil yang riil dan nyata dirumuskan
sebagai berikut: Tiap orang menerima keuntungan atau
mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah
ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu.
•
Pembagian keuntungan dan kerugian dalam hal tidak
Penemuan Hukum
1.Pembentukan Hukum oleh
Hakim
2.Penafsiran Hukum
Pembentukan hukum oleh hakim
1. Hakim merupakan Faktor Pembentuk Hukum
Pengadilan sebagai tempat setiap orang mencari
keadilan
dilarang menolak suatu perkara yang diajukan
kepadanya
untuk diperiksa dan diputuskannya dengan
alasan bahwa
hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib
memeriksa
dan menyelidikinya; hal ini disimpulkan dari
ketentuan
pasal 22 AB dan pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970
(UU
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman).
2. Keputusan Hakim Bukan Merupakan
Peraturan Umum
Walaupun hakim ikut menentukan hukum,
menciptakan
peraturan-perundangan, namun kedudukan
hakim
bukanlah anlah sebagai pemegang kekuasaan
Legislatif.
Oleh karena itu, keputusan hakim hanya berlaku
pihak2
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM
Hakim memenuhi kekosongan hukum
Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu
hukum ada ruang kosong yang diisi hakim, belumlah dianut
orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai
kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup (paham
tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima
oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan
bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka
(
open system van het recht
) maksudnya hukum itu menjadi
dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.
Konstruksi hukum
Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat
Macam-macam Penafsiran
1. Penafsiran gramatikal
Yaitu penafsiran berdasarkan pada bunyi undang-undang
dengan pedoman pada
arti kata-kata
dalam hubungannya
satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam
undang-undang. Penafsiran gramatikal semata-mata hanya
berdasarkan pada arti kata-kata menurut tata bahasa atau
kebiasaan dalam penggunaan sehari-hari.
Contoh: Pasal 1140 KUH Perdata menentukan bahwa
2. Penafsiran historis
Yaitu penafsiran yang berdasarkan pada sejarah baik sejarah
terbentuknya undang-undang (proses pembentukan
undang-undang dari memori penjelasan, laporan sidang di
DPR, surat menyurat antara menteri dan DPR), maupun
sejarah hukum (termasuk penyelidikan terhadap maksud
pembentuk undang-undang pada waktu membentuk
undang-undang tersebut) dengan menyelidiki asal usul
suatu peraturan dikaitkan dengan suatu sistem hukum
yang pernah berlaku atau dengan suatu sistem hukum
asing tertentu.
Contoh: seseorang yang melanggar hukum atau
melakukan tindak pidana dihukum denda Rp 5.000,00
3. Penafsiran sistematis
Yaitu penafsiran yang memperhatikan
susunan kata-kata yang berhubungan dengan
bunyi pasal=pasal lainnya baik dalam
undang-undang itu sendiri maupun undang-undang-undang-undang
lainnya. Asas monogami yang tercantum
dalam pasal 27 KUH Perdata adalah menjadi
dasar pasal-pasal 34, 60, 64, dan 86 KUH
4. Penafsiran teleologis (sosiologis)
Yaitu penafsiran yang memperhatikan tentang tujuan
undang-undang itu, mengingat kebutuhan masyarakat
berubah menurut masa atau waktu, sedang bunyi
undang-undang tetap. Konkritnya walaupun suatu
undang-undang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
akan tetapi kalau undang-undang itu masih berlaku,
maka tetap diterapkan terhadap kejadian atau
peristiwa masa kini. Namun pengertiannya
disesuaikan dengan situasi pada saat ketentuan itu
diterapkan. Jadi penerapan peraturan
5.Penafsiran otentik
Yaitu penjelasan terhadap kata-kata, istilah dan
pengertian di dalam peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh pembuat
undang-undang itu sendiri dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangktan.
Contoh:
•
Pasal 95 KUH Pidana: “Kapal Indonesia adalah
kapal yang menurut undang-undang memiliki
surat-surat untuk dapat berlayar.
•
Pasal 98 KUH Pidana: “Malam hari adalah waktu
6. Penafsiran analogis
Penafsiran dengan memberi ibarat (kias) pada
kata-kata tersebut sesuai dengan asas
hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang
tidak cocok dengan peraturannya, dianggap
sesuai dengan bunyi peraturan itu.
Contoh:
Istilah menyambung listrik dianggap sama
dengan mengambil aliran listrik.
Menjual yang dimaksud dalam pasal 1576
KUH Perdata dianggap sama dengan
7. Penafsiran a contrario
Yaitu penafsiran dengan cara melawankan
pengertian antara soal yang dihadapi dengan
masalah yang diatur dalam suatu pasal
undang-undang.
Contoh:
Dalam pasal 34 KUH Perdata ditentukan bahwa
seorang janda dilarang menikah lagi sebelum
lewat 300 hari setelah perkawinan yang
terdahulu putus. Ketentuan pasal 34 KUH
Perdata tersebut tidak berlaku bagi duda,
8.Penghalusan hukum
•
Yaitu penafsian dengan cara menyempitkan berlakunya
ketentuan undang-undang karena jika tidak akan terjadi kerugian
yang lebih besar.
•
Contoh:
•
Perbuatan melawan hukum sebagaimana yang termaksud
dalam pasal 1365 KUH Perdata adalah sangat luas lingkupnya
sehingga pasal tersebut dapat diterapkan terhadap kasus
tertentu yang khusus sifatnya. Jika terjadi suatu peristiwa dimana
karena akibat perbuatan seseorang orang lain menderita rugi,
tetapi orang yang menderita rugi itu turut melakukan perbuatan
tersebut, maka orang yang menderita rugi itu hanya berhak
menuntut ganti rugi sebagian saja, karena dia juga turut
Disamping penafsiran-penafsiran tersebut di
atas masih ada penafsiran lain yaitu:
1 Penafsiran ekstensif, yaitu penafsiran dengan memperluas
arti kata-kata dalam peraturansehingga suatu peristiwa
dapat dimasukkannnya. Contoh: Aliran listrik ditafsirkan
sebagai benda (
imateriil)
.
2 Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti
kata-kata dalam peraturan. Contoh: kerugian ditafsirkan tidak
termasuk kerugian yang tidak berwujud (
imateriil)
.
3. Penafsiran komparatif yaitu penafsiran dengan cara
membandingkan dengan penjelasan-penjelasan berdasarkan
perbandingan hukum, agar dapat ditemukan kejelasan suatu
ketentuan undang-undang.
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM
Menyusun suatu undang-undang memerlukan waktu yang lama sekali sehingga pada waktu undang-undang itu dinyatakan berlaku hal-hal atau keadaan yang hendak diatur oleh undang-undang tersebut sudah berubah, terbentuknya suatu peraturan-peraturan senantiasa terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang ada dalam perkembangan masyarakat.
1. Hakim memenuhi kekosongan hukum
Adapun pendapat dalam sistem formal dalam suatu hukum ada ruangan kosong yang diisi hakim, belumlah dianut orang.namun demikian, paham tentang hukum sebagai kesatuan yang bulat dan lengkap yang tertutup
(paham tentang di luar UU tidak ada hukum) tidak dapat diterima oleh sarjana hukum, sehingga Paul Scholten mengatakan bawa hukum itu merupakan suatu sistem yang terbuka (open system van het recht) maksudnya hukum itu
menjadi dinamis dan mengikuti proses perkembangan masyarakat.
2. Konstruksi hukum
Degan menggunakan kontruksi hukum, hakim dapat menyempurnakan
sistem formal dari hukum, yakni sistem peraturan perundangan yang berlaku (hukum positif).
Kodifkasi
Hukum yang dikodifkasikan adalah hukum tertulis, tetapi tidak semua hukum tertulis itu telah dikodifkasikan, sehingga hukum dari bentuknya dapat dibedakan antara: 1. Hukum tertulis:
a. Hukum tertulis yang dikodifkasikan (codifcate). Contoh KUHP, KUH Perdata, b. Hukum tertulis yang tidak dikodifkasi. Contohnya, undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden.
2 Hukum tak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini oleh masyarakat serta ditaati berlakunya sebagai kaidah hukum. Hukum demikian lazim disebut hukum kebiasaan (Common Law).
Beberapa keuntungan dgn dilakukannya kodifkasi dikemukakan oleh para ahli al: 1. Kodifkasi itu menghindarkan tindakan sewenang2 dari para peguasa, para hakim, 2. Kodifksi menjamin adanya kepastian hukum (recht Zekerheid) sehingga para penguasa, para petugas hukum ataupun anggota masyarakat dapat mengetahui batas-batas hukum yang berlaku.
3. Kodifkasi memungkinkan adanya unifkasi dalam hukum, yaitu kesatuan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang sama yang berlaku bagi seluruh anggota masy. 4. Tanpa adanya kodifkasi, akan terjadi perbedaan-perbedaan perumusan peraturan hukum, terutama di daerah-daerah yang pada umumnya masih berlaku hukum tidak tertulis (hukum adat).
Penggolongan Hukum
1.
Hukum berdasarkan sumbernya
a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam
prt peruu;
b. Hukum adat dan hukum kebiasaan, yaitu hukum yang diambil
dari
peraturan-peraturan adat dan kebiasaan;
c. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk dari
putusan peng;
d. Hukum traktat, yaitu hukum yang diterapkan oleh
negara-negara
peserta perjanjian internasional;
e. Hukum doktrin, yaitu hukum yang berasal dari pendapat para
ahli
hukum terkenal.
2. Hukum berdasarkan bentuknya, hukum dapat
digolongkan menjadi
:
a. Hukum tertulis, biasanya dalam bentuk prt
perundang-undangan.
- hukum tertulis yang dikodifkasikan (
codifcate
).
Kodifkasi adalah pengumpulan hukum sejenis, yang tersusun
secara
lengkap dan sistematis dalam sebuah kitab UU. Contoh
KUHP
-hukum tertulis yang tidak dikodifkasi. Contohnya, uu,
pp,keppres.
b. Hukum tidak tertulis, ialah kaidah yang hidup dan diyakini
oleh masya.
Sambungan
3. Hukum berdasarkan isinya,
atau
kepentingan yang diatur, hukum dapat
digolongkan menjadi:
a. Hukum privat/sipil, adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang menitikberatkan
pada kepentingan perorangan yang bersifat
pribadi.
b.Hukum publik,adalah hukum yang mengatur
hub hukum antara orang dengan negara
Perbedaan antara hukum privat dengan hukum publik:
Hukum Privat Hukum Publik
1. Mengutamakan
kepentingan
individu;
2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat
khusus;
3. Dipertahankan oleh individu;
4. Asas damai diutamakan, hakim
mengupayakannya..
5. Setiap saat gugatan penggugat
dapat ditarik kembali penggugatan;
6. Sanksinya berbentuk perdata.
1. Mengutamakan pengaturan kepentingan umum;
2. Mengatur hal ikhwal yang bersifat umum;
3. Dipertahankan oleh negara melalui jaksa;
4. Tidak mengenal asas perdamaian;
Persamaannya
• Keduanya merupakan norma hukum yang
mengatur kehidupan manusia;
• Keduanya mempunyai sanksi hukum yang
dapat dikenakan kepada pelanggarnya;
• Keduanya tetap tunduk pada
4. Hukum berdasarkan tempat berlakunya
a. Hukum nasional, ialah hk yang berlakunya pada suatu neg ttentu; b. Hukum internasional, ialah hkm yang mengatur hub antara neg
satu dengan neg lain (hubungan internasional);
c. Hukum asing, adalah hkm yang berlaku di negara lain jika dipandang dari suatu negara tertentu.
5. Hukum berdasarkan masa berlakunya:
a. Hukum positif (ius constitutum), yaitu hukum yang berlaku saat ini, pada masy tertentu, dan wil tertentu. Hkm positif biasa juga disebut tata hukum. Contoh dari hukum positif, misalnya Hukum Pidana berdasarkan KUHP sekarang;
b. Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan berlaku pada masa yang akan datang (ius constituendum). Contoh dari hukum yang dicita-citakan, misalnya hukum keuangan
6. Hukum berdasarkan cara mempertahankannya, atau berdasarkan fungsinya, dapat digolongkan menjadi:
a. Hukum meteriil, yaitu hkm yang mengatur tentang isi hub
hkm antara sesama anggota masy, antara anggota masy
dengan penguasa neg, antara masy dengan penguasa
negara, dan antara masyarakat dengan masyarakat itu
sendiri. Di dalam hukum materiil ini ditetapkan mana sikap
tindak yang diharuskan (
gebod
), mana yang dilarang
(
verbod
), dan mana yang dibolehkan
(mogen
), termasuk
akibat hukum dan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Dgan
demikian hukum materiil menimbulkan hak dan kewajiban
sebagai akibat yang timbul karena adanya hub hkm.
b. Hukum formal, yaitu hkm yang mengatur bgm cara
penguasa mempertahankan dan menegakkan serta
melaksanakan kaidah-kaidah hukum materiil, dan
bagaimanakah caranya menuntutnya apabila hak
7. Hukum berdasarkan sifatnya
, atau kekuatan
berlakunya atau sanksinya, dapat digolongkan:
a. Hukum memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati dan bersifat mutlak daya ikatnya. Ini berarti bahwa kaidah hukum yang memaksa ini berisi ketentuan hukum yang dalam situasi apapun tidak dapat dikesampingkan melalui perjanjian para pihak. Ada hukum memaksa yaitu harus dilaksanakan. Contoh, Pasal 340 KUH Pidana, yang menetapkan:
“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara sumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
b. Hukum mengatur (fakultatif), yaitu kaidah hukum yang dapat dikesampingkan oleh para pihak yang bersangkutan dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam
suatu perjanjian yang mereka adakan. Kaidah hukum semacam ini baru akan berlaku apabila para pihak tidak menetapkan aturan tersendiri di dalam perjanjian yang
mereka adakan. Ketentuan ini dapat kita lihat dalam Pasal 1152 KUH Perdata:
“hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bahwa diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak”.
Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa sering pemberi gadai tetap menguasainya. Misalnya menggadaikan mobil.
8. Hukum berdasarkan wujudnya, dapat terbagi dalam dua bagian:
a. Hukum objektif adalah mengatur pula hubungan antara anggota
masyarakat dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan lainnya, dan antara masyarakat dengan negara. Orang-orang yang
mengadakan hub hukum dinamakan subjek hkm
b. Hukum subjektif, ialah kewenangan atau hak yang diperoleh seseorang berdasarkan hukum objektif. Seseorang yang mengadakan hubungan hukum dengan orang lain akan memperoleh hak dan kewajiban. Jadi hak atau kewajiban seseorang yang diperoleh karena saling mengadakan hubungan hukum itulah yang dinamakan hukum subjektif.
* Contoh: A mengadakan perjanjian jual beli sebidang tanah dengan B. A sebagai
pemilik tanah, B sebagai pembelinya. Apabila sudah tercapai kata sepakat di
antara A dan B, maka timbullah hak bagi A untuk menerima sejumlah uang harga
tanah yang sudah disepakati oleh B dan mempunyai kewajiban menyerahkan
tanah itu kepada B bila tanah telah dibayar lunas. Sebaliknya B mempunyai hak
untuk meneima dan memiliki tanah itu setelah kewajibannya memayar lunas
harga tanah itu dilaksanakan.
* Hukum yang mengatur perjanjian antara A dan B itu adalah hukum objektif,
sedangkan hak atau kewajiban yang timbul adalah hukum subjektif.
SUBJEK HUKUM
Dalam dunia hukum perkataan orang (
persoon
)
berarti
pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai
hak dan
kewajiban dan disebut subjek hukum. Dewasa
ini
subjek hukum itu terdiri dari:
»
manusia (natuurlijke persoon);
»
badan hukum (recht persoon),
yaiu:
Mereka yang oleh hukum telah
dinyatakan tidak cakap untuk
melakukan sendiri perbuatan ialah:
1. Orang yang masih di bawah umur (belum
mencapai usia 18 tahun) = belum dewasa.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
seorang laki-laki disebut dewasa apabila ia telah
berumur 18 tahun, sedangkan untuk perempuan
apabila ia telah berumur 15 tahun.
2. Orang yang tak sehat pikirannya (gila),
pemabuk, dan pemboros, yakni mereka yang
ditaruh di bawah curatele (pengampuan).
Suatu badan hukum hampir selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari
kekayaan anggotanya;
2. Memiliki hak dan kewajiban yang
terpisah dari hak dan kewajiban para
anggotanya secara pribadi.
3. Memiliki sifat keseimbangan, sebab hak
dan kewajiban badan hukum tetap
Di samping itu, dilihat dari bentuknya badan hukum dapat berbentuk:
1. Korporasi (
corporation
), yaitu sekumpulan orang,
yang untuk hubungan hukum tertentu sepakat
untuk bertindak dan bertanggungjawab sebagai
satu subjek hukum tersendiri. Misalnya,
Perseroan Terbatas, Partai Politik, dsb.
2. Yayasan (
foundation
), yaitu kekayaan yang
bukan milik seseorang atau suatu badan hukum,
yang diberi tujuan tertentu. Yayasan tidak
Objek hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi
subjek hukum dan dapat menjadi pokok suatu perhubungan
hukum yang dilakukan oleh subjek-subjek hukum.
Dalam bahasa hukum, objek hukum dapat juga disebut hak
atau benda yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki subjek
hukum.
Ada yang mengatakan hak:
sebagai izin atau kekuasaan yang diberikan hukum, ada yang mengidentikan hak dengan wewenang.
Istilah hak dan/atau wewenang
Bahasa Latin, ius,
Bahasa Inggris diberi istilah right.
Bahasa Perancis digunakan istilah droit.
Secara umum, kita dapat membedakan hak menjadi dua, yaitu:
1. Hak mutlak (absolut)
Adalah suatu hak yang diberikan kepada
seseorang guna melakukan suatu perbuatan, hak
mana dapat dipertahankan terhadap siapa pun
juga, dan sebaliknya siapa pun wajib menghormati
hak tersebut. Seperti hak asasi manusia (HAM), hak
publik, dan hak keperdataan.
2. Hak nisbi
Hak nisbi adalah suatu hak yang memberi
wewenang kepada seseorang untuk menuntut agar
orang lain memberikan sesuatu, melakukan
1. Benda berwujud, ialah segala sesuatu yang dapat dilihat
dan diraba dengan indra manusia. Contoh rumah, tanah,
meja, kursi, dan sebagainya.
2. Benda tidak berwujud, (benda immateriil) yaitu segala
macam hak, seperti hak. cipta, hak atas merek, dan
sebagainya.
Menurut pasal 504 KUH Perdata benda dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Benda bergerak (benda tak tetap) benda-benda yang
dapat dipindahkan..
Benda yang dapat bergerak sendiri (hewan).
Benda yang dapat dipindahkan (meja, kursi).
Benda bergerak karena penetapan undang-undang (hak pakai,
bunga).
2. Benda tidak bergerak, benda-benda yang tak dapat dipindahkan
Benda tidak bergerak karena sifatnya (tanah, rumah).
Benda tidak bergerak karena tujuannya (gambar,
kaca, alat percetakan yang ditempatkan di gedung).
Benda tak bergerak karena penetapan undang-undang
(hak pakai, hak usaha).
Subjek hukum dan objek hukum penting diketahui untuk
ditentukan siapakah yang menjadi pendukung hak yaitu,
hak dan kewajiban? Subjek sebagai pelaku yang
menyebabkan terjadinya hubungan hukum dalam
menyarakat dapat berupa:
Orang dengan orang
Orang dengan negara;
Orang dengan benda;
Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum
rechtsfeit
adalah
peristiwa
kemasyarakatan yang akibatnya diatur
oleh
hukum. Karena peristiwa itu akan
menimbulkan akibat hukum. Perlu
diperhatikan
bahwa tidak setiap peristiwa
kemasyarakatan
Skema peristiwa hukum
Peristiwa
Hukum
Perbuatan hukum Perbuatan hukum bersegi satuIstilah Perbuatan Hukum
adalah perbuatan atau tindakan subjek hukum
yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum
yang dikehendaki oleh pelaku.
Hak dan kewajiban yang timbul inilah yang
dimaksud dengan akibat hukum.
