ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGUMPULAN SASARAN KERJA PEGAWAI ADMINISTRASI KESEHATAN BAGIAN
KEPEGAWAIAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO
Siti Mai Syaroh, M. Risya Rizki*
*Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo
Email : [email protected]
ABSTRAK
Awal tahun 2014 sistem penilaian prestasi kinerja pegawai di RSUD Dr. Soetomo dirubah sesuai dengan perintah Peraturan Undang-Undangan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Negeri Sipil pada pasal 75 dijelaskan bahwa penilaian prestasi kinerja didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier, hal ini menyebabkan persentase keterlambatan pengumpulan sasaran kerja pegawai mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis faktor penyebab keterlambatan pengumpulan sasaran kerja pegawai administrasi kesehatan bagian kepegawaian di RSUD Dr. Soetomo. Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif (deskriptive research). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu sebanyak 31 pegawai administrasi kesehatan di bagian kepegawaian dan jumlah responden yang didapatkan pada penelitian ini sebanyak 25 pegawai administrasi kesehatan.
Hasil penelitian ditemukan dari indikator penelitian yaitu faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang (individu) diantaranya pengetahuan, sikap, tindakan dan motivasi pegawai administrasi kesehatan di bagian kepegawaian perlu diperbaiki, karena ada ketidak seimbangan yang akhirnya menyebabkan keterlambatan dalam pengumpulan sasaran kerja pegawai administrasi kesehatan di bagian kepegawaian. RSUD Dr. Soetomo khususnya pada bagian kepegawaian disarankan menyelenggarakan sosialisasi terkait dengan isi dari Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil guna menambah pengetahuan tenaga administrasi kesahatan di bagian kepegawaian tentang batas waktu pengumpulan sasaran kerja pegawai dan memperlancar proses penyusunan sasaran kerja pegawai dan diharapkan adanya ketegasan pimpinan dalam memberikan penghargaan (reward) dan hukuman (punisment) sesuai dengan standar prosedur operasional penilaian prestasi kerja pegawai yang berlaku terkait ketepatan waktu pengumpulan sasaran kerja prgawai. Selain itu, diharapkan pula keterlibatan pimpinan atas kesulitan yang dialami bawahannya.
Kata Kunci : Kepatuhan, Sistem Penilaian Prestasi Kerja PNS
ABSTRACK
Sampling technique using non-probability sampling as many as 31 employees of the administrative of health in the civil service and the number of respondents who obtained in this study as many as 25 employees of administrative of health. Based on the research results of the indicators study found that factors affecting adherence person (people) including knowledge, attitudes, actions and motivations. Knowledge, attitudes, actions and motivations of health administrative personnel in the civil service needs to be improved, because there are imbalances that ultimately causes delays in collection of employee target health administrative personnel in the civil service. RSUD Dr. Soetomo especially on the part of personnel advised organize socialization related to the content of the Regulation of the State Employment Agency No. 1 Year 2013 About Conditions of implementation of Government Regulation No. 46 Year 2011 concerning Performance Assessment Work Civil Servants in order to increase knowledge of administrative personnel of health in the civil service on the time limit collection employee work objectives and facilitate the process of preparation of the target employee. In addition , expected that the firmness leader in reward and punisment accordance with the standart operating procedures of performance appraisal of employess that applies to the timeliness of the collection target of the employment. As well, is also expected in the management engagement on the difficulties experianced by subordinates.
Keywords : Compliance, System Performance Appraisal Of Civil Servants
PENDAHULUAN
Tekanan organisasi sektor publik,
khususnya organisasi pemerintah baik
pusat dan daerah serta perusahaan milik
pemerintah dan organisasi sektor publik
lainnya untuk memperbaiki kinerjanya
mendorong dibangunnya sistem
manajemen organisasi sektor publik yang
berbasis kinerja (performance based
management). Fokus manajemen berbasis
kinerja adalah pengukuran kinerja
organisasi sektor publik yang berorientasi
pada pengukuran outcome (hasil) bukan
lagi sekadar pengukuran input atau output
saja. Manajemen berbasis kinerja
dilakukan secara berkelanjutan dan
berjangka panjang yang meliputi kegiatan
penetapan sasaran kinerja strategik,
pengukuran kinerja, pengumpulan data
kinerja dan pelaporan kinerja. Data kinerja
dan pelaporan kinerja memberikan umpan
balik (feedback) untuk melakukan
perbaikan kinerja (Mahmudi, 2015).
Manajemen berbasis kinerja
membutukan alat yang disebut pengukuran
kinerja. Pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk melakukan penilaian
kinerja. Pengukuran kinerja meliputi
aktivitas penetapan serangkaian ukuran
atau indikator kinerja yang memberikan
informasi sehingga memungkinkan bagi
unit kerja untuk memonitoring kinerjanya
dalam menghasilkan output dan outcome
(Mahmudi, 2015).
Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil dijelaskan
bahwasannya penilaian prestasi kerja
pegawai negeri sipil (PNS) adalah suatu
proses penilaian secara sistematis yang
dilakukan oleh pejabat penilai terhadap
pegawai negeri sipil. Penilaian prestasi
kerja pegawai negeri sipil bertujuan untuk
menjamin objektivitas pembinaan PNS
yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi
kerja dan sistem karier. PNS wajib
menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
rencana kerja tahunan dan memuat
kegiatan tugas jabatan dan target yang
harus dicapai dalam kurun waktu penilaian
yang bersifat nyata dan dapat diukur. Oleh
karena itu, dalam teknis penyusunan
penilaian prestasi kerja pengetahuan dan
kepatuhan pegawai memegang peranan
yang sangat penting karena penilaian
sasaran kinerja pegawai dilakukan dengan
cara membandingkan antara realisasi kerja
dengan target dan dalam penilaian perilaku
kerja sendiri meliputi aspek orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin,
kerja sama dan kepemimpinan.
Sistem penilaian prestasi kinerja
pegawai RSUD Dr. Soetomo sebelumnya
diterapkan dalam bentuk DP3 (Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) dimana
penilaian prestasi kinerja hanya dilihat dari
aspek perilaku pegawai, namun sejak
diberlakukan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur negeri Sipil pada pasal 75
dijelaskan bahwa penilaian prestasi kinerja
didasarkan pada sistem prestasi dan sistem
karier.
Penilaian kinerja sendiri diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun
2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil, dijelaskan pada
pasal 4 bahwasannya penilaian prestasi
kerja terdiri atas unsur SKP dan perilaku
kerja. Setiap pegawai wajib menyusun
SKP berdasarkan rencana kerja tahunan
instansi (pasal 5 ayat 1) dan SKP memuat
kegiatan tugas jabatan dan target yang
harus dicapai dalam kurun waktu penilaian
yang bersifat nyata dan dapat diukur (pasal
5 ayat 2). Batas waktu pengumpulan SKP
ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari
(pasal 5 ayat 5). Oleh karena itu mulai
tahun 2014 sistem penilaian prestasi
kinerja pegawai di RSUD Dr. Soetomo
dirubah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada awal berlakunya sistem SKP
maka diadakan seminar internal dengan
mengundang perwakilan pada masing
masing bidang, bagian maupun instalasi.
Diharapkan dengan adanya seminar
internal tersebut dapat membantu pegawai
dalam menyusun SKP, namun selama 2
(dua) tahun terakhir persentase
keterlambatan pengumpulan berkas
penilaian prestasi kerja atau biasa disebut
dengan SKP masih tergolong tinggi.
Berikut adalah persentase keterlambatan
pengumpulan SKP PNS akhir tahun 2014
Tabel 1.1 Persentase Pengumpulan Sasaran Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Bulan Desember 2014 s/d Bulan Januari 2015
P3 : Pegawai kesehatan lainnya
P4 : Pegawai Administrasi kesehatan
P5 : Pejabat Struktural
Pada tabel 1.1 diketahui pada akhir
tahun 2014 sampai dengan bulan januari
tahun 2015 pegawai administrasi
kesehatan yang belum mengumpulkan
SKP sebanyak 44% dari total jumlah
pegawai administrasi kesehatan PNS dan
pada akhir tahun 2015 sampai dengan
bulan april 2016 pegawai administrasi
kesehatan PNS yang belum
mengumpulkan SKP sebanyak 52%.
Perihal tersebut menggambarkan adanya
faktor ketidak patuhan pegawai khususnya
pada pegawai administrasi kesehatan (P4)
dalam batas waktu pengumpulan SKP
yang telah ditentukan..
Menurut Notoadmodjo (2003)
kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku
dari yang tidak menaati peraturan ke
perilaku menaati aturan dan faktor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah
pengetahuan, sikap, tindakan dan motivasi.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif (deskriptive research) serta
ditinjau dari sifat permasalah dari
penelitian termasuk dalam penelitian
kausal-komparatif (sebab akibat).
Penelitian dilakukan mulai Bulan Mei
2016 hinggaBulan Juli 2016 dengan objek
penelitian di Bagian Kepegawaian RSUD
Dr. Soetomo.
Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah adalah pegawai administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian RSUD
Dr. Soetomo sebanyak 31 pegawai.
Pengambilan sampel menggunakan tenik
Non Probability Sampling. Namun sampel
yang digunakan dalam penelitian sebanyak
25 pegawai administrasi kesehatan di
bagian kepegawaian dikarenakan 6
pegawai administrasi kesehatan tidak
bersedia menjadi responden.
Penelitian ini menggunakan
kuesioner tertutup sebagai instrument
penelitian untuk mengumpulkan data
primer. Teknik analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang telah
diperoleh menggunakan skala likert dan
analisis hukum pareto 80/20. Dalam tahap
analisis data dihasilkan persentase dari
setiap faktor individu (pegawai) yang
menjadi indikator faktor penyebab
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian RSUD Dr. Soetomo.
HASIL PENELITIAN
Hasil akhir dari nilai yang diperoleh
dari setiap variabel yang diukur
menggunakan skala likert adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Hasil Analisis Data Menggunakan Skala Likert Tahun 2016
No Indikator (%)
1 Pengetahuan 73
2 Sikap 60
3 Tindakan 54
4 Motivasi 82
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui
penilaian pengetahuan pegawai
administrasi kesehatan terkait dengan
teknis penyusunan SKP memperoleh hasil
73% masuk dalam kriteria “baik”. Untuk
penilaian sikap pegawai administrasi
kesehatan terkait dengan kepercayaan
terhadap sistem penilaian prestasi kerja
maka didapatkan 60% masuk dalam
kriteria “baik”. Sedangkan penilaian
tindakan tena pegawai administrasi
kesehatan terkait dengan ketepatan waktu
pengumpulan SKP maka didapatkan 54%
masuk dalam kriteria “baik” serta
penilaian motivasi responden terkait
dengan sistem penilaian SKP maka
didapatkan 82% masuk dalam kriteria
“sangat baik”.
Hasil akhir dari nilai yang diperoleh
dari setiap variabel yang diukur
menggunakan hukum pareto 80/20:
1. Pengetahuan
Gambar 1.1 Diagram Batang Penilaian Pengetahuan Pegawai Administrasi Kesehatan di Bagian Kepegawaian Dengan Hukum Pareto 80/20 Tahun 2016
Berdasarkan gambar 1.1 diketahui
pengetahuan pegawai administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian yang
berpotensi menjadi isue yang perlu
diselesaikan karena nilai frekuensi >20%
adalah kurangnya pengetahuan terkait
batas waktu pengumpulan SKP dengan
frekuesi 68% dan pemahaman teknis
pengisian SKP dengan frekuensi 44%.
2. Sikap
Gambar 1.2 Diagram Batang Penilaian Sikap Pegawai Administrasi Kesehatan di Bagian Kepegawaian Dengan Hukum Pareto 80/20 Tahun 2016
Berdasarkan gambar 1.2 diketahui
bagian kepegawaian yang berpotensi
menjadi isue yang perlu diselesaikan
karena nilai frekuensi >20% adalah
tentang kepercayaan akan manfaat dari
adanya penilaian prestasi kerja pegawai
yang berdampak pada kenaikan jabatan
dengan frekuensi 40%, kurangnya
kepercayaan akan manfaat dari adanya
penilaian prestasi kerja pegawai yang
berdampak pada kenaikan jabatan dengan
frekuensi 64% dan pada remunerasi
dengan frekuensi 24%.
3. Tindakan
Gambar 1.3 Diagram Batang Penilaian Tindakan Pegawai Administrasi Kesehatan di Bagian Kepegawaian Dengan Hukum Pareto 80/20 Tahun 2016
Berdasarkan gambar 1.3 diketahui
tindakan pegawai administrasi kesehatan
di bagian kepegawaian yang berpotensi
menjadi masalah menjadi isue yang perlu
diselesaikan karena nilai frekuensi >20%
adalah proses mengerjakan SKP yang
dibantu oleh rekan kerja dengan frekuensi
64%.
4. Motivasi
Gambar 1.4 Diagram Batang Penilaian Motivasi Pegawai Administrasi Kesehatan di Bagian Kepegawaian Dengan Hukum Pareto 80/20 Tahun 2016
Berdasarkan gambar 1.4 diketahui
motivasi pegawai administrasi kesehatan
di kepegawaian yang berpotensi menjadi
isue yang perlu diselesaikan karena nilai
frekuensi >20% adalah dalam perihal
pencapaian target dengan frekuensi 24%,
pencapaian prestasi dalam bekerja dengan
frekuensi 36%, tidak bersedia
melaksanakan tugas tambahan dengan
frekuensi 40%, prestasi yang sudah didapat
dengan frekuensi 20% dan tidak mencapai
target kerja dengan frekuensi 36%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
maka pembahasan setiap variabel adalah
menurut teori Notoadmodjo (2003)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diantaranya adalah pengetahuan, sikap,
tindakan dan motivasi. Dimana dalam
setiap faktor yang menjadi indikator dalam
penelitian saling terkait. Bila salah satu
faktor dinilai kurang memberikan
konstribusi maka secara langsung hal
tersebut akan menjadi penghambat dalam
terkait dengan hasil penelitian tentang
penyebab keterlambatan pengumpulan
sasaran kerja pegawai (SKP) administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian:
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan skala likert diketahui
pengetahuan pegawai administrasi
kesehatan terkait dengan teknis
penyusunan SKP secara keseluruhan
mendapatkan nilai 73% dimana dalam
penentuan kelas interval tersebut masuk
dalam kriteria “baik”. Namun
berdasarkan hasil penelitian
menggunakan hukum pareto 80/20
dimana setiap pertanyaan dalam
kuesioner di frekuensikan satu per satu
maka diketahui bahwa pengetahuan
pegawai administrasi kesehatan di
bagian kepegawaian yang berpotensi
menjadi isue yang perlu diselesaikan
karena nilai frekuensi >20% adalah
kurangnya pengetahuan terkait batas
waktu pengumpulan SKP dengan
frekuesi 68% dan pemahaman teknis
pengisian SKP dengan frekuensi 44%,
maka dapat disimpulkan bahwa
pegawai administrasi kesehatan di
kepegawaian kurang paham tentang
sistem penilaian prestasi kerja yang
telah diberlakukan sejak tahun bulan
januari 2014 di RSUD Dr. Soetomo.
Hal tersebut juga didukung dalam teori
Notoadmodjo (2003) tentang faktor–
faktor yang mempengaruhi kepatuhan
yang menjadi faktor utamanya adalah
pengetahuan. Teori tersebut
menjelaskan bahwa pengetahuan
merupakan hasil “tahu dan paham”
setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Dalam konteks teknis
penyusunan SKP penginderaan yang
dimaksud adalah penglihatan dan
pendengaran yang memungkinkan
seseorang dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya. Kesimpulannya
adalah karena kurangnya pengetahuan
pegawai administrasi kesehatan terkait
batas waktu pengumpulan SKP dan
pemahaman teknis pengisian SKP
menjadi faktor penyebab keterlambatan
pengumpulan SKP.
2. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan skala likert diketahui
sikap responden terkait dengan
kepercayaan responden terhadap sistem
penilaian SKP maka didapatkan 60%
dimana dalam penentuan kelas interval
tersebut masuk dalam kriteria “baik”.
Namun berdasarkan hasil penelitian
menggunakan hukum pareto 80/20
dimana setiap pertanyaan dalam
kuesioner di frekuensikan satu per satu
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian yang berpotensi menjadi
isue yang perlu diselesaikan karena
nilai frekuensi >20% adalah tentang
kepercayaan akan manfaat dari adanya
penilaian prestasi kerja pegawai yang
berdampak pada kenaikan jabatan
dengan frekuensi 40%, kurangnya
kepercayaan akan manfaat dari adanya
penilaian prestasi kerja pegawai yang
berdampak pada kenaikan jabatan
dengan frekuensi 64% dan pada
remunerasi dengan frekuensi 24%.
Hasil dari indikator sikap tersebut
merupakan cerminan dari kurangnya
pengetahuan pegawai administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian dan
hal tersebut sesuai dengan teori
Notoadmodjo (2003) bahwa peranan
penting dalam penentuan sikap adalah
pengetahuan berfikir, keyakinan dan
emosi. Selain itu dijelaskan pula dalam
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara pada pasal 77 ayat (5)
dijelaskan bahwasannya hasil penilaian
kinerja PNS digunakan untuk menjamin
objektivitas dalam pengembangan PNS,
dan dijadikan sebagai persyaratan
dalam pengangkatan jabatan dan
kenaikan pangkat, pemberian
tunjangan, sanksi, mutasi, dan promosi
serta untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan dan bagi PNS yang penilaian
kinerjanya tidak mencapai target kinerja
dikenakan sanksi administrasi sampai
dengan pemberhentian sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan (pasal 77 ayat 6).
