• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akselerasi Reformasi Birokrasi id. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Akselerasi Reformasi Birokrasi id. pdf"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Opini

TAJUK RENCANA

mall, bank-bank dan ATM, pegadaian karena perputaran uang meningkat drastis menjelang lebaran.

Tugas berat polisi lainnya adalah mengamankan arus lalu lintas. Kondisi jalanan padat dengan kendaraan roda dua dan empat (mobil), kemacetan tidak terelakkan, kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja. Dan pada H-2 atau dua hari menjelang lebaran, jumlah pemudik yang pulang kampung meningkat tajam membuat pengaturan arus lalu lintas menjadi penting. Tidak hanya di pusat kota tapi juga di jalur luar kota.

Pada saat lebaran banyak kantor pemerintahan dan swasta tutup, begitu pula dengan perumahan warga sepi kare-na ditinggal pemiliknya pulang kampung atau merayakan lebaran, berkunjung ke luar kota. Situasi rawan ini biasanya menja-di incaran pelaku kejahatan.

Di sinilah polisi harus mengantisipasi kawasan rawan pencurian, perampokan, begal, sampai kecelakaan jalan raya dengan mengerahkan pasukan sebanyak-banyaknya dan siaga 24 jam menjelang lebaran yang sudah di ambang pintu.

Jika polisi siaga 24 jam masyarakat tidak lagi merasa waswas, tidak khawatir meninggalkan rumahnya saat lebaran karena agenda pulang kampung tidak bisa ditunda sebagai momentum bersilaturahmi dengan orang tua, sanak saudara, hantai tolan dan kerabat. Kekhawatiran masyarakat seperti tu semestinya mendapat perhatian dari polisi dengan meningkatkan penjagaan di bulan puasa dan pada saat lebaran tiba. Sudah merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat merayakan lebaran dengan membeli emas perhiasan sehingga penjagaan di toko-toko emas yang rawan tindakan kriminal wajib dilakukan oleh polisi. Tidak hanya oleh si pemilik toko tapi juga masyarakat harus ikut membantu tugas polisi. Saling membantu, saling berkomunikasi menghadapi segala aksi kejahatan yang tak diinginkan.

Kalau Polresta Medan dan Polsek-Polsek sekitarnya tegas melawan tindak kejahatan (kriminalitas), bahkan memberlakukan tembak di tempat bagi pelaku yang melawan petugas. Tercatat sudah enam perampok dilumpuhkan dengan tembakan peluru tajam oleh polisi (Waspada 8/7), semuanya itu demi menjaga stabilitas keamanan agar kondusif di hari-hari yang super sibuk karena masyarakat (umat Islam) tengah mempersiapkan diri menghadapi Idul Fitri.

Hemat kita, tingkat kejahatan pasti melonjak pada saat menjelang lebaran tiba. Hal itu sejalan dengan meningkatnya aktivitas guna memenuhi dan mempersiapkan kebutuhan lebaran.

Melihat peredaran uang begitu besar sehingga membuka peluang bagi pelaku kejahatan untuk mengedarkan uang palsu untuk transaksi. Momentum puasa dan lebaran menjadi saat yang pas buat pengedar uang palsu menjalankan aksinya, termasuk mengedarkan uang palsu baru pecahan kecil Rp2000 dan Rp5000 untuk kebutuhan ‘’angpao’’ di saat lebaran. Untuk menekan angka kriminalitas menjelang lebaran mendatang tugas-tugas polisi semakin berat. Sehingga semua personel harus diterjunkan ke masyarakat, terutama meningkatkan patroli jalan raya dan menjaga pusat-pusat bisnis yang rawan perampokan. Alangkah bagusnya bila pihak kepolisian terus berupaya meminimalisir aksi kejahatan dengan melakukan berbagai patroli dan razia terutama operasi pekat (penyakit masyarakat) di setiap Polsek yang ada, terutama kawasan rawan kejahatan. Jika persiapan polisi matang kita bisa yakini situasi kamtibmas akan berjalan tertib dan aman.

Di sinilah diuji kemampuan dan tingkat profesionalan polisi kita. Harus kerja keras 24 jam guna menekan angka kriminalitas jelang lebaran. Mengingat jumlah personel polisi terbatas maka Polri harus bisa mengajak masyarakat lebih peduli dan waspada terhadap kondisi keamanan di lingkungannya masing- masing.