Perbuatan hukum dibedakan menjadi dua:
Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak).
Perbuatan hukum bersegi dua (timbal balik).
Perbuatan hukum bersegi banyak, seperti perjanjian
Hubungan hukum dibedakan menjadi dua:
Hubungan hukum sepihak, yaitu hubungan
hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban
bagi masing-masing pihak secara
berlawanan. Contoh: kasus penghibahan atas
tanah dari orang tua angkat kepada anak
angkatnya.
Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan
hukum yang dapat menimbulkan hak dan
Akibat hukum
akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap
objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan
karena kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang
bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai
akibat hukum.
Akibat hukum inilah yang kemudian melahirkan suatu hak dan
kewajiban bagi para subjek hukum.
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa
hukum. Contoh mengenai akibat hukum, yaitu:
Terdapatnya suatu hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual adalah akibat dari perbuatan jual beli antara pemilik rumah dan pembeli
rumah;
Penjatuhan hukuman terhadap seorang pencuri adalah akibat hukum
Pengertian Hak
•
Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif
kepada subjek hukum. Misalnya kewenangan yang diberikan oleh
hukum objektif kepada seseorang yang memiliki tanah
•
Hak dibedakan menjadi dua, yaitu, hak mutlak ialah kewenangan
atau kekuasaan mutlak yang diberikan oleh hukum kepada
subjek hukum. Hak mutlak ada beberapa macam:
Hak asasi manusia (misalnya hak seseorang untuk bebas
memeluk agama);
Hak publik mutlak (misalnya hak negara untuk memungut
pajak);
Hak keperdataan (misalnya hak/kekuasaan orang tua
terhadap anak).
•
Hak relatif (hak nisbi), ialah yang memberikan kewenangan
Hapusnya hak karena:
1. Pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia
dan tidak ada pengganti atau ahli waris yang ditunjuk
baik oleh pemegang hak yang bersangkutan maupun
oleh hukum.
2. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat
diperpanjang lagi.
3. Telah diterimanya sesuatu benda yang menjadi objek
hak. Misalnya seseorang yang mempunyai hak waris
atau hak menagih piutang
4. Kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh
hak sudah dipenuhi.
Kewajiban juga dapat hapus:
1. Karena meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban
dan tanpa ada penggantinya, baik ahli waris maupun
orang lain atau badan hukum yang ditunjuk oleh hukum.
2. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang.
3. Kewajiban sudah dipenuhi oleh orang yang
bersangkutan.
4. Hak yang melahirkan kewajiban telah hilang.
5. Kadaluarsa (
verjaaring
)
extinctief
.
6. Karena ketentuan undang-undang.
7. Kewajiban telah beralih atau dialihkan kepada pihak lain.
8. Adanya sebab yang di luar kemampuan manusia,
PENYALAHGUNAAN HAK
•
Penyalahgunaan hak dianggap telah
terjadi manakala seseorang
menggunakan haknya dengan cara yang
bertentangan dengan tujuan untuk
ASAS-ASAS HUKUM
Menurut terminologi bahasa, yang
dimaksud
dengan istilah asas ada dua pengertian.
Pertama adalah dasar, alas, pondamen.
Kedua adalah sesuatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar atau rumpun
berpikir atau berpendapat dan
Beberapa asas hukum, diantaranya:
•
Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars
,
adalah bahwa para pihak harus didengar. Contohnya
apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim
harus mendengar dari kedua belah pihak yang
bersengketa, bukan hanya dari satu pihak saja;
•
Cogitationis poenam nemo patitur,
tiada seorang
pun dapat dihukum oleh sebab apa yang
dipilkirkannya;
•
Fiat justitia ruat coelum
atau
Fiat justitia pereat
mundus,
sekalipun besok langit akan runtuh atau
dunia akan musnah, keadilan harus tetap
ditegakkan;
•
Geen straf zonder, tiada hukuman tanpa kesalahan;
Sambungan
•
Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior drogat legi
anteriori,
undang-undang yang lebih baru menyampingkan
undang-undang yang lama.
•
Lex specialis derogat legi generali,
undang-undang yang khusus
didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum.
•
Lex superior derogat legi inferiori,
undang-undang yang lebih
tinggi mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah
tingkatannya.
•
Presumption of innocence,
biasa juga disebut asas praduga tidak
bersalah, yaitu bahwa seseorang dianggap tidak bersalah
sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan
putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan yang tetap.
•
Qui tacet consentine videtur,
siapa yang berdiam diri dianggap
menyetujui.
Sistem hukum
Sistem hukum adalah suatu kesatuan
yang utuh
dari tatanan-tatanan yang terdiri dari
bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama
lainnya
saling berhubungan dan kait-mengait
secara
Lawrence M. Friedman, suatu sistem hukum dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
•
Komponen Struktural, adalah bagian-bagian dari sistem
hukum yang bergerak di dalam suatu mekanisme.
Contohnya lembaga pembuat undang-undang,
pengadilan, dan berbagai badan yang diberi wewenang
untuk menerapkan dan menegakkan hukum.
•
Komponen Substansi, adalah suatu hal nyata yang
diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil nyata ini dapat
berbentuk hukum
in-concreto
atau kaidah hukum
individual, maupun hukum
in-abstracto
atau kaidah
hukum.
•
Komponen Budaya Hukum, adalah sikap-tindak warga
masyarakat beserta nilai-nilai yang dianutnya. Misalnya,
adanya rasa malu dan rasa salah apabila melanggar
Fuller ada delapan asas (
Principles of
Legality
) yang harus dipenuhinya, yaitu:
•
Suatu sistem hukum itu harus mengandung aturan-aturan
yang tidak hanya memuat keputusan yang bersifat sementara
(ad-hoch
);
•
Peraturan itu setelah selesai dibuat harus diumumkan;
•
Berlaku asas fksi,
•
Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut,
•
Peraturan itu harus dirumuskan dan disusun dengan kata-kata
yang mudah dimengerti;
•
Suatu sistem hukum tidak boleh mengandung tuntutan yang
melebihi dengan apa yang dapat dilakukan;
•
Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan,
•
Suatu sistem tidak boleh mengandung aturan yang
Pengantar Tata Hukum Indonesia
•
Tata hukum ialah semua peraturan hukum yang
diadakan/diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan
berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu
•
TATA HUKUM INDONESIA DAN TUJUAN TATA HUKUM
a. Tata hukum di Indonesia saat ini (
ius consitutum
),
b. Hukum atau kaidah-kaidah yang kita cita-citakan (
Ius
constituendum
).
•
Ilmu pengetahuan yang berobjekkan hukum yang sedang
berlaku dalam suatu negara dikatakan ilmu pengetahuan
hukum positif.
Saat Timbulnya Tata Hukum Indonesia
Pada saat proklamasi negara RI
17-08-1945
Aturan2 sebelum proklamasi dapat
berlaku dengan ketentuan:
a. Selama hukum tsb tidak
bertentangan dg
jiwa proklamasi
b. Selama belum diubah, dicabut, atau
diganti
dengan yang baru
c. Selama tidak bertentangan dengan
jiwa
Peraturan pada zaman Hindia Belanda
a. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia, disingkat A.B.
(Ketentuan-ketntuan Umum tentang Peraturan-Perundangan untuk
Indonsia). A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847 termuat dalam
Stb. 1847/23. Beberapa ketentuan penting dalam AB ini misalnya
terdapat dalam pasal 15 dan 22.
b. Regerings Reglement (R.R
)
yang dikeluarkan pada 2 September
1854 yang termuat dalam Stb. 1854/2. Ketentuan yang penting
dalam R.R. ini misalnya yang diatur dalam pasal 75.
c. Indische Staatsregeling (IS)
atau
Praturan Ketatanegaraan
Indonesia
. Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement
tersebut diubah menjadi
Indische Staatsregeling (I.S),
termuat
dalam Stb. 1925/415 yang mulai berlaku pada 1 Januari 1926.
R.R. dan IS ini adalah peraturan-peraturan pokok yang dapat
Peraturan Pokok di Zaman Penjajahan Jepang
•
Satu-satunya peraturan pokok yang
diadakan Pemerintah Militer Jepang di
Indonesia ialah Undang-undang No. 1
Tahun 1942 yang menyatakan
berlakunya kembali semua
Berlakunya peraturan sebelum Proklamasi
Pasal II Aturan Peralihan: “Segala badan negara
dan peraturan yang ada masih langsung berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini”.
1. Tidak cukup waktu untuk membuat peraturan-
peraturan yang baru untuk menggantikan
semua peraturan-peraturan yang diadakan
kedua pemerintahan jajahan tersebut.
2. Jika peraturan perundangan Jepang dan
Berlakunya Peraturan masa RIS
•
Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 Agustus 1950
ialah segala peraturan-peraturan yang diadakan berdasarkan
Konstitusi RIS 1949, dan peraturan-peraturan yang dinyatakan
berlaku oleh Konstitusi RIS tersebut.
•
Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi
RIS itu adalah segala peraturan-peraturan yang telah ada
sebelum terbentuk Konstitusi RIS pada 6 Februari 1950, seperti
yang dinyatakan oleh Pasal 192 Ketentuan Peralihan Konstitusi
RIS
“Peraturan-peraturan dan ketentuan tata-usaha yang sudah
ada pada saat Konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku dengan
tidak berubah sebagai peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan Republik Indonesia sendiri selama dan sekedar
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut,
ditambah atau diubah oleh Undang-undang dan
UUDS-1950
• Semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku pada masa Konstitusi
RIS yang diambil alih oleh UUDS-1950 (Pasal 142 Ketentuan Peralihan),
ditambah dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan UUDS-1950 tersebut selama masa UUDS 1950.
• Peraturan Perundangan yang dinyatakan berlaku oleh UUDS-1950 ialah segala
peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus 1950. Sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142 Ketentuan Peralihan:
• “Peraturan undang-undang dan ketentuan-ketntuan tata usaha negara yang
sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai ketentuan RI sendiri, selama dan sekedar
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, ditambah, atau diubah oleh Undang-undang dan ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD ini.”
• Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan-peraturan perundangan yang ada
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
• Akhirnya semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku
selama masa berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih oleh UUD 1945 (UUD 1945 dinyatakan berlaku dengan Dekrit Presiden), ditambah: 1. Peraturan perundangan yang dibuat berdasarkan UUD 1945.
2. ditambah lagi dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan Dekrit Presiden (sebagai peraturan-peraturan pelaksanaan Dekrit
Presiden tersebut sepanjang belum dicabut) berlaku pada masa sekarang ini.
Alhasil dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan:
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Setelah Dekrit Presiden) juncto (berhubungan dengan);
• Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI 1950 juncto;
• Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi RIS 1949 juncto;
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Proklamasi) juncto;
Hukum Perdata
SEJARAH HUKUM PERDATA
• Hukum Perdata Barat itu semua berasal dari Hukum Romawi. Sekitar tahun 50 Sebelum Masehi, bangsa Romawi berhasil menguasai Eropa Barat di bawah pimpinan Julius Caesar, yang kemudian memberlakukan hukumnya di samping hukum asli yang telah lebih dulu berlaku.
• Setelah berabad-abad berlangsung ketidak satuan hukum itu, maka Perancis ketika di bawah kekuasaan raja Louis XV mulai berusaha membentuk kesatuan hukum.
Tahun 1804 Code Civil des Francais,
Tahun 1807 diundangkan lagi dengan nama Code Napoleon, meliputi Code Civil de Commerce dan Code Penal.
Kodifkasi hukum perdata itu terutama bersumber dari
Hukum Romawi di samping juga bersumber dari hukum asli Perancis
dan Hukum Gereja (hukum Katolik).
• Dalam tahun 1811 s.d. 1813 kode Napoleon.
• Setelah berakhirnya penjajahan perancis, Belanda membentuk kodifkasi hukum perdata nasionalnya, dengan BW yang diundangkan dalam tahun 1838, walaupun sebagian besar bersumber dari Code Civil Perancis.
• Belanda menjajah Indonesia,1 Mei 1948 BW juga diberlakukan di Indonesia setelah disesuaikan dengan kondisi Indonesia saat itu. Diberlakukannya BW di Indonesia itu berdasarkan asas konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di