PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM
Dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengevaluasian sebuah kurikulum, para pengembang kurikulum dapat menggunakan satu cara pendekatan atau bahkan lebih. Mengenai jumlah pasti pendekatan-pendekatan ini ini, para ahli memiliki perbedaan pendapat dalam menentukannya. Olga C. Alonsabe (2009), misalnya, menyebutkan bahwa terdapat 4 pendekatan kurikulum yaitu, 1)Behavioral approach, atau pendekatan behavioral. Pendekatan ini menekankan tujuan dari kurikulum yang dikembangkan, serta apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian, 2)Managerial approach, atau pendekatan manajemen. Dalam pendekatan ini, setiap komponen dalam pelaksanaan kurikulum dibagi lagi kedalam tingkatan-tingkatan sesuai perannya. Lalu, 3)Systems approach, atau pendekatan sistem. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan managerial, dimana komponen-komponen dalam kurikulum ditelaah hubungannya antara satu dengan yang lain. Dan 4)Humanistic approach, atau pendekatan humanistik. Pendekatan ini memfokuskan pada siswa sebagai bagian paling penting dari proses belajar.
Selain pendekatan, diperlukan juga model-model yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum. Model merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsep dasar. Model ini dibagi menjadi dua, yaitu model konsep dan model pengembangan kurikulum. Zainal Arifin (2011) menjelaskan bahwa model konsep berkaitan erat dengan kemunculan berbagai aliran dalam pendidikan. Model konsep terdiri dari, 1)Konsep Kurikulum Humanistik, atau aktualisasi diri. Kurikulum ini menjadikan anak dan perkembangannya sebagai fokus. Kemudian diikuti dengan 2)Konsep Kurikulum Subjek Akademis, atau rasionalisasi. Kurikulum ini mengutamakan ilmu pengetahuan dan penguasaannya. Lalu 3)Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial. Konsep ini menekankan interasi dan kerja sama antara komponen-komponen pendidikan, seperti siswa, guru, dan orang tua. Dan terakhir adalah 4)Konsep Kurikulum Teknologis. Kurikulum ini memanfaatkan perkembangan teknologi dalam peningkatan kompetensis siswa. Diantara model pengembangan kurikulum, model Top Down dan Grass-Root adalah beberapa dari pendekatan yang sering digunakan. Model Top Down atau sering juga disebut dengan Administrative Model menekankan adanya hierarki dari tingkat atas dan bawah, serta adanya garis komando diantara tingkatan-tingkatan tersebut. Model Grass-Root dan implementasinya berada ditangan guru-guru di sekolah sebagai pelaksanaan kurikulum. Perbedaan kedua model ini adalah, model -Top Down dapat mencakup ruang lingkup yang lebih luas lagi, seperti dari sekolah hingga Kemdiknas, sedangkan Top Down hanya terbatas di ruang lingkup sekolah atau antar sekolah.
Daftar Pustaka: