IDENTITAS
Nama : Taing Sapitri Nurdianti
Nim : 71153011
Prodi/semester : Ilmu Komputer/3 Fakultas : Sains Dan Teknologi Perguruan Tinggi : UIN Sumatera Utara Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Tema : INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS Buku : Gerbang Tasawuf
IDENTITAS BUKU
Dr. Ja’far, Ma Gerbang Tasawuf : Dimensi Teoritis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi (Medan: Perdana Publishing:2016)
Drs. H. Miswar, MA Akhlak Tasawuf (Bandung: Citapustaka Media Perintis:2013) Sub 1 : Integrasi dalam Sejarah Islam
Sub 2 : Integrasi dalam Ranah Ontologi Sub 3 : Integrasi dalam Ranah Epistemologi Sub 4 : Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Para filsuf dari mazhab peripatetik merupakan pemikir muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Al-Quran dan hadis, lantaran tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma Islam. Tidak sebatas integrasi belaka, mereka malah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu yang terdiri atas ilmu-ilmu kewahyuan, sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan. (Ja’far, 2016:102)
Selain dari mazhab peripatetik, sejarah Islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyraqiah dan mazhab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu kewahyuan. Diantara mereka adalah Suhrawardi (w. 1191) yang dikenal ahli filsafat, tasawuf, zoroatrianisme, dan platonisme. Nazhr al-Din al-Thusi (w. 1274) merupakan pakar dalam bidang astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, fisika, teologi, tasawuf, dan hukum Islam. Quthb al-Din al-Syirazi (w. 1311) cukup dikenal sebagai ahli dalam bidang astronomi, matematika, kedokteran, fisika, musik, filsafat, dan tasawuf. Mulla Shadra (w. 1640) adalah seorang pakar teologi, hukum islam, tafsir, dan hadis, selain menguasai filsafat dan tasawuf. Baha’ al-al-Din Amili (W. 1621) merupakan seorang ahli hadis, filsuf, matematikawan, dan arsitek. Menarik disimak bahwa banyak ilmuan Muslim terdahulu yang kehidupan mereka sangat religius dan sufistik, tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti metafisika, matematika, fisika, astronomi, biologi, kedokteran, dan teknologi arsitektur. (Ja’far, 2016:104)
B.Integrasi dalam Ranah Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga ontologia bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpilkan bahwa ontologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dari istilah ontologi ditujukan pada pembahasan tentang objek kajian ilmu. (Ja’far, 2016:105)
Tajalli Allah Swt. Mengambil dua bentuk: Tajalli dzati dalam bentuk penciptaan potensi; dan
tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta. (Ja’far, 2016:106)
Dari perspektif Ibn ‘Arabi, alam merupakan manifestasi sifat-sifat Allah Swt. Dan cermin bagi-Nya. Saintis muslim sebagai peneliti alam empirik (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt.; dan ajaran Islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimana terhadap-Nya, bukan menjauhkan manusia dari-Nya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuan-ilmuan Barat-sekular. (Ja’far, 2016:107)
C.Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplansi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Suriasumantri menyimpulkan bahwa epistemologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang proses dan prosedur menggali ilmu, metode untuk meraih ilmu, makna dan kriteria kebenaran, serta sarana yang digunakan untuk mendapatkan ilmu. Dengan demikian, epistemologi adalah ilmu tentang cara mendapatkan ilmu. (Ja’far, 2016:107-108)
Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemologi Islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode ‘irfani yang biasa disebut metode takziyah al-nafs. Meskipun ada perbedaan metode, tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu sama lain. (Ja’far, 2016:108)
D.Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Suriasumantri menyimpulkan bahwa aksiologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan ilmu, kaitan antara penggunaan ilmu dengan kaedah moral, dan hubungan antara prosedur dan operasialisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral dan profesional. Jadi, aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan dan pencarian pengembangan ilmu, karna kaitan antara penggunaan dan pengembangan ilmu dengan kaedah moral, serta tanggungjawab sosial ilmuwan. (Ja’far, 2016:110)
Dari aspek etika akademik, nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis seorang ilmuawan dalam pengembangan sains dan teknologi. Konsep al-Maqamat dan al-Ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan Muslim. (Ja’far, 2016:110)
Kesimpulan:
Peranan agama dalam menghadapi tantangan sains dan teknologi adalah tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan sains dan teknologi dengan titik tekannya pada aspek moral dan penggunaanya serta menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Agama dan sains memiliki titik singgung, terutama dalam hal kepentingan dan kebutuhan dasar manusia.
Relevansi dengan Bidang: