• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 MENGUMPULKAN DATA-DATA KUANTITATIF - BAB 6. Mengumpulkan data kuantitatif OKocx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 6 MENGUMPULKAN DATA-DATA KUANTITATIF - BAB 6. Mengumpulkan data kuantitatif OKocx"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

MENGUMPULKAN DATA-DATA KUANTITATIF

Proses pengumpulan data-data kuantitatif tidak semata-mata terdiri dari pengumpulan data semata. Anda perlu menentukan siapa partisipan yang akan diteliti. Kemudian, anda upayakan izin agar`mereka untuk bisa diteliti. Anda mengidentifikasi jenis-jenis pengukuran yang akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian anda, dan anda menentukan instrumen yang akan digunakan. Kemudian, anda bisa memulai mengumpulkan data.

Bab ini membicarakan lima jenis langkah:

 Mengidentifikasi lima langkah dalam proses pengumpulan data kuantitatif  Mendefenisikan pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam mengambil

sampel partisipan dalam penelitian kuantitatif

 Mendeskripsikan proses mendapatkan izin untuk meneliti individu-individu dan situs-situs penelitian

 Mengidentifikasi beberapa jenis data yang sering dikumpulkan dalam penelitian kuantitatif

 Mengidentifikasi bagaimana mencari, memilih, dan menilai instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data

 Mendeskripsikan prosedur pelaksanaan pengumpulan data

(2)

tipe indvidu atau organisasi yang bagamana yang akan anda teliti dan berapa banyak yang anda perlukan untuk penelitian anda tersebut. Penentuan ini memerlukan penetapan satuan analisis (unit analysis), kelompok dan orang-orang yang akan anda teliti, prosedur penyeleksian orang-orang ini, dan menentukan berapa banyak diantara orang-orang tersebut yang dperlukan untuk maksud analisis data.

Mengidenifikasi unit analisis

Siapa yang bisa memberikan informasi yang akan akan anda perlukan guna menjawab pertanyaan-pertanyan penelitian kuantitatif atau hipotesis anda? Beberapa kemungkinannya boleh jadi para siswa, para guru, para orang tua, orang-orang dewasa, beberapa kombinasi dari ini semua, atau keseluruhan sekolah. Pada tahan awal dari pengumpulan data ini, anda perlu menentukan pada tataran apa (misalnya individu, keluarga, sekolah, dinas pendidikan) data harus dikumpulkan. Tataran ini mengacu pada apa yang disebut unit of analysis (unit analisis). Pada beberapa penelitian, para peneliti mengumpulkan data dari berbagai tataran (misalnya individu dan sekolah), sedangkan pada penelitian lainnya mencakup pengumpulan data dari hanya satu atataran (misalnya kepala sekolah). Keputusan tentang ini tergantung pada pertanyaan penelitian atau hipotesis yang anda harus jawab. Disamping itu, data yang mengukur variabel independen bisa jadi berbeda dalam hal unit analisis dengan variabel dependen. Contoh, dalam penelitian berkenaan dengan pengaruh adolecent aggression (tingkah laku agresif dari para remaja) terhadap school climate (iklim sekolah), peneliti mengukur variabel independen, adolecent aggression, dengan jalan mengumpulkan data dari individu-individu sedangkan pengukuran variabel dependen, school climate, di dasarkan pada data-data dari keseluruhan sekolah dan iklimnya secara menyeluruh (misalnya apakah para siswa dan para guru percaya bahwa kurikulum sekolah mendukung pembelajaran).

Apabila Maria berkeinginan menjawab pertanyaan, “Kenapa para siswa membawa senjata ke sekolah?” apa unit analisis yang akan dia teliti? Bagaimana kalau ia ingin membandingkan jawaban terhadap pertanyaan “Kenapa para siswa di sekolah-sekolah pedesaan dan sekolah-sekolah-sekolah-sekolah perkotaan membawa senjata ke sekolah-sekolah?” dua buah unit analisi apa pula yang dia teliti?

(3)

Apabila anda menetapkan keseluruhan sekolah untuk diteliti atau sejumlah individu, anda perlu mempertimbangkan individu-individu atau sekolah-sekolah apa yang akan diteliti. Pada beberapa situasi kependidikan tertentu, anda mungkin akan memilih individu-individu untuk penelitian anda atas dasar siapa yang secara sukarela berpartisipasi atau siapa yang ada (misalnya siswa-siswa pada kelas tertentu). Walaupun demikian, individu-individu ini bisa jadi tidak persis sama (dalam hal karakteristik kepribadian atau kinerja atau sikap) dengan semua individu yang ingin diteliti.

Proses penelitian selanjutnya adalah memilih individu-individu atau sekolah-sekolah yang reprsentatif bagi keseluruhan kelompok individu atau sekolah-sekolah. Representative mengacu pada pemilihan individu-individu dari sebuah sample populasi sedemikian rupa sehingga individu-individu yang terpilih tersebut memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi yang diteliti, yang memungkinkan anda untuk mengambil kesimpulan dari sampel tersebut tentang populasi secara keseluruhan. Definisi ini memuat istilah-istilah, dan akan kita pilih istilah-istilah tersebut shingga anda bisa memahami prosedur-prosedur alternatif dalam menentukan individu-individu atau organisasi-organisasi mana yang akan diteliti.

Population (populasi) adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama. Contoh, semua guru yang membentuk populasi para guru, dan semua pimpinan (administrator) sekolah menengah pertama dalam lingkungan dinas pendidikan tertentu yang membentuk populasi dari para adminsitrator (pimpinan) sekolah menengah. Seperti yang diperlihatkan oleh contoh-contoh ini, populasi bisa besar bisa juga kecil lingkupnya. Anda perlu menentukan kelompok mana yang akan anda teliti.

Dalam prakteknya, peneliti kuantitatif memilih sampel dari sebuah daftar dan nama-nama orang yang ada. Target population (populasi sasaran) atau kerangka sampel adalah sekelompok individu (atau sekelompok organisasi) dengan karakteristik pembeda yang sama yang dapat diidentifikasi dan diteliti oleh si peneliti.

(4)

menengah pertama (sampel) dari populasi yang terdiri dari semua guru sekolah menengah di sebuah kota (populasi). Atau anda mungkin hanya bisa meneliti guru-guru biologi di dua sekolah di kota tersebut. Skenario pertama memperlihatkan penarikan sampel yang sistematik dan mantap yang disebut probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitistik) dan skenario kedua memperlihatkan penarikan sampel yang tidak sistematik dan tidak pula probabilistik.

Penarikan sampel probabilistik dan non probabilitistik

Para peneliti menggunakan pendekatan penarikan sample baik yang probabilistik maupun yang non probabilisti. Seperti diperlihatkan oleh Diagram 6.2, beberapa tipe dari kedua pendekatan itu tersedia. Para peneliti menetapkan tipe penarikan sampel yang mana yang akan digunakan atas dasar faktor-faktor seperti sejauh mana keandalan yang diinginkan, karakteristik populasi sasaran dan ketersediaan parisipan.

Dalam probabilistic sampling (penarikan sampel probabilitisk) si peneliti memilih individu-individu dari populasi yang representatif terhadap populasi tersebut. Ini merupakan bentuk penarikan sampel yang paling handal dalam penelitian kuantitatif karena si peneliti bisa menyatakan bahwa sampel penelitiannya merupakan representasi dari populasi dan karenanya bisa membuat generalisasi terhadap populasi.

Simple random sampling (penarikan sampel acak sederhana). Bentuk penarikan sampel probabilistik yang paling handal dari populasi adalah penarikan sampel acak sederhana. Dalam simple random sampling (penarikan sampel acak sederhana), si peneliti memilihi partisipan (atau unit analisis, seperti sekolah) sebagai sampel penelitiannya sehingga setiap orang memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih dari populasi. Tujuan dari penarikan sampel acak sederhana ini adalah untuk memilih individu-individu yang akan dijadikan sampel yang representatif terhadap populasi. Setiap bias yang trdapat di dalam populasi akan tersebar secara merata di antara orang-orang yang terpilih. Walaupun demikian, penyebaran secara merata tidak selamanya dimungkinkan, seperti dialami dalam Perang Vietnam ketika para perwira tidak mampu memutar dengan jumlah yang memadai piringan yang berisikan nama-nama kandidat potensial sehingga bisa menghasilkan pemeilihan yang acak (Wilijson & the Task Force on Statistical Inference, 1999).

(5)

populasi dan kemudian mengggunakan random numbers table (tabel angka acak), yang terdapat dalam banyak buku-buku teks statsitik, untuk memilih individu-individu (atau situs-situs) yang akan dijadikan sampel. Untuk prosedur ini, anda memerlukan daftar anggota populasi sasaran dan sebuah nomer harus diberikan kepada masing-masing individu.

Sebuah contoh dari random numbers table (tabel angka-angka acak) diperlihatkan oleh Tabel 6.1. Untuk menggunakan tabel ini, mula-mula berikan nomer pada seluruh individu dalam populasi (misalkan, populasi dari 110 anak kelas satu SD). Kemudian, mulai dari mana saja dari angka-angka dalam tabel angka-angka acak tersebut, cocokkan nomer tersebut dengan nomer yang ada dalam daftar yang anda miliki. Mulai dari kiri atas dari Tabel angka-angka acak dan terus ke bawah di dalam kolom yang sama. Akan terpilih enam orang anak kelas satu dari popuasi 100 orang anak kelas satu dengan nomer 52, 31, 44, 84, 71, dan 42. Dan ini terus dilanjutkan sampai anda mendapatkan jumlah anak kelas satu yang diperlukan sesuai dengan besar sampel yang diinginkan (selanjutnya dalam bahagian besarnya sampel, kita akan bicarakan berapa banyak anak kelas satu yang diperlukan).

(6)

Stratified sampling (penarkan sampel berstrata). Tipe sampel probablitik lainnya adalah penarikan sampel berstrata. Dalam penarikan sampel berstrata, peneliti membagi (menstrata) populasi atas dasar karakteristik tertentu (misalnya jender) dan kemudian, dengan menggunakan penarikan sampel acak sederhana, memilih sampel dari masing-masing sub kelompok (strata) dari populasi (misalnya laki-laki atau perempuan). Ini menjamin bahwa sampel akan mencakup karakteristik tertentu yang ingin dimasukkan oleh si peneliti ke dalam sampel.

Kapan stratifikasi digunakan? Anda menggunakan stratifikasi ketika di dalam populasi terlihat adanya ketidakseimbangan dalam sampel atas dasar sesuatu karakteristik tertentu. Misalkan terdapat lebih banyak jumlah laki-laki ketimbang perempuan di dalam populasi. Sebuah sampel acak sederhana dari populasi ini akan cenderung menghasilkan pemilihan laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan atau bahkan mungkin tidak ada perempuan. Dalam kasus yang manapun, pandangan laki-laki tentang pertanyaan-pertanyaan akan mendominasi atau merupakan pandangan yang eksklusif. Untuk mengoreksi hal ini, peneliti menggunakan penarikan sampel berstrata. Stfratifikasi menjamin bahwa strata yang diinginkan (perempuan) akan tewakili di dalam sampel sesuai proporsi keberadaannya di dalam populasi.

Sratifikasi juga digunakan apabila prosedur penraikan sampel acak sederhana akan menghasilkan lebih sedikit jumlah partisipan pada kategori tertentu (misalnya perempuan) ketimbang yang dibutuhkan bagi analisis statistik yang handal. Dengan adanya jumlah perempuan yang sedikit dalam populasi, misalnya, akan berujung pada kecenderung untuk memilih perempuan secara acak dengan jumlah yang sedikit. Ini pada gilirannya akan mendapatan jumlah yang terlampau sedikit untuk bisa dianalisis secara statistik.

Prosedur untuk memilih sampel acak berstrata terdiri dari (a) memilah populasi atas strata (misalnya laki-laki dan perempuan) dan (b) menarik sampel untuk masing-masing kelompok (misalnya perempuan dulu kemudian diikuti oleh laki-laki) sehingga individu-individu yang terpilih proporsional (sebanding) dengan keterwakilannya di dalam populasi. Coba lihat contoh bagimana prosedur ini diterapkan.

(7)

lebih banyak anak laki-laki etimbang ana-anak perempuan. Untuk menjamin terpilihnya anak laki-laki sesuai dengan poporsi keterwakilannya di dalam populasi, ia memilah daftar dari 9.000 orang anak ini menjadi anak laki-laki dan anak perempuan. Kemudian sepertiga (3.000/9.000) dari sampel itu dipilih perempuan dan dan dua pertiganya dipilih (6.000/9.000) laki-laki. Prosedur stratifikasi ini terdiri dari menstratifikasikan populasi menjadi dua kelompok (laki-laki dan perempuan) dan kemudian memilih individu-individu secara proporsiona; sesuai dengan keterwakilannya di dalam populasi secara keseluruhan, 200 orang anak laki-laki dan 100 orang anak perempuan.

Multistage cluster sampling (penarikan sampel gugus bertingkat/berthap jamak). Bentuk keempat dari penarikan sampel probabilistik adalah penarikan sampel gugus bertingkat jamak. Dalam penarikan sampel gugus bertingkat jamak ini, si peneliti memilih sebuah sampel dalam dua atau lebih tahap karena si peneliti tidak bisa mengidentifikasi populasi dengan mudah atau populasinya sangat besar. Apabila ini terjadi, akan sulit mendapatkan daftar yang komplit dari anggota populasi. Walaupun demikian, mendapatkan daftar yang komplit dari kelompok atau gugus di dalam populasi boleh jadi dimungkinkan (Vogt, 1999). Contoh, populasi dari semua siswa yang ber-resiko di seantero Amerika Serikat boleh jadi sulit untuk diidentifikasi, akan tetapi seorang peneliti bisa mendapatkan daftar dari siswa yang ber-resiko di sesuatu wilayah dinas pendidikan tertentu. Dengan menggunakan prosedur penarikan sampel gugus yang bertingkat jamak, si peneliti secara acak memilih wilayah-wilayah dinas pendidikan diseantero negeri dan mendapatkan daftar anak-anak yang ber-resiko dari masing-masing wilayah dinas pendidikan. Kemudian si peneliti memilih secara acak sampel daru masing-masing wilayah dinas pendidikan. Dengan memecak proses seperti ini membuatnya lebih mudah mengidentifikasi kelompok-kelompok dan membuat daftarnya. Walaupun demikian, dengan beberapa tahap dalam rancangan ini, prosedur ini menjadi rumit dan sanat tergantung pada karakteristik populasi (Babbie, 1998).

(8)

Disamping itu, andapun tidak bermaksud menggeneralisasikan temuan-temuan penelitian pada populasi secara keseluruhan, akan tetapi terbatas hanya sekedar mendeskripsikan sekelompok kecil populasi dalam penelitian. Perhitungan-perhitungan statistik deskriptif bisa jadi tepat digunakan pada sampel-ampel seperti ini dan membandingkannya dengan populasi yang lebih besar dalam rangka membuat inferensi dari sampel ke populasi. Para peneliti menggunakan dua pendekatan populer dalam penarikan sampel non probabilistik: convenience dan snowball sampling.

Convenience sampling: Dalam convenience sampling, si peneliti memilih partisipan karena mereka bersedia dan mudah diakses untuk diteliti. Dalam hal ini, si peneliti tidak bisa menyatakan secara confident (penuh percaya diri) bahwa individu-individu merupakan representasi dari populasi. Walaupun demikian, sampel tersebut bisa memberikan informasi yang berguna dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis. Coba lihat contoh convenience sampling berikut:

Seorang peneliti melakukan penelitian yang melibatkan para siswa pribumi Amerika menemukan bahwa sebahagian besar para siswa di sebuah sekolah adalah ana-anak pribum Amerika. Si peneliti memutuskan untuk meneliti kelompok ini di satu sekolah ini karena mereka tersedia (mudah diakses) karena si [eneliti memiliki izin dari kepala sekolahnya dan bisa mendapatkan persetujuan dari para siswa pribum Amerika tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Ini merupakan convenience sampling karena para partisipannya mudah diakses dan tersedia untuk diteliti.

(9)

Besarnya sampel

Ketika memilih partisipan untuk suatu penelitian, perlu ditenukan besarya sampel yang anda perlukan. Aturan yang bersifat umum adalah memilih sampel sebesar mungkin dari populasi. Makin besar sample, akan makin sedikit potensi kesalahan bahwa sampel tersebut akan berbeda dari populasi. Perbedaan antara taksiran skor sampel dan skor populasi yang sebenarnya disebut sampling error (kesalahan penarikan sampel). Seandainya anda secara terus menerus menarik sebuah sampel, rata-rata skor dari masing-masing sampel tersebut cenderung akan berbeda dari rata-rata skor sesungguhnya untuk keseluruhan populasi. Contoh, apabila kita mendapatkan skor dari anak-anak kelas enam di seantero negeri tentang pentingnya hubungan antara orang tua-anak, skor rata-rata, misalkan 30 dari nilai berskala 50. Tentu saja, kita tak mungkin meneliti setiap anak kelas enam, tapi kita mendapatkan sampel dari sebuah wilayah dinas pendidikan dan misalkan kita memperoleh rata-rata skor 35. Pada kesempatan lain, kita mungkin mendapakan angka 33, dan selanjutnya lagi 36, karena sampel kita berubah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Ini bermakna bahwa rata-rata skor yang kita dapatkan berbeda lima angka, tiga angka, dan satu angka dari angka rata-rata populasi yang sebenarnya. Perbedaan antara skor taksiran untuk sample dan skor populassi yang sebenarnya adalah kesalahan dalam penarikan sampel (sampling error).Karenanya, karena anda bisanya tidak mengetahui skor populasi yang sebenarnya (true population score), penting kiranya memilih sampel sebesar mungkin dari populasi untuk meminimalkan sampling error.

Dalam beberapa penelitian, anda mungkin memiliki jumlah partisipan yang terbatas yang dengan mudah tersedia untuk diteliti. Dalam kasus-kasus lain, faktor-faktor seperti akses, pendanaan, jumlah populassi secara keseluruhan, dan jumlah varoabel juga akan berpengaruh terhadap besarnya sampel.

Salah satu cara untuk menentukan besarnya sampel adalah memilih partisipan dengan jumlah yang memadai untuk prosedur-prosedur statistik yang anda ingin gunakan. Ini mengasumsikan bahwa anda telah mengidentifikasi statistik yang akan digunakan dalam analisis datanya nanti. Sebagai taksiran kasar, seorang peneliti dalam bidang pendidikan memerlukan:

 Kira-kira 15 orang partisipan pada setiap kelompok dalam sebuah eksperimen (lihat Bab 11)

(10)

 Kira-kira 350 orang individu untuk penelitian survai, akan tetapi besarnya sampel ini tergantung pada beberapa faktor (lihat Bab 13)

Angka-angka ini adalah taksiran atas dasar besarnya sampel yang diperlukan untuk prosedur-prosedur statistik sehingga sampel tersebut cenderung merupakan estimasi yang bagus bagi karakteristik populasi. Angka-angka tersebut tidaklah memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel melalui sample size formula (rumus besarnya sampel).

Sample size formula memberikan cara mengkalkulasi besarnya sampel anda atas dasar beberapa faktor. Penggunaan sebuah rumus menghindari terka-terkaan dalam menentukan banyaknya individu yang akan diteliti dan memberikan estimasi yang persis dari besarnya sampel. Rumus-rumus itu mempertimbangkan beberapa faktor pentig dalam menentukan besarnya sampel, seperti signifikansi dalam penggunaan uji statistik dan sampling error. Selanjutnya, anda tak perlu menghitung besarya sampel dengan menggunakan rumus. Dengan informasi yang minim, anda bisa mengidentifikasi besarnya sampel dengan menggunakan tabel yang tersedia bagi para peneliti.

Dua buah rumus yang digunakan adalah rumus besarnya sampel untuk survai (lihat Fink & Kosekoff, 1985; Fowler, 1988) dan a power analysis formula untuk penelitian ekperimen (Cohen, 1977;lipsey, 1990; Murphy & Myors, 1998). Lampiran B pada akhir buku teks ini memberikan faktor-faktor yang dapat anda masukkan ke dalam umus-rumus ini untuk menentukan jumlah partisipan untuk penelitian anda.

IZIN-IZIN APA SAJA YANG AKAN ANDA PERLUKAN?

Setelah mengidentifikasi dan menyeleksi partisipan untuk penelitian anda, selanjutnya anda perlu mendapatkan izin untuk meneliti. Izin ini akan menjamin kerjasama dalam penelituan dan dalam memberikan data. Disamping kerjasama, izin mereka juga mengakui bahwa mereka memahami tujuan penelitian anda dan anda akan memperlakukan mereka secara etis. Perundang-undangan mengharuskan bahwa anda menjamin hak-hak mereka yang kesediaannya anda minta untuk berpartisipasi dalam penelitian anda.

(11)

Dalam kebanyakan penelitian pendidikan, anda perlu mendapatkan izin dari berbagai indvidu dan kelompok sebelum anda mengumpulkan data. Izin-izin tersebut boleh jadi harus didapatkan dari:

 Insitusi atau organisasi (misalnya dinas pendidikan)  Situs-situs tertentu (misalnya sekolah menengah pertama  Partisipan atau kelompok partisipan

 Orang tua dari partisipan (orang tua anak kelas 3 SD)

 Kampus di mana penelitian dilakukan (izin dari Badan Pemberi Izin atau apaun namanya pada sesuatu perguruan tinggi atau univeritas)

Izin sering merupakan hal yang wajib dipenuhi sebelum anda memasuki suatu situs dan mengumpulkan data. Persetujuan ini biasanya didapatkan dari para pemimpin atau orang-orang yang memiliki otoritas di sesuatu organisasi. Mendapatkan izin dari orang-orang ini mengharuskan anda menghubungi mereka terlebih dahulu sebelum memulai suatu penelitian dan mendapatkan izin memasuki dan meneliti seting penelitiannya.

Cara yang paling baik untuk mendapatkan izin dari individu-individu atau kelompok-kelompok ini adalah dengan jalan mengirim surat secara formal. Masukkan informasi tentang tujuan penelitian, banyaknya waktu yang akan anda habiskan pada situs penelitian dalam rangka mengumpulkan data, banyaknya waktu yang akan dihabiskan oleh para partisipan, dan bagaimana anda akan memanfaatkan data dan hasil penelitian itu nantinya. Juga, nyatakan kegiatan-kegiatan apa yang anda lakukan, keuntungan atau manfaatnya apa yang akan didapatkan oleh organisasi atau individu dari penelitian tersebut, dan apa yang anda lakukan untuk memproteksi anonimitas dari para partisipan. Dengan memberikan informai seperti ini, berarti anda memperlihatkan kepedulian anda terhadap kemungkinan-keungkinan yang terjadi akibat intrusi penelitian ini terhadap tempat kerja dan kehidupan mereka serta memberikan jaminan terhadap harapan-harapan mereka secara realistik.

Persetujuan tertulis dari partisipan

(12)

Persetujuan Badan Pemberi Izin Penelitian

Pada tiga puluh tahun terakhir, perguruan tinggi atau universitas telah memberlakukan keharusan bagi para peneliti untuk memberikan jaminan kepada partisipan penelitian bahwa penelitian mereka tersebut akan membawa risiko yang sekecil-kecilnya bagi memonitor partisipan. Sebaliknya, para partisipan memberikan persetujuannya untuk berpartisipasi di dalam penelitian.

Pada akhir tahun 1970-an, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan untuk penelitian berbasis-kampus karena perlakuan yang tidak manusia dalam pelaksanaan eksperimen (misalnya eksperimen medis bergaya Nazi, pengujian-pengujian peledakan bom atom, dan eksperimen-eksperimen penyakit sipilis terhadap orang-orang hitam Amerika). Peraturan perundang-undangan ini mengharuskan lembaga-lembaga perguruan atau universitas mendirikan insititutional review board (semacam badan pemberi izin penelitian) untuk mengkaji dan memberikan izin penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dan dosen. Institutional reveiw board adalah sebuah panitia yang terdiri dari para dosen yang berkewajiban mengkaji dan memberikan persetujuan atas usul penelitian sehingga penelitian tersebut bisa memproteksi hak-hak para partisipan penelitian. Pendirian badan ini memperlihatkan salah satu contoh di mana penelitian yang dilakukan di kampus-kampus perguruan tinggi atau universitas telah diatur (Howe & Dougherty, 1993).

Proses mendapatkan izin Badan Pemberi Izin

Badan pemberi izin penelitian melaksanakan petunjuk yang disusun oleh suatu instansi, yang di Amerika Serikat disebut Federal Drug Admission atas dasar tiga butir prinsip etika: penghormati terhadap orang (kesediaannya, hak privasinya, dan anonimitasnya), kemanfaatan (menimbang manfaat penelitian versus resikonya terhadap individu-individu), dan keadilan (dari sisi ikut berbapartisipasi dalam penelitian). Dengan mematuhi petunjuk di atas, para peneliti menjamin bahwa para partisipan akan tetap memiliki otonomi dan pertimbangan bagi diri mereka sendiri terkait dengan resiko yang mereka tanggung demi tercapainya tujuan penelitian ( Howe & Dougherty, 1993).

(13)

Proses yang persis dalam mendapatkan izin tersebut bervariasi dari kampus yang satu ke kampus lainnya. Walaupun demikian, ada beberapa langkah dasar yang dilakukan oleh para mahasiswa dan dosen untuk mendapatkan izin dimaksud. Pemahaman akan proses ini akan membantu anda mengevaluasi etika berkenaan dengan penerbitan hasil penelitian dan menentukan apakah anda melakukan langkah demi langkah dalam penlitian anda secara etis.

1. Mulai dengan mengetahui proses tinjauan yang dilakukan oleh Badan Pemberi Izin Penelitian di kampus. Identifikasi individu-individu yang bertanggung jawab/berkewenangan mengkaji proyek tersebut, cari tahu tentang formulir-formulir yang diperlukan untuk itu, dan fahami betul prosedur permintaan izin secara meyeluruh. Badan pemberi izin boleh jadi memiliki brosur yang mendeskripsikan proses tersebut.

2. Tentukan infomasi apa yang diperlukan oleh badan tersebut dari kegiatan penelitian yang akan anda lakukan. Cakupan dan perhatian dari badan pemberi izin akan terkait dengan dua faktor (yakni lihat petunjuk yang diberikan oleh Universitas Nebraska di Lincoln, 1997). Pertama, tingkat resiko yang berkemungkinan sksn fislsmi oleh para partisipan di dalam penelitian anda (misalnya faktor-faktor yang terkait dengan psikologis, psikis, emosional, legal,sosial, atau ekonomis). Apakah resiko ini lebih rendah dari batas minimal? —resiko tak diketahui? Apakah berada pada batas minimal? – resiko-resiko yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari? Apakah lebih tinggi dari batas minimal? –resiko-resiko yang melebihi dari apa-apa yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari? Makin tinggi resikonya akan makin rinci deskripsi proyek tersebut harus dibuat, dan akan makin teliti badan pemberi izin itu akan mengkaji proyek kegiatan anda tersebut.

(14)

dengan dokumen-dokumen rahasia dan/atau spesimen-spesimen patologis dan pengujian HIV.

Apabila penelitian anda melibatkan populasi yang sensitif, proyek kegiatan anda setidak-tidaknya memiliki resio minimal atau lebih tinggi resio meinimal (sebagai lawan dari resiko tak diketahui) dan badan pemberi izin akan mengkajinya lebih teliti. Karena kebanykan penelitian pendidikan melibatkan anak-anak yang berumur di bawah 19 tahun, penelitian-penelitian seperti ini akan memerlukan kajian/tinjauan yang ekstensif dari pihak badan pemberi izin. 3. Persiapkan formulir pemberian persetujuan yang akan ditanda tangani oleh

para partisipan sebelum mereka berpartisipasi di dalam penelitian. Dapatkan persetujuan tertulis dari para partisipan sekalipun proyek kegiatan anda itu cuma memberikan resiko minimal kepada mereka kecuali apabila pengembalian angket atau instrumen dianggap sebagai persetujuan.

Persetujuan tertulis (an informed consent) adalah sebuah pernyataan yang ditanda tangani oleh para partisipan sebelum mereka berpartisipasi dalam penelitian. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa anda menjamin hak=hak tertentu dar mereka , an bahwa apabila mereka menanda tangani formulir pernyataan tersebut berarti mereka setuju untuk terlibat dalam penelitian dan mengaku akan memproteksi hak-hak mereka.

Diagram 6.4 memperlihatkan formulir pernyataan tersebut yang menyebutkan hak-hak para partisipan, termasuk hak mereka mereka untuk menarik diri kapan saja dari kegiatan penelitian, kesukarelaan merka berpartisi[asi dalam kegiatan tersebut, dan hak mereka untuk mengetahui tujuan penelitian.

Ada baiknya anda juga menuliskan sampel dari formulir pernyataan tersebut untuk digunakan dalam proyek penelitian anda. Dalam formulir tersebut, masukkan aspek-aspek yang diidentifikasi di kolom kanan alam Diagram 6.4 sehingga ia berisikan informasi esensial yang dipersyaratkan oleh badan pemberi izin.

4. Serahkan deskripsi dari penelitian yang diusulkan pada badan pemberi izin. Deskripsi ini termasuk tujuan dari penelitian, proses pengumpulan data, jaminan untuk memproteksi para partisipan, dan contoh formulir ernhytaan kesediaan.

(15)

telah menjamin proteksi para partisipan. Apabila disetujui, anda bisa melanjutkan kegiatan penelitian anda. Apabila ditolak, anda perlu datang menemui badan pemberi izin tersebut atau perwakilannya untuk mengetahui kenapa proyek anda ditolak dan apa yang harus anda ubah/perbaiki dari deskripsi atau prosedur dari proyek anda itu agar dapat disetujui.

INFORMASI APA YANG AKAN ANDA KUMPULKAN?

Dengan pengidentifikasian partisipan dan prosedur permintaan izin menliti, selanjutnya anda kembali pada bentuk-bentuk data spesifik yang akan membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Langkah ini mencakup pengidentifikasian variabel-variabe yang terandung dalam pertanyaan dan hiptesis penelitian, nerumuskn defenisi dari variabel-variabel ini, dan menimbang-nimbang informasi jenis apa yang akan membantu anda mengukur variabelvariabel ini, sebuah proses yang secara garis besar diungkapkan pada Diagram 6.5 dengan menggunakan contoh variabel self-efficacy.

Tentukan variabel-variabel dari pertanyaan dan hipotesis penelitian

Seperti dibicarakan dalam Bab 5, pertanyaan dan hipotesis penelitian mengandung variabel-varabel. Untuk menentukan data apa yang perlu dikumpulkan, anda perlu mengidentifikasi secara jelas variabel-variabel dalam penelitian anda. Ini mencakup variabel independen, variabel dependen, dan variabel kontrol. Salah satu strategi yang bermanfaat adalah membuat daftar variabel-variabel sehingga anda bisa menentukan variabel-variabel apa yang terlibat dalam penelitian tersebut, seperti dibicarakan dalam Bab 5.

Defenisikan masing-masing variabel secara operasional

(16)

ensiklopedia (sudah dibicarakan dalam Bab 4). Dalam situasi tertentu, defenisi yang jelas dan langsung dapat diterapkan serta cocok untuk penelitian anda tidak ditemukan, dan anda perlu mengembangkan sendiri defenisi anda. Apabila ini terjadi, anda harus menguji atau mendiskusikannya dengan teman sejawat mahasiswa atau dengan individu-individu yang punya pengetahuan tentang topik dan variabel yang anda ingin teliti sebelum digunakan dalam penelitian anda. Defenisi kamus boleh jadi digunakan juga, akan tetapi ingat bahwa defenisi seperti ini sering merupakan defensi peristilahan secara umum yang tidak diterapkan daam sebuah penelitian.

Perhatikan variabel kepemilikan senjata yang perlu didefenisikan oleh Maria secara operasional. Tulis dua atau lebih defenisi yang mungkin untuk variabel ini, seperti “seorang siswa yang tertangkap tangan membawa pisau ke sekolah”. Defenisi apa lagi yang mungkin anda gunakan yang kiranya akan membantu Maria mengukur sejauh mana para siswa memiliki senjata di sekolah? (Petunjuk: Coba bayangkan apa yang terjadi ketika seorang guru atau pimpinan sekolah menemukan siswa dengan senjata).

Pilih tipe data dan pengukurannya

Dengan defenisi operasional untuk variabel-variabel anda, anda perlu menhidentifikasi tipe data yang akan bisa mengukur variabel-variabel anda. Para peneliti mengumpukan data dengan menggunakan instrumen. An instrumen adalah sebuah alat untuk mengukur, mengobservasi, atau mendokumentasikan data-data kuantitatif. Instrumen harus sudah diidentifikasi sebelum data dikumpulkan, instrumen tersebut bisa berupa tes, angket, halaman perhitungan, log, checklist observasi, inventori, atau istrumen penilaian. Para penliti menggunakan instrumen-instrumen ini untuk mengukur prestasi, menilai kemampuan individu, mengamati tingkah laku, mengembangkan profil psikologis seseorang, atau mewawancarai seseorang. Dalam penelitian kuantitatif, empat jenis informasi dikumpulkan, seperti diperlihatkan oleh Tabel 6.2. Defenisi dan contohnya dalam tabel ini diharapkan bisa membantu anda menerapkan pemahaman anda tentang berbagai bentuk pengukuran kuantitatif.

Pengukuran kinerja

(17)

(seperti Tes kemampuan Dasar dari IOWA, tes intelijen (Wechsler), atau apptitude test (misalnya Stanford-Binet). Tambahan lagi, anda bisa mengumpulkan data yang mengukur career interest (minat karir) seseorang atau menilai sifat-sifat kepribadiannya. Ukuran-ukuran ini semuanya bisa diperoleh melalui instrumen-instrumen yang dilaporkan di dalam kepustakaan. Melalui laporan-laporan penelitian terdahulu, para peneliti telah mengembangkan “nrma-norma” untuk tes-tes ini (melakukan pengujian dengan sejumlah individu, mengambil rata-rata skornhya, melihat perbedaan-perbedaan dari skor tersebut) sehingga mereka bisa membandingkan skor-skor individu dengan skor orang-orang lain yang telah mengambil tes yang sama. Walaupun demikian, salah satu kelemahan dari data-data tes kinerja ini adalah bahwa ia tidak mengukur sikap-sikap individu, dan data-data kinerja bisa jadi akan menjadi mahal, memakan wakt lama untuk mengumpulkannya, dan berpotensi bias terhadap sesuatu kelompok budaya tertentu.

Pengukuran Sikap

Disamping ini, anda bisa mengukur sikap-sikap individu, yang merupakan data-data kuantitatif yang populer di dalam penelitian survai, korelasional, dan eksperimen. Para peneliti menggunakan attitudinal measures (pengukuran sikap) apabila mereka ingin mengukur perasaan terhadap topik-topik kependidikan (seperti menilai sikap-sikap positif atau negatif terhadap terhadap pilihan sekolah apabila calon-calon siswa diberi kebbasan ntuk memilih). Untuk mengembangkan ukuran-ukuran terhadap sikap ini, para peneliti sering merumuskan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri atau mereka menemukan sebuah instrumen untuk digunakan yang diharapkan akan mengjur sikap. Apapun pendekatannya, ukuran-ukuran ini perlu dijaga agar tidak mengandung pertanyaan-pertanyaan yang bias (misalnya tidak seperti “Apakah para siswa harus membawa senjata ke sekolah?”. Sebaliknya bertanyalah seperti, “Bagaimana perasaan anda apabila para siswa membawa senjata ke sekolah?” dan mendorong partisipan untuk menjasab pertanyaan-pertanyaan secara jujur. Salah satu kelemahan dari ukuran-ukuran terhadap sikap ini adalah bahwa ia tidak memberikan bukti langsung dari peri laku spesifik (misalnya, apakah para siswa benar-benar membawa senjata ke sekolah).

(18)

yang tersedia secara komersial dari Western Psychological Services (baker & Siryk, 1989) pada Diagram 6.6. Angket tersebut mulai dengan butir-butir pertanyaan berkenaan dengan informasi pribadi (misalnya tentang jenis kelamin, tanggal lahir, posisi akadmik saat ini, dan latar belakang etnik dan kemudian butir-butir yang menanyakan kepada para mahasiswa tentang sikap mereka berkenaan dengan adaptasi terhadap kampus dengan menggunakan jawaban yang berskala 9 mulai dari “sangat mengena dengan diri saya” sampai pada “tidak mengena sama sekali dengan diri saya”. Secara keseluruhan, butir-butir pertanyaan tersebut difokuskan pada kualitas penyesuaian mahasiswa pada lingkungan kampus (misalnya apakah mahasiswa benar-benar sesuai, atau puas dengan kehidupan sosial di kampus). Untuk menganalisis butir-butir pertanyaan ini, si peneliti mengelompokkan butir-butir-butir-butir pertanyaan tersebut atas empat skala (disebut sub-skala). Penyesuaian secara akademik (24 butir pertanyaan), penyesuaian secara sosial (20 butir pertanyaan), penyesuaian secara emosional (15 butir pertanyaan), dan penyesuaian terhadap Goal Committmen-Institutional Arrachment (15 butir pertnyaan). Kemudian si analis menjumlahkan skor terhadap btir-butir pertanyaan pada masing-maasing skala (lihat bab 7 tentang “penjumlahan skor”) untuk mengidentifikasi skor masing-masing individu pada setiap skalanya. Dahmus, Bernardin, dan Bernardin (1992) memberikan tinjauan tentang prosedur dan latar belakang berkenaan dengan angket ini.

Pengamatan Perilaku

(19)

Sebuah contoh dari cheklist perilaku ini adalah “Measurement of Inappropriate and Disruptive Interactions (MIDI) yang dikembangkan dan digunakkan dalam proyek “Saber-Tooth Project”, yang mengkaji perbahan-perubahan kurikulum pendidikan jasmani pada sebuah sekolah menengah dan dua buha sekolah pembanding (Ward, 1999) sebagaimana terlihat dalam Diagram 6.7. Para peneliti menggunakan checklist ini dalam sebuah penelitian berkenaan dengan empat buah kelas di mana para guru memberikan unit pembelajaran tentang lacrosse pada siswa kelas delapan (Ward et al., 1999). Selama pembelajaran unit ini, para peneliti mengamati para siswa dan memberikan skor terhadap tingkah laku mereka dengan menggunakan lembaran penilaian MIDI ini pada masing-masinbg kelas seperti terlihat dalam Diagram 6.7.

Legenda (kterangan) dari lembaran penilaian ini, yang terdapat di bahagian bawah, menyebutkan kode-kode yang digunakan oleh para pengamat untuk merekam pada masing-masing sel. Kode-kode ini merupakan huruf pertama dari kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan konteks atau fokus dari pelajaran yang di dalamnya tingkah laku tertentu terjadi (misalnya, permainan, praktek, kognitif, pengejaran, atau manajemen/lain-lainnya). Para pengamat juga mencatat tingkah-tingkah laku yang tidak tepat selama selama peristiwa utama yang melibatkan paling banyak siswa selama sesuatu interval (misanya, berbicara,/ribut, tidak aktf, sedang tidak ada tugas, non-compliance, verbal offense). Akhirnya, para pengamat mencatat siapa yang terlibat dalam tingkah laku yang disruptive (seperti di dalam keseluruhan kelas, kelompok kecil, individual) untuk menilai seserius apa tingkah laku yang salah itu. Angka-angka pada bahagian atas pada masing-masing kolom di lembar penilaian tersebut melambangkan para siswa (misalnya, 1, 2, 3 dan seterusnya sampai 115. Data-data dikumpulkan pada situs dengan menggunakan lembaran penilaian sebagai nstrumen, dan tiga orang pengamat pada kelas-kelas itu mencatat hasil pengamatan mereka (diidentifikasi dari nomer kolom) pada sebuah interval pemgamatan dengan durasi 6 menit). Para peneliti melatih para engamat ini dalam prosedur penskoring sehingga mereka masing-masing menskor tingkah itu secara konsisten. Perekaman audiotape akan menuntun para pengamat kapan mereka menandai pengamatan mereka di dalam lembaran checklist mereka. Contoh, dalam data-data fiktif seperti terlihat pada Diagram 6.7 untuk iswa 1, pengamat merekam pada row (garis datar):

Konteks = Game (G)

Inappripriate behavior = Inactive (I)

(20)

Setelah merka skor untuk semua siswa, pengamat menganalisis perbedaan-perbedaan diantara para siswa dalam hal disruptive behaviors

Informasi Faktual

Data-data numerik kuantitatif juga tersedia pada dokumen-dokumen pendidikan secara publik. Factual information (informasi faktal) dan dokumen-dokumen pribadi terdiri dari data-data numerik dan individual yang tersedia pada dokumen-dokumen publik. Contoh dari jenis data ini mencakup angka-angka rapor, dokumen-dokumen absensi sekolah data-data demografis siswa, dan informasi sensus. Sepanjang dokumen-dokumen ini tersedia dalam domain publik, para peneliti bisa mengakses dn menggunakannya. Beberapa dokumen seperti informasi tentang kesehatan para siswa tak bisa dengan mudah diakses oleh para peneliti karena undang-undang memproteksi privasi para individu. Para peneliti juga perlu mengkaji dokumen-dokumen publik secara cermat untuk menenukan apakah dokumen-dokumen tersebut berisikan data-data akurat. Ketersediaan dokumen-dokumen publik tidak berarti bahwa para peneliti telah mengumpulkan data-data secara cermat dengan salah satu matanya diarahkan pada akurasi.

Pengumpulan Data Elektronis Berbasis Web

(21)

pembatasan-pembatasan yang melibatkan listservs dan mendapatkan alamat e-mail, (b) keterbatasan teknologi itu sendiri, (c) tak adanya daftar populasi, dan (d) keterwakilan data-data sampel yang masih harus dipertanyakan (Mertler, 2001). Tidak semua partisipanmemiliki akses terhadap komputer dan merasa nyaman menggunakan internet.

Bagaimana Menentkan Tipe mana yang akan Dipilih

Diperhadapkan pada berbagai pilihan daalam pengumpulan data, yang mana yang akan digunakan? Untuk memilih sumber-sumber data, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apa yang ingin saya pelajari tentang para partisipan yang tercermin dari pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hipotesis saya? Apabila andan berkeinginan mempelajari tingkah laku para orang tua secara individual pada pertemuan para siswa - orang tua, maka anda bisa menggunakan checklist tingkah laku dan merekam hasil pengamatan anda. Apaibla anda berkeinginan mengukur sikap para guru terhadap isu-isu berkenaan dengan perserikatan (guru), pertanyaan-pertanyaan di seputar sikap atau instrumen sikap merupakan keharusan.

Informasi apa yang secara ralistik anda ingin kumpulkan? Beberapa tipe data bleh jadi tidak bisa dikumpulkan dalam sebuah penelitian karena para individu tidak bersedia memberikannnya. Contoh, data-data yang persis tentang frekuensi substance abuse di sekolah-sekolah menengah bisa jadi sukar dikumpulkan; mengidentifikasi jumlah student suspensions,for substance abuse jauh lebih realistik.

Bagaimana kelebihan-kelebihan sesuatu bentuk pengumpulan data dibandingkan dengan kelemahan-kelemahannya?. Dalam pembicara kita tentang masing-masing sumber data, kita telah berbicara tentang situasi yang ideal dalam pengumpulan data. Dengan memperhatikan kemudahan dan kesukaran dalam pengumpulan data, terhadap masing-masing tipe perlu dilakukan penilaian.

Apa saran anda terhadap Mara dalam pengumpulan data-data penelitiannya? Asumsikan bahwa ia sekarang ingin menjawab pertanyaan penelitian kuantitatif yang bersifat umum “Kenapa para siswa membawa senjata ke sekolah?” dan anak-anak pertanyaan brikut:

a. “Betapa sering para siswa merasa senjata harus dibawa ke sekolah”

b. “Apa-apa saja sikap umum yang dipegang oleh para siswa sekolah menengah terhadap kepemilikan senjata di sekolah?”

(22)

d. “Apakah suspension (hukuman dikeluarkannya dari sekolah) karena kepemilikan senjata meningkat jumlahnya?”

Sebelum melihat pada jawaban yang diberikan, sebutkan tipe informasi yang beremungkinan harus dikumpulkan oleh Maria untuk menjawab anak-anak pertanyaan mulai dari (a) sampai (d).

Untuk nejawab ketiga anak-anak pertanyaan ini, Maria pertama-tama perlu mencri atau mengembangkan sendiri sebuah angket yang akan dikirimkan pada sampel siswa sekolah menengah di sebuah kawasan. Pengumpulan datanya terutama akan terdiri dari data-data tentang sikap. Angket ini akan mengukur sikap para siswa terhadap frekuensi kepemilikan senjata (pertanyaan a); menilai sikap siswa terhadap kepemilikan senjata (pertanyaan b); dan mengumpulkan data-data faktual tentang para siswa (pertanyaan c), seperti umur, tingkat pendidikan, ras, jender, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Untuk menjawa pertanyaan (d), ia akan menghubungi pejabat-pejabat sekolah pada beberapa sekolah dan bertanya apakah ia bisa mendapatkan laporan-laporan tentang suspension (hukuman dikeluarkan dari sekolah) – dokumen sekolah yang berisilkan laporan-laporan kuanttatif. Singkatnya, ia akan mengumpulkan data-data tentang sikap data=data faktual/

INSTRUMEN APA YANG AKAN ANDA GUNAKAN UNTUK MENGUMULKAN DATA?

Coba bayangkan anda akan mengumpulkan data-data berkaitan dengan kinerja, sikap atau pengamatan. Bentuk-bntuk pengumpulan data ini akan meliatkan penggunaan instrumen. Instrumn apa yang akan anda gunakan untuk mengumpulkan data-data anada? Apakah anda menemukan satu instrumen yang akan digunakan atau apakah anda harus mengembangkannya sendiri? Apabila anda mencari sebuah instrumen untuk digunakan, bagaiaman anda mencarinya? Sekali anda menemukan instrumen tersebut, kriteria apa yang anda gunakan untuk menentukan apakah instrumen itu bagus?

Mencari atau mengembangkan sebuah Instrumen

(23)

keseluruhan. Dari pilihan-pilihan ini, mencari sebuah intsrumen untuk digunakan (apakah dengan memodifikasinya atau menggunakannya seperti aslinya) merupakan cara atau pendekatan yang paling mudah. Akan jauh lebih sulit mengembangkannya sebuah instrumen ketimbang menemukan satu instrumen kemudian memodifikasinya untuk penelitian kita. Modifying an instrument (memodifikasi sebuah instrumen) berarti mencari sebuah instrumen yang sudah ada, minta izin untuk mengubahnya, dan membuat perubahan di sana sini untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Biasanya, penulis dari instrumen asli akan minta versi yang sudah anda modifikasi dan hasil dari penelitian anda sebagai imbalan dari penggunaan instrumen itu oleh anda.

Instrumen yang akan anda gunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian anda boleh jadi tidak ditemukan dalam literatur ataupun secara komersial. Apabila ini terjadi, anda harus mengembangkan sendiri instrumen anda, yang merupakan sebuah proses panjang dan arduous. Pengembangan sebuah instrumen terdiri dari beberapa langkah, seperti mengidentifikasi tujuan dari instrumen tersebut, mengkaji kepustakaan yang ada, menuliskan pertanyaan-pertanyaan, menguji coba pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada individu-individu yang kira-kira sama karakteristiknya dengan individu-individu yang ingin diteliti. Empat fase pengembangan, seperti disarankan oleh Benson dan Clark (1983) dan diperlihatkan dalam Diagram 6.8, mengilustrasikan langkah-langkah perencanaan, pengkonstruksian, pengevaluasian, dan pengecekan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut efektif ((memvalidasi instrumen). Dalam proses ini. Langkah dasarnya terdiri dari kajian kepustakaan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum kepada kelompok sasaran, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan setumpuk butir-butir pertanyaan, dan uji coba butir-butir pertanyaan tersebut. Prosedur-prosedur statistik guna menghitung reliabilitas dan analisis butir tersedia dalam bentu perangkat lunak (program) komputer dan akan dibicrakan secara rinci pada bab 7.

Pencarian Instrumen

(24)

jadi perlu merakit sebuah instrumen baru yang berasal dari bahagian-bahagian dari instrumen yang sudah ada. Apakah anda ncari sebuah instrumen atau beberapa instrumen untuk anda gunakan, beberapa strategi mungkin bisa membantu pencarian anda:

Cari di dalam artikel-artikel jurnal yang dipublikaskan.Sering penulis artikel-artikel jurnal melaporkan dan memberikan beberapa contoh butir pertanyaan sehingga anda b isa melihat materi dasar yang dicantumkan di dalam instrumen tersebut. Teliti referensi-referensi yang dicantumkan dalam artikel-artikel jurnal yang dipublikasikan yang mengutip instrumen-instrumen tertentu dan mengontak para penulisnya untuk mendapatkan inspection copy (contoh). Sebelum anda menggunakan instrumen tersebut, minta izin dari penulisnya. Dengean keterbatasan halaman di dalam jurnal, para pengarang mencantumkan hanya beberapa contoh dari butir-butir instrumennya atau beberapa bahagian dari instrumennya.

Lakukan pencarian dengan menggunakan ERIC data base. Gunakan istilah instruments dan topik dari penelitian anda untuk mencari sebuah instrumen dengan menggunakan sistem ERIC. Gunakan proses pencaharan on-line melalui ERIC data base (lihat bab 4). Gunakan prosedur pencaharan yang sama untuk mencari abstrak dari artikel-artikel di mana para penulis menyebutkan instrumen-instrumen yang mereka gunakan dalam artikel mereka.

Cermati petunjuk-petunjuk berkenaan dengan tes dan instrumen yang

(25)

Kriteria untuk Memilih Instrumen yang Baik

Sekali anda enemukan sebuah instrumen, beberapa kriteria bisa digunakan untuk menilai apakah instrumen tersebut merupakan instrumen yang baik untuk anda gunakan. Tanyakalah kepada diri anda sendiri:

 Apakah instrumen terebut baru saja dikembangkan oleh penulisnya, dan bisakah anda mendapatkan versi yang terbaru? Dengan peatnya perkembangan ilmu dalam penelitian pendidikan, instrumen-instrumen yang berumur lebih dari 5 tahun boleh jadi sudah ketinggalan (outdated). Untuk tetap terkini, para penulis biasanya mengupdate instrumen mereka secara periodik, dan anda perlu menemukan versi yang paling terkini.

 Apakah instrumen tersebut dikutip secara luas oleh penulis-penulis lain? Penggunaannya oleh pafra peneliti lain akan memberikan indikasi tentang endorsement-nya oleh orang-orang lain. Penggunaannya oleh para peneliti lain akan memberikan bukti tentang apakah pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen tersebut memberikan ukuran-ukuran yang baik dan konsisten.

 Apakah terdapat tinjauan terhadap instrumen tersebut? Cari tinjauan tentang instrumen yang sudah dipublikasikan di dalam MMY atau di dalam jurnal seperti Measurement and Evaluation in Counseling and Development. Apabila tinjauan tersebut ada, ini berarti bahwa penelii-peneliti lain telah memperlakukan instrumen tersebut secara serius dan berupaya mendokumentasikan manfaatnya.

 Aakah terdapat informasi tentang reliabilitas dan validitas dari skor di masa lalu tentang instrumen dmaksud?

 Apakah prosedur merekam data-data sesuai dengan

pertanyaan-pertanyaan/hipotesis di dalam penelitian anda?

 Apakah instrumen tersebut berisikan skala-skala pengukuran yang terterima? Karena pentingnya tiga kriteria terakhir ---reliabilitas dan validitas, perekaman informasi, dan skala pengukuran --- pembicaraan akan diarahkan pada penelusuran tentang hal ini secara lebih mendalam.

Apakah skor pada penggunaan instrumen sebelumnya reliabel dan valid ?

(26)

skor-skor tersebut harus juga konsisten. Apabila seseorang menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dengan sesuatu cara tertentu, orang yang sama seharusnya akan menjawab dengan cara yang hampir sama pula pertanyaan-pertanyaan lain yang terkait. Walaupun demikian, validity (vaiditas) bermakna bahwa skor-skor individu dari sebuah instrumen masuk akal, memiliki arti/makna, dan memungkinkan anda, sebagai seorang peneliti, untuk mengambil suatu kesimpulan (generalisasi) yang baik dari sampel yang anda langsung teliti terhadap populasi. Defenisi ini konsisten dengan Standards for Educational and Psychological Testing yang dirumuskan bersama-sama oleh AERA, APA, dan the National Council on Measurement in Education (1999).

Reliabilitas dan validitas terpadu satu sama lain dengan cara-cara kompleks. Kedua istilah ini kadang-kadang tumpang tindih dan pada waktu yang lain keduanya mutually exclusive (tidak bisa dipersamakan). Validitas bisa dipandang sebagai istilah yang lebih luas dan lebih mencakup apabila anda ingin menilai pilihan terhadap sebuah instrumen. Reliabilitas biasanya lebih mudah difahami karena ia merupakan ukuran dari konsistensi. Untuk bisa memahami kedua konsep ini secara utuh, perlu hubungan keduanya dipisah. Apabila skor tidak reliabel, skor itupun tidak valid; skor-skor perlu stabil dan konsisten terlebih dahulu sebelum skor-skor-skor-skor tersebut memiliki makna. Tambahan lagi, makin reliable satu set skor dari sebuah instrumen, akan makin validlah skor itu jadinya (walaupun demikian, skor-skor itu bisa saja tidak mengukur konstruk tertentu dan boleh jadi tetap tidak vaid). Situasi yang ideal adalah apabila skor-skor itu tudak hanya reiabel tapi juga vaild. Dari kedua konsep tersebut, reiabilitas dan validitas, reliabilitas lebih mudah difahami dan akan kita mulai dengan mengidentifikasi bentuk pengujian stabilitas dan konsistensi. Sebagai tambahan, makin reliabel skor-skor dari sebuah instrumen, akan makin valid skor-skor tersebut. Sor-skor pelu stabl dan konsisten sebelum skor-skor itu memiliki makna. Dengan cara begini, validitas merupakan istilah yang lebih luas dan lebih mencakup apabila anda menilai pilihan terhadap sebuah instrumen.

Reliabilitas. Tujuan dari penelitian yang baik adalah untuk mendapatkan pengukuran atau observasi yang reliabel. Beberapa faktor bisa menghasilkan data-data yang tidak reliabel, termasuk apabila:

 Pertanyaan-pertanyaan atau instrumen-instrumennya bermakna ganda atau tidak jelas

(27)

 Para partisipan lelah, gugup, salah faham terhadap pertanyaan-pertanyaan, atau menerka-nerka ketika menjawab pertanyaan

(Rudner, 1993)

Para peneliti bisa menggunakan salah satu atau lebih prosedur dari lima prosedur yang ada dalam menentukan reliabilitas sebuah instrumen, seperti diperlihatkan oleh Tabel 6.3. Anda bisa membedakan prosedur-prosedur ini dari jumlah instrumen itu digunakan, jumlah versi dari instrumen yang digunakan oleh para peneliti, dan jumlah individu yang melakukan penilaian terhadap informasi.