Sinergitas polisi dengan masyarakat menjadi tolok ukur penting keberhasilan polisi menekan angka kejahatan konvensional maupun kriminal dalam bentuk baru.+

B

Tugas Berat Polisi Siaga

24 Jam Jelang Lebaran

erbagai kejahatan meningkat menjelang Idul Fitri (Lebaran) yang tinggal 11 hari lagi, seperti aksi begal dan perampokan, pencurian dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam, copet, penipuan, hipnotis di keramaian saat masyarakat berbelanja kebutuhan puasa dan lebaran.

Sasaran kejahatan biasanya di tengah keramaian, seperti pusat perbelanjaan,

tata kelola pelayanan, transparansi dan akuntabilitas serta efektifitas dan efi-siensi kerja aparatur negara. Peraturan Presiden (Perpres) No.81/2010 tentang Grand Design Reformasi Birok-rasi 2010-2025, yang juga dilengkap road map -nya. Perpres ini menjadi penunjuk arah kebijakan pelaksanaan reformasi birok-rasi, sementara road map adalah rincian operasionalisasi reformasi untuk pro-gram lima tahunan. Untuk itu perlu per-cepatan terhadap pelaksanaan refor-masi birokrasi tersebut. Rakyat me-nunggu langkah nyata reformasi bi-rokrasi dari pemerintah terutama me-nyangkut pelayanan publik.

Menteri PAN dan RB Ke-14 periode 2011-2014 Azwar Abubakar pada Sim-posium Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) seEropa dan Amerika di Istanbul tanggal 18 Mei 2013 menyampaikan beberapa program akselerasi reformasi birokrasi yaitu: penataan struktur birok-rasi; penataan jumlah dan distribusi Pegawai Negeri Sipil (PNS); Sistem Seleksi CPNS dan Promosi PNS Secara Terbuka; Profesionalisasi PNS; Pengem-bangan Sistem Elektronik Pemerintah (e-Government); Peningkatan Pelaya-nan Publik; Peningkatan Akuntabilitas Aparatur; Peningkatan transparansi dan akuntabilitas; Peningkatan Kesejah-teraan Pegawai Negeri. Walaupun pe-nyampaian telah dua tahun lalu namun masih sesuai diimplementasikan se-karang.

Jika dijabarkan, penataan birokrasi, penataan jumlah dan distribusi PNS merupakan program sangat diperlu-kan. Karena banyak sekali jenjang yang tidak diperlukan yang harusnya sudah dihapus. Perlu dilakukan kajian ulang

yang mendalam terhadap keperluan struktur birokrasi yang seharusnya ram-ping dan efektif. Penataan akan mem-berikan manfaat pada hematnya gunaan anggaran negara untuk peng-gajian dalam kepangkatan atau eselon tertentu, sehingga jabatan atau eselon yang diperlukan saja yang diadakan sesuai kebutuhan, mulai dari pemerin-tah pusat sampai daerah. Hal ini juga sejalan program penghematan yang sedang dilakukan pemerintah. Struktur birokrasi ramping juga akan memper-pendek jalur birokrasi untuk suatu laya-nan tertentu.

Sistem seleksi PNS yang telah dite-rapkan dengan melibatkan konsorsium Perguruan Tinggi (PT) sebagai mitra kerjasama untuk pelaksanaan seleksi masuk PNS—penggunaan sistem ujian berbasis komputer yaitu Computer Assis-ted Test (CAT) membawa angin segar lahirnya calon PNS bersih dari “kolusi dan nepotisme”. Masyarakat merasa lega dan tidak perlu takut lagi akan ada sogok-menyogok atau sejenisnya, Ma-syarakat tidak akan enggan mengikuti tes CPNS, karena praktek kolusi dan ne-potisme telah bisa diturunkan dengan drastis. Selain itu pemeriksaan dan kepu-tusan kelulusanpun bukan dilakukan secara manual tapi perangkat lunak komputer yang mengolahnya. Sistem seleksi yang telah dilaksanakan dengan berbasir komputer perlu dipertahankan oleh Menpan dan RB yang baru.

Selain itu untuk promosi jabatan PNS, Kemenpan RB sebaiknya membuat kebijakan pengisian lowongan jabatan secara terbuka antar instansi baik tingkat nasional maupun regional. Jika dicer-mati kebijakan ini merupakan kebijakan yang bertujuan memacu PNS agar me-ningkatkan kinerjanya dan meng up-grade ilmunya untuk berkompetisi dengan PNS di instansi lain. Artinya

Oleh Muhammad Arhami

bahwa jika PNS dengan kinerja berpres-tasi tentunya terbuka lebar kesempatan mengisi lowongan tertentu dimanapun sesuai kompetensinya.

Berikutnya profesionalisasi PNS juga merupakan upaya yang harus terus dilakukan KemenpanRB, mengingat banyak PNS tidak profesional di bi-dangnya. Ini disebabkan kompetensi-nya tidak sesuai posisi yang ditempati-nya. Profesionalisasi ini perlu dilakukan agar PNS benar-benar mampu meme-takan ruang lingkup kerjanya, menya-dari mereka harus bekerja di bidang yang sesuai keahliannya dan dihargai kompetensinya sehingga dapat men-jalankan pekerjaannya, memahami masalah publik dengan baik serta dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cepat, tepat dan terarah karena sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Pengembangan e-Goverment meru-pakan program mendesak dan harus segera diimplementasikan dengan se-rius oleh pemerintah. Walaupun e-Go-vernment telah lama ada namun imp-lementasinya yang benar-benar belum dilakukan . Semua instansi sebaiknya sudah terintegrasi. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya e-Go-verment, di antaranya dapat meng-itegrasikan sistem basis data dalam satu sumber sehingga semua departemen akan terhubung. Hanya dengan meng-akses di satu sistem maka semua infor-masi yang diperlukan dapat ditemukan, intinya jika e-Goverment dikembanga-kan adikembanga-kan sangat berdampak pada pela-yanan publik menjadi lebih baik.

Peningkatan pelayanan publik sa-ngat mendesak, karena PNS sebagai “pelayan rakyat” yang setiap saat siap melayani rakyat dan siap memberikan yang terbaik buat rakyat. Pelayanan yang baik tentunya pelayanan yang singkat, cepat dan memiliki standar tan-pa birokrasi yang begitu rumit dan membedakan “kasta” kepada siapa pelayanan diberikan. Berikutnya pe-manfaatan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pelaya-nan kepada publik perlu lebih diinten-sifkan lagi. Karena salah satu manfaat TIK adalah dapat mengintegrasikan semua sistem pelayanan dari berbagai departemen sehingga akan

memper-R

* Silpa Pemko Medan capai Rp370,72 miliar

- Kita pestakan saja din, he....he...he

* DPR desak pemerintah keluarkan Keppres Sinabung

- Iyalah, tunggu apalagi!

* Bulog dikabarkan tidak peduli nasib warga miskin

- Makanya tega salurkan beras berkutu

SUDUT BATUAH

:D N 'R H O :D N

'R H O :D N

'R H O :D N

'R H O :D N

'R H O eformasi birokrasi yang

diha-rapkan rakyat adalah refor-masi yang meliputi berbagai aspek seperti manajemen dan

pedagang bubur bernama Dewi. Beras ini dicampurkan pada beras lokal. Pe-ngakuan Dewi menyebutkan hasil me-masak bubur dari beras plastik adalah tidak menyatunya air dan beras, beras menjadi pecah-pecah, serta rasa dan baunya tawar.

Pascamemakannya juga memberi efek mual, pusing, dan seperti ingin buang air terus.

Beras sintetis berbahan campuran limbah plastik, ubi, dan kentang impor dari China sebelumnya juga melanda di Kerala India. Beras plastik ini menu-rut media setempat diketahui diimpor dari China dan beredar di pasar swala-yan di Kota Koochi, Kerala, India. Kasus di Bekasi sekarang sudah ditangangi Kepolisian dan dalam tahap uji labo-ratorium di BPOM dan Kementerian Pertanian. Jika terbukti beras plastik, maka menjadi kondisi darurat keama-nan pangan dan menambah daftar panjang sisi ironi Indonesia sebagai negeri agraris.

Tragedi Ironis

Dugaan beras sintetis menjadi trage-di ironis bagi negeri agraris seperti In-donesia. Permasalahan ketahanan pa-ngan masih bersifat klasik, antara lain dalam hal produksi dan ketersediaan, distribusi, kemiskinan, serta konsumsi dan keamanan pangan (Nugroho, 2009).

Swasembada pangan yang pernah diraih pada era Orde Baru dan kepemim-pinan SBY, kini kembali menjadi mimpi. Impor beras tercatat dilakukan dari Viet-nam, Thailand, Myanmar, India, dan Pakistan. Pada tahun 2014, Indonesia mengimpor beras 1,225 juta ton atau naik hampir dua kali lipar dari 650 ribu ton pada 2013 (Bulog, 2014).

Sedangkan dari sisi produksi sebe-narnya tergolong besar, tetapi jumlah permintaan beras melebihi produksi tersebut. Indonesia menempati urutan pertama negara konsumen beras terbe-sar, yaitu 102 kg/kepita/tahun (BPS, 2014). Konsumsi tersebut melebihi ne-gara Asia, seperti Korea yang hanya 60 kg/kapita/tahun, Jepang 50 kg/kapita/ tahun, Tahiland 70 kg/kapita/tahun, dan Malaysia 80 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan beras menjadi bahan pa-ngan pokok masyarakat Indonesia.

Distribusi juga menjadi perma-salahan pangan karena faktor geografis dan kesuburan daerah. Selain itu akar

permasalahan distribusi terletak pada dukungan infrastruktur, sarana dan sis-tem transportasi, serta keamanan dan pungutan liar. Indonesia hanya mem-punyai 11 provinsi yang menjadi sentra produksi beras dari total 34 provinsi. Terakhir, seiring kemajuan zaman muncul permasalahan keamanan pa-ngan. Kondisi ini merupakan konse-kuensi atas kemajuan dalam bidang rekayasa pangan, termasuk hadirnya beras sintesis. Beras sintesis ini sudah diproduksi massal di China dan meram-bah dalam dunia ekspor. Kasus beras sintesis asal China sudah menjadi isu global dan pernah mengegerkan Hong-kong dan India.

Verawati (2015) memaparkan cara membedakan beras sintetis dan asli. Pembedaan secara sederhana dapat dilakukan dari aspek penyerapan air, tekstur, rasa, dan aroma. Beras asli mam-pu menyerap air, sehingga teksturnya lembut dan jika dimasukan ke penanak nasi akan mengeras dengan tekstur kelembutan tetap ada. Sedangkan beras sintetis akan lembek serta semakin ke-ring dan mengeras.

Dari segi tekstur, beras sintetis lebih lembut, licin, dan berwarna putih selu-ruhnya. Sedangkan tekstur beras asli sedikit lebih kasar, warnanya putih dan bening, tetapi tidak seluruhnya. Beras asli dari segi rasa memiliki rasa manis karena glukosa karbohidrat dalam beras terurai sempurna. Sedangkan beras sintetis rasanya hambar dan tawar tidak memiliki rasa. Dari segi aroma, beras sintetis cenderung mengeluarkan bau sangit dan beraroma bahan kimia. Se-dangkan beras asli mengeluarkan aroma lebih wangi karena H2O di beras yang menjadi nasi akan mengeluarkan bau yang harum, serta glukosa pada beras keluar dengan sempurna.

Strategi Penyelamatan

Hadirnya beras sintetis yang diduga membahayakan kesehatan dan keama-nan pangan mesti disikapi dengan upaya penyelamatan. Pemerintah, swasta, dan masyarakat mesti bersama melakukan aksi penyelamatan. Perta-ma, pemerintah melalui Bulog mesti tegas melarang impor beras sintetis. Operasi pasar penting dilakukan berkala guna mengawasi dan mengantisipasi peredaran di lapangan. Sanksi tegas mesti diberikan jika terbukti menemu-kannya. Pemerintah bahkan dapat me-ngajukan nota protes ke negara asal, jika memang beras sintetis terbukti mengandung bahan membahayakan. Langkah juga dapat dilakukan

de-ngan pelaporan ke badan dunia di PBB seperti FAO dan WTO. Pemerintah juga penting melindungi petani agar dapat memproduksi pangan berkelanjutan. Misalnya dengan intensif-disintensif, pengembangan lahan pertanian ber-kelanjutan atau bank lahan, dan seba-gainya.

Kedua, pihak swasta khususnya importir mesti mematuhi regulasi dan mengutamakan keselamatan publik. Nilai murah beras sintetis memang nggoda secara bisnis, tetapi mesti me-ngedepankan etika bisnis yang melin-dungi konsumen.Resiko berupa pidana dan kerugian bisnis akibat ditinggal kon-sumen akan jauh lebih besar dari keun-tungan sesaat.

Ketiga, publik penting melek keama-nan pangan. Kemampuan membe-dakan beras sintetis dan asli mesti dimiliki. Pendorong membeli beras mestinya tidak sekadar murah, melain-kan melihat kualitasnya. Ketergan-tungan terhadap beras juga penting dikurangi dengan difersivikasi pangan. Khusus bagi petani, penting memperta-hankan lahan pertaniannya agar tetap mendukung produksi beras nasional. Indonesia merupakan negeri agra-ris disamping negeri maritim. Kebera-daan ratusan gunungapi menjadi pe-nambah faktor penyubur tanah. Eksis-tensi negeri agraris mesti dipertahankan dari kekurangan ketersediaan hingga keamanan pangan. Pangan turut mem-pengaruhi kesehatan, kecerdasan, hing-ga kualitas SDM. Globalisasi dan MEA membutuhkan daya kompetitif dan

pa-G

eger dugaan beras sintetis berbahan plastik berbahaya mencuat di Bekasi, Jawa Barat. Pertama kali ditemukan

Oleh Ribut Lupiyanto

Pengumuman

Redaksi menerima kiriman karya tulis berupa artikel/opini, surat pembaca. Kirim ke alamat redaksi dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’

dengan disertai CD atau email: opiniwaspada@yahoo.com. Panjang artikel 5.000-10.000 karakter dengan dilengkapi biodata dan kartu pengenal (KTP) penulis. Naskah yang dikirim adalah karya orisinil, belum/tidak diterbitkan di media manapun. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.

Diperlukan kejelasan arah pergerakan reformasinya

terutama terkait pelayanan kepada publik yang hingga

saat ini masih dirasakan jauh dari harapan

Dari segi tekstur, beras sintetis lebih lembut, licin, dan berwarna

putih seluruhnya. Sedangkan tekstur beras asli sedikit

lebih kasar, warnanya putih dan bening, tetapi tidak

seluruhnya

Beras Sintetis, Ironi Negeri Agraris

Akselerasi Reformasi Birokrasi

cepat pemberian pelayanan kepada masyarakat tanpa birokrasi berbelit. Selain itu penetapan standar pela-yanan juga ikut memengaruhi tingkat pelayanan kepada masyarakat, karena adanya standar akan membuat layanan menjadi jelas, teratur dan tertib tanpa harus ada calo-calo yang “bergenta-yangan” di setiap kantor layanan pub-lik. Hal yang tak kalah penting dalam peningkatan pelayanan adalah aparatur pemerintah yang bertugas melayani masyarakat adalah aparatur yang tulus, ramah, santun, dan bersahaja dalam melayani masyarakat dengan baik.

Transparansi dan akuntabilitas merupakan semangat keterbukaan dari PNS sebagai abdi rakyat baik terkait de-ngan informasi kinerja maupun terkait dengan keuangan atau kekayaan yang dimiliki PNS. Transparansi dan akunta-bilitas di birokrasi dapat mengurangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Salah satu cara yang efektif adalah de-ngan mewajibkan semua PNS melapor-kan harta kekayaannya dan diumummelapor-kan ke publik, karena melalui tranparansi inilah masyarakat akan bisa menilai apakah PNS masih dalam jalur benar atau tidak.

Berikutnya adalah peningkatan ke-sejahteraan PNS yang tidak saja dengan menaikkan gaji dan menyesuaikan gaji sesuai kepangkatannya. Namun mem-berikan insentif atau rewards berupa penambahan pendapatan bagi PNS yang memunyai prestasi dan kinerja bagus sebagai bentuk kepedulian peme-rintah dan menjadi motivasi bagi lain-nya.

Akselerasi ini perlu segera diimple-mentasikan agar reformasi birokrasi yang telah, sedang dan akan dilakukan mendapat apresiasi dan persepsi positif masyarakat yang selama ini menilai reformasi birokrasi berjalan lamban. Karena diperlukan kejelasan arah per-gerakan reformasinya terutama terkait pelayanan kepada publik yang hingga saat ini masih dirasakan jauh dari ha-rapan.

Penulis adalah Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe-Aceh, Mahasiswa Ph.D Bidang Teknik Komputer, Yildiz Teknik Universitesi-Istanbul, Turki.

ngan menjadi salah satu faktor yang dituntut kontribusinya.

Penulis adalah Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration).

‘’Mengingat jumlah

per-sonel polisi terbatas maka

Polri harus bisa mengajak

masyarakat peduli kondisi

keamanan di

lingkungan-nya masing- masing’’

Intisari:

Ilmu pengetahuan masih “kafir”, karena-nya perlu di-Islamkan. Dalam bahasakarena-nya Dato’ Wira Dr Jamil Osman, pendidikan Islam dijajah Barat. Koordinator International Insti-tute of Islamic Thought (IIIT) ini kemarin bicara di redaksi Waspada dalam Dialog Ra-madhan.

Ilmu ekonomi misalnya, seolah tak bisa lepas dari riba. Padahal dalam Islam, riba itu adalah pelanggaran yang tak main-main. Dalam satu hadis yang pernah saya baca, Riba itu (ada) 70 dosa. Yang paling ringan adalah (seperti) seorang laki-laki yang meni-kahi ibunya sendiri.

Sama halnya dengan kedokteran. Ilmu ini ketika dilepaskan dari Islam, ia akan me-langgar banyak sekali perangkat hukum Islam. Dato’ Wira mencontohkan terapi psikologi yang biasa dilakukan untuk

mem-buat pasien menjadi tenang—bia-sanya dipeluk erat. Anda bisa ba-yangkankalau dokternya pria tulen dan pasiennya gadis bahenol.

Cara yang digunakan Barat menjajah ilmu pengetahuan Islam adalah dengan memisahkan (diko-tomi) antara Islam dan ilmu pe-ngetahuan itu sendiri. Maka ja-wablah hipotesis berikut ini: Sema-kin banyak dokter, semaSema-kin banyak pula orang sakit. Dan semakin

ba-nyak bank tumbuh, semakin sekarat suatu negeri.

***

Kalau ditodong pertanyaan ini: Anda yakin

nggak kalau bakal masuk Surga? dr Agus Rah-madi, dia menjawab mantap: Yakin, karena Allah bagaimana prasangka hambanya. Tapi si penanya kemudian memvonis dokter ini masuk Neraka.

Lho..? Si penanya kemudian menyajikan seperangkat data. Dia mengambil obat lovenox. Ini obat mengencerkan darah yang biasanya diberikan untuk penderita jantung, stroke, dan gangguan pembekuan darah. Di kema-san obat ini tertulis porcine origin yang berarti bersumber dari Babi. Maka kalau dokter me-nulis resep ini, itu artinya dia memasukkan barang haram ke tubuh pasiennya.

Kemudian si penanya mengambil obat lainnya. Kali ini actrapid yang tertulis human insulin di kemasannya. Ini bermakna pankreas yang berasal dari manusia mati. Maka jika dokter menyuntikkan obat ini, itu berarti dia mema-sukkan manusia ke dalam manusia.

Selanjutnya analsik (obat pusing) yang berisi antalgin dan diazepam (Narkoba). Itu sebabnya orang yang makan obat ini akan ketagihan. Maka jangan heran kalau ada pasien yang diberikan analsik, ia akan balik lagi ke dokter—karena ketagihan.

Agus mulai berpikir. Tapi si penanya mengambil lagi obat lain, codeine (obat batuk) yang ternyata mengandung derivat Narkoba. Ini juga jadi sebab orang yang meminumnya bisa langsung hilang batuk. Padahal para ibu

paling senang kalau anaknya yang batuk diberi obat, langsung tenang dan tertidur. Dia tidak tahu kalau sudah dikasih Narkoba. Agus belum habis herannya. Si pena-nya kemudian mengambil semua obat sirup yang ada. Adakah di antara obat-obat tersebut yang tidak mengandung Narkoba? “Kira-kira ibadah orang yang menelan obat itu diterima nggak? Siapa yang akan dimintai pertanggungjawa-bannya kelak?,” si penanya menohok Agus. Agus pun terpana.

Tak lama dia melanjutkan studinya. Tapi bukan spesialis, namun tafsir hadis. Ilmu agama yang mengantarkanya pada kesimpulan untuk menjauhi obat medis dan menganjurkan obat tradisional, bahkan senyum sebagai obat. Dia gencar mengam-panyekan terapinya tersebut, termasuk menceritakan penga-lamannya ditanya soal Surga dan Neraka tadi.

***

Anda tahu menarik perha-tian saya dari dua orang yang saya ceritakan di atas? Itulah latar belakang mereka. Kalau Dato’ Wira berlatar ekonom, maka Agus seorang dokter. Tapi

ghirah dan semangat keIslaman keduanya sama-sama bernas dan tinggi.

Mereka mengingatkan saya pada gera-kan Islam (Islamic movement) dari kam-pus-kampus. Banyak di antara mereka tidak datang dari kampus agama seperti IAIN atau STAIS, tetapi datang dari disiplin ilmu pengetahuan yang masih “kafir” ter-sebut. Saya mengenal beberapa di anta-ranya. Semangat mereka sungguh mem-buat saya “rendah diri”.

Pola yang sama bisa dilihat dari feno-mena stigmatisasi Islam teroris pasca WTC. Apa yang terjadi kemudian? Ribuan orang malah berbondong-bondong mempe-lajari Islam dan akhirnya memeluk Islam— hingga menjadi gerakan Islamisasi di daratan Amerika dan Eropa.

Atau ketika di akhir 80-an sampai awal 90-an saat terjadi gegar budaya. Sewaktu para perempuan mulai berani tampil ber-pakaian minim, pamer paha dengan bu-sana alat Barat. Apa yang terjadi kemudian adalah gerakan jilbabisasi di seluruh negeri. Alam raya ini seimbang belaka. Jika takarannya dikurangi, ia akan mencari jalan keseimbangannya. Dan Islam adalah keseimbangan itu sendiri. Ini menjawab hipotesis di atas. Bahwa ilmu pengetahuan memang masih kafir, karenanya ia mu-dharat. Untuk membawa keselamatan, ia harus diIslamkan. Dan sebaiknya engkau ambil bagian dalam “proyek peradaban” ini, karena kalaupun engkau absen, ia tetap akan mencari jalannya sendiri.

(Vol.584, 9/7/2015)

Foliopini

Dedi

Sahputra

dedisahputra@yahoo.com

Mengislamkan Ilmu Pengetahuan

Kolom foliopini dapat juga diakses melalui http://epaper.waspadamedan.com

B7

WASPADA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis prospektif, skenario yang menjadi utama dalam prospek pengembangan agroindustri berbasis rumput laut (dodol rumput laut) adalah skenario yang

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelummya maka dapat ditarik kesimpulan: kemampuan representasi matematis siswa kels eksperimen lebih baik daripada

Dengan melihat penjelasan solusi di atas maka perlu jenis luaran yang dihasilkan yakni mitra atau sekolah Pekanbaru Lab School memberikan kepada guru untuk mengikuti

Waduk Cikoncang terletak di dataran rendah sehingga kemungkinan terjadinya up welling (umbalan) sangat kecil. Pemanfaatan lahan waduk masih di bawah batas maksimum yang

- Dari India - teknologi India menghasilkan gula daripada tebu, 60 koleksi ilmu astronomi India telah diterjemah ke bahasa Cina ahli astronomi India pernah berkhidmat di China

Metode pengembangan sistem yang dipakai dalam rancang bangun implementasi metode frame untuk mendiagnosa gangguan kepribadian dramatik menggunakan sistem pakar adalah

(2000) ada tiga hasil penelitian breeding domba yang siap dipakai peternak. Hasil-hasil penelitian itu adalah: 1) bibit domba prolifik untuk meningkatkan produksi domba, 2)

memberikan inspirasi mereka untuk mencapai hal-hal yang luar biasa. Biasanya seseorang akan menerima dan melakukan perubahan jika diberikan tantangan-tantangan