Disimpulkan dalam pembahasan
sebelum dijelaskan bahwa kurang
pengetahuan pegawai administrasi
kesehatan, maka secara tidak langsung
penentuan sikap pegawai administrasi
kesehatan akan terbangun dengan
sendirinya tergantung objek atau hal
yang telah diketahui dan diyakini akan
menguntungkan pegawai administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian.
3. Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan skala likert diketahui
tindakan pegawai administrasi
kesehatan terkait dengan ketepatan
waktu pengumpulan SKP maka
didapatkan 54% dimana dalam
penentuan kelas interval tersebut masuk
dalam kriteria “baik”. Namun
berdasarkan hasil penelitian
menggunakan hukum pareto 80/20
dimana setiap pertanyaan dalam
kuesioner di frekuensikan satu per satu
maka diketahui bahwa tindakan
pegawai administrasi kesehatan di
bagian kepegawaian yang berpotensi
menjadi isue yang perlu diselesaikan
karena nilai frekuensi >20% adalah
oleh rekan kerja dengan frekuensi 64%.
Hal tersebut sesuai dengan teori
Notoadmodjo (2003) dijelaskan tentang
yang dimaksud dengan tindakan adalah
realisasi dari pengetahuan dan sikap
seseorang yang menjadi suatu
perbuatan nyata yang dapat diamati dan
dilihat oleh orang lain. Kesimpulannya
adalah pegawai administrasi telah
merealisasikan pengetahuan serta sikap
yang telah diketahui tentang sistem
penilaian prestasi kerja yang telah
diberlakukan meskipun perlu dibantu
oleh rekan kerja. Namun jika hal
tersebut tidak segera diatasi maka akan
menjadi kebiasaan buruk bagi pegawai
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian yaitu membebankan rekan
kerja bagi pegawai administrasi
kesehatan lainnya.
4. Motivasi
Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan skala likert diketahui
motivasi responden terkait dengan
sistem penilaian SKP maka didapatkan
82% dimana dalam penentuan kelas
interval tersebut masuk dalam kriteria
“sangat baik”. Namun berdasarkan hasil
penelitian menggunakan hukum pareto
80/20 dimana setiap pertanyaan dalam
kuesioner di frekuensikan satu per satu
maka diketahui bahwa motivasi
pegawai administrasi kesehatan di
kepegawaian yang berpotensi menjadi
isue yang perlu diselesaikan karena
nilai frekuensi >20% adalah dalam
perihal pencapaian target dengan
frekuensi 24%, pencapaian prestasi
dalam bekerja dengan frekuensi 36%,
tidak bersedia melaksanakan tugas
tambahan dengan frekuensi 40%,
prestasi yang sudah didapat dengan
frekuensi 20% dan tidak mencapai
target kerja dengan frekuensi 36%. Hal
tersebut harus segera diselesaikan agar
tidak berdampak lebih besar terhadap
kinerja pegawai administrasi di bagian
kepegawaian. Hal tersebut sesuai
dengan Munandar (2006)
mendefinisikan motivasi adalah suatu
proses dimana kebutuhan akan
mendorong seseorang untuk melakukan
serangkaian kegiatan agar tujuannya
tercapai serta menurut Gibson James L,
dkk (1996) dalam dimensi motivator
terdapat serangkaian kondisi instrinsik/
faktor motivator yang dapat
menghasilkan hasil kinerja ysng yang
baik seperti, prestasi kerja yang
berhubungan dengan usaha yang
dilakukan seseorang untuk mencapai
prestasi kerja optimal serta tanggung
jawab yang berhubungan dengan
otoritas pada karyawan. Dalam konteks
ini adalah tanggung jawab dalam
dan pelaksanaan tugas tambahan dari
pimpinan di bidang kepegawaian yang
telah menjadi tugas pokok dan fungsi
sebagai pegawai administrasi kesehatan.
Kesimpulannya adalah kurangnya
motivasi pegawai administrasi
kesehatan di bagian kepegawaian
disebabkan karena kurangnya rasa
tanggung jawab sehingga
mempengaruhi hasil kinerjanya.
SIMPULAN
Kesimpulan hasil penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini mengacu
pada tujuan khusus penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Disimpulkan bahwa pengetahuan
pegawai administrasi kesehatan di
bagian kepegawaian tahu dan paham
akan kegunaan dan dampak adanya
penilaian prestasi kerja yang telah
diberlakukan sejak tahun bulan januari
2014 di RSUD Dr. Soetomo. Namun
dalam analisis menggunakan prinsip
hukum pareto 80/20 diketahui bahwa
pegawai administrasi kesehatan di
bagian kepegawaian kurang paham
tentang teknis pengisian SKP dan batas
waktu pengumpulan SKP.
2. Disimpulkan bahwa sikap pegawai
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian yang dinilai dari sisi
kepercayaan dari adanya penilaian
prestasi kerja yang berdampak pada
kelancaran kerja dan produktivitas kerja
pegawai dinilai baik. Namun dalam
analisis prinsip hukum pareto 80/20
diketahui bahwa kepercayaan pegawai
administrasi kesehatan dibagian
kepegawaian kurang tentang ketepatan
waktu pengumpulan SKP berdampak
pada kenaikan jabatan dan remunerasi.
3. Disimpulkan bahwa pegawai
administrasi di bagian kepegawaian
telah bertindak dan merealisasikan
pengetahuan serta sikap yang telah
diketahui tentang sistem penilaian
prestasi kerja guna proses mengerjakan
SKP, namun dalam analisis prinsip
hukum pareto 80/20 diketahui bahwa
proses pengerjaan SKP dibantu oleh
rekan kerja. Jika hal tersebut tidak
segera diatasi maka akan menjadi
kebiasaan buruk bagi pegawai
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian yaitu membebankan rekan
kerja bagi pegawai administrasi
kesehatan lainnya.
4. Disimpulkan bahwa motivasi pegawai
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian dalam penentuan target
kerja, pengembangan kemampuan,
penghargaan hasil kerja dinilai baik.
Namun dalam analisis prinsip hukum
pareto 80/20 diketahui bahwa motivasi
pegawai administrasi kesehatan dalam
kerja dinilai kurang termotivasi. Selain
itu ketidak bersediaan pegawai dalam
melaksanakan tugas tambahan dari
pimpinan juga kurang. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya rasa
tanggung jawab sehingga
mempengaruhi hasil kinerjanya.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
tindakan dan motivasi ten pegawai aga
administrasi kesehatan di bagian
kepegawaian peneliti menyarankan:
1. Agar instansi RSUD Dr. Soetomo
khususnya pada bagian kepegawaian
guna menyelenggarakan sosialisasi/
seminar internal terkait dengan isi dari
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011
Tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil yang menjadi
pedoman dalam teknis penyusunan
SKP.
2. Diharapkan adanya ketegasan pimpinan
dalam memberikan penghargaan
(reward) dan hukuman (punisment)
sesuai dengan SPO penilaian prestasi
kerja pegawai yang berlaku terkait
ketepatan waktu pengumpulan SKP.
Selain itu, diharapkan pula keterlibatan
pimpinan atas kesulitan yang dialami
bawahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, V, M, 2005. Analisis Pengendalian Kualitas Bagian Finishing Dengan Diagram Pareto Dan Fishbone Pada CV. Teknika Jaya Batur Ceper Klaten. Tugas Akhir. Program Studi D3 Manajemen Industri, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Data Persentase Pengumpulan Sasaran Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Akhir Tahun 2014 s/d Bulan Januari 2015. RSUD Dr. Soetomo Provinsi Jawa Timur. Surabaya.
Data Sumberdaya Manusia RSUD Dr. Soetomo Per 31 Mei Tahun 2016. RSUD Dr. Soetomo Provinsi Jawa Timur. Surabaya.
Gibson, James L., John M Ivancevich dan James H Donelly., 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, edisi 8. Alih bahasa: Nunuk Adiarni Binaputra Aksara, Jakarta.
Kusumastuti, D, 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. Skripsi. Program Studi S-1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Machfoedz, I, 2008. Metodologi Bidang
Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.
Mahmudi, 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Nugroho, F, 2012. Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada Karyawan Pada Industri Kerajinan Topeng di Dusun Bobung, Putat, Patuk, Gunung Kidul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ekonomi.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia. 2013. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Sapoetra, A, N, 2015. Cara Menghitung Kuesioner Skala Likert. http://naufansapoetra.blogspot.co.id/ 2015/11. (diakses 02 Juni 2016) Sedarmayanti, 2010. Manajemen Sumber
Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama. Soekidjo, N, 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyanto S, Djohan A, J, 2011. Metodologi Riset Bisnis dan Kesehatan. Banjarmasin: PT Grafika Wangi Kalimantan.