Prosedur test-retest reliability mengkaji sejauh mana skor dari satu sampel stabil atas dasar perbedaan waktu antara satu pelaksanaan ke pelaksanaan tes yang lain. Untuk menentukan bentuk reliabilitas seperti ini, si peneliti melaksanakan tes pada dua waktu yang berbeda kepada para partisipan yang sama dengan interval waktu yang memadai. Apabila skor-skornya reliable, maka skor-skor tersebut berhubungan (atau berkorelasi) secara positif dengan tingkat yang lumayan tinggi, misalnya 0.6 (lihat tes statistik korelasi pada bab 7, “Memilih Program Statistik”). Pendekatan ini memiliki kelebihan yakni ia mengharuskan adanya instrumen yang sama (satu); walaupun demikian, skor-skor individu pada pelaksanaan tes pertama bisa jadi berpengaruh terhadap skor-skor yang diperoleh pada pelaksanaan tes yang kedua. Perhatikan contoh berikut:

Seorang peneliti mengukur sebuah karakteristik yang stabil, misalnya kreativitas, untuk murid kelas enam SD pada awal tahun pelajaran. Diukur kembali pada akhir tahun, si peneliti mengasumsikan bahwa skor-skor akan stabil selama siswa duduk di kelas enam. Apabila skor-skor pada awal dan pada ahir tahun berhubungan, ada bukti bagi test-retest reliability.

(28)

Apabila kita asumsikan “ya”, para peneliti mengaitkan atau mengkorelasikan butir-butir dari satu instrumen dengan instrumen yang ekivalen tersebut. Cermati contoh beriut:

Sebuah instrumen dengan butir-butir perbendaharaan kata-kata sebanyak 45 buah menghasilkan skor-skor untuk siswa kelas satu SD. Peneliti membandingkan skor-skor ini dengan skor-skor dari instrumen yang lain yang juga mengukur satu set butir perbendaharaan kata-kata yang sama yang juga berjumlah 45 buah. Kedua buah instrumen berisikan butir-butir yang tingkat kesulitannya kira-kira sama. Apabila si peneliti menemukan bahwa butir-butir tersebut berhubungan atau berkorelasi secara positif, kita percaya bahwa skor-skor dari instrumen pertama memiliki akurasi atau reiabilitas.

Bentuk alternatif dan test-retest reliablity merupakan sebuah variasi dari dua jenis reliabilitas yang dibicarakan sebelumnya. Dalam pendekatan ini, si peneliti melakukan pengujian dua kali dan menggunakan sebuah bentuk alternatif dari tes yan berbeda antara pelaksanaan tes pertama dan pelaksanaan tes kedua. Tipe relaibilitas ini memiliki kelebihan tidak hanya meguji stabilitas skor antar waktu tapi juga memiliki ekivalensi butir-butir dari populasi butir yang potensial. Pendekatan ini juga memiliki semua kelemahan yang dimiliki oleh relaibilitas tipe test-retest dan reiabilitas tipe alternate forms. Skor-skor bisa saja memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam hal isi (materi) atau dalam tingkat kesulitas atau dalam perubahan antara waktu. Perhatikan contoh berikut:

Si peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan tes perbendaharaan kata-kata yang berjumlah 45 butir kepda siswa kelas satu SD dua kali pada waktu yang berbeda, dan tes yang digunakan itu merupakan tes yang ekivalen dalam hal isi dan tingkat kesulitan. Si peneliti mengkorelasikan skor-skor yang diperoleh dari kedua pengujian tersebut dan menemukan bahwa skor-skor tersebut berkorelasi secara psoitif dan tinggi. Skor-skor yang diperoleh pada pengujian pertama (dengan menggunakan instrumen pertama) dikatakan reliabel

(29)

Dua orang pengamat melakukan pengamatan terhadap anak -anak pra-sekolah yang sedang bermain pada suatu taman (pusat) kegiatan anak-anak. Mereka mengamati spatial skills dari anak-anak tersebut dan merekam hasil pengamatan mereka pada sebuah checklist berkali-kali ketika masing-masing anak membangun sesuatu di pusat kegiatan dimaksud. Setelah pengamatan itu, para pengamat membandingkan checklist mereka untuk menentukan tingkat kesamaan skor-skor yang mereka peroleh selama pengamatan tersebut. Dengan asumsi bahwa skor-skor mereka itu mirip, mereka kemudian mengambil rata-rata skor dan menyimpulkan bahwa penilaian mereka memperlihatkan interrater reliability (reliabilitas antar penilai).

Skor-skor dari sebuah instrumen dikatakan reliabel dan akurat apabila skor-skor secara individual memiliki internal konsistensi (internally consistent) antar butir di dalam instrumen tersebut. Apabila seseorang menjawab butir-butir dalam sesuatu instrumen pda awal instrumen itu dengan cara tertentu (misalnya berpandangan positif terhadap efek negatif dari tembakau), ia harus menjawab butir-butir pertanyaan dalam instrumen itu selanjutnya dengan cara yang sama (berpandangan positif terhadap efek-efek tembakau terhadap kesehatan).

Konsistensi dari jawaban dapat diuji dengan beberapa cara. Salah satu cara adalah membelah dua tes tersebut dan mengaitkan atau mengkrelasikan butir-butir tes tersebut. Tes ini disebut Kuder-Richardson split half test (KR-20, KR-21) and digunakan apabila (a) butir-butir dalam instrumen itu diberi skor atas dasar jawaban “benar-salah” sebagai skor kategorikal, (b) jawaban tidak terpengaruh oleh kecepatan, dan (c) butir-butir mengukur faktor yang sama. Karena tes “belah-dua” mengandalkan informasi dari hanya sebelah saja dari instrumen, sebuah modifikasi dari prosedur ini adalah menggunakan Spearman-Brown formula, yang menaksir reliabilitas tes secara utuh dengan menggunakan semua pertanyaan yang ada di dalam instrumen. Ini penting karena reliabilitas sebuah instrumen akan meningkat ketika si peneliti menambah lebih banyak butir ke dalam instrumen. Akhirnya, coefficient alpha digunakan untuk menguji internal konsistensi (Cronbach, 1984). Apabila butir-butir tes diberi skor sebagai variabel kontinum (misalnya sangat setuju sampai pada sangat tidak setuju), koefisien alpha-nya akan merupakan koeffisien taksiran terhadap konsistensi skor-skor yang ada di dalam instrumen. Perhitungan terhadap Kuder-Richardson split half, rumus Spearman-Brown, dan coefficient alpha tersedia di dalam Thorndike (1997b).

(30)

penulisnya melaporkan penilaian terhadap validitas instrumen? Sebuah penelitian boleh memiliki skor-skor yang tidak valid karena:

 Penelitan yang rancangnya jelek

 Partisipan mengalami kelelahan, stres, dan salah faham terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam instrumen

 Ketidakmampuan membuat prediksi yang bermanfaat dari skor-skor yang diperoleh

 Pertanyaan-pertanyaan ataupun pengukuran variabel-variabel yang dirancang kurang baik

 Informasi yang kurang manfaat dan aplikasinya

Para peneliti boleh jadi juga mlaporkan bentuk validitas yang berbeda, seperti diperlihatkan oleh Taaabel 6.4. Perspekstif tradisional tentang validitas biasanya terkait dengan tiga bentuk: isi, criterion-reference 9kriteria), dan validitas konstruk. Terakhir, para ahli dalam hal pengukuran telah mulai melihat validitas sebuah konsep tunggal (unitary concept) (Thorndike, 1997b) dan mempertahankan bahwa skor-skor dikatakan valid apabila sor-skor itu memiliki manfaat dan membawa konsekuensi-konsekuansi sosial yang positif (Hubley & Zumbro, 1996; Messick, 1980). Pembicaraan berikut akan berkaitan dengan konsepsi yang tradisional dan yang terkini tentang validitas.

Content validity (validitas isi) adalah sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam instrumen dan skor-skor yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan representasi dari semua pertanyaan yang mungkin diajukan oleh si peneliti berkenaan dengan isi atau ketrampilan. Para peneliti mengevaluasi validitas isi dengan jalan meneliti rancangan dan prosedur yang digunakan untuk mengembangkan instrumen. Mereka mencermati informasi tentang tujuan dibuatnya instrumen, lingkup isi (materi), dan tingkat kesulitan pertanyaan-pertanyaan. Biasanya para peneliti membawa hal ini pada sebuah panel para ahli dan minta mereka mengidentifikasi apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut valid adanya. Bentuk validitas ini bermanfaat apabila kemungkinan-kemungkinan pertanyaan (misalnya tes-tes prestasi dalam pendidikan sain) dikenal secara baik dan mudah diidentifikasi. Ia akan kurang bermanfaat dalam menilai kepribadian dan sikap (misalnya the Standard-binet IQ test), apabila pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa diajukan kurang jelas atau pasti.

(31)

validity menentukan apakah skor-skor yang ada di dalam sebuah instrumen merupakan sebuah prediktor yang baik terhadap sesuatu hal (kriteria) yang diharapkan bisa diprediksinya. Ada dua tipe criterion-related validity, prediktif dan konkuren (Thorndike, 2005). Validitas prediktif menggunakan skor tes yang ada di dalam instrumen untuk memprediksi sesuatu outcome. Tes tersebut diimplimentasikansebelum informasi tentang kriteria dikumpulkan. Sebuah contoh dari pengukuran validitas prediktif adalah Graduate Reconrd Examination (GRE). Skor-skor dari penilaian ini seharusnya memprediksi kriteria – yakni kinerja di program pasca sarjana. Sebuah contoh yang lain, penilaian portofolio dan ujian konvesional (dengan pensil dan kertas) kedua-duanya seharusnya bisa memprediksi kemampuan mahasiswa memahami isi dari mata kuliah Metoda Pengajaran Bahasa Inggeris (outcome). Dalam kedua kasus ini, si peneliti akan mengaitkan skor-skor yang ada di dalam instrumen pada sesuatu penelitian dengan outcome (kriteria) untuk menentukan apakah keduanya berhubungan. Korelasi yang tinggi sebesar 0.6 atau lebih tinggi mengindikasikan adanya hubungan positif. Bentuk validitas ini secara khusus bermanfaat untuk memprediksi outcome, akan tetapi ia mengharuskan si peneliti mengidentifikasi secara jelas apa outcome-nya yang tepat.

Validitas konkuren sama dengan validitas prediktif, di mana test and criterion measure (skor tes dan skor kriteria) dikumpulkan pada waktu yang sama (Mertens, 2005); tidak sebaliknya, yakni skor kriterianya (atau outcome) dikumpulkan setelah beberapa waktu kemudian. Para peneliti yang mengukur tipe validitas sejenis ini berkeinginan menilai informasi terkini (berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, minat, atau karakteristik kepribadian). Validitas konkuren dapat digunakan untuk menilai apakah shortened instrument (instrumen yang disingkatkan) atau instrumen baru vaid adanya. Untuk mengurangi biaya atau menyederhanakan prosedur pengujian, para peneliti boleh jadi menguji validitas konkuren dari tes yang disingkatkan dengan validitas dari instrumen yang lebih panjang dalam rangka mengukur konstruk yang sama. Para peneliti bisa menghitung validitas konkuren dari dua set skor dengan jalan mengkorelasikan keduanya: korelasi yang tinggi mengindikasikan tingginya validtas konkuren. Tambahan lagi, para peneliti juga bisa menguji validitas konkuren dari sebuah instrumen baru dengan jalan mengkrelasikan skor-skor dari instrumen tersebut dengan skor-skor dari instrumen yang sudah ada.

(32)

(validitas konstruk) dibangun dengan jalan menentukan apakah skor-skor dari sebuah instrumen signifikan, bermakna, bermafaat, dan memiliki tujuan. Singkatnya, apakah skor-skor itu merupakan pengukuran yang bagus, dan bisakah skor-skor tersebut digunakan untuk memahami sebuah sampel dari sebuah populasi? Untuk bisa menjawab pertanyaan ini, anda perlu melakukan penilaian terhadap skor-skor secara statstik dan juga secara praktis. Melalui prosedur-orosedur statistik anda bisa:

 Melihat apakah skor-skor dari butir-butir itu berhubungan seperti diharapkan (misalnya meneliti hubungan antara sebuah pertanyaan yang ada dalam “instrumen tentang depresi yang dialami oleh siswa” untuk mengetahui apakah ia berhubungan dengan skala pengukuran depresi secara menyeluruh)

 Menguji sebuah teori dan melihat apakah skor-skor, sebagaimana diharapkan, mendukung teori tersebut (misalnya, mengetes sebuah teori tentang depresi dan melihat apakah bukti-bukti atau data-data mendukung hubungan ini dalam teori tersebut)

 Mengkorelasikan skor-skor secara statistik dengan variabel-variabel atau skala-skala lain yang sama (disebut convergent validity) atau berbeda (disebut discriminant validity); Messick, 1980; misalnya melihat apakah skor-skor yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan untuk instrumen tentang depresi yang dialami oelh siswa berhubungan secara positif dengan butir-butir dari instrumen lain tentang depresi yang dialami oleh siswa atau memiliki hubungan yang sidekit sekali dengan butr-butir dari intrumen yang mengukur anxiety 9rasa cemas). Anda juga bisa menggunakan prosedur-prosedur praktis untuk menilai interpretasi (memberi makna kepada skor-skor tes) dan penggunaannya (penerapan skor tes;Hubley & Zumbro, 1996), seperti:

 Menguji konsekuensi-konsekuensi dari pemberian interpretasi terhadap skor tes dalam hal nilai (misalnya ketika skor siswa mengindikasikan “depresi tinggi” apakah ini berarti bahwa depresi adalah normal, abnorma, positif, negatif atau realistik?)

 Menguji relevansi dan penggunaan skor-skor tes (misalnya, apakah skor siswa tentang “depresi” bermanfaat untuk tujuan-tujuan penseleksian? Apakah skor tersebutlebih bermanfaat bagi siswa yang beresiko melebihi ketimbang bagi para siswa yang prestasinya normal-normal saja?)

(33)

Setelah melakukan tinjauan terhadap bentuk-bentuk reliabilitas dan validitas, kita selanjutnya bisa melihat ke belakang dan mengkaji pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan ketika memilih atau mengevaluasi sebuah instrumen. Beberapa pertanyaan, seperti diperlihatkan oleh Diagram 6.9, akan membantu proses ini.

Untuk mempraktekkan penerapan pertanyaan-pertanyaan ini, perhatikan pilihan sebuah instrumen yang dilakukan oleh Maria. Dia menemukan sebuah instrumen berjudul “Attitudes Toward Possession of Weapon in Schools” (Sikap Terhadap Kepemilikan Senjata di Sekolah). Si penulis melaporkan instrumen ini dalam sebuah artikel jurnal. Apa kira-kira dua bentuk reliabilitas dan dua bentuk validitas yang dia mungkin cari di dalam penjelasan si penulis tentang instrumen tersebut. Tuliskan bentuk-bentu reliabilitas dan validitas tersebut!

Apakah Prosedur Perekaman Data Instrumen itu Cocok dengan Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian?

Kembali pada pertanyaan kita tentang kriteria menilai sebuah instrumen yang bagus, kriteria lain adalah apakah instrumen-instrumen tersebut berisikan prosedur perekaman yang cocok dengan data yang anda perlukan untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian. Siapa yang merekam data pada instrumen atau checklist tersebut? Data bisa jadi berbentuk self-reported, yakni para partisipan memberikan informasi, seperti pada tes-tes prestasi atau angket-angket sikap. Pilihan lain, si peneliti boleh jadi juga merekam data-data dalam formulir-formulir melalui observasi, wawancara, atau pengumpulan dokumen. Minta para partisipann memberikan data-data menjadi lebih menghemat waktu bagi si peneliti. Walaupun demikian, ketika si peneliti merekam sendiri data-data, ia menjadi terbiasa dengan bagaimana para partisipan memberikan respon dan dengan demikian bisa mengontrol jalannya pengumpulan data demi mendapatkan data yang berkualitas tinggi.

Apakah Skala Pengukuran yang Digunakan Tepat?

(34)

laptop di ruang perkuliahan, seorang peneliti boleh jadi mengajukan pertanyaan “Sejauh mana wireless laptop membantu anda belajar di dalam ruang perkuliahan?” Si mahasiswa menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan skala kategori seperti berikut:

____ Sangat membantu ____ Agak membantu ____ Kurang membantu

Cara gampang berpikir dalam skala pengukuran ini adalah ingat saja ada dua tipe dasar: skala kategorikal dan skala kontinu. Skala kategorikal memiliki dua tipe, yakni skala nominal dan skala ordinal. Skala kontinu (sering disebut scale scores dalam program-program analisis data komputer) juga memiliki dua tipe: skala interval/kuasi interval dan skala rasio. Tipe-tipe skala ini diperlihatkan dalam Tabel 6.5.

Scales of measurement (skala pengukuran) adalah pilihan-pilihan (opsi) jawaban terhadap pertanyaan yang mengukur (atau mengamati) variabel dalam unit-unit berbentuk kategori atau kontinu. Penting bagi kita mmahami skala pengukuran untuk menilai kualitas dari sebuah instrumen dan menentukan statistik yang digunakan untuk menganalisis data.

(35)

mendeskripsikan suasana hati mereka ketika alat tadi berbunyi, dengan menggunakan skala seperti berikut:

Amat agak sedikit salah satu sedikit agak

Alert 0 0 0 0 drowsy

Walaupun para peneliti menjumlahkan skor-skor untuk masing-masing remaja itu tehadap beberapa pertanyaan seperti ini, skala respon untuk masing-masing pertanyaan adalah nominal atau kategorikal.

Skala Ordinal. Para peneliti menggunakan skala ordinal (atau skala berurytan atau skala kategrikal) untuk memberikan piliha-pilihan respon apakah para partisipan diberi urutan mulai dari yang paling baik atau paling pinting sampai pada yang paling jelek atau paling tidak penting dalam hal sifat, atribut, atau karakteristik. Skala-kala ini secara intrinsik memiliki urutan. Contoh, seorang peneliti boleh jadi merekan kinerja seseorang individu dalam sebuah pertandingan lari dari suatu tempat ke tempat lainnya. Banyak di antara skor-skor sikap berimplikasi skala ordinal karena pertanyaan-pertanyaan tentang sikap minta agar para partisipan membuat urutan tentang pentingnya sesuatu atau sejauh mana sesuatu itu penting (mulai dari “sangat penting” sampai pada “tidak penting sama sekali”). Seperti diperlihatkan oleh contoh ini, informasi tersebut bersifat kategorikal tapi dalam bentuk urutan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif; 2) Debt to asset

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

Menurut Sugiyono (2011:8)metode penelitian kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang akan digunakan untuk penelitian pada

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan prosedur pengembangan yang dilakukan. Tahap awal penelitian mengumpulkan

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK), PEJABAT PELAKSANA DAN PENGENDALI KEGIATAN (PPPK) DAN PEMEGANG UANG MUKA

Pengujian terhadap abnormal return tidak dilakukan pada setiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata pengembalian tidak normal seluruh

Penerapan tabel T-I-P dalam model REACT diharapakan dapat menambah tingkat pemahaman dengan mengaktifkan pengetahuan awal peserta didik dan mengaitkan dengan apa yang

Dengan latar belakang perusahaan ini banyak sekali masyarakat yang ingin bergabung menjadi karyawan diperusahaan akan tetapi dengan proses penerimaan karyawan